You are on page 1of 37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Proses Menua 1.1 Defenisi Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2008) mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya. Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak penyakit degeneratif (mis: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,

Universitas Sumatera Utara

misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastatis dan sebagainya. Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting. Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi, psikologi dan sosial (Iknatius, 2000). Lansia adalah Orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain(UU.No 4 tahun 1999). Lansia menurut UU No.13 thn 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas lima klasifikasi yaitu : 1) Pralansia Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

Universitas Sumatera Utara

2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 4) Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. 5) Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada kehidupan orang lain (Maryam, 2000). Memberdayakan penduduk lansia potensial dalam berbagai aktifitas

produktif merupakan salah satu upaya penunjang kemandirian lansia, tidak saja dari aspek ekonomi tetapi sekaligus pemenuhan kebutuhan psikologi, social, budaya, dan kesehatan (Nugroho, 2000). 1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan Menurut Pudjiastuti dalam bukunya pada tahun 2002 bahwa faktor yang mempengaruhi penuaan terdiri dari : Faktor endogen adalah perubahan dimulai dari sel jaringan organ sistem pada tubuh dan faktor ekstrogen, yaitu lingkungan, sosial budaya, gaya hidup.

Universitas Sumatera Utara

Menurut bandiyah, 2009 faktornya terdiri dari : hereditas atau keturunan /genetik, nutrisi atau makanan , status kesehatan , pengalaman hidup , stres (Nugroho, 2000).

1.3. Teori Proses Menua Proses menua bersifat individual: 1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda. 2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda. 3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. a. Teori Biologis 1. Teori Genetik Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi,

Universitas Sumatera Utara

meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu. Teori mutasi somatic, menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terusmenerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 2000).

2. Teori nongenetik Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

Universitas Sumatera Utara

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun. Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory), teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh, karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi

oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti: 1. Asap kendaraan bermotor 2. Asap rokok 3. Zat pengawet makanan 4. Radiasi 5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

Universitas Sumatera Utara

Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 2000). Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua. Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal). b. Teori Sosiologis Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain: 1. Teori Interaksi Sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain: 1. Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing. 2. Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu. 3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor mengeluarkan biaya. 2. Teori aktivitas atau kegiatan a. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. b. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. c. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia. d. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

Universitas Sumatera Utara

3. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia. 4. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory) Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-pokok disangagement theory a. Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah. b. Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. c. Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan: 1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup 2. Proses tersebut tidak dapat dihindari 3. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat. Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss): 1. Kehilangan peran (loss of role). 2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and

relationship). 3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values) Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

Universitas Sumatera Utara

terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah: 1. Meningkatnya radikal bebas. 2. Memanipulasi sistem imun tubuh. 3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan. Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain herediter/genetik, pengalaman nutrisi/makanan, lingkungan, status dan kesehatan, Proses

hidup,

stres.

menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bisa meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada

Universitas Sumatera Utara

negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang dialaminya (Nugroho, 2000).

1.4 Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin (seperti di kutip oleh Kane) mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi memang terdapat penurunan yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun. Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik melainkan dengan umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka

Universitas Sumatera Utara

menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada dasarnya tergantung atas:

1.Derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi 2.Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia, perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane, 2001). Sebagai contoh, seorang lansia mungkin masih

menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi mungkin menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi mungkin menunjkkan nilai yang abnormal tinggi dengan pembebanan glukosa. Oleh karena itu pengguna tes darah 2 jam post pradial kurang memberikan arti ketimbang nilai gula darah puasa. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia kadang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan nilai fungsional yang terlihat normal pada lansia. Sebagai contoh, walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal sudah menurun, banyak lansia menunjukkan nilai kreatinin serum dalam batas normal. Ini disebabkan karena masa otot bersih dan produksi kreatinin yang sudah menurun pada usia lanjut. Oleh karena itu pada usia lanjut

Universitas Sumatera Utara

kreatinin serum tidak begitu tepat uuntuk dijadikan sebagai indikator fungsi ginjal dibanding dengan pada usia muda. Oleh karena fungsi ginjal sangat penting untuk menentukan berbagai hal (pemberian obat, nutrisi, dan prognosis penyakit), maka diperlukan cara lain untuk menentukan parameter fungsi ginjal. Pada lansia oleh karenanya dianjurkan memakai formula Cocroft-gault. 1.5 Tinjauan masalah psikologik pada lansia Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya (Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri (disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir

Universitas Sumatera Utara

kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru. Karena telah lanjut usia mereka seringkali dianggap terlalu lamban, dengan daya reaksi yang lambat dengan kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang menurun, meskipun kinerja mereka banyak yang masih baik. Banyak contoh-contoh historis, seperti antara lain: G.Verdi, Goethe, Andre Topolev, Galilei, Laplace, Eisenhower, Churchill, R.Reagan yang masih Berjaya dan sangat produktif pada bidangnya masing-masing pada usia yang sangat lanjut (lebih dari 70 tahun). Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa samapai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai halhal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri. Stereotype psikologik orang lanjut usia Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai dengan pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut: 1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua,

Universitas Sumatera Utara

mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir. 2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di terima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur. 3. Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai

pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat di kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun. 4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk. 5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya

Universitas Sumatera Utara

mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian (darmojo, 2009). 1.6 Program Kesehatan Lanjut Usia Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat ini Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia a. Upaya Promotif

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia. 1. Perilaku Hidup Sehat Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi promosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya. 2. Gizi untuk Lanjut Usia Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar

Universitas Sumatera Utara

tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. 1. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat. 2. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu. Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. 3. Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan buah. b. Upaya Preventif Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia. c. Upaya Kuratif Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat. d. Upaya Rehabilitatif Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia. 1.7 Pengelompokan Lansia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi: usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) kelompok usia 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 90 tahun, usia sangat tua (very old) kelompok usia 90 tahun. Menurut Jos Masdani (Psikologi UI) lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, dan menurut Koesoemato Setyonegoro pengelompokan lanjut usia sebagai berikut: usia dewasa muda (elderly adulhood) : 18 atau 20 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25 60 atau 65 tahun ( Nugroho, 2000 ). Batasan batasan lanjut usia menurut WHO : 1. Usia pertengahan ( middle age ),ialah kelompok usia 45-59 thn. 2. Lanjut usia ( elderly ) = antara 60 dan 74 tahun. 3. Lanjut usia tua ( old ) = antara 75 dan 90 tahun.

Universitas Sumatera Utara

4. Usia sangat tua ( very old ) = di atas 90 tahun( nugroho , 2000 ).

1.8 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia a. Perubahan-perubahan fisik 1) Sistim persyarafan: cepatnya menurun hubungan persyarafan / kemampuan berkurang, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecil syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu. 2) Sistim penglihatan: kornea lebih berbentuk sfevis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. 3) Sistim kardiovaskuler: kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas

pembuluh darah,kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak), tekanan darah meninggi

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

Universitas Sumatera Utara

4) Sistim kulit: kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. 5) Rambut : penurunan pigmen yang menyebabkan rambut berwarna abu abu atau putih, penipisan seiring penurunan jumlah melanosit, rambut pubik rontok akibat perubahan hormonal. 6) Telinga : Atrofi organ korti dan saraf auditorius , ketidakmampuan membedakan konsonan bernada tinggi , perubahan struktural degeneratif dalam keseluruhan sistem pendengaran. 7) Sistem meskuluskletal: Peningkatan jaringan adiposa, penurunan masa tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, penurunan pembentukan kolagen dan masa otot, penurunan viskositas cairan sinovial dan lebih banyak membran sinovial yang fibritik (Stockslager, 2003). b. Perubahan-perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan. c. Perubahan-perubahan psikososial 1) Pensiun Seseorang pension akan mengalami kehilangan-kehilangan antara

lain: kehilangan finansial (income berkurang), kehilangan status,

Universitas Sumatera Utara

kehilangan teman / relasi, kehilangan pekerjaan, merasakan atau sadar akan kematian. 2) Perubahan dalam cara hidup 3) Gangguan panca indera, timbul kebutaan dan ketulian 4) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Wahyudi Nugroho, 2000) 1.9 Hal-Hal Yang Diperhatikan Agar Lansia Sehat a) Mandi Pada waktu lansia memasuki kamar mandi hendaknya tubuhnya dipegang kuat oleh pengasuhnya, jika merasa oyong waktu sedang mandi segera dibaringkan tanpa bantal. b) Kebersihan mulut Lansia yang tidak mandiri perlu dibantu dalam membersihkan giginya, jika ada gigi palsu hendaklah dibersihkan setelah habis makan dengan sikat gigi. Menghilangkan baunya gigi palsu direndam dengan air hangat yang telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit, kemudian bilas kembali sampai bersih. c) Cara mencuci rambut dan kulit Kulit dan rambut pada lansia mulai mengering. Sehabis mandi, rambut harus segera dikeringkan agar tidak mudah menjadi demam, batuk, pilek dan lain-lain. d) Kuku

