You are on page 1of 22

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan untuk mendukung program perluasan areal perkebunan dan pengembangan tanaman tebu memerlukan data dan informasi sumberdaya lahan yang handal. Ketidak lengkapan data dan informasi sumberdaya lahan tersebut dapat berakibat pada pemanfaatan lahan yang tidak optimal, dan bahkan dapatmenimbulkandampak kerusakanlahan atau kegagalan usaha bisnis dibidang perkebunan. Karakteristiklahan dalam perkebunan tebu mempunyai nilai penting bagi keberadaan suatu perkebunan tebu, karena merupakan salah satu sumber daya alam yang mendukung proses budidaya dan produksi kebun. Seperti diketahui bersama, tebu merupakan tanaman yang sangat membutuhkan air dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Tanpa ketersedian air yang cukup sepanjang tahun, maka dapat dipastikan pertumbuhan dan produksi akan menjadi rendah, karena tanaman tebu memerlukan kestabilan ketersedian air pada periode pembuahannya. Disisi lain tanaman tebu di awal pertumbuhan kurang tahan terhadap genangan, sehingga kalau budidaya akan dilakukan di daerah rawa diperlukan perencanaan drainase yang tepat untuk mengendalikan muka air tanah sampai batas yangg diinginkan perakaran tanaman tebu. Kedalaman muka air tanah yang diinginkankan tanaman tebu adalah berkisar antara 50-60 cm. Untuk itu bila akan membukan lahan di daerah rawa, maka terlebih dahulu harus dibuat sistem drainase yang tepat. Drainase yang baik adalah selain dapat membuang air bila terjadi kelebihan (banjir), juga dapat mengendalikan muka air tanah agar tidak terlalu turun jauh di musim kemarau. Lahan rawa yang memiliki lapisan sulfat masam kurang dari 1 m, maka air harus dikendalikan agar jangan sampai terlalu jauh turun dibawah lapisan sulfat masam. Untuk itu diperlukan zona pengelolaan air, dari tingkat mikro sampai makro. Zona mikro di level tersier harus dilengkapi dengan bangunan air agar bisa mengendalikan air sesuai dengan yang diinginkan tanaman. I-1 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Unruk zona makro, bisanya salurantidak hanya digunakan sebagai suplai air dan pembuangan tetapi juga digunakan sebagai navigasi (transportasi), Oleh karena itu pengeruh pasang surut air harus diketahui sehingga dapat disusun jadwal operasi transportasi kombinasi dengan kebutuhan suplai atau drainase. Dari potensi dan kendala diatas maka dirasa pelu untuk melakukan suatu studi secara terpadu yang melihat aspek fisik lahan, iklim, dan hidrologi. Data tersebut sangat penting dalam perhitungan dan perencanaan sistem jaringan

tata air yang tepat untuk budidaya tanaman tebu. B. Maksud dan Tujuan Maksud pekerjaan ini untuk melakukan studi karakteristik tanah, iklim, hidrologi, pemetaan tofografi dan sistem pengaliran pada lahan seluas 1000 ha yang memungkinkan dikembangan sebagai daerah rawa yang potensial untuk tanaman tebu dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Tujuannya dihasilkanperencanaan teknis sistem tata air meliputi saluran dan keseluruhan bangunan air yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman kelapa tebu. C.Lingkup dan Rincian Kegiatan Untuk mencapai maksud dan tujuan pekerjaan ini, maka dilakukan tahapan sebagai berikut : a. Kegiatan Persiapan 1)Pengumpulan data sekunder meliputi : Data Klimatologi,Hidrologi dan hidrometri. Data hasil studi terdahulu (bila ada). Peta-peta yang terkait dengan pekerjaan ini. 2) Persiapan Survey Program kerja (jadwal kerja dan personil).

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Pembuatan peta kerja untuk survey lapangan Pemeriksaan alat-alat survey Menyiapkan perlengkapan survey. Dan lain-lain. b.Kegiatan Survey Lapangan 1)Survai pendataan awal untuk skala tinjau pada areal seluas 1000 ha melihat informasi awal mengenai kegiatan pertanian, kondisi jaringan dan potensi pengembangan pertanian. 2)Pengukuran topografi (situasi semi detail) untuk areal studi seluas 1.000 ha. Pengukuran situasi detail bertujuan untuk mendapatkan data lapangan yang sebenarnya (Existing) yang akan disajikan dalam bentuk peta topografi (peta situasi) skala 1 : 5.000. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan tahapan berikut : a)Inventarisasi/pemasangan Bench Mark (BM).

Kondisi, ukuran dan penyebarannya harus sesuai dengan daerah pekerjaan. b)Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan. Pengukuran kerangka dasar pemetaan dilakukan dengan pengukuran polygon sebagai kerangka horizontal dan pengukuran waterpass sebagai kerangka vertical. Pengukuran kerangka dasar pemetaaan ini harus terikat dengan benchmark-benchmark yang dipasang terlebih dahulu dan dibagi dalam beberapa loop sesuai dengan kebutuhan serta dikaitkan pada titik referensi terdekat atau yang ditentukan oleh Direksi. c)Pengukuran Situasi Detail. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara rincikan dan harus terikat pada kerangka dasar pemetaan. I-3 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 cm dengan kerapatan sesuai dengan skala peta yang direncanakan. Pengukuran situasi diukur merata keseluruh daerah rencana pengukuran mencakup batas penggunaan lahan, saluran alam dan bangunan buatan. d)Pengukuran Trace, Situasi Trace, Propil Memanjang dan Propil Melintang. Pengukuran tersebut dilakukan pada saluran-saluran alam (sungai), saluran buatan, tanggul/jalan yang direncanakan (Layout yang telah disetujui). Setelah diukur trace dan situasi trace, kemudian diukur profil memanjang dan profil melintang dengan interval jarak 100 m untuk sungai/saluran yang lurus dan 25 -50 m untuk sungai/saluran berbelok dengan kerapatan titik pada profil melintang sesuai kebutuhan. Situasi trace dan profil melintang, diukur dengan lebar 50 m kekiri dan 50 m kekanan dari tepi sungai/saluran atau sesuai kebutuhan e) Ketelitian. Ketelitian Horizontal Minimal 90% titik yang mudah dikenal dilapangan, digambar dengan toleransi kesalahan planimetris 0,8 mm pada skala peta. Ketelitian Vertikal. Minimal 90% dari semua titik tinggi garis kontur pada peta yang mudah dikenal dilapangan. Toleransi kesalahannya adalah maksimum setengah interval garis kontur. Kontrol Azimuth ditentukan dengan pengamatan astronom dengan ketelitian 20.

