You are on page 1of 24

PERNIKAHAN

HAKEKAT PERNIKAHAN
Hukum Sipil: perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1) Hukum Gereja Katolik: 1. Perjanjian perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran dan pendidikan anak antara orang-orang yang dibaptis oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen

HAKEKAT PERNIKAHAN
Sipil: Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu. (pasal 1 ay.1) Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan (pasal 3)

HAKEKAT PERNIKAHAN
Ciri-ciri hakiki perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat tak dapat diputuskan) yang dalam perkawinan kristiani memperolah kekukuhan khusus atas dasar sakramen (kan 1056) Kesepakatan pihak-pihak yang dinyatakan secara legitim antara orang-orang yang menurut hukum mampu, membuat perkawinan kesepakatan itu tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi manapun kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tidak dapat ditarik kembali. (Kan 1057)

HAKEKAT PERNIKAHAN
Berlangsung antara seorang pria dan seorang wanita Perkawinan terjadi karena adanya kesepakatan
kejujuran dan kepenuhan hati Kebebasan
Tidak dipaksa Tidak ada halangan

CIRI
Kesatuan (unitas) Tak terceraikan (Indissubilitas)

TUJUAN
Membangun keluarga yang mengarahkan diri pada prokreasi Untuk kesejahteraan bersama Kelahiran dan pendidikan anak

HALANGAN
Laki-laki sebelum berumur genap 16 tahun, dan perempuan berumur genap 14 tahun tidak dapat melangsungkan perkawinan yang sah konferensi para uskup berwenang penuh menetapkan usia yang lebih tinggi untuk merayakan perkawinan secara licit (Kan 1083)

HALANGAN
Impotensi untuk melakukan persetubuhan yang mendahului perkawinan yang bersifat tetap, entah dari pihak laki-laki entah dari pihak perempuan, entah bersifat mutlak atau relatif, menyebabkan perkawinan tidak sah menurut kodratnya sendiri. Jika halangan impotensi itu diragukan, entah karena keraguan hukum entah keraguan fakta, perkawinan tidak boleh dihalangi dan sementara dalam keraguan, perkawinan tidak boleh dinyatakan tidak ada. Sterilitas tidak melarang dan tidak menggagalkan perkawinan dengan tetap berlaku ketentuan Kan 1098. (Kan 1084)

HALANGAN
Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang yang terikat perkawinan sebelumnya, meskipun perkawinan itu belum consummatum Meskipun perkawinan yang terdahulu tidak sah atau telah diputus atas alasan apapun, namun karena itu saja seseorang tidak boleh melangsungkan perkawinan lagi sebelum ada kejelasan secara legitim mengenai nulitas dan pemutusannya (kan. 1085)

HALANGAN
Perkawinan antaran dua orang yang di antaranya satu telah dibaptis dalam gereja katolik atau diterima di dalamnya dan tidak meninggalkannya dengan tindakan formal, sedangkan yang lain tidak dibaptis, adalah tidak sah (Kan. 1086)

HALANGAN
Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh mereka yang telah menerima tahbisan suci (1087)

HALANGAN
Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan kaul kekal publik kemurnian dalam suatu tarekat religius (kan 1088)

HALANGAN
Antara laki-laki dan perempuan yang diculiknya atau sekurang-kurangnya ditahan untuk dinikahi, tidak dapat ada perkawinan, kecuali bila kemudian setelah perempuan itu dipisahkan dari penculiknya serta di dalam tempat yang aman dan merdeka, dengan kemauan sendiri memilih perkawinan itu. (Kan 1089)

HALANGAN
Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang yang dengan maksud untuk menikahi orang tertentu melakukan pembunuhan terhadap pasangan orang itu atau terhadap pasangannya sendiri Juga tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan antara mereka yang dengan kerjasama fisik atau moril melakukan pembunuhan terhadap salah satu dari pasangan itu. (Kan 1090)

HALANGAN
Tidak sahlah perkawinan antara mereka semua yang mempunyai hubungan darah dalam garis ketuturan ke atas dan ke bawah, baik yang sah maupun yang natural Dalam garis keturunan menyamping, perkawinan tidak sah sampai dengan tingkat keempat Halangan hubungan darah tidak dilipat gandakan Perkawinan yang tidak pernah diijinkan, jika ada keraguan apakah pihak-pihak yang bersangkutan masih berhubungan darah dalam salah satu garis lurus atau dalam garis menyamping tingkat kedua. (Kan 1091)

HALANGAN
Hubungan semenda dalam garis lurus menggagalkan perkawina dalam tingkat manapun. (1092)

HALANGAN
Halangan kelayakan publik timbul dari perkawinan tidak sah setelah terjadi hidup bersama atau dari konkubinat yang diketahui umum atau publik dan menggagalkan perkawinan dalam garis lurus tingkat pertama antara pria dengan orang yang berhubungan darah dengan pihak wanita dan sebaliknya. (Kan. 1093)

HALANGAN
Tidak dapat menikah satu sama lain dengan sah mereka yang mempunyai pertalian hukum yang timbul dari adopsi dalam garis lurus atau garis menyamping tingkat ke-dua (Kan 1094)

Kelompok 3
Tidak setuju Moral: menyalahi seksual Ham: belum diperbolehkan menikah dan merenggut kebebasan anak Ekonomi: setuju, membantu perekonomian keluarga Sosial: menimbulkan kontroversi masyarakat Agama: diperbolehkan asal adil

Kelompok 1
Tidak setuju Moral: menikahi anak di bawah umur, SP fidofilia Ekonomi: alasan ekonomi bukan menjadi alasan pernikahan Ham: usia belajar dan bermain

Kelompok 5
Tidak setuju Moral: tidak sesuai dengan kesepakatan umum Ekonomi: bukan dengan menikahi tapi dengan menyatukan Sosial: melanggar nilai bersama Agama: bertentangan dengan ajaran agama HAM: masa anak yang masih perlu diberi kesempatan

Kelompok 2
Tidak setuju Moral: dibawah umur Psikologi: belum siap Ekonomi: bukan menjadi alasan untuk menikah Sosial: SP membuat aib HAM: di bawah umur

Kelompok 4
Tidak setuju Moral: anak di bawah umur Agama: melarang menikah dibawah umur Sosial: melanggar norma-norma di masyarakat HAM: mengambil masa remaja, belum pantas mengalami hubungan rumah tangga Ekonomi: setuju, membantu perekonomian kel.

You might also like