You are on page 1of 11

DASAR PEMBELAJARAN 1. a.

ASAS-ASAS BELAJAR Tujuan Belajar

Tujuan adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Sehubungan dengan deskripsi tugas yang menjelaskan apa yang mereka harus lakukan, juga perlu dipertunjukkan/diberitahukan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa, setelah pembelajaran tersebut dilaksanakan. Hal ini perlu agar para siswa mengetahui tujuan daripada kegiatan itu. Misalnya mengapa penting dan bagaimana tujuan itu dapat membantu mereka. Para siswa akan melakukan kegiatan dan berperan serta lebih baik. Untuk itu guru perlu membangun dalam diri siswa predisposisi yang dapat menambah inklinasi belajar. Asas ini paling efektif apabila diterapkan pada permulaan urutan pembelajaran. Cara pemberitahuannya tujuan kepada siswa memang juga krusihe teacher must be sincere and convicting in making introductory remarks about the purposes of the activity (Kourilsky., 1987, h. 15). Jika mungkin, hubungkan kegiatan dengan pribadi siswa, dan jelaskan bagaimana kegiatan itu berpengaruh positif terhadap mereka perolehan bila mereka berpartisipasi dalam pembelajaran itu. Upaya yang mungkin dilakukan untuk mengarahkan perhatian siswa kepada tujuan pelajaran, antara lain sebagai benkut : 1). Bagi siswa yang berada pada tingkat lanjutan, dapat diberikan suatu tes nyata, lalu individu menerima umpan balikan, serta bantuan mengerjakan tes, dan melaksanakan diskusi kelompok kecil. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih siap berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran tersebut.
2).

Bagi siswa tingkat SD, barangkali lebih efektif jika menggunakan situasi kehidupan nyata berdasarkan pengalaman siswa sendiri atau dari contoh media yang kemudian didiskusikan sehingga mereka lebih terarah pada pelajaran karena merasa jelas nilai pelajaran itu bagi mereka. Mempertunjukkan nilai pelajaran itu bagi pribadi dan intelektual siswa, misalnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, memperbaiki cara berkomunikasi, sehingga mereka lihat pentingnya pelajaran itu dan melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.

3).

b.

Motivasi Belajar Motivasi sering tumpang tindih dengan asas-asas belajar lainnya, namun demikian kita perlu mengenal konsep pokok (key concept) daripada motivasi kelas ini sebagai suatu asas belajar tersendiri. Tafsiran tentang motivasi menurut pandangan lama, sering di anggap sama artinya dengan perhatian. Misalnya guru berupaya menarik perhatian siswa terhadap pokok yang akan diajarkan dengan cara tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari bahan yang baru tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar

dianggap telah tumbuhnya motivasi belajar siswa bersangkutan. Motivasi dapat bersumber dan dalam diri siswa sendiri berdasarkan kebutuhan, dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasi belajar dapat juga tumbuh berkat rangsangan dan tekanan atau desakan dari luar, misalnya dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan pemberian harapan lainnya, yang disebut motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berdayaguna dalam melakukan proses belajar, kendatipun motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik. Kendatipun demikian, motivasi ekstrinsik perlu digerakkan dan digunakan untuk mendorong kegiatan belajar siswa, dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang relevan. Kondisi-kondisi kelas berikut mi dapat meningkatkan motivasi di dalam kelas: suasana lingkungan kelas, keterlibatan siswa secara langsung, mendorong keberhasilan, transfer dan retensi. Suasana Lingkungan Kelas Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika guru bersifat menunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhi secara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya. Guru juga perlu memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan (comportable) dan menunjang (supportive), sehingga membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang positif. Keterlibatan Langsung Siswa Jika mata ajaran dalam kelas dihubungkan dengan kehidupan pribadi siswa dan minatnya, maka proses belajar biasanya lebih melibatkan dan memotivasi siswa. Karena itu guru hendaknya memilih topik pelajaran yang populer bagi para siswa, agar mereka secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Karena itu guru perlu sewaktu-waktu mengubah pelajaran yang diberikannya untuk mengakomodasikan minat dan daerah keterlibatan pribadi siswa. Menjamin Keberhasilan Umumnya siswa akan memberikan respons yang positif bila mereka mengalami keberhasilan. Memang kadang-kadang ada siswa yang justru bekerja keras setelah mengalami kegagalan, namun umumnya motivasi belajar lebih meningkat berkat tumbuhnya rasa keberhasilan. Karena itu, guru hendaknya berupaya sebanyak mungkin memberikan kesempatan berhasil kepada siswa sepanjang urutan belajar. Untuk itu, guru dituntut memberikan penguatan ekstra (extra reinforcement) dan bimbingan, agar supaya siswa mau belajar lebih keras dengan penuh perhatian melaksanakan tugas-tugas belajarnya. C. Umpan Balik Hasil Belajar Asas Pengetahuan tentang hasil kadang-kadang disebut "Umpan Balik Pembelajaran", yang menunjuk pada sambutan yang cepat dan tepat terhadap siswa agar mereka mengetahui bagaimana mereka sedang bekerja. Lebih cepat siswa mendapat informasi balikan tentunya lebih baik, sehingga informasi salah segera dapat diperbaiki melalui kegiatan belajar berikutnya. Guru dapat memberikan umpan balik ini dengan berbagai cara, seperti : mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban silih berganti, antara guru dan para siswa, pertukaran dan mengoreksi