Jumlah titik polygon antara dua kontrol Azimuth maksimum 50 buah. I-4 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Koreksi sudut antara 2 kontrol azimuth maksimum 20. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000. Jarak pengukuran waterpass dibagi dalam seksi dengan panjang maksimum 2 Km. Tiap seksi diukur pergi pulang dengan toleransi kesalahan 10 VD mm. Ketinggian titik detail diukur dengan ketelitian 10 cm. Propil melintang diukur dengan alat waterpass untuk saluran sekunder, tersier atau sungai alam dengan lebar maksimum 10 m. Dan diukur dengan tachimetri untuk saluran primer dan sungai alam dengan lebar lebih dari 10 m. f) Perhitungan/Penggambaran. Perhitungan data lapangan merupakan perhitungan sementara untuk mengetahui ketelitian ukuran. Perhitungan definitive. Perhitungan yang sudah menggunakan hitungan peralatan. Hasil perhitungan ini akan digunakan dalam proses penggambaran Penggambaran peta situasi detail dibuat pada kertas kalkir atau kertas lain yang sama kualitasnya. Penggambaran propel melintang,memanjang dan situasi trace dibuat pada kalkir dengan ukuran 90/95 gram. Gambar dibuat dengan ukuran A1. Peta Ikhtisar digambar dengan skala 1 :20.000 dan interval kontur 1,0m Peta situasi detail dibuat dengan skala 1 :5.000 dengan interval 0,5m. SITUASI Trace dan profil memanjang digambar dengan skala horizontal 1 :5.000 dan vertical 1 : 100. Profil melintang digambar dengan skala horizontal 1 : 100 dan vertical 1 : 100

Lembaga Penelitian Unsri Proposal

Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Situasi tapak bangunan air (existing dan rencana) digambar dengan skala 1 : 200. 3)Survey Hidrologi dan hidrometri. Pekerjaan ini dimaksud guna memperoleh data lapangan (primer dan sekunder) dari kondisi hidrologi dan hidrometri daerah survey melalui kegiatan-kegiatan : Pengumpulan data curah hujan (terbaru) minimum selama 10 tahun dari stasiun terdekat. Pengumpulan data klimatologi lainnya. (terbaru) minimum selama 5 tahun dan stasiun terdekat. Pengumpulan data/informasi banjir (tinggi lamanya, perkiraan genangan dan dampaknya). Pengukuran tinggi/fluktuasi muka air, kecepatan arus, salinitas (bergerak dan setempat) dan keasaman pada titik-titik pengukuran yang disesuaikan dengan rencana skematisasi dari model matematik. Pengukuran penampang melintang sungai/saluran pada setiap lokasi pengukuran muka air. Pengamatan karakteristik sungai antara lain morpologi, sedimintasi, keasaman. Pengukuran sifat datar (leveling) untuk mengikat papan duga/peilschaal terhadap BM terdekat. Pengambilan contoh untuk dianalisa dilaboratorium. Pengolahan dan analisa data lapangan dan laboratorium sebagai masukan dalam perhitungan desain jaringan reklamasi. 4)Survey Tanah Pertanian. Pekerjaan ini dimaksudkan guna mempelajari potensi, kemampuan serta kesesuaian lahan dalam rangka upaya I-6 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu peningkatan usaha pertanian didaerah survey yang terdiri dari kegiatan-kegiatan : Inventarisasi serta melokalisir masalah tanah yang ada seperti pirit, tanah sulfat masam, keasaman, kegaraman dan masalah gambut (ketebalan dan tingkat kematangannya). Pengambilan contoh tanah untuk dianalisa dilaboratorium dengan kerapatan 50 Ha pertitik. Tiap titik diambil contoh tanah sebanyak 2 lapisan. Penggambaran peta pengeboran jenis tanah, ketebalan gambut, kedalaman lapisan pirit, kedalaman muka air tanah dan genangan serta kelas kesesuaian lahan dengan skala 1 : 20.000. Penggambaran peta tataguna lahan usulan dan peta tataguna

