You are on page 1of 6

HUKUM KELUARGA ISLAM DI ARAB SAUDI

I. Pendahuluan
Arab Saudi merupakan Negara yang menggunakan sistem kerajaan atau monarki. Hukum yang digunakan adalah hukum syariat Islam dengan berdasarkan pada pengamalan ajaran Islam yang juga didasari oleh pemahaman sahabat nabi terhadap Al-Quran dan Hadits. Di samping sistem hukum syariat, hukum yang dilaksanakan pemerintah Saudi juga menerapkan regulasi-regulasi dan juga membangun lembaga-lemmbaga untuk menangani kasus-kasus yang tidak dicakup oleh syariat. Ini dirancang supaya sesuai dengan prinsip-prinsip syariat dan melengkapinya, bukan malah menggantinya. Hasilnya adalah sebuah system hukum ganda, yang keseluruhannya berdasarkan syariat dan bersifat otonomi yang tidak terlepas dari syariat. Arab saudi termasuk Negara Islam yang hukum keluarganya bersifat uncodified law, itu berarti hukum keluarga Islam di Negara tersebut belum diatur dalam bentuk tertulis. Tetapi sejak tahun 1950-an, Negara Saudi Arabia melalui dekrit kerajaan telah mengesahkan sejumlah peraturan yang meliputi berbagai masalah kehidupan sosial, misalnya perdagangan, kebangsaan, penyuapan, pertambangan, perburuhan tenaga kerja jaminan sosial dan pertahanan sipil. Untuk menjalankan kekuasaan kehakiman, seorang qhadi mengepalai badan pengadilan. Kekuasaan qhadi hanya terbatas pada persoalan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh syariah. Apabila kasusnya menyangkut peraturan yang diundangkan dengan dekrit raja, maka yang berhak mengadili bukan qhadi melainkan gubernur atau kepala daerah setempat.1 Arab Saudi dikenal sebagai salah satu Negara muslim terbesar dan dikenal pula sebagai tempat awal mula Islam masuk. Kemudian Negara ini juga dikenal sebagai Negara yang menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar konstitusinya dengan Madzhab Hanbali sebagai madzhab Negara. Hal-hal di atas berimplikasi pada penerapan hukum publik maupun hukum privat di Negara tersebut khususnya hukum

Ahya Burhani dkk., Hukum Keluarga Islam di Arab Saudi, Makalah, hlm. 1-2.

keluarga. Maka di sini pemakalah akan mencoba mengulas tentang hukum keluarga Islam di Arab Saudi. Sebelum itu, berikut sistem hukum yang diterapkan di Arab Saudi :

Status Konstitusi Islam : Arab Saudi tidak memiliki konstitusi formal. Fungsi konstitusi dilayani oleh Undang-Undang Dasar mengartikulasikan hak-hak dan tanggung jawab pemerintah yang dikeluarkan oleh Raja Fahd Maret 1992. Pasal 1 Undang-Undang Dasar menyatakan Islam agama resmi negara dan UUD Qur'an dan sunnah tersebut. Undang-Undang Dasar juga menentukan bahwa " negara melindungi hak-hak masyarakat sesuai dengan syariah Islam," menegaskan independensi peradilan dan menyatakan bahwa administrasi peradilan didasarkan pada "aturan syariah menurut ajaran Al-Qur'an, Sunnah, dan peraturan yang ditetapkan oleh penguasa asalkan tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Pasal 26 mengatur bahwa negara melindungi hak asasi manusia "sesuai dengan syariat Islam". Sistem Pengadilan: Pengadilan Syariah memiliki yurisdiksi umum yaitu yurisdiksi atas kasus apapun atau masalah yurisdiksi atas yang belum tegas ditugaskan ke pengadilan lain. Ada empat tingkat pengadilan syariah: Pengadilan Kecil, Pengadilan Umum, Pengadilan Kasasi, dan Dewan Pengadilan Tertinggi.Gugatan sipil juga bisa pergi ke Amarah dalam hal Amir upaya untuk membimbing para pihak dalam sengketa untuk kompromi, masalah ini akhirnya dirujuk ke pengadilan jika penyelesaian tidak tercapai. Ada juga sejumlah pengadilan khusus untuk menyelesaikan sengketa di daerah tertentu, seperti hukum dagang atau kerja, ini pengadilan khusus yang dibentuk di bawah berbagai kementerian luar Departemen Kehakiman. Pengadilan banding tertinggi dalam semua hal, Dewan Keluhan, juga independen dari Departemen Kehakiman, dan sejak reorganisasi tahun 1982 telah dibuat bertanggung jawab langsung kepada Raja.