karangan-karangan di dalam kelas, memeriksa karangan oleh seorang volenteer kelas, atau mengecek dan mengomentari langsung di tempat (on the spot) oleh guru sambil berkeliling dalam kelas. Nada bahasa atau ucapan guru mengkomunikasikan pengetahuan tentang hasil yang dicapai oleh siswa juga sangat penting. Semangat keterbukaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan suasana ajakan dan dukungan akan mendorong siswa untuk mencari sendiri umpan balik. Bila prinsip ini dilaksanakan secara konsisten dan terus-menerus, maka dapat memperbaiki prestasi belajar siswa serta sikap mereka.
1).

2).

Beberapa contoh pelaksanaan asas pengetahuan tentang hasil di dalam kelas, antara lain : Kelompok baca, para siswa membaca sebuah cerita dalam hati. Kemudian siswa menceritakan kembali bagian-bagian penting dari cerita itu secara berurutan, sedangkan lainnya mendengarkan dan melakukan koreksi, ini dilakukan secara bergiliran. Guru menjelaskan hasil-hasil tes bentuk esay kepada kelas, dengan mengklasifikasikannya menjadi kelompok baik, sedang, dan kurang, dan kemudian mendiskusikannya dengan para siswa pada hari berikutnya.

d.

Transfer Hasil Belajar Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam inasyarakat. Tentang transfer hasil belajar, kita setidak-tidaknya akan menemukan 3 teori, yaitu : 1). Teori disiplin formal (The formal discipline theory) Teori ini menyatakan, bahwa sikap, pertimbangan, ingatan, imajinasi, dan sebagainya dapat diperkuat melalui latihan-latihan akademis. Mata pelajaran-mata pelajaran seperti geometri, bahasa latin sangat penting dalam melatih daya pikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya pikir kritis, ingatan, pengalaman, pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui latihan-latihan akademis. 2). Teori unsur-unsur yang identik (The identical elements theory) Transfer terjadi apabila di antara dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan (identik). Latihan di dalam satu situasi mempengaruhi perbuatan, tingkah laku dalam situasi yang lainnya. Teori ini banyak digunakan dalam kursus latihan jabatan, di mana kepada siswa diberikan respons-respons yang diharapkan diterapkan dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Para ahli psikologi, banyak menekankan kepada persepsi para siswa terhadap unsurunsur yang identik ini.
3). Teori generalisasi (The generalization theory)

Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsur-unsur yang identik. Tetapi generalisasi menekankan kepada kompleksitas dari apa yang dipelajari. Internalisasi daripada pengertian-pengertian, keterampilan, sikap-sikap dan apresiasi dapat mempengaruhi kelakuan seseorang. Teori ini menekankan kepada pembentukan pengertian (concept formation) yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain. Transfer terjadi apabila siswa menguasai pengertian-pengertian umum untuk kesimpulan-kesimpulan umum.

2.

AKTIVITAS BELAJAR/KETERLIBATAN LANGSUNG

Siswa (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masingmasing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu. Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat pemuasan, dan oleh karenanya menimbulkan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tiap saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar. Dengan sendirinya perbuatan itu pun menjadi banyak macam ragamnya. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jenis-jenis Aktivitas Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut : a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahanbahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental .- merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436). Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain :
1). Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2). Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. 3). Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat 4). 5). 6). 7).

8).

memperlancar kerja kelompok. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni: 1). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.
2).

Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, berproyek, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dengan metode manusia sumber/ nara sumber dan pengajar tamu (guest lecture), dan pelatih luar. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pad a keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar. PERBEDAAN INDIVIDUAL

3).

3.

Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang ber beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertikal. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti : bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.

Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu faktor ada yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak ada dua individu yang sama. Jenis-jenis Perbedaan Individual Perbedaan individual menyangkut dengan berbagai aspek diri, yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.
1).

2).

3).

4).

Kecerdasan. Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Bakat (aptitude). Bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain. Keadaan Jasmani. Keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi, berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan; dan akan mempengaruhi hasil belajar. Penyesuaian Sosial dan Emosional. Keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah : pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang menggantungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi di sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar siswa. Keadaan Keluarga. Keadaan keluarga, besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan individual yang dilatarbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada perbedaan dalam hal-hal : pengalaman, sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan belajar di sekolah. Prestasi Belajar Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang

5).

6).

diberikan, dan sebagainya. Upaya Pelayanan Perbedaan Individual Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan pelayanan perbedaan individual melalui proses pembelajaran, ialah : 1). Anak-anak yang tergolong cerdas akan berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan cara : (1). akselerasi, yakni memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk naik kelas lebih cepat satu atau dua tingkat sekaligus; (2). program tambahan, yakni memberikan tugas-tugas tambahan pada setiap tingkatan kelas. 2). Pengajaran individual, yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas kepada setiap individu siswa yang juga dinilai secara individual; atau dengan pengajaran kelompok dengan tugas-tugas okasional, dan dinilai secara kelompok pula. 3). Penyelenggaraan kelas khusus bagi siswa yang cerdas. Pembentukan kelas dilakukan pada awal tahun (berdasarkan hasil tes inteligensi), atau pada akhir tahun (berdasarkan tes akhir tahun). 4). Bagi siswa yang lamban dapat diselenggarakan kelas remedial yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan, baik bagi siswa yang lamban dalam satu mata pelajaran, maupun yang lamban dalam beberapa mata pelajaran. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan bimbingan guru dan/atau dengan bantuan anak-anak yang tergolong pandai. 5). Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan, menjadi kelompok kurang, kelompok sedang, dan kelompok pandai. Pembagian kelompok berdasarkan hasil tes inteligensi, angka rata-rata dan hasil tes objektif. Guru menyesuaikan dan mendeferensiasikan bahan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing kelompok tersebut. 6). Pembentukan kelompok informal oleh siswa sendiri berdasarkan minat, abilitet, kapasitas, kebutuhan dan kematangannya. Mereka belajar secara kelompok, sedangkan guru bertindak sebagai nara sumber. 7). Masih ada cara-cara lain yang dapat diupayakan, seperti : memberikan pelajaran pilihan, deferensiasi tugas, sistem tutorial, dan sebagainya (Oemar Hamalik, 1986). 4. PENGULANGAN DAN LATIHAN

Pengertian latihan dalam hubungan mengajar dan belajar adalah suatu tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar. Pemantapan itu diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai upaya perluasan. Sedangkan hasil belajar diartikan meliputi semua aspek tingkah laku. Latihan dapat merupakan proses individual dan dapat pula merupakan proses kelompok. Manfaat Latihan dalam Pembelajaran
1). 2).

3).

Latihan bermanfaat dalam proses pembelajaran, karena: Latihan memberikan pengalaman pendidikan bagi para siswa. Latihan dapat memantapkan hasil belajar, penguasaan aspek-aspek perubahan tingkah laku siswa, seperti : kebiasaan, keterampilan, sikap, pengertian, penghargaan, dan lainlain. Latihan berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi baik secara individual maupun secara berkelompok.

4). 5).

6).

Latihan penting, artinya untuk kehidupan sehari-hari bagi para siswa, misal : Transfer belajar. Latihan membantu cara pembelajaran yang lebih efektif, seperti mengingat (memorization), meniru dan otomatisasi jawaban-jawaban. Latihan dapat mendorong dan memperluas motivasi belajar para siswa.

Manfaat tersebut menggambarkan bahwa asas latihan dalam pembelajaran sangat esensial bagi tercapainya hasil belajar. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Ulangan dan Latihan Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar latihan efektif 1). Lingkungan belajar besar pengaruhnya dalam latihan. Lingkungan terdiri dari : lingkungan kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat. 2). Latihan harus fungsional, artinya berfungsi bagi diri siswa itu sebabnya latihan harus menarik minatnya. Memang sering ada pelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa. Untuk itu hendaknya siswa harus dilatih dulu dengan hal-hal yang berdekatan. 3). Latihan dilaksanakan secara sistematis. Latihan dilakukan berdasarkan rencana yang teliti dengan urutan yang tersusun baik. Latihan itu terpusat pada minat siswa, ditujukan untuk menguasai kecakapan-kecakapan tertentu dengan pimpinan guru. Contohnya : belajar membaca, mula-mula guru menerangkan kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya menunjukkan gambargambar, seterusnya memberikan kalimat-kalimat ilustrasi mengarahkan perhatian siswa terhadap bagianbagian yang berlainan dan sulit memperhatikan makna bentuk ucapan kesempatan mempergunakannya dalam berbicara akhimya menulis setiap kata baru. 4). Latihan dilaksanakan tepat pada waktunya. Latihan akan berhasil baik, bila dilaksanakan dalam saat yang tepat artinya tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlambat. Kalau para siswa telah memahami hal-hal yang telah dijelaskan oleh guru, misalnya tentang cara memecahkan soal hitungan, baru kemudian diberikan sejumlah soal sebagai latihan. Dengan kata lain, latihan diberikan setelah siswa memahami dengan benar sesuatu bahan, lalu dilaksanakan latihan untuk mencapai kecepatan. 5). Efektivitas suatu latihan bergantung pada banyaknya bahan. Ba han yang terlalu banyak memerlukan waktu lama. Bila bahan itu tidak bermakna maka waktu yang diperlukan untuk latihan juga akan lebih lama. Sebaliknya, kalau bahan yang dipelajari tidak terlalu banyak dan juga merupakan bahan-bahan yang bermakna, maka waktu latihan akan berkurang, dan hasil latihan akan lebih baik. 6). Distribusi latihan mempengaruhi keefektifan program latihan. Distribusi latihan ada 2 jenis : massed practice dan distributed practice. Jenis distribusi mana yang dilakukan tergantung pada kondisi tertentu. Pada massed practice, waktu istirahat lebih pendek agar supaya tidak lupa dan melelahkan, oleh karena latihan demikian memerlukan jangka waktu yang lama, seperti : dalam pengajaran unitek. Latihan-latihan yang fungsional dan sistematis untuk memperoleh kecakapan-kecakapan yang bertalian dengan unitek tersebut sebaiknya digunakan distributed practice, di mana waktu istirahat lebih lama dan periode latihan itu dalam jangka pendek.

Upaya Pendayagunaan Latihan dalam Pembelajaran Ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sesuai dengan teori belajar. Bentuk/teknik/prosedur tersebut hampir sama artinya : 1). Repetition (ulangan). Ulangan berarti mengulang suatu perbuatan berkali-kali dan ini sudah biasa dilakukan orang sejak kecil sampai dewasa bahkan seumur hidupnya. la selalu suka mengulang perbuatan-perbuatannya. Dari segi pendidikan, berbuat mengulang berkali-kali belum tentu mencapai tujuan tertentu. Ulangan yang dikategorikan sebagai latihan ialah apabila ulangan itu merupakan suatu usaha dalam rangka latihan dengan tujuan memperteguh atau memperkuat penguasaan hasil belajar. Dengan demikian hasil belajar itu menjadi miliknya dan bermanfaat bagi hidupnya.
2).

3).

Latihan otomatisasi (drill). Drill atau sering juga disebut repetitive drill method, adalah upaya untuk memantapkan keterampilan-keterampilan otomatis atau asosiasi yang telah diperoleh. Review atau Reteaching. Cara ini adalah untuk mengajarkan kembali atau mempelajari kembali bahan-bahan yang telah diajarkan dengan maksud memperoleh pemahaman, memperluas atau memperdalam dan memperjelas hal-hal tersebut. Bila siswa melihat terdapat kesamaan antara unsur-unsur dalam situasi semula dengan situasi waktu diadakannya review, maka akan terjadi transfer belajar. Dalam hal ini, review merupakan teknik membimbing siswa untuk menerapkan hasil belajar ke situasi yang baru. Practice. Suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa bila telah mengalami proses latihan (practice). Latihan adalah paling esensial dalam kondisi belajar. Practice is approriate whenever a more or less fixed pattern of automatic response is needed (Hoover, 1966, h. 390). Latihan tidak memerlukan ulangan yang betul-betul sama, misalnya belajar mengetik, menyetir mobil, dan sebagainya. Review dan Practice. Kedua prosedur ini sama pentingnya dalam proses pembelajaran, kendatipun terdapat kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya, kedua teknik merupakan keharusan belajar dalam kelas, practice merupakan aspek yang penting dari review, sedangkan review menggunakan practice sebagai jalan ke pemecahan masalah. Tujuan utama practice ialah untuk memperbaiki belajar. Tujuan utama review adalah untuk memperluas belajar. Perbedaannya ialah practice bersifat efektif dalam pengajaran keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan, bahkan merupakan suatu proses individualisasi. Review bersifat efektif untuk menumbuhkan pengertian, sikap, apresiasi dan terutama merupakan suatu proses pertimbangan kelompok. LINGKUNGAN

4).

5).

5.

Individu dan lingkungan terjalin proses interaksi atau sariing mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Tlngkah laku individu dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan bentuk positif atau negatif. Pengaruh positif berarti menimbulkan perubahan ke arah perbaikan, penyempurnaan atau penambahan. Pengaruh negatif, bila tingkah laku itu bersifat merusak. Sebaliknya, lingkungan dapat pula memberikan pengaruh dan menimbulkan perubahan pada tingkah laku individu. Tantangan-tantangan alam membuat manusia harus berpikir tentang cara menghadapinya, seperti; banjir, berjangkitnya penyakit tertentu, kekurangan

makanan, kurang sekolah, dan sebagainya; manusia terus berpikir dan berusaha mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul. Dengan berinteraksi dengan lingkungan, maka manusia mendapat pengalaman dan berkembang menjadi manusia yang mampu mendayagunakan dan/atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal im berarti, bahwa lingkungan dapat memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, karena menimbulkan perubahan tingkah laku yang baik, dan sebaliknya dapat menyebabkan gangguan dan perusakan tingkah laku, karena menyebabkan gangguan dan merusak perkembangan pribadi individu. Jenis-jenis Lingkungan Ruang lingkup lingkungan sangat luas. Untuk mengenal lingkungan secara rinci harus ditinjau aspek-aspeknya yang mencakup bidang-bidang kehidupan di dalamnya. William Burton mengadakan klasifikasi lingkungan, yang meliputi : daerah, keadaan alam, sejarah, masalah kependudukan, pertanian, ekonomi dan perdagangan, pabrik dan industri" perbankan dan keuangan, transportasi, komunikasi, mata pencarian, distribusi kekayaan, standar hidup, kesehatan, pendidikan, agama, pemerintahan dan politik, tempat rekreasi, pandangan atau prakarsa masyarakat (Burton, 1953, h. 515-516). Tiap aspek tersebut meliputi beberapa hal, misalnya bidang ekonomi terdiri dari toko-toko, tempat jual beli, koperasi, dan sebagainya. Manfaat Mempelajari Lingkungan Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan sosial bagi siswa, dan oleh karena mereka perlu disiapkan hidup di masyarakat dari mana dia berasal, dan perlu mengenal masyarakat sekitarnya secara saksama. Manfaat mempelajari masyarakat sebagai lingkungan pendidikan bagi, peserta didik, adalah sebagai berikut ;
1). 2). 3).

menanamkan pengertian yang realistik tentang proses-proses sosial dalam kehidupan. mengembangkan kesadaran dan sensitif terhadap masalah-masalah sosial.

siswa belajar berdasarkan minat, belajar menjadi lebih bermakna. 4). merupakan latihan berpikir ilmiah, berdasarkan fakta yang ada di masyarakat. 5). mendorong rasa tanggungjawab terhadap masyarakat. 6). memperkuat dan memperkaya pelaksanaan kurikulum dalam situasi praktis dan senyatanya. 7). mempersiapkan siswa ke arah kehidupan masyarakat. 8). turut berupaya memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat. 9). memadukan sekolah dengan masyarakat dalam upaya menjadikan sekolah sebagai lembaga kesejahteraan masyarakat. 10). memupuk kerja sama antara individu-individu dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan. 11). mengembangkan kemampuan dan kebiasaan melakukan observasi di kalangan siswa. 12). mengembangkan apresiasi dan pengertian terhadap pelayanan sosial dari masyarakat. Upaya Pembelajaran Berdasarkan Lingkungan Pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan

berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, dan dengan cara membawa siswa ke masyarakat. Cara pertama berkenaan dengan metode nara sumber (manusia sumber) yakni sumber masyarakat atau orang tertentu dengan pengalaman dan kemampuan dalam suatu bidang tertentu diminta untuk memberikan bimbingan. Cara kedua ialah membawa siswa (kelas) ke dalam lingkungan masyarakat, yakni dengan teknik (1). karyawisata atau ekskursi, (2) melakukan survei dalam bentuk wawancara dan observasi, (3) pengabdian/pelayanan pada masyarakat, (4). kerja pengalaman, dan (5). berkemah/kemah siswa. Teknik apa pun yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran berdasarkan lingkungan, namun prosedur pada prinsipnya adalah sama, yang terdiri dari kegiatan persiapan/ perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan penafsiran pengalaman, dan kegiatan tindak lanjut (Oemar Hamalik, 1989, h. 1989). Kegiatan persiapan/perencanaan. Kegiatan perencanaan dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Kegiatan itu berupa merumuskan tujuan, menentukan objek/sasaran, pembentukan panitia siswa, merencanakan anggaran biaya, rencana kegiatan belajar/pe ngalaman, menetapkan peraturan tata tertib, pembentukan kelompok-kelompok studi, rencana, perlengkapan/peralatan, dan sebagainya. Kegiatan pelaksanaan. Pada tahapan ini, siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, seperti : melaksanakan keberangkatan, atau mengundang sasaran, menyiapkan tempat, melaksanakan acara-acara tertentu, mengunjungi objek, mengikuti ceramah dan diskusi, melaksanakan wawancara dan observasi, melaksanakan kegiatan praktik, memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kegiatan penafsiran pengalaman. Pada tahap ini kelompok siswa membahas pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh, membuat laporan individual dan kelompok, mengikuti tes, membuat laporan umum berdasarkan evaluasi dan pembahasan, serta menganalisis kelemahan-kelemahan dan keberhasilan kegiatan pelaksanaan. Dengan penafsiran pengalaman tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai dan/atau merangkum semua pengalaman dan proses pembelajaran ini. Kegiatan tindak lanjut. Pada tahap ini, para siswa berupaya menerapkan dan mengkaitkan pengalaman yang diperoleh dengan mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain dari itu, kelompok/kelas juga dapat membuat alternatif bagi program selanjutnya, yang akan dilaksanakan oleh kelas bersangkutan.

You might also like