existing skala 1 : 20.000. c.Kegiatan System Planning Elaborasi dan analisa data lapangan Perumusan rencana pengembangan lokasi, berdasarkan water Management Zoning, pemecahan permasalahan yang ada baik aspek teknis maupun non teknis. Merencanakan Lay Out jaringan untuk kegiatan pengembangan yang menunjang hasil/rumusan pada butir b dan mengevaluasi jaringan tata air yang ada. Perencanaan lay out harus mempertimbangkan pembebasan tanah minimal kebutuhan jalur hijau, aspek social dan budaya setempat serta berwawasan lingkungan. d. Desain Rinci Setelah Layout ditetapkan, konsultan dapat melanjutkan kegiatan dengan perenccanaan yang lebih detail. I-7 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu 1)Dimensi Jaringan Reklamasi. Berdasarkan Layout yang ada konsultaan dapat melanjutkan dengan perhitungan dimensi jaringan reklamasi dengan memperhatikan ada/tidaknya pengaruh pasang surut, modulus drainase, keseimbangan galian dan timbunan serta metode pelaksanaannya. Jaringan yang perlu dihitung dimensinya terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier. Selain itu perlu dipertimbangkan fungsi masing-masing saluran tersebut. Perhitungan dimensi jaringan reklamasi dalam daerah pasang surut dilakukan dengan melakukan perhitungan aliran tidak tetap (Unsteady flow). Perhitungan dimensi jaringan dalam daerah pasang surut dilakukan sebagai berikut : Melakukan asumsi-asumsi teknis sehingga dapat menggunakan rumus-rumus untuk perhitungan aliran dengan kondisi unsteady flow. Pengecekan dengan model matematis terhadap dimensidimensi diatas dengan menggunakan model matematis yang ada. Pengecekan ini dapat mengoptimalkan penampang desain aawal dengan syarat-syarat teknis yang ada. 2)Perencanaan Bangunan Air. Bangunan air direncanakan sesuai dengan fungsi yang diinginkan antara lain : Sebagai bangunan penahan air banjir aatau air asin dari luar sistem.

Untuk menjaga agar tinggi muka air dalam system sesuai dengan yang direncanakan. Perhitungan Bangunan Air ini meliputi : Ukuran bangunan yang diperlukan. Pemilihan bahan yang dipakai. Kekuatan. Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Stabilitas. 3) Perencanaan Tanggul. Perencanaan tanggul pada prinsipnya adalah penentuan elevasi dan kekuatan tanggul itu sendiri. Kekuatan tanggul mencakup ukuran tanggul dan bahan tanggul. Ukuran minimum tanggul harus memenuhi kriteria stabilitas (faktor keamanan > 3) sesuai dengan data tanah yang ada. Bahan tanggul sedapat mungkin menggunakan tanah yang ada ditempat, hal ini menimbang terbatasnya ketersediaan tanah dengan kualitas baik disekitar lokasi. Dalam hal dipakai tanah setempat konsultan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Penurunan muka tanggul yang akan terjadi. Metode pelaksanaan konstruksi pemadatan, tahapan pelaksanaan dan sebagainya. 4)Penyiapan Dokumen Lain-lain. Spesifikasi teknis. Bangunan-bangunan yang sudah didesain (saluran, bangunan air dan bangunan pelengkap lainnya) harus dilengkapi dengan pedoman pelaksanaan konstruksi dilapangan. Gambar-gambar Gambar-gambar desain berikut peta dasar yang dipakai dalam perencanaan harus dibuat dengan jelas dan rinci sesuai dengan tingkat ketelitian yang diperlukan untuk pelaksanaan. Perkiraan Volume dan Estimasi Biaya (RAB) Konssultan harus menghitung perkiraan volume dan pekerja secara keseluruhan, lengkap dengan analisa harga satuan I-9 Lembaga Penelitian Unsri

Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu pekerjaan, analisa teknik, metode pelaksanaan pekerjaan, daftar harga upah dan bahan dilokasi pekerjaan. . BAB 2 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam mencapai tujuan dan sasaran kegiatan diperlukan suatu metodologi pendekatan, meliputi pengenalan masalah (problem identification), membuat suatu kerangka berfikir (design concept) yang didalamnya terdapat tahapan analisis dan evaluasi dalam rangka mengkaji permasalahan guna mendapatkan solusi yang dianggap paling akomodatif dan konstruktif yang nantinya dapat dipakai dalam penyusunan suatu konsep zonasi dalam pengelolaan air kawasan lahan dan rawa. Secara umum metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu : Tahap Persiapan Tahap Survey Lapangan Tahap Analisis Data Tahap Perencanaan Detail Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini. 2.1. KEGIATAN PERSIAPAN Kegiatan persiapan adalah awal dari seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan ini mulai dilakukan setelah diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pemberi Tugas. Komponen kegiatan pada tahap ini dan metoda yang dilakukan secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut : 1.Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder I-10 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Data sekunder yang dikumpulkan mencakup berbagai data, literatur maupun eta-peta yang berkaitan dengan lokasi pekeijaan dan hash studi terdahulu, antara lain Peta topografi. Data iklim, cuaca, dan curah hujan. Prediksi air pasang. 2.Pembuatan Peta Kerja dan Rencana Kerja Berdasarkan data-data yang diperoleh, dibuat peta awal kondisi lokasi yang menunjukkan ciri-ciri utama topografi, tanah, hidrologi, dan tataguna lahan. Peta ini selanjutnya digunakan sebagai Peta Kerja dengan menunjukkan rencana garis-garis dan titik (ploting) pengamatan. Disamping membuat Peta Kerja, dalam tahap mi juga ditentukan macam data yang akan dikumpulkan pada saat survey, dengan melengkapi form

