You are on page 1of 7

IDDAH

A. Pengertian Iddah Dalam kamus Arab Indonesia, berasal dari kata yang
mempunyai arti bilangan atau dari kata yang berarti menghitung 1, Sedangkan menurut istilah adalah masa menanti yang diwajibkan atas

perempuan yang diceraikan suaminya (cerai hidup atau cerai mati). Dimana pada masa ini tidak diperbolehkan menikah atau menawarkan diinya kepada laki-laki lain untuk menikahinya guna supaya mengetahui kandungannya berisi atau tidak.2 B. Macam-Macam Iddah Perempuan yang di tinggal suaminya tadi adakalanya cerai karena mati, dan adakalanya di thalaq oeh suaminya. Maka iddahnya adalah sebagai berikut : 1. Iddah masa kehamilan yaitu waktunya sampai masa kelahiran kandungan yang dikarenakan thalaq bain (perceraian yang mengakibatkan tidak kembali kepada suaminya) atau talaq raji (perceraian yang dapat kembali kepada suaminya) dalam keadaan hidup atau wafat. Firman Allah :

dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.

1 2 3

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Hida Karya Agung, Jakarta, 1997, hlm. 42

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar baru Algesindo, 1994. Halaman : 414 QS. At-Thalaq : 4

2. Iddah Muthlaqah (karena Thalaq) Iddah muthlaqah atau iddah karena perceraian, Jika wanita ini dalam keadaan haid, maka masa iddahnya yaitu menunggu selama tiga kali suci dari haidnya. Firman Allah :


Waanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali nita quru'. Terjadi khilaf antara para ulama salaf dan khalaf serta para imam mengenai ,aksud istilah quru. Pendapat mereka terbagi dua. Pertama, yang dimaksud dengan quru adalah masa suci. Pendapat kedua, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan quru adalah masa haid. Jadi iddah belum habis jika istri belum suci dari haid tiga kali. 3. Iddahnya wanita yang tidak haid Yang disebut perempuan yang tidak berhaid, yaitu perempuan yang berlanjut usia (berhenti haidnya karena faktor usia atau menopause) dan anak kecil (yang sejak semula memang belum pernah haid).5 Firmman Allah :

4 5

QS. Al-Baqarah : 228 Ash-Shabuni, Terjemah Tafsir Ayat Ahkam, PT. Bina Ilmu : Surabaya, 2008. Hal : 1054

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.. 4. Iddah istri yang ditinggal suaminya karena wafat. Iddahnya seorang wanita yang ditinggal suaminya karena wafat yaitu selama 4 bulan 10 hari jika ia sedang tidak dalam keadaan hamil. Firman Allah :


Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri

(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Dari pernyataan diatas, bahwa wanita yang ditinggal suaminya karena wafat yaitu selama 4 bulan 10 hari. Maka timbul pertanyaan, bagaimana jika kemudian perempuan yang ditinggal mati suaminya itu hamil ? manakah diantara kedua macam iddah itu yang diambil ? Maka menurut Jumhur salaf, Iddahnya habis setelah anaknya itu lahir meskipun belum cukup sampai 4 bulan 10 hari.7 Namun, menurut Ali dan Ibnu Abbas berkata, yaitu dipilih waktu yang lebih lama diantara keduanya (antara 4 bulan 10 hari dan sampai melahirkan anaknya) 8 5. Iddah wanita yang belum disetubuhi. Dalam Firman Allah dijelaskan :


6 7

QS. Al-Baqarah : 234 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar baru Algesindo, 1994. Halaman : 415 8 Ash-Shabuni, Terjemah Tafsir Ayat Ahkam, PT. Bina Ilmu : Surabaya, 2008. Hal : 1056

menikahi

Hai

orang-orang

yang

beriman,

apabila

kamu

perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. Yang dimaksud dengan mut'ah di sini pemberian untuk menyenangkan hati isteri yang diceraikan sebelum dicampuri. Dan ayat ini dapat diambil dalil, bahwa seorang istri yang belum di gauli suaminya tidak mempunyai kewajiban menjalani masa iddah.10 C. Hak Istri dalam Masa Iddah (Nafkah Iddah) Selama masa iddah suami berkewajiban menempatkan istrinya yang sudah di thalaq itu dirumahnya, menurut kadar kemampuannya selama masa iddah, dan ia pun tidak boleh menyulitkan mantan istrinya itu. Atau umpamanya dengan tidak memberikan nafkah dengan tujuan agar mantan istrinya itu dapat keluar dari rumahnya, kecuali jika si istri tersebut merupakan istri yang durhaka pada suaminya, ia tidak berhak menerima apa-apa. Sebagaimana dalam KHI di jelaskan dalam pasal pasal 81 ayat (1) yang berbunyi Suami wajib

10

QS. Al-ahzab :49 http://ummfulanah.wordpress.com/2009/05/28/macam-macam-masa-iddah-2/ tgl: 02-05-2011 pk:15.24

menyediakan tempat tinggal bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istrinya yang masih dalam iddah.
11

Sebagaimana dalam Firman Allah :

12

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka Sedangkan jika mantan istrinya itu dalam keadaan hamil maka wajib memberinya nafkah selama masa kehamilannya itu sampai melahirkan anaknya. Firman Allah :


dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin. Kemudian apabila ia telah melahirkan anaknya dan ia mau menyusui anaknya itu, maka mantan suaminya itu harus memberi upah menyusui.13 Sebagaimana dalam Firman Allah :


11

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, hal : 133 QS. At-Thalaq : 6 Ash-Shabuni, Terjemah Tafsir Ayat Ahkam, PT. Bina Ilmu : Surabaya, 2008. Hal : 1060

12

13

Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. Sedangkan wanita yang dalam iddah wafat suaminya, mereka tidak mempunyai hak sama sekali meskipun ia dalam keadaan mengandung, karena dia dan anak yang berada di dalam kandungannya itu telah mendapatkan hak pusaka dari suaminya yang meninggal dunia.
14

Sabda Rasulullah SAW :

) ( Janda hamil yang kematian suaminya tidak berhak mendapat nafkah

DAFTAR PUSTAKA
14

Al-Quran al-Kariim

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar baru Algesindo, 1994. Halaman : 418

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Hida Karya Agung, Jakarta : 1997 Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung : Sinar baru Algesindo, 1994. Ash-Shabuni, Terjemah Tafsir Ayat Ahkam, PT. Bina Ilmu : Surabaya, 2008. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, CV. Akademika Presindo : Jakarta : 2010 http://ummfulanah.wordpress.com/2009/05/28/macam-macam-masa-iddah-2

You might also like