Universitas Sumatera Utara

Waktu menggunting kuku lansia harus hati-hati agar tidak terjadi luka pada lansia, khususnya penderita diabetes melitus lebih sukar sembuh.

e) Pakaian Pakaian lansia hendaknya terbuat dari bahan lunak, harus dijaga agar tetap rapi karena banyak lansia yang tidak peduli lagi terhadap pakaian. f) Istirahat tidur Biasanya pola tidur lansia hanya beberapa jam saja, kemudian terbangun lagi dan memerlukan waktu untuk dapat tidur kembali. Tercapai kesegaran jasmani dan rohani lansia sangat perlu, maka pola istirahat dan tidur harus dilakukan berulang-ulang setiap hari. Kamar tidur hendaknya mempunyai ventilasi yang baik, khususnya bagi penyakit paru. g) Masalah buang air kecil dan besar Lansia pria akibat pembesaran kelenjar prostat dapat menimbulkan gangguan berkemih. Lansia wanita akibat kebersihan pada daerah kemaluan dan dubur jika tidak dijaga dengan baik, maka sering sekali terjadi infeksi saluran kemih(R.Boedi Darmojo,2003). 2. Pengkajian status fungsional. 2.1 Defenisi Pengkajian status fungsional adalah suatu kemampuan seseorang

untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna memenuhi kewajiban hidupnya, yang berintegrasi/berinteraksi dengan lingkungan dimana ia berada.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas : a) Kewajiban melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas kehidupan sehari-hari ialah suatu aktifitas yang meliputi kegiatan perawatan diri, memelihara lingkungan hidupnya dan prilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. b) Kewajiban melaksanakan aktivitas produktif. Aktifitas produktif adalah semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa ataupun komoditi yang digunakan oleh orang lain sehingga dapat memberikan peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan, dll. c) Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi adalah semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas tersebut(http/fungsi dan pelayanan). 2.3 Kemampuan Fungsional 2.3.1 Defenisi Kemampuan fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Penentuan kemampuan fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat.( Siti Maryam, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan kemampuan fungsional, tersebut antara lain indeks Barthel yang dimodifikasi, indeks katz, indeks Kenny self-care, dan indeks activity daily living(ADL) 2.3.2 Jenis jenis pengkajian kemampuan fungsional a. Indeks Barthel yang dimodifikasi. Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defekasi, mengontrol berkemih. Cara penilaiannya antara lain : Makan, jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur ,Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5-10 dan jika mandiri 15. kebersihan diri(mencuci muka ,menyisir, mencukur, menggosok gigi) Jika memerlukan bantuan di beri nilai 0 dan jika mandiri 5. Aktivitas di toilet(mengelap, menyemprot) Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mandi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 0 dan jika mandiri 5.Berjalan dijalan yang datar, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 10

Universitas Sumatera Utara

dan jika mandiri 15. Naik turun tangga, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mengontol dofekasi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mengontrol berkemih, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri diberi nilai 10. Dengan penilaian: 0-20 : ketergantungan penuh 21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung 62-90 : ketergantungan moderat 91-99 : ketergantungan ringan 100 : mandiri. b. Indeks katz Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk

aktivitas kehidupan sehari hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Menurut Pratiwi S Pongrekuns blog, Index Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur

Universitas Sumatera Utara

perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilisasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz

Mandi

Dapatmengerjakan bagiantertentudibantuatau sendiri seluruhnyadibantu

Berpakaian

Seluruhnyatanpa bantuan

bagiantertentudibantuatau Seluruhnyadenganbantuan

Pergike toilet Berpindah (berjalan) Dapatmengerjakan sendiri Memerlukanbantuanatau TidakdapatpergikeWC DenganbantuanatauTidak dapatmelakukan Kadangkadangngompol/ defekasiditempattidur atauDibantuseluruhnya denganalat Perlubantuandalamhalhal tertentuatauSeluruhnya dibantu

Tanpabantuan

5 BABdanBAK

Dapatmengontrol

Makan

Tanpabantuan

Klasifikasi: A : Mandiri, untuk 6 fungsi B : Mandiri, untuk 5 fungsi C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain. D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain

Universitas Sumatera Utara

E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain G : Tergantung untuk 6 fungsi. Berdasarkan referensi yang peneliti dapatkan , untuk mempermudah penilaiannya maka klasifikasinya dimodifikasi sebagai berikut : A : Mandiri, untuk 6 fungsi B : Mandiri, untuk 5 fungsi C : Mandiri, untuk 4 fungsi. D : Mandiri, untuk 3 fungsi E : Mandiri, untuk 2 fungsi F : Mandiri, 1untuk 1 fungsi G : Tergantung untuk 6 fungsi. Keterangan: Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu. c. Indeks Kenny self care

Universitas Sumatera Utara

Gugus tugas pada evaluasi ini merupkan pertimbangan untuk menilai sarat minimal kemandirian individu di rumah atau tempat lain dengan lingkungan terbatas. Hal yang dinilai meliputi tujuh kategori yaitu aktivitas di tempat tidur(bergeser di tempat tidur, bangun dan duduk), Berpindah (duduk, berdiri), ambulasi (berjalan , naik turun tangga, penggunaan kursi roda), berpakaian (anggota atas dan trunk bagian atas), hygiene (wajah, rambut, anggota atas, Trunk, anggota bawah), defekasi, berkemih, makan. Dengan skala penilaian : O: ketergantungan penuh 1 : perlu bantuan banyak 2: perlu bantuan sedang 3 : perlu bantuan minimal/ pengawasan 4 : mandiri penuh Hasil kemandirian merupakan jumlah rata-rata tiap bidang kemampuan (Pudjiastuti, 2003).

d.indeks activity daily living (ADL). Indeks ADL menilai aktivitas fungsional dalam 16 bidang kemampuan, yaitu : berpindah dari lantai ke kursi, berpindah dari kursi ke tempat tidur, berjalan dalam ruangan, berjalan diluar, naik tangga,

Universitas Sumatera Utara

turun tangga, berpakaian, mencuci, mandi, menggunakan toilet, kontrol defekasi dan berkemih, berhias, menyikat gigi, menyiapkan minum teh/kopi, menggunakan kran, dan makan. Skala penilaian adalah 1(dapat melakukan tanpa bantuan), nilai 2 (dapat melakukan dengan bantuan), nilai 3(tidak dapat melakukan). Dalam penelitian ini peneliti memakai instrumen indeks Katz sebagai alat ukur untuk mengambarkan kemampuan dan keterbatasan fungsional lansia di Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

3. Pelayanan Kesehatan Lansia Panti Werdha Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem dimana pelayanan dapat diperoleh dengan mudah secara universal bagi individu dan keluarga dalam komunitas tertentu, yang disediakan pemerintah bagi mereka melalui partisipasi penuh dari mereka sendiri (Potter & Perry, 2005). Dalam mengatasi berbagai persoalan untuk lanjut usia, pemerintah dalam Departemen Sosial mengupayakan suatu sarana untuk menampung lanjut usia pada satu institusi yang disebut Panti Werdha. Institusi ini dimaksudkan untuk menampung lanjut usia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari kebutuhan makan minum sampai kebutuhan aktualisasi dan bagi lanjut usia yang berkecukupan juga membutuhkannya (Mariani & Kadir, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Panti werdha (elderly-hostels) adalah suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan hunian biasanya disediakan oleh pengurus panti, diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Biasanya lanjut usia
yang ditempatkan di panti werdha karena terlantar dan keluarga sudah tidak merawat lansia akibat kesibukan keluarga atau masalah ekonomi, padahal lansia sangat rentang dengan kesehatan mental dan fisik, terutama dengan fungsi kognitif, memori, masih butuh perhatian maupun motorik (Darmojo dkk, 2006).

3.1 Visi dan Misi Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan. Visi Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan adalah terwujudnya lansia bahagia sejahtera di hari tua. Sedangkan misi dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan adalah: a. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan b. Menumbuhkan setiap kemandirian, kesetaraan, kebersamaan dan

memberikan perlindungan kepada lansia c. Meningkatkan hubungan yang harmonis anatar sesame lansia, lansia dengan pegawai dan lansia dengan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3.2

TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) dan Tujuan dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan. Tugas pokok dari Panti, adalah:

a. Melaksanakan observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan calon klien b. Melaksanakan pengungkapan dan pemahaman masalah serta penyusunan rencana pelayanan rehabilitasi terhadap lansia c. Melaksanakan penampungan, pengasramaan, perawatan dan penyediaan bahan pangan bagi lansia d. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu dan kelompok bagi lansia Fungsi dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan, adalah: a. Sebagai pusat informasi, pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang bermasalah b. Sebagai unit pengembangan pelayanan kesehatan sosial lanjut usia Tujuan dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan, adalah: a. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia kurang mampu atau terlantar melalui pemberian pelayanan dan perawatan baik jasmani maupun rohani dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar

Universitas Sumatera Utara

b. Tumbuhnya kemandirian lansia c. Terciptanya rasa aman dan ketentraman lansia sehingga dapat menikmati hidup secara wajar 3.4 Sasaran dan Jenis Pelayanan Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan. Sasaran pelayanan, yaitu: a. Usia minimal 60 tahun b. Berasal dari keluarga tidak mampu dengan dibuktikan surat keterangan dari pemerintah setempat c. Dapat mengurus diri sendiri, tidak sakit jiwa d. Tidak mempunyai penyakit menular, dibuktikan surat keterangan dari Puskesmas atau pihak yang berwenang e. Surat izin dari pihak keluarga atau pihak yang bertanggung jawab f. Bersedia memenuhi peraturan panti 3.5 Jenis pelayanan, yaitu: 1. Pemberian penampungan (asrama), pemberian makan dan pakaian 2. Bimbingan mental, fisik dan sosial, juga pemeliharaan kesehatan 3. Pengisian waktu luang (berkebun kerajinan tangan, beternak,berjualan, dan lain-lain), pelayanan pendampingan, konsultasi dan rekreasi 4. Pemakaman

Universitas Sumatera Utara

3.6 Gambaran Umum Panti Werdha 3.6.1.Bagian Personalia Jumlah pegawai negeri sipil pada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia wilayah Binjai dan Medan sebagai berikut:
No. TempatBertugas/Staf 1 Ka.UPTPelayananSosialLUWilayahBinjai danMedan 2 Ka.TataUsaha 3 StafTataUsaha 4 KasiePerencanaanProgram 5 StafPerencanaanProgram 6 PLH.KAsiePantiABDI 7 StafKsiePantiABDI Jumlah Jumlah 1orang Keterangan

1orang 6orang 1orang 1orang 1orang 11orang 22orang

Kegiatan dari para pengasuh kepada lansia dipanti werda adalah: a. Memberikan bimbingan sosial dan pembinaan pada warga binaan sosial setiap hari, membantu perawat di poliklinik b. Mengarahkan kebersihan di wisma, perkarangan dan lingkungan panti c. Mengawasi warga binaan dalam kegiatan keterampilan d. Melaksanakan tugas sesuai jadwal yang telah ditetapkan e. Memantau pendistribusian makanan di dapur umum dalam mengelola makanan f. Mengarahkan warga binaan sosial dalam mengikuti bimbingan mental agama dan melatih senam pagi di lapangan Panti Werda. g. Membuat laporan sesuai tugas masing-masing

Universitas Sumatera Utara

3.7 Kegiatan Lansia Kegiatan yang dilaksanakan oleh lansia dipanti werda, adalah: a. Gotong royong atau senam pagi (di dalam panti) b. Sarapan pagi, makan siang dan makan malam c. Kebersihan wisma, kamar dan aktivitas lain di bombing oleh petugas atau pengasuh d. Beribadah, mengisi waktu luang e. Kegiatan keterampilan dan istirahat f. Bimbingan sosial mental atau agama g. Makan malam, ibadah, istirahat atau tidur Jam kegiatan, yaitu: a. Senin Kamis b. Selasa Sabtu c. Rabu Jumat : : : pkl. 06.00 07.00 wib gotong royong pkl. 07.00 08.00 wib senam pagi pkl. 09.00 10.00 wib ceramah agama dan pengajian d. Pemeriksaan kesehatan setiap hari : pkl. 10.00 wib

Kesehatan lansia atau jompo adalah warga binaan sosial yang menderita sakit setiap bulannya antara 80 s/d 120 orang dari warga yang berjumlah 160 orang. Penyakit yang diderita kebanyakan adalah jenis penyakit yang selalu diderita para lansia; sakit kepala, sesak nafas, demam, batuk, gatal-gatal, rematik, darah tinggi, sakit tulang, mata rabun.

Universitas Sumatera Utara

You might also like