survey untuk setiap kegiatan survey yang dilakukan (topografi, tanah, hidrologi/hidrometri). Sedangkan untuk survey sosio-agro-ekonomi dipersiapkan daftar pertanyaan (kuestionair) atau check-list yang digunakan untuk pedoman wawancara dengan petani, petugas lapangan, pejabat setempat, maupun tokoh masyarakat. Dengan mempertimbangkan volume pekerjaan, batas waktu penyelesaian, dan ketersediaan personil/peralatan, selanjutnya Konsultan membuat rencana kerja, balk untuk kegiatan survey lapangan maupun kegiatan studio/kantor. Rencana kerja ini mencakup jadwal pelaksanaan masing-masing komponen kegiatan, rencana mobilisasi tim personil/peralatan, serta jadwal penugasan personil dan peralatan. Hal ml kemudiandituangkan dalam Laporan Persiapan. Sebelum survey lapangan dimulai, rencana kerja tersebut akan dikonsultasikan/didiskusikan dahulu dengan Pemberi Tugas. 3.Persiapan Tim Personil dan Peralatan Survey Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Disamping membuat rencana keja, Konsultan melakukan persiapan tim personil pelaksana dan peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan survey. Persiapan tersebut meliputi kegiatan pengecekan tim/peralatan sesual dengan kuantitas serta kualifikasi yang diperlukan. Dalam kaitan dengan hal ini, Konsultan juga melakukan pengurusan administrasi yang menyangkut perijinan survey di lokasi yang ditentukan. 4.Pembuatan Laporan Persiapan dan Diskusi Laporan Persiapan adalah laporan awal yang memuat program kerja, peta rencana kerja, metodologi, rencana mobilisasi personil/peralatan dan jadwal kerja, formulir yang digunakan untuk survey, dan kurva S. Laporan Persiapan tersebut kemudian didiskusikan dengan pihak Proyek dan instansi terkait untuk memperoleh masukan guna penyempurnaan laporan dan rencana kerja telah yang telah disusun. 5.Mobilisasi Tim Personil dan Peralatan Survey Mobilisasi tim personil dan peralatan akan dilakukan segera setelah program kerja disetujul oleh Pemberi Tugas dan perijinan administratif survey diselesaikan. Mobilisasi tim/peralatan untuk masing-masing kegiatan survey akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan

jadwal/program kegiatan yang telah disetujui. 2.2 SURVEY LAPANGAN 2.2.1 Pengukuran Topografi Pengukuran topografi (situasi detail) dimaksudkan untuk mendapatkan data lapangan yang sebenarnya (eksisting) yang kemudian disajikan dalam bentuk peta topografi (peta situasi) dengan skala 1 : 20.000 dan 1 5.000. Pengukuran topografi (situasi detail) dilakukan dengan tahapan kegiatan dan metoda sebagai berikut: 1. Orientasi Lapangan I-12 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Orientasi lapangan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal mengenal lokasi yang akan diukur. Kegiatan ini dilakukan secara bersama/koordinasi dengan Supervisi/Direksi Lapangan untuk menentukan titik awal pengukuran, batas areal pengukuran, dan metodologi yang akan dilakukan, termasuk penetapan lokasi BM dan CP. Selama kegiatan ini juga dilakukan penyiapan lokasi basecamp, rekruitmen tenaga lokal dan sarana transportasi pangan. 2. Pemasangan Benchmark Benchmark (BM) dipasang untuk menandai titik kontrol dan referensi pengukuran. Bentuk, dimensi, warna, dan nomenkatur BM yang dipasang harus sesual standar yang ditentukan. Benchmark lama dapat digunakan jika masih memenuhi syarat (kedudukan sesuai, dapat diidentifikasi, tidak rusak). Pemasangan BM dipiHh pada lokasi yang aman, cukup kokoh dan mudah ditemukan, serta harus mempertimbangkan kepentingan pemetaan kerangka dasar dan penggunaannya di masa mendatang (pematokan jalur saluran, alinemen tanggul, lokasi bangunan, dll). Lokasi pemasangan BM ini perlu mendapat persetujuan Supervisi/Direksi yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Lapangan.

Gambar 3.2. Sketsa Bench Mark dan Control Point Ukuran BM yang digunakan adalah dengan dimensi 30 x 30 cm dan tinggi 60 cm. Untuk kondisi lapangan, maka panjang BM yang tertanam ke dalam tanah adaah 30 s/d 40 cm. Setiap BM dibuat foto, sketsa situasi, nomor identifikasi, dan koordinat. 3.Penetapan Tinggi Referensi Proyek Penetapan tinggi referensi proyek ditujukan untuk memperoleh satu referensi ketinggian yang sama/seragam pada semua titik pengukuran di lokasi pekerjaan. 4.Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan Pengukuran kerangka dasar dimaksudkan untuk membuat suatu sistem referensi topografi yang benar dimana hasil-hasil survey

lainnya dapat dihubungkan dengan sistem referensi ini. Pengukuran I-14 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu kerangka dasar pemetaan dilakukan dengan cara pengukuran polygon sebagai kerangka horisontal dan pengukuran waterpass sebagai kerangka vertikal. Pengukuran ini harus terikat dengan benchmark yang telah dipasang terlebih dahulu serta dibagi dalam beberapa loop/kring sesuai dengan kebutuhan, dan kemudian diikatkan pada titik referensi terdekat atau yang ditentukan oleh Direksi. Adapun spesifikasi dalam pengukuran kerangka dasar pemetaan adalah sebagai berikut: a. Penentuan arah/azimuth Arah/azimuth ditemukan dengan pengamatan astronomi atau menentukan azimuth metode gyro dengan memakai alat Theodolith T2 dan Gyro Compass. Pengamatan astronomi dilakukan pagi dan sore hari pada satu stasiun pengamatan, ketelitian relatif sama sesuai persyaratan ketelitian yaitu 15 salah penutup sudut antar dua kontrol Azimuth. b.Pengukuran sudut polygon Setiap sudut diukur dua kali (double seri) memakai alat ukur Thedoilt T2 atau sederajat dengan ketelitian 8 setiap sudut polygon dan maksimum 20 salah penutup sudut antar dua korttrol Azimuth. c.Pengukuran jarak polygon diukur memakai alat ukur elektronik EDM minimum dua kali (kemuka dan kebelakang) dengan ketelitian 1: 7.500 setelah perataan beberapa set pembacaan setiap sisi tersebut. d. Pengukuran sipat datar dilakukan memakai alat ukur waterpas Ni2 atau sederajat. Jarak pengukuran dibagi dengan seksi-seksi, setiap seksi 1 - 2 km. Jarak setiap patok sipat datar max. 100 m. Ketelitian sipat datar 10 ID mm dimana D =jarak dalam km. e. Pengukuran situasi derail/rincikan dilakuIan dengan metode Trigonometri/Tachimetri dimana ujung dan pangkal jalur I-15 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu pengukuran terikat/terkontrol terhadap

kerangka dasar pengukuran/pemetaan. Dan titik tersebut diukur detail-detail lapangan dengan rincikan. f. Detail yang diambil di lapangan adalah bangunanbangunan alam (sungai, lembah, gundukan tanah/bukit-bukit tebing serta batas-batas tanah tinggi dan kalau perlu genangan) dan bangunan-bangunan buatan (saluran tanggul) kolam bangunan-bangunan air, batas-batas tataguna tanah, kuburan dan lain-lain), perubahan permukaan tanah serta vegetasi yang ada di dalam areal pengukuran. Titik-titik rincikan/detail-detail diukur dengan kerapatan titik yang disesualkan dengan skala peta yang digunakan dan tersebar dengan kerapatan titik maksimum 1 cm pada peta. Peralatan yang digunakan Thedolit TD dengan ketelitian detail pengukuran 10 cm 5.Pengukuran Situasi Detail Pengukuran situasi detail dilakukan setelah kerangka dasar pemetaan dibuat, dengan sistem rincikan/raai yang terikat pada kerangka dasar pemetaan. Elevasi titik detail diukur dengan toleransi 10 cm, dengan kerapatan sesuai dengan skala peta. Pengukuran situasi diukur ke seluruh areal rencana pengukuran secara merata, dan mencakup batas tataguna lahan dan ciri-ciri yang sudah ada seperti saluran, anak sungai alam, permukiman dan bangunan. Ketelitian dan spesifikasi yang digunakan dalam pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut: Ketelitian horisontal : minimal 90% dan semua titik yang mudah dikenal di lapangan, digambar dengan toleransi kesalahan planimeter 0.8 mm pada skala peta. Ketelitian vertikal : minimal 90k dan semua titik tinggi garis kontur pada peta yang mudah dikenal di lapangan, toleransi kesalahan maksimum adalah setengah interval aris kontur. I-16 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Kontrol azimuth ditentukan dengan pengamatan astronomi dengan ketelitian 20. Jumlah titik polygon antara dua kontrol azimuth maksimum 50 buah. Koreksi sudut antara 2 kontrol azimuth maksimum 20. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5000 Jarak pengukuran waterpass dibagi dalam seksi-seksi dengan panjang maksimum 2 km. Setiap seksi diukur pergi-pulang dengan toleransi kesalahan 10D mm, dimana D = panjang sirkuit dalam Km. Ketinggian titik detail diukur dengan ketelitian 10 cm. 6.Pengukuran Trace, Situasi Trace, Profil Memanjang dan Profil

Melintang. Alinemen dan strip (situasi strip) sepanjang garis trase skala 1:2.000/1:5.000 Potongan Memanjang Skala horisontal 1: 2.000 /1: 5.000 Skala vertikal 1: 100 Potongan Mehntang Skala horisontal/vertikal 1:100 Uitzet trase yang dikontrol dengan ukuran polygon terikat terhadap titik kontrol (x, y) kerangka pemetaan dengan ketelitian siap sudut 0,5 (menit) setelah dirata-ratakan dan ketelitian antara dua titik kontrol kerangka pemetaan 10 N (second) dimana N = jumlah titik polygon diukur dengan alat ukur Thedolit TO, dengan interval jarak atau sisi polygon max. 100 m pada trace lurus 50 s/d 25 meter pada tikungan, dimana jarak diukur 2 kali (kemuka dn kebelakang) dengan ketelitian ukuran jarak 1:7500 yang diukur dengan pita ukur (kapasitas 100 m) Pengukuran sipat datar yang berfungsi sebagal dasar penampang memanjang trace. Terikat terhadap (z) kerangka pemetaan dengan ketelitian 15D mm dimana D = jarak dalam km. Semua titik polygon diukur ketinggiannya. Survey trase akan diambil pada sungai-sungai alam, saluran buatan seperti saluran primer, sekunder dan tersier, tanggul-tanggul yang I-17 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu ada, jalan petani dan saluran-saluran yang direncanakan, tanggultanggul dan jalan jalan internal sesuai dengan lay out yang ditandatangani untuk archtrase yang dikontrol dengan pengukuran traverse. Suvey trase termasuk pengukuran penampang memanjang dan melintang pada interval 100 meter untuk saluran yang lurus atau penampang sungai, dan terval 25 - 50 meter untuk saluran tikungan atau penampang sungai seperti diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh arah dan dimensi yang akurat. Situasi detail sepanjang jalur trase harus diukur didalam koridor 100 meter lebar (50 meter kekanan dan 50 meter kekiri) dan saluran, sungai dan ujung-ujung as pengukuran. Diukur dengan metode Trigonometri/ Tachimetri memakai peralatan Theodolit TO dengan ketelitian 10 cm. Detail yang diambil sama dengan detail-detail yang tercantum dalam detail pengukuran situasi detail yang ada disepanjang trace. Pengukuran penampang melintang tarce. Diukur dengan metode Tachimetri/Trigonometri memakai alat ukur Thedolit TO dengan ketelitian pengukuran 10 cm dengan interval jarak 100 m (untuk saluran primer) tepat pada titik trace atau penampang

memanjang serta posisinya tegak lurus terhadap jalur trace. Detaildetail yang diambA as trace, titik dasar saluran, perbedaan bentuk saluran, pinggir atas saluran, kali tanggul/jalan pinggir atas tanggul/jalan sampai tanah asli Pengukuran situasi tapak bangunan diukur dengan metade Trigonometri/ Tachimetri dengan dasar pengikatan kerangka pemertaan, dimana detaildetailnya diambil dengan teliti kalau perlu pengukuran jarak memakai metband dan ketinggian yang penting memakai waterpas dengan ketinggian dalam 1 cm. Lokasi dan perluasan bangunan hidrolik baik yang ada maupun yang direncanakan, harus diukur dan diperlihatkan dalam skala 1 : 200. Detail-detail yang diambil adalah setiap perobahan permukaan tanah dengan kerangka titik 2 s/d 5 meter. Luas lokasi disesuaikan dengan I-18 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu bangunan dan rencana tapak bangunan sekitar 25 m x 25 x m s/d 100 x 150 meter atau ditentukan oleh pemberi pekerjaan. Perhitungan sementara dan penggambaran sementara (draft) di lapangan semua pengukuran yang memenuhi syarat akan dihitung sementara untuk mengetahui syarat ketelitian dan dilangsungkan pada draft penggambaran yang dilakukan pada kertas milimeter Rencana kegiatan pengukuran topografi ditunjukkan pada Gambar 3.3. 2.2.2 Survey Hidrologi / Hidrometri Kegiatan survey hidrologi dan hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kondisi hidrologi dan hidrometri di lokasi survey dan juga di daerah sekitarnya. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai berikut: 1.Pengumpulan data sekunder yang meliputi: Pengumpulan/inventarisasi data curah hujan selama 10 tahun terakhir dan stasiun pengamat di wilayah lokasi studi. Data curah hujan yang dikumpulkan adalah curah hujan harian, curah hujan bulanan, jumlah hari hujan. Pengumpulan/inventarisasi data iklim juga diambil dan stasiun pengamat terdekat di lokasi studi. Data-data iklim yang perlu dikumpulkan meliputi temperatur udara harian, kecepatan angin, kelembaban udara harian, dan penyinaran/radiasi matahari. Pengumpulan informasi mengenai banjir yang menyangkut periode, tinggi, lama, perkiraan luas genangan, dan dampaknya (bagi pertanian dan penduduk). Data ini diperoleh dari informasi penduduk setempat serta pengamatan tanda bekas banjir di sekitar sungai (mis. perubahan warna pada tumbuhan). Pengumpulan informasi mengenai pengaruh kekeringan dan intrusi asin di musim kemarau, menyangkut periode, luas, lama, dan dampaknya. Data ini dapat diperoleh dari informasi penduduk

setempat. 2.Pengumpulan/inventarisasi data primer yang meliputi : I-19 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Pengamatan tinggi muka air secara simultan selama 15 hari di muara sungai. Pengamatan tinggi muka air simultan selama 30 jam di 2 lokasi terpilih. Pengamatan muka air di petak tersier Pengukuran kualitas air (pH dan salinitas) pada waktu air tinggi dan air rendah. Pengamatan ini dilakukan secara insitu. Adapun pengamatan ini dilakukan di 2 lokasi. Pengambilan contoh air untuk dianalisis di laboratorium sebanyak 2 sample. Untuk pelaksanaan pengukuran/pengamatan hidrometri diperlukan beberapa informasi antara lain : 1.Peta dasar : geologi, topografi, DAS 2.Kondisi iklim dan klimatoogi, meteorologi hujan Penempatan alat Hidrometri : 1.Ditempat yang lurus : terhindar dari penyadapan dan penggerusan 2. Mudah dicapai dan mudah dalam pelaksanaan pengukuran : misal keadaan banjir/flood 3.Diikatkan (levelllng) ke BM, Patok, Muka tanah setempat b. Penggenangan (Flooding) Tinggi banjir maksimum diukur pada beberapa tempat sepanjang saluran, yang diunjukkan oleh penduduk setempat atau yang diamati dan warna/tandah bekas banjir pada tumbuhan, harus diukur dalam-hubungannya terhadap pengamatan muka air selama survey. Durasi banjir maksimum dan tenggang pasang selama debit aliran tinggi dan rendah diperoleh dan wawancara dengan masyarakat setempat. I-20 Luasan genangan banjir dapat ditentukan dan peta, foto udara atau citra radar, pengamatan tanda-tanda banjir maksimum, dan wawancara dengan masyarakat setempat. c. Kualitas Air Tinggi air di luar zona intrusi kadar garam ditentukan dengan analisis laboratorium contoh air. Contoh air diambil pada saat debit air rendah pada semua sungai dan anak sungai yang melintasi daerah proyek. Tanggal, waktu, lokasi, warna, PH dan temperatur air harus dicatat pada saat pengambilan.

Pada stasiun pengamatan muka air paling hulu dan setiap sungai utama, PH air sungai harus diukur selama pasang surut penuh (30 jam) secara simultan dengan pengamatan elevasi muka air. d.Pengukuran Potongan Melintang sungai Potongan melintang sungai yang berpengaruh terhadap tata air atau yang melintasi atau mengelilingi daerah proyek harus diukur dengan interval yang sama (setiap 2 sampai 5 km) atau dengan interval yang lebih rapat pada bagian sungai yang tidak lurus atau pada setiap ada perubahan, mulai dan muara sungai sampal batas paling hulu dari daerah survey, yang memungkinkan pemodelan hidrodinamik aliran dapat dilakukan dengan hasil yang akurat. Khusus pada pertemuan sungai besar dengan saluran primer atau sekunder, potongan melintang sungai diambil dekat dengan pertemuan dengan jarak paling tidak 100 m sebelum dan sesudah titik pertemuan. Untuk sungai kecil atau anak sungai (sungai alam) yang di dalam daerah proyek, potongan melintang diambil pada lokasi pertemuan saluran atau jalan/tanggul. Pada setiap penampang, paling sedilsit 10 titik sounding harus diambil pada interval yang sama. Jarak horisontal/lebar setiap I-21 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu penampang dapat ditentukan dengan alat range finder atau tali/kawat yang dibentang di atas sungai. Kedalaman air ditentukan dengan echo-sounder. Pada setiap penampang, tanggal dan waktu pengukuran harus dicatat demikian juga dengan tinggi pasang 2.2.4 Survey Tanah Pertanian Kegiatan surley tanah pertanian dimaksudkan untuk mempelajari potensi, kemampuan dan kesesuaian lahan dalam rangka pengembangan pertanian di lokasi survey, serta terdiri dan beberapa komponen kegiatan dan metoda sebagai berikut: 1. Inventarisasi sifat dan jenis tanah serta penyebarannya dengan melakukan pengamatan tanah melalul pemboran di seluruh areal. 2.Inventarisasi serta melokalisir masalah tanah yang ada seperti pirit, tanah sulfat masam, keasaman, kegaraman, dan masalah gambut (ketebalan dan tingkat kematangannya). 3. Pengambilan contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium, guna menunjang keperluan klasifikasi tanah dan analisis kesuburan tanah. Adapun ketentuan dan spesifikasi dalam kegiatan survey tanah

pertanian adalah sebagai berikut: Pengamatan pemboran tanah dilakukan dengan mengikuti atau terikat dengan jalur rintisan topografi, dengan intensitas pengamatan minimal 50 Ha/titik, pengamatan. Dalam hal ditemui kendala tanah yang serius (gambut tebal, sulfat masam dangkal, pasir kuarsa), maka intensitas pengamatan/pemboran akan ditambah. Pengamatan pemboran dilakukan sampai kedalaman 120 cm untuk tanah mineral atau sampai bahan induk (jika lapisan tanah terlalu dangkal). Untuk tanah organik/gambut, pemboran akan dilakukan sampai kedalaman batas lapisan tanah mineral atau sampai kedalaman 2 m (untuk tanah gambut tebal). Pada setiap pemboran, seluruh sifat-sifat tanah dideskripsi meliputi warna, karatan, tekstur, kematangan (rippening), kemasaman (pH), ketebalan bahan organik/gambut dan I-22 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu dekomposisinya, kedalaman batas lapisan pirit/sulfat masam (metoda oksidasi cepat H202), muka air tanah dan genangan. Disamping itu perlu dicatat eadaan tataguna lahan dan vegetasi sekitar lokasi pemboran. 2.3. Analisa Data dan Konsep Zona Pengelolaan Air Kegiatan pengolahan dan anuisis data dilakukan setelah kegiatan lapangan selesai dilaksanakan. Kegiatan ini meliputi : Analisa Survey Topografi Analisa Hidrologi dan Hidrometri Analisa Tanah Pertanian Analisa Zona Pengelolaan Air BAB III ORGANISASI PELAKSANAAN Untuk mencapai hasil pekerjaan yang efektif dalam waktu yang ditentukan, maka diperlukan hubungan kerjasama yang baik dan koordinatif, baik antara tim pelaksana secara internal maupun antara

tim pelaksana dengan pihak Pemberi tugas. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu disusun personil pelaksana yang akan dilibatkan disertai lingkup penugasan dan tanggung jawab masing-masing secara jelas. Hubungan penugasan/tanggung jawab dari masing-masing personil maupun hubungan koordinatif dengan Pemberi Tugas dituaangkan dalam struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang tepat, sehingga dapat menunjang kelancaran pekerjaan. Organisasi pelaksanaan pekerjaan tersebut diharapkan juga dapat mewujudkan hasil pekerjaan yang optimal. 3.1.TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB TENAGA AHLi

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Pekerjaan dilakukan dengan melibatkan beberapa personil/ tim pelaksana dari berbagai bidang keahlian, khususnya berkaitan dengan pengelolaan air daerah rawa. Susunan personil/tim pelaksana dan lingkup penugasan/tanggung jawabnya diuraikan sebagai berikut : 1. Ketua Tim / Team Leader - Sarjana S1 Ilmu Tanah, S2 Hidrologi dan memiliki pengalaman dalam perencanaan jaringan tata air daerah rawa - Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap pelaksanaan pekerjaan dari sejak persiapan sampai saat akhir pekerjaan, serta secara periodik melaporkan perkembangan pekerjaan kepada Pemberi Pekerjaan; - Bertanggung jawab atas koordinasi dan Pengawasan terhadap tim yang lain dalam pelaksanaan pekerjaan, baik pekerjaan lapangan survey lapangan pengukuran dan inventarisasi lahan) sampai pekerjaan kantor (detail desain dan pelaporan); - Bertanggung jawab terhadap persiapan pelaksanaan pekerjaan, termasuk persiapan kantor, fasilitas-fasilitas pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja serta metodologi yang akan diterapkan; - Bertanggung jawab terhadap pemberi Pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan tim pelaksanaan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung saat ml, sehingga semua berjalan sesual dengan permintaan TOR sebagal

acuan pekeijaan; I-24 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu Berperan sebagal koordinasi setiap kegiatan diskusi dengan pemberi Pekerjaan dan alokasi penugasan personil yang telibat dalam pelaksanaan proyek; -Melakukan monitoring terhadap kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan sehingga sesuai shedul yang telah direncanakan; - Mengkaji ulang serta pengecekan keseluruhan hash pekerjaan yang telah dilaksanakan; - Mengkoordinasi secara keseluruhan akan laporn yang harus dhserahkan pada Pihak Pemberi Pekerjaan. 2. AHLI DESAIN -Sarjana S1 Teknik Sivil, S2 Pengairan, Bersama Team Leader melakukan survey pendahuluan untuk identifikasi lokasi di daerah rawa, kondisi dan sistem pengaliran yang telah ada serta rencana trase saluran yang akan direncanakan; -Melakukan inventarisasi lahan serta jaringan irigasi yang ada, serta data-data pendukung yang dibutuhkan dalam tahap desain; -Menyiapkan peta daerah dan skema jaringannya beserta petak-petak tersier; -Bertanggung jawab terhadap pembuatan Lay-Out sementara sampal lay-out definitif disetujui direksi pekerjaan; -Menyiapkan perhitungan hidrolis dan stabilitas bangunanbangunan dan gambar-gambar yang diperlukan; -Mendesain bangunan-bangunan yang sudah dihitung angka hidrolis dan stabllitasnya; -Menyiapkan Spesifikasi Teknis, Rencana Anggaran Biaya dan Rencana Paket antara laporan-laporan lain. I-25 Lembaga Penelitian Unsri Proposal

Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu 3. AHLI HIDROLOGI -Melakukan survel dan identifikasi kondisi jaringan irigasi yang ada; -Melakukan pengumpulan data kilmatologi dan data debit sungai; -Mengkoordinir tim survey untuk melakukan pengukuran debit sumber air baku sesaat; -Melakukan analisa hidrologi berupa, analisa data Curah Hujan, Debit Banjir, dan rekomendasi untuk parameter desain dan perhitungan kebutuhan air dan ketersediaan air baku; -Menyusun laporan lapangan hasil identifikasi dan laporan pendukung hidrologi; - Membantu Team Leader dalam menyusun laporan pekerjaan. 4. AHLI STRUKTUR BANGUNAN AIR/HIDROLIKA - Melaksanakan Perhitungan dan Perencanaan Struktur Bangunan Hidraulik (pintu, fondasi dli) Tanggul Banjir, Stabilitas Lereng Saluran, Struktur Jembatan, Dermaga dan Sarana Bangunan Pelengkap lainnya; -Memberikan Petunjuk dalam Penyusunan Spesifikasi Teknik dan Metoda Pelaksanaan konstruksi; -Membantu menyusun Nota Desain. 5. AHLI GEODESI ATAU PEMETAAN -Menguasi ilmu pemetaan, analisis GIS, Melakukan survey lokasi sehubungan dengan rencana jalur pengukuran yang akan dilaksanakan Menyiapkan titik-titik referensi pengukuran; -Menyiapkan hasil inventarisasi saluran dan bangunan; -Melakukan koordinasi di dalam pelaksanaan pengukuran baik ketelitian situasi maupun trase saluran; - Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap perhitungan dan ketelitian di dalam perhitungan data pengukuran; -Penyusunan laporan yang berhubungan dengan pekerjaan pengukuran baik laporan pengukuran, buku ukur, diskripsi BM dan lain-lain; -Menyiapkan gambar-gambar hash pengukuran dan laporan akhir dan hasil pengukuran. 6. AHLI TANAH PERTANIAN -Mengkoordinir peaksanaan survai tanah di lapangan;

-Melakukan survai tanah di lokasi daerah rawa - Melakukan pengamatan perkembangan tanah di lokasi proyek; - Melakukan pengamatan profil tanah dan pengambilan contoh tanah untuk dianalisa di laboratorium; -Mengidentifikasi kedalaman pint, ketebalan gambut di lokasi proyek; - Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian khususnya budidaya tebu. -Memberikan saran-saran yang berguna untuk peningkatan berdasarkan kriteria dan petunjuk; -Membuat kerangka kerja pelaksanaan survai tanah yang pasti dan efisien di lapangan; -Membuat laporan kemajuan kerja, laporan bulanan dan membantu Team Leader dalam membuat laporan akhir. I-27 Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu 8. Tenaga Pendukung Tenaga pendukung dalam pekerjaan ini adalah tenaga sub profesional yang meliputi : Asisten Tenaga Ahli, Chief Surveyor, surveyr, Juru Gambar, pengelola administrasi dan keuangan, operator komputer, serta tenaga lapangan. Keseluruhan tenaga pendukung mi bertugas membantu Ketua Tim dan Tim Ahil lainnya dalam kegiatan survey lapangan, pengolahan data, pembuatan laporan dan peta-peta, serta pengurusan administrasi dan keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan. Tenaga Pendukung ini diperlukan sebanya 7 orang. 3.2. Rencangan Personil Penanggung Jawab kegiatan: Prof. Dr. Ir. H.M. Said, M.Sc. Ketua Tim: Ir. Momon Sodik Imanudin, M.Sc. (Ahli Hidrologi dan Rawa) Tenaga Ahli : 1.Ahli Simulasi dan Pemodelan komputer : Dr. Ngudiantoro, M.Si 2.Ahli Tanah Pertanian : Ir. Muh Bambang P, M.Sc 3.Ahli Bangunan Air : Ir. Dery Darmawan 4.Ahli GIS Pemetaan : Ir. Feriadi, M.Si 5.Suveyor tofografi : Ir. Sitompul http://www.scribd.com/doc/39024353/Proposal-Rawa-1000ha

You might also like