You are on page 1of 17

PENGGUNAAN METODE IDENTIFIKASI IRAB UNTUK MEMAHAMI RAGAM BAHASA ARAB TULIS

MAKALAH Disusun untuk menyelesaikan tugas akhir semester Matakuliah Bahasa Indonesia Keilmuan Yang dibina oleh Novi Eka Susilowati, S. Pd.

Oleh Moh. Fery Fauzi 209231419680

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB Desember 2010

PENGGUNAAN METODE IDENTIFIKASI IRAB UNTUK MEMAHAMI RAGAM BAHASA ARAB TULIS Moh. Fery Fauzi

A.

Pendahuluan Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa internasional karena banyak

digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari dan banyak dipelajari di berbagai negara di seluruh dunia. Banyak alasan bahasa Arab menjadi bahasa internasional dan dipelajari oleh banyak orang di seluruh dunia, di antaranya adalah bahasa Arab merupakan bahasa resmi di berbagai negara di daerah Timur Tengah, bahasa Arab juga termasuk salah satu bahasa resmi PBB, selain itu, bahasa Arab merupakan bahasa Alquran yang menjadi kitab suci umat Islam. Memahami bahasa Arab akan mempermudah dalam memahami Alquran. Kitab suci Alquran sebagai ragam bahasa Arab tulis mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang menjelaskan banyak hal tentang ilmu agama sebagai tuntunan hidup bagi umat Islam, ilmu pengetahuan dan sain yang sebagian sudah dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para pakar dan ahli, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Munculnya para ilmuwan setelah datangnya Islam merupakan bukti banyaknya hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalam kitab suci Alquran. Banyak sumber ilmu pengetahuan yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan Islam seperti di bidang kedokteran oleh Ibnu Sina, di bidang ilmu filsafat oleh Imam Ghazali dan Alfaraby, di bidang sastra oleh Abunawas dan di berbagai bidang lainnya yang diambil dari kitab suci Alquran. Berdasarkan latar belakang di atas, banyak orang yang mempelajari bahasa Arab, bukan hanya orang Islam tetapi juga orang non-Islam di berbagai negara di seluruh dunia. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien demi tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Arab, teknik dan metode yang tepat sangat diperlukan. Effendy (2008:9) menyatakan bahwa dalam pengajaran bahasa ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat, yakni pendekatan, metode, dan teknik. Sementara itu, Anthony (dalam Effendy, 2008:9) menjelaskan konsep ketiga istilah tersebut sebagai berikut: Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakekat bahasa, dan belajar-mengajar bahasa. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan metode dan pendekatan yang telah dipilih. Penggunaan metode yang tepat dan sesuai dengan empat keterampilan bahasa, yaitu: keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis akan memudahkan peserta didik dalam menguasai bahasa Arab dengan cepat. Sukamto dan Munawari (2007:v-vi) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Arab secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua sistem, yaitu: sistem pembelajaran bahasa Arab yang berorientasi pada penguasaan bahasa sebagai ujaran secara langsung dan sistem pembelajaran bahasa Arab yang berorientasi pada gramatika. Sistem pembelajaran bahasa Arab yang berorientasi pada gramatika merupakan pembelajaran dalam menguasai ragam bahasa Arab tulis. Sedangkan, Sistem pembelajaran bahasa Arab yang berorientasi pada penguasaan bahasa sebagai ujaran secara langsung merupakan pembelajaran dalam menguasai ragam bahasa arab lisan. Ragam bahasa Arab tulis sangat variatif dan beragam, baik yang berupa ilmiah maupun populer seperti makalah, teks, cerita pendek, puisi, prosa dan sebagainya. Keragaman bahasa Arab tulis merupakan perwujudan dari kompleknya pembelajaran bahasa sehingga kendala-kendala dalam memahami ragam bahasa Arab tulis juga beragam. Di Indonesia, pembelajaran dan pengajaran bahasa Arab juga mengalami banyak problematika dan kendala. Munajat (2009) menyatakan,

Problematika pengajaran bahasa Arab di Indonesia pada dasarnya dapat dipilah ke dalam dua kategori besar yakni problem linguistik dan problem non-lingustik yang dapat diperinci lagi menjadi problem metodologis dan problem sosiologis (Lihat Umam, 1999 : 5-11, bdk. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga : 61-76, selanjutnya disebut Pokja). Problematika-problematika di atas dikelompokkan sebagai:

problematika linguistik yang terjadi karena perbedaan karakteristik internal linguistik bahasa Arab itu sendiri dibandingkan dengan bahasa Indonesia. problematika metodologis yang terjadi karena metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien. problematika sosiologis yang terjadi karena faktor sosial di luar bahasa. Kendala yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab muncul pada pembelajar

(learner) bahasa Arab tingkat dasar, menengah, maupun mahasiswa perguruan tinggi jurusan bahasa Arab. Para pembelajar (learner) khususnya mahasiswa perguruan tinggi mengalami kendala karena kompleknya bahasa Arab itu sendiri dan karena kemampuan setiap individu yang berbeda dalam memahami bahasa arab lisan maupun tulis. Pada dasarnya, mahasiswa perguruan tinggi jurusan bahasa Arab juga belajar tentang ilmu tata bahasa Arab yang meliputi ilmu morfologi kata bahasa Arab (alqowaaid ash-shorfiyah) dan ilmu sintaksis bahasa Arab (alqowaaid annahwiyah), tetapi terkadang, para mahasiswa kurang menerapkan ilmu tata bahasa Arab yang telah dipelajari untuk memahami teks-teks berbahasa Arab. Hal ini terjadi pada mahasiswa jurusan sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Dalam pengamatan yang dilakukan pada mahasiswa jurusan sastra Arab Universitas Negeri Malang semester III tahun 2010 di mata kuliah Qiraah 1, kebanyakan para mahasiswa masih melakukan banyak kesalahan dalam membaca teks berbahasa Arab tanpa harakat, padahal matakuliah Qiraah 1 (reading 1) merupakan matakuliah representasi untuk memahami ragam bahasa Arab tulis dan aplikasi dari matakuliah Tathbiq Nahwiy 1 dan Tathbiq Sharfi 1. Dalam bahasa Arab, kesalahan membaca harakat, huruf, dan kata bisa menyebabkan perbedaan arti dalam penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan metode yang tepat untuk

memahami ragam bahasa Arab tulis. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memahami ragam bahasa Arab tulis, tetapi metode yang dianggap lebih mudah untuk memahami bahasa Arab tulis adalah dengan identifikasi irab. Metode identifikasi irab adalah metode untuk memahami ragam bahasa Arab tulis dengan mengenali, menguraikan, serta mengidentifikasi irab dalam suatu susunan kalimat. As-sonhaji (tanpa tahun) menyatakan, irab adalah perubahan akhir kalimah karena kemasukan Amil (penyebab terjadinya perubahan) yang berbeda-beda, baik berubah secara Lafadz (tampak) maupun kira-kira. Sedangkan Sukamto dan Munawari (2007) menyatakan bahwa metode irab yaitu metode pembelajaran tata bahasa Arab yang digunakan untuk menguraikan setiap kata dalam susunan kalimat bahasa arab menurut bina dan irabnya, alamatnya, jenisnya dan lain-lain. Metode ini lebih tepat diterapkan kepada mereka yang sudah mempunyai dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab. Metode identifikasi irab ini dianggap tepat bagi mahasiswa yang dalam kuliah telah belajar ilmu tata bahasa Arab karena metode ini akan memberikan kemudahan bagi mereka untuk memahami ragam bahasa Arab tulis. Dengan metode ini juga, mahasiswa juga akan menjadi lebih teliti dalam penerjemahan teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
B.

Karakteristik Metode Identifikasi Irab Metode identifikasi irab digunakan untuk mengidentifikasi posisi kata dan

harakat dalam suatu struktur kalimat bahasa Arab. Metode ini diartikan sebagai metode Nahwu wa Tarjamah (Grammar and Translation). (Hamid, Baharuddin dan Mustofa, 2008:18) mengungkapkan, Metode ini merupakan metode pembelajaran bahasa asing yang lebih dulu berkembang. Dari namanya bisa kita pahami bahwa dalam penerapannya metode ini banyak menekankan pada penggunaan nahwu (tata bahasa) dan praktik penerjemahan dari bahasa dan ke dalam bahasa sasaran. Metode ini bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer digunakan dalam pembelajaran bahasa asing baik di sekolah, pesantren maupun di perguruan tinggi.

Dalam penggunaannya untuk memahami ragam bahasa Arab tulis, metode identifikasi irab mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.

Membaca, menulis, dan menerjemahkan merupakan fokus utama atau sasaran pokok pembelajaran dan pengajaran.

2.

Suatu kata kerja dalam bahasa Arab bisa berubah maknanya dengan hanya menambahkan atau mengurangi harakat, tasydid, dan huruf yang merupakan bentuk metamorfosis kata bahasa Arab dan dipelajari dalam ilmu morofologi kata bahasa Arab (alqowaaid ash-shorfiyah). Bentuk metamorfosis kata ini harus mendapat perhatian dalam penerjemahan kalimat bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, karena bisa berpengaruh terhadap makna.

3.

Pembelajar (learner) bahasa Arab harus mempelajari ilmu tata bahasa Arab termasuk kaidah-kaidah ilmu an-nahwi dan daftar kosakata dwibahasa yang berkaitan erat dengan bahan bacaan. Tata bahasa dipelajari secara deduktif dengan bantuan penjelasan-penjelasan yang panjang serta terperinci. Segala kaidah dipelajari dengan pengecualian dan ketidakbiasaan dijelaskan dengan istilah-istilah gramatikal atau ketatabahasaan.

4.

Setelah kaidah-kaidah dan kosa kata dipelajari, maka petunjuk-petunjuk bagi penerjemahan latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan juga diberikan.

5.

Pemahaman akan kaidah-kaidah dan bahan bacaan juga diuji melalui terjemahan. Pembelajar (learner) bahasa Arab dikatakan telah dapat mempelajari bahasa tersebut kalau mereka dapat menerjemahkan paragragparagraf atau bagian-bagian prosa dengan baik.

6.

Bahasa asli / bahasa ibu merupakan media pengajaran. Bahasa tersebut dipakai untuk menjelaskan butir-butir atau hal baru dan untuk memudahkan pembuatan perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu.

7.

Bahasa asli / bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran adalah untuk mengalihkan bahasa sasaran (B1) ke

bahasa ibu (B2) dan sebaliknya dengan menggunakan kamus jika memang diperlukan.

C.

Ilmu Tata Bahasa


1.

Ilmu Nahwu (Ilmu Sintaksis Bahasa Arab) Dalam bahasa Arab, secara garis besar hanya ada tiga jenis kata, yaitu

isim, fiil, dan huruf. Isim adalah kata benda, fiil adalah kata kerja, dan huruf dalam bahasa Arab adalah kata depan dan kata sambung dalam bahasa Indonesia. Tiga jenis pengelompokan kata ini harus dipahami terlebih dahulu sebelum pembelajar (learner) bahasa Arab lebih lanjut belajar tentang ilmu tata bahasa Arab baik ilmu Shorof dan ilmu Nahwu. Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami bahasa Arab, karena ilmu ini merupakan ilmu tentang penyusunan kalimat dalam bahasa Arab. Kentjono (1990:39) mngungkapkan ... sintaksis yang juga disebut tata kalimat merupakan studi gramatikal mengenai kalimat. Jadi, ilmu Nahwu mempelajari susunan kata dalam suatu kalimat. Dari susunan kata dalam suatu kalimat itulah akan diidentifikasi posisi kata tersebut serta harakatnya. Ilmu Nahwu membahas tentang pola kalimat bahasa Arab. Jika dalam bahasa Indonesia pola kalimat yang pendek terdiri dari subyek dan predikat, dalam bahasa Jawa terdiri dari jejer dan wasesa, maka dalam bahasa Arab pola kalimat yang pendek terdiri dari fail dan fiil. Pola kalimat inilah yang dibahas dalam metode identifikasi irab. Dengan mengidentifikasi harakat dalam setiap kata serta posisi kata dalam kalimat, maka metode ini akan semakin memudahkan pembelajar (learner) bahasa Arab dalam menguasai bahasa Arab, terutama dalam penerjemahan ragam bahasa Arab tulis. Dalam penyusunan kalimat, bahasa Arab memiliki dua cara penyusunan, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah filiyah. Jumlah ismiyah adalah pola penyusunan kalimat bahasa Arab dengan menggunakan kalimah isim sebagai mubtada dan diikuti oleh khobar, baik khobar mufrod atau ghoiru mufrod.

Sedangkan jumlah filiyah adalah pola penyusunan kalimat bahasa Arab dengan mendahulukan fiil (kata kerja) kemudian diikuti oleh fail dan pelengkap yang lain. Dalam ilmu Nahwu banyak kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam penyusunan kalimat bahasa Arab. Kaidah-kaidah itu yang membuat harakat akhir setiap kata berbeda. Perbedaan harakat akhir itulah yang menentukan posisi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab. Harakat akhir setiap kata itulah yang akan diidentifikasi sebagai metode yang memudahkan pembelajar (learner) bahasa Arab untuk memahami ragam bahasa Arab tulis termasuk dalam penerjemahan. Perubahan harakat akhir karena adanya faktor-faktor tertentu dalam kaidah-kaidah ilmu Nahwu. Itulah yang dimaksud dengan irab. Harakat akhir dalam setiap kata bahasa Arab dibagi menjadi empat macam. Pembagiannya adalah sebagai berikut.

Rafa. Secara umum, tanda rafa adalah harakat dlommah. Selain itu, rafa juga ditandai dengan wawu, alif, dan nun tergantung penggunaannya dalam bahasa Arab yang sesuai dengan kaidah ilmu Nahwu. Kata-kata yang harus dibaca rafa adalah fail, naibul fail, mubtada, khobar, naat marfu, athof marfu, taukid marfu, badal marfu, isimnya kaana, dan khobarnya inna.

Nashob. Secara umum, tanda nashob adalah harakat fathah. Selain itu, nashob juga ditandai dengan ya, kasroh, alif, dan membuang nun. Katakata yang harus dibaca nashob adalah maful bih, masdar, dzorof zaman, dzorof makan, haal, tamyiz, istitsna, laa, munada, maful min ajlih, maful maah, khobar kaana, dan isim inna.

Jer. Secara umum, tanda jer adalah harakat kasroh. Selain itu, jer juga ditandai dengan ya dan fathah. Kata-kata yang harus dibaca jer adalah isim yang dibaca jer karena adanya huruf jer, mudlof ilaih, dan isim yang mengikuti kata yang dibaca jer.

Jazm. Secara umum, tanda jazm adalah harakat sukun. Selain itu, jazm juga ditandai dengan membuang huruf illah dan membuang nun. Katakata yang harus dibaca jazm adalah fiil modlori mutal akhir dan fiil mudlori yang dibaca jazm karena adanya aamil jawaazim.

2. Ilmu Shorof (Ilmu Morfologi Kata Bahasa Arab)

Ilmu Shorof sangat penting dalam memahami bahasa Arab, karena ilmu ini merupakan ilmu tentang morfologi kata serta mempelajari kata dalam bahasa Arab dan pembentuknya. Kentjono (1990:39) mengungkapkan, Morfologi, bersama-sama dengan sintaksis, merupakan tataran ilmu bahasa yang disebut tata bahasa atau gramatika. Morfologi yang juga disebut tata kata atau tata bentuk merupakan studi gramatikal struktur intern kata. Perubahan kata dalam ilmu shorof dinamakan tashrif. Tashrif ilmu shorof dibagi menjadi dua macam, yaitu: tashrif ishthilahiy dan tashrif lughowiy. Dari tashrif ishthilahiy dan tashrif lughowiy inilah dibahas gramatikal struktur intern kata. Jadi, dalam Tashrif Ilmu Shorof inilah setiap kata mengalami metamorfosis yang mengakibatkan perubahan arti. Tashrif ishthilahiy dikelompokkan menjadi dua macam berdasarkan jumlah huruf aslinya. Adapun pembagian tashrif ishthilahiy adalah sebagai berikut.
a.

Fiil tsulatsiy, yaitu kata yang jumlah hurufnya aslinya ada tiga. Pembagian fiil tsulatsiy adalah sebagai berikut.

Fiil tsulatsiy mujarrod, yaitu kata yang huruf aslinya ada tiga huruf dan tidak ada huruf tambahan, seperti kata yang memiliki arti kata dasar keluar.

Fiil tsulatsiy mazid biharfin waahidin, yaitu kata yang huruf aslinya ada tiga huruf dan mendapatkan tambahan satu huruf. Penambahan huruf dalam setiap kata biasanya memberikan arti awalan, akhiran, dan juga awalan serta akhiran pada setiap kata, seperti kata

memiliki arti mengeluarkan. Selain itu, penambahan huruf pada kata Arab juga memberikan fungsi yang berbeda, yaitu merubah kata kerja intransitif menjadi transitif, begitu juga sebaliknya.

Fiil tsulatsiy mazid biharfain, yaitu kata yang huruf aslinya ada tiga huruf dan mendapatkan tambahan dua huruf. Penambahan huruf dalam setiap kata ini juga memberikan arti dan fungsi yang berbeda, seperti kata memiliki arti menjadi keluar.

Fiil tsulatsiy mazid bi tsalaatsati ahrufin, yaitu kata yang huruf aslinya ada tiga huruf dan mendapatkan tambahan tiga huruf. Penambahan huruf dalam setiap kata biasanya memberikan arti dan fungsi yang berbeda pula, seperti kata memiliki arti meminta keluar.

Tabel 1 contoh metamorfosis tashrif ishthilahiy kata bahasa Arab pada fiil tsulatsiy mujarrod.

Kata Fiil madhi Fiil mudhori Isim masdar (mim) Isim masdar (ghoiru mim) Isim fail Isim maful Fiil amr Fiil nahyi Isim zaman/makan Isim alat

Arti

Kata

Arti

( telah) menolong ( akan/sedang)


menolong

( telah) membuka ( akan/sedang)


membuka

Pertolongan Pertolongan orang yang


menolong ditolong

pembukaan pembukaan orang yang membuka orang/sesuatu yang


dibuka

orang/sesuatu yang tolonglah! jangan tolong! waktu/tempat


menolong

bukalah! jangan buka! waktu/tempat


membuka

alat menolong

alat membuka

b. Fiil rubaiy, yaitu kata yang jumlah hurufnya aslinya ada empat.

Pembagian fiil rubaiy adalah sebagai berikut.

Fiil rubaiy mujarrod, yaitu kata yang huruf aslinya ada empat huruf dan tidak ada tambahan huruf.

Fiil rubaiy mazid biharfin waahidin, yaitu kata yang huruf aslinya ada empat huruf dan mendapatkan tambahan satu huruf.

Fiil rubaiy mazid biharfain, yaitu kata yang huruf aslinya ada empat huruf dan mendapatkan tambahan dua huruf.

Sedangkan tashrif lughowiy adalah perubahan kata pada dlomir (kata ganti) yang bersambung dengan fiil (kata kerja). tashrif lughowiy hanya membuat perubahan pada fail (subyek) kalimat. Jadi, perubahan dalam tashrif lughowiy ini hanya berpengaruh pada subyek kalimat bahasa Arab.
Tabel 2 contoh metamorfosis tashrif lughowiy kata bahasa Arab

(Dlomir)

Arti

Fiil Madli

Arti

Dia (L) satu orang Dia (L) dua orang Mereka (L) minimal
tiga orang

Dia (L) satu orang (telah)


menolong menolong

Dia (L) dua orang (telah) Mereka (L) minimal tiga


orang (telah) menolong menolong menolong

Dia (P) satu orang Dia (P) dua orang Mereka (P) minimal
tiga orang

Dia (P) satu orang (telah) Dia (P) dua orang (telah) Mereka (P) minimal tiga
orang (telah) menolong

Kamu (L) satu orang Kamu (L) dua orang Kamu (L) minimal tiga
orang

Kamu (L) satu orang (telah)


menolong menolong

Kamu (L) dua orang (telah) Kamu (L) minimal tiga orang
(telah) menolong menolong menolong

Kamu (P) satu orang Kamu (P) dua orang

Kamu (P) satu orang (telah) Kamu (P) dua orang (telah)

Kamu (P) minimal tiga Kamu (P) minimal tiga orang


orang (telah) menolong

Saya Kami/Kita

Saya (telah) menolong Kami/Kita (telah) menolong

Belajar bahasa Arab tidak bisa lepas dari ilmu shorof, karena satu kata dalam bahasa Arab bisa bermetamorfosis dan menghasilkan makna yang berbeda. Selain itu, ilmu shorof juga mempelajari satuan kata bahasa Arab dari yang terkecil (fonem) hingga satuan yang terbesar dan memiliki makna (kata). Hal inilah yang sangat berpengaruh dalam penerjemahan ragam bahasa Arab tulis ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain.
D.

Penerjemahan Ragam Bahasa Arab Tulis dengan Menggunakan Metode Identifikasi Irab Setelah pembelajar (learner) bahasa Arab belajar ilmu tata bahasa Arab (ilmu

Nahwu dan ilmu Shorof), mereka dapat menerapkannya untuk memahami ragam bahasa Arab tulis dengan penerjemahan ke dalam bahasa sasaran. Sebelum menerjemahkan kalimat bahasa Arab ke dalam bahasa sasaran, pembelajar (learner) bahasa Arab harus mengidentifikasi posisi setiap kata dan harakat terlebih dahulu untuk memudahkan pemahaman. Setelah pembelajar (learner) bahasa Arab paham dengan posisi setiap kata dan harakat dalam kalimat, penerjemahan ke dalam bahasa sasaran dapat dengan mudah dilakukan.

Pada proses awal penerjemahan dengan menggunakan metode identifikasi irab ini, pembelajar (learner) bahasa Arab akan mengalami kesulitan jika kurang sabar dan teliti, karena metode ini membutuhkan kesabaran ketelitian pada tahap awal, tapi setelah pembelajar (learner) bahasa Arab menguasai dengan benar metode ini, mereka akan merasakan kemudahan metode ini dalam proses pemahaman dan penerjemahan kalimat bahasa Arab. Contoh pemahaman dan penerjemahan kalimat bahasa Arab dapat dilakukan seperti berikut.


Kalimat di atas adalah kalimat bahasa Arab tanpa harakat. Untuk membaca, memahami, dan menerjemahkannya dengan benar ke dalam bahasa Indonesia, pembelajar (learner) bahasa Arab harus mengidentifikasi terlebih dahulu posisi setiap kata dalam kalimat tersebut. Proses identifikasi yang pertama adalah pada kata yang dibaca karena kata tersebut adalah fiil madhi mabni alal fathi (fiil madhi yang tetap dengan harakat fathah) dan berposisi sebagai prediket. Identifikasi kedua adalah pada kata yang dibaca karena kata tersebut fail marfu bi adl-dlommah (subyek yang dibaca dlommah) karena berasal dari isim mufrod. Identifikasi ketiga adalah pada kata yang dibaca karena kata tersebut maful bih manshub bi al fathah (obyek yang dibaca fathah) karena berasal dari isim mufrod dan dlomir adalah kata ganti yang kembali kepada .Identifikasi yang keempat adalah pada kata yang dibaca karena kata tersebut adalah huruf jer yang berfungsi membuat jer pada kata sesudahnya. Identifikasi yang terakhir adalah pada kata

yang dibaca karena kata tersebut adalah ismun majrurun bi fii (isim
yang dibaca jer karena adanya huruf jer yang berupa fii), jadi setiap isim yang terletak setelah huruf jer harus dibaca jer. Jadi, kalimat tersebut setelah diidentifikasi dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan benar yaitu Muhammad membantu ibunya dalam berbelanja. E. Penutup

Pada dasarnya, metode identifikasi irab adalah menguraikan kata dan harakat akhir kata dalam setiap kalimat. Metode ini lebih tepat diterapkan kepada para pembelajar (learner) bahasa Arab yang sudah mempunyai dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab. Metode identifikasi irab ini dianggap tepat bagi mahasiswa yang dalam kuliah telah belajar ilmu tata bahasa Arab karena metode ini akan memberikan kemudahan bagi mereka untuk memahami ragam bahasa Arab tulis. Dengan metode ini juga, mahasiswa juga akan menjadi lebih teliti dalam penerjemahan teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian pada proses awal penggunaannya untuk membiasakan diri, karena metode ini harus mengidentifikasi secara rinci setiap kata bahasa Arab dengan tepat untuk memberikan pemahaman yang tepat pula. Setelah pemahaman yang tepat, pembelajar (learner) bahasa Arab dapat menerjemahkan kalimat bahasa Arab dengan benar. Metode ini memiliki karakteristik tertentu. Metode ini juga menuntut pembelajar (learner) bahasa Arab mengerti dan paham tentang ilmu tata bahasa Arab yang meliputi ilmu Nahwu dan ilmu Shorof. Jika dua ilmu tata bahasa Arab ini belum dipelajari oleh pembelajar (learner) bahasa Arab, maka metode ini akan sulit diterapkan untuk memahami ragam bahasa Arab tulis. Fungsi mempelajari kaidah-kaidah ilmu Nahwu bagi pembelajar (learner) bahasa Arab adalah mereka dapat mengetahui proses perubahan harakat dalam kalimat bahasa Arab. Dengan mengetahui proses perubahan harakat, pembelajar (learner) bahasa Arab dapat dengan mudah mengidentifikasi irab dan posisi kata dalam bahasa Arab. Setelah dengan mudah mengidentifikasi irab dan posisi kata dalam bahasa Arab, pembelajar (learner) bahasa Arab dapat dengan mudah memahami ragam bahasa Arab tulis. Fungsi mempelajari ilmu Shorof bagi pembelajar (learner) bahasa Arab adalah mereka dapat mengetahui proses perubahan arti setiap kata. Begitu pula dengan penambahan huruf pada suatu kata dapat memberikan arti yang berbeda pula. Perubahan-perubahan arti inilah yang harus diketahui oleh setiap pembelajar

(learner) bahasa Arab untuk menghindari kesalahan dalam penerjemahan kalimat bahasa Arab ke dalam bahasa sasaran. Dengan menggunakan metode identifikasi irab, pembelajar (learner) bahasa Arab dapat menerapkannya untuk memahami ragam bahasa Arab tulis dengan penerjemahan ke dalam bahasa sasaran setelah mereka belajar ilmu tata bahasa Arab (ilmu Nahwu dan ilmu Shorof). Sebelum menerjemahkan kalimat bahasa Arab ke dalam bahasa sasaran, pembelajar (learner) bahasa Arab harus mengidentifikasi posisi setiap kata dan harakat terlebih dahulu untuk memudahkan pemahaman. Setelah pembelajar (learner) bahasa Arab paham dengan posisi setiap kata dan harakat dalam kalimat, penerjemahan ