You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Seorang antropologi amerika serikat mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah segala

sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, normanorma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan karena kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal ( Robert H. Lowie,1999 : 26 ) Masing-masing daerah memiliki tradisi kebudayaan tersendiri. Contohnya saja pada daerah sungai pagar, salah satu tradisi yang sering dilakaukan adalah upacara turun mandi bayi. Upacara turun mandi bayi adalah upacara yang dilakukan untuk menyambut kelahiran sang bayi yang sudah di anugerahkan oleh sang pencipta. Biasanya upacara ini dilaksanakan pada saat tali pusat bayi sudah lepas. Proses upacara turun mandi bayi ini dapt di jadikan sebagai bahan pembuatan makalah yang menarik, karena dengan berkembangnya zaman, banyak tradisi yang sudah di lupakan. Untuk itu, penulis akan membahas tradisi ini supaya di daerahnya tidak lenyap begitu saja. Selain itu, penulis makalah ini juga untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Nazarudin dam bidang studi budaya melayu.

1.2.

Perumusan Masalah
Sehubungan dangan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan permasalahan

yang akan di bahas dalam makalah ini, yakni sebagi berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Kapan waktu pelaksanaan upacara turun mandi bayi di laksanakan? Apa fungsi dari upacara turun mandi bayi? Siapa saja orang yang berperan dalam pelaksanaan upacara turun mandi bayi ini? Apa saja perlengkapan yang di butuhkan untuk upacara turun mandi bayi? Bagaimana proses pelaksanaan upacar turun mandi bayi?

1.3.

Tujuan
Berdasarkan dari perumusan masalah yang sudah di rumuskan di atas, maka tujuan dari

penulisan makalah ini yaitu : 1. 2. 3. 4. Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan upacara turun mandi bayi Untuk mengetahui fungsi dari upacara turun mandi bayi Untuk mengetahui pihak-pihak yang ikut serta dalam upacara turun mandi bayi Untuk mengetahui perlengkapan-perlengkapan apa saja yang diperlukan unutuk upacara turun mandi bayi 5. Untuk mengetahui bagaimana proses upacara turun mandi bayi

1.4.

Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis memilih untuk menggunakan metode wawancara

supaya informasi yang di dapat lebih mudah dipahami.

1.5.

Kegunaan Penulisan
Hasil karya tulis ini dapat berguna bagi para pembaca yang ingin memahami mengenai

salah satu tradisi yang ada di Riau. Dan juga memberikan informasi kepada siswa-siswi yang membutuhkan bahan untuk tugas budaya melayu sehingga memudahkan adik kelas mendapatkann informasi yang dibutuhkan

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Waktu Pelaksanaan
Waktu yang tepat untuk melaksanakan acara ini yaitu pada saat tali pusat bayi sudah

lepas, karena jika tali pusar bayi belum lepas, bayi tersebut kondisinya masih sangat lemah sehingga tidak baik untuk kesehatan sang bayi. Acara ini di lakukan sekitar pukul 08.00 10.00 pagi. Alasan mengapa acara ini dilaksanakan pada pagi hari adalah karena menurut para orang tua dulu yaitu diumpamakan dengan kita bekerja pada pagi hari, yang mana di waktu pagi itulah banyak berkah yang di berikan oleh Allah SWT.

2.2.

Fungsi Upacara Turun Mandi Bayi


Fungsi upacara ini yaitu sebagai serah terima dari bidan kepada orang tua si bayi, sebab

menurut orang tua dulu, anak tersebut masih belum menjadi hak milik orang tuanya tetapi masih milik sang bidan. Pada saat sang ibu melahirkan, maka si bidan akan menyentuh darah si ibu, maka dibersihkan lagian badan dari bidan tersebut yang terkena darah si ibu menggunakan air limau. Limau di gunakan yaitu limau mentimun yang di percayai orang dulu sebagai obat. Guna di lakukan upacara ini selain serah terima yaitu untuk mengenalkan bayi dengan lingkungan sekitarnya dan untuk terus melanjutkan tradisi nenek moyang.

2.3.

Orang yang berperan dalam upacara


Orang yang sangat berperan dalam upacara ini yaitu orang tua si bayi dan bidan (dukun

beranak). Apabila si Ibu melahirkan di rumah sakit, dan orang tua tetap ingin melakukan acara ini maka orang yang ikut dalam pelaksanaan yaitu orang yang membantu si Ibu untuk melahirkan sebelum ke rumah sakit. Selain dari orang tua dan bidan, sanak keluarga juga sangat dibutuhkan dalam acara ini. Terutama untuk membantu mempersiapkan acara maupun perlengkapan yang akan di gunakan serta juga untuk memeriahkan acara.

2.4.

Perlengkapan upacara
a. Perlengkapan yang dibutuhkan waktu memandikan bayi : b. Kain panjang yang masih baru Air mandi bayi lengkap dengan peralatan mandinya Kembang 3 warna yaitu merah, kuning, putih Kayu yang sudah di belah kecil-kecil dan di ikat 3, panjangnya 2 jengkal Buah kelapa yang sudah di ikat 7 helai daun kelapa yang sudah di ikat simpul Penampi beras

Untuk buaian, alat yang diperlukan : Kain panjang yang masih baru Benang 3 warna Daun pinang muda setangkai Buah pisang
5

c.

Kulit pinang, daun kunyit, serai, kulit bawang, tampuk lado

Perlengkapan yang diperlukan untuk serah terima bidan, yaitu :

Lilin Lilin ini di serahkan kepada bidan gunanya adalah sebagai penerang bagi bidan dalam hidupnya.

Benang Benang di berikan pada si bidang gunanya adalah sebagai tanda bahwa hubungan silahturahmi antara bayi dan bidan akan tetap terjalin dan tidak boleh putus

Uang sekenanya Kain panjang Beras, gula, teh dan kopi Bahan-bahan ini merupakan bahan yang termasuk di perlukan bagi orang tuatua dulunya. Oleh karena itu bahan-bahan tersebut juga perlu di berikan pada si bidan untuk memberikan kemudahan bagi si bidan.

Air Limau Air limau di gunakan untuk mencuci tangan si bidan yang sudah menyentuh darah si ibu sewaktu melahirkan.

2.5.

Tata cara pelaksanaan upacara


Sebelum upacara di laksanakan, si bayi akan di cukur rambutnya terlebih dahulu.

Namun, kalau bayi itu perempuan selain di cukur rambutnya, telinganya juga harus di tindik terlebih dahulu.

Setelah di cukur, baju si bayi lalu di buka dan digendong dengan dengan kain panjang yang masih baru. Kemudian bayi tersebut akan dibawa kedapur, lalu abu yang ada di tungku masak di ambil dan di silangkan di kening bayi. Setelah itu dapur tersebut akan di sembur oleh bidan dengan membaca mantra terlebih dahulu. Dari dapur, bayi tersebut di bawa ke depan rumah yang mana di sana telah tersedia bak mandi untuk si bayi. Lalu si bayi kemudian di cacahkan ke tanah dan bidan akan mengambil 7 helai daun kelapa yang sudah di ikat simpul, lalu mengambil sedikit air kemudian disemburkan ke bagian-bagian tertentu dari tubuh si bayi diantaranya : ubun-ubun, dada, pusar, tangan, kemaluan, lutut dan kaki. Pada saat menyembur si bayi, daun kelapa akan menjadi perantaranya. Maksudnya, daun kelapa akan diletakkan di bagian-bagian tertentu dari tubuh bayi tersebut, baru di sembur oleh si bidan. Bayi kemudian di masukkan ke dalam air yang di dalamnya sudah diberi kembang 3 warnya dan dimandikan seperti biasa, sedangkan bidan akan duduk di atas 2 kelapa yang sudah di ikat. Alat yang di gunakan untuk menyiram air kebadan bayi bukanlah timba seperti yang kita gunakan sehari-hari, tetapi kayu yang sudah di ikat 3 dan di bakar ujungnya. Bagian yang sudah di bakar itulah yang akan di masukkan ke air dan menjadi timba. Setelah dimandikan, bayi lalu digendong dengan kain panjang. Setelah itu, kayu yang dijadikan timba tadi akan dilempar ke halaman rumah, apabila bagian dari kayu yang terbakar mengarah ke rumah, maka anak tersebut tidak perantau, tetapi jika bagian yang tidak terbakar tadi mengarah ke rumah, berarti anak tersebut perantau. Setelah kayu dilempar, bayi akan di bawa ke depan rumah, tetapi sewaktu sampai di pintu rumah, bayi akan di masukkan ke dalam penampi lalu di tampi layaknya menampi beras

sebanyak 3 kali. Setelah itu, bayi di gendong kembali dan di masukkan ke dalam ayunan. Di bawah ayunan di letakkan sabut kelapa, daun kunyit, serai, kulit bawang dan tampuk lado (tangkai cabe). Semua alat lalu di bakar di bawah ayunan bayi hingga menimbulkan asap. Apabila si bayi bersin karena asap, artinya anak tersebut tidak rewel. Selain dari bahan tersebut, di buaian bayi juga di ikatkan buah pisang, pinang muda setangkai, benang 3 warna dan sirih 3 tangkai. Apabila bayi sudah di asap, semua orang yang ikut dalam upacara tersebut akan di minta untuk mengambil bahan-bahan yang di ikatkan di buaian si bayi tadi. Setelah ini, barulah si bidan akan memberikan anak tersebut kepada orang tuanya. Sedangkan, orang tua dari si bayi akan memberikan lilin, benang, uang seadanya, kain panjang, gula, beras, teh, kopi dan air limau yang akan di basuhkan ke tangan si bidan sewaktu ibu dari si bayi melahirkan.

BAB III PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

You might also like