II. Pembahasan
A. Hukum Pernikahan Di Negara yang hukum perkawinannya masih uncodified law2, hukum perkawinannya didasarkan pada kitab-kitab fiqih madzhab yang dianut oleh Negara tersebut. Pelaksanaan pernikahan serta hal-hal lain yang terkait dengan hukum pernikahan seperti talak dan rujuk pada umumnya ditangani oleh para ulama atau institusi keagamaan setempat yang dianggap berwenang menangani masalah keagamaan umat
2

Contohnya adalah Negara-negara yang penduduk muslimnya minoritas seperti Burma, Filipina, Thailand dan lainlain.

Islam. Negara Arab Saudi menggunakan Madzhab Hambali sebagai madzhab Negara, oleh karena itu hukum-hukum yang mengandung syariat didasarkan kepada kitab-kitab madzhab tersebut. 3 1. Usia Pernikahan Arab Saudi tidak memiliki hukum khusus untuk mengatasi masalah ini. Karena di Negara ini tidak di tetapkannya Undang-Undang mengenai batasan minimal usia pernikahan, yang diterapkan hanyaah hukum fikih yang sebenarnya yaitu sseseorang dapat menikah kapanpun asalkan telah cukup memenuhi syarat dalam madzhab yang dianutnya, dimana mayaoritas mereka bermdzhab Imam Hambali. 2. Poligami Begitu pula dengan masalah poigami, Arab Saudi tidak memiliki hukum khusus untuk mengatasi masalah ini. Tidak ada batasan atapun tata cara yang khusus mengenai prosedur yang harusnya dilakukan bagi para suami yang ingin berpoligami. 3. Perwalian Pernikahan Secara resmi, kontrak perkawinan dibuat antara pengantin pria dan "mahram" dari pengantin yang dimaksudkan. Namun status seorang wanita yang akan melaksanakan pernikahan adalah berbeda-beda. Oleh karena itu perempuan harus menentukan dalam kontrak perkawinan apakah mereka perawan, bercerai, atau janda. 4. Perceraian Dalam kasus perceraian di Arab Saudi, seorang wanita mungkin meminta cerai jika suaminya itu telah memberikan hak ini dalam kontrak perkawinan, atau jika wanita tersebut dapat membuktikan di pengadilan bahwa suaminya impoten atau telah meninggalkan dirinya. Sedangkan seorang pria dapat meminta cerai dari istrinya hanya dengan menyatakan niatnya untuk pengadilan dan mengulanginya tiga kali. Setelah perceraian resmi diputuskan, pria diwajibkan oleh hukum untuk menyediakan perawatan dan nafkah untuk mantan istrinya dalam periode waktu yang telah ditentukan.

Ahya Burhani dkk., Hukum Keluarga Islam di Arab Saudi, Makalah, hlm. 2.

5.

Hak asuh anak dan perwalian Pihak ayah adalah pihak yang memegang hak utama dalam kasus perceraian. Meskipun begitu, hakim dapat mempertimbangkan kebugaran orang tua dalam pemberian perwalian, apabila seorang ayah yang ditunjuk untuk menjadi orangtua yang mendapatkan perwalian anak sedang dalam kondisi yang tidak sehat, maka kakek dan nenek dari pihak ayah adalah yang diserahi tanggung jawab atas anak tersebut.

B.

Perwakafan dan Kewarisan Sama halnya dengan bidang hukum keluarga yang lainnya, hukum wakaf juga merupakan hukum

yang hidup di seluruh dunia Islam, apakah itu di Negara-negara berpenduduk muslim minoritas atau di Negara yang mayoritas muslim. Begitu penting dan strategisnya kedudukan wakaf bagi jaminan sosial umat dan kesejahteraan umum secara keseluruhan. Maka tidak terlalu sulit untuk dimengerti jika di sejumlah Negara Islam seperti Arab Saudi serta Negara-negara berpenduduk mayoritas muslim memiliki menteri perwakafan. Arab Saudi sebagai Negara Islam konstitusional adalah Negara Islam yang sangat peduli dengan penataan dunia perwakafan. Tradisi wakaf yang dicanangkan Nabi Muhammad saw. di Madinah lebih dari 14 abad silam, dapat dikatakan secara terus-menerus dipelihara oleh setiap pemerintahan Islam yang telah berjalan silih berganti dari waktu ke waktu dan dari khalifah ke khalifah bahkan dari raja ke raja hingga sekarang. Pada tahun 1966 M arab Saudi membentuk departemen wakaf dalam pemerintahannya. Pada pokoknya, departemen wakaf ini memiliki tugas utama untuk menangani berbagai hal yang berhubungan dengan wakaf, seperti membuat perencanaan serta pengembangan harta wakaf, mensosialisasikan program-program wakafyang telah disetujui, mendistribusikan hasil wakaf kepada masyarakat yang berhak dan memelihara kelanggengan aset-aset wakaf di samping menyusun laporan lengkap dan rinci kepada pihak kerajaan Saudi. Di antara pengelolaan wakaf yang paling menonjol di arab Saudi adalah pengelolaan wakaf khusus bagi dua kota yang paling dihormati umat Islam yaitu Mekah dan madinah. Di atas tanah di sekitar Masjid Al-Haram di Mekah dan di atas tanaha yang terletak di sekeliling Masjid An-Nabawi di Madinah, dibangun sejumlah pertokoan dan perhotelan atau rumah-rumah penginapan untuk dikelola secara profesional guna menghasilkan dana yang kemudian membiayai perawatan berbagai asset yang dimiliki kedua kota tersebut.

Adapun mengenai masalah kewarisan secara umum , hukum kewarisan Islam pada dasarnya tetap berlakku di hamper atau bahkan di seluruh dunia Islam. Baik dunia islam yang mengatur hukum kewarisannya dalam bentuk undang-undang maupun yang tidak atau belum mengatur hukum kewarisannya dalam bentuk undang-undang. Arab Saudi termasuk ke dalam Negara yang tidak menjadikan hukum kewarisannya ke dalam undang-undang akan tetapi mereka mengatasi masalah waris mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.4

C.

Aplikasi Hukum Keluarga Arab Saudi Penggunaan Al-Quran dan sunnah sebagai hukum yang dipakai untuk mengatur hukum keluarga

oleh Arab Saudi menyebabkan para hakim, ulama dan mufti harus lebih banyak mengeluarkan ijtihadnya dikarenakan umumnya sumber hukum yang mereka miliki. Tidak jarang para ulama tersebut mengalami perbedaan pendapat mengenai masalah yang sama. Hal ini membuat pihak PBB menyarankan kepada Arab Saudi untuk merevisi hukum keluarga yang dipakai oleh Negara tersebut.di samping perbedaan pendapat yang acap kali terjadi oleh para ulama yang ada di Arab Saudi, PPB juga menilai hukum keluarga yang dipakai Arab Saudi saat ini membuka kemungkinan terjadinya diskriminasi khususnya terhadap perempuan. Sehingga PBB merasa perlu untuk menyarankan adanya revisi terhadap hukum keluarga di Negara ini. Adapun aplikasi hukum keluarga di masyarakat Arab Saudi sendiri banyak menghadapi masalahmasalah yang perlu diperhatikan karena dianggap melanggar nilai-nilai sosial oleh sebagian masyarakat dunia. Seperti praktek nikah di bawah umur dan nikah misyar. Namun hal tersebut dianggap boleh oleh pemerintah Arab Saudi karena tidak dilarang oleh sumber hukum mereka.

Daftar Pustaka
4

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005), hlm. 194-195.

Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005. Nasution, Khoeruddin, STATUS WANITA DI ASIA TENGGARA: Studi terhadap Perundang-undangan Perkawinan Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, Jakarta : INIS, 2002. Hukum Keluarga di Timur Tengah dan Afrika Utara: Arab Saudi http://wideangle.com (diakses tanggal 24 Oktober 2011)

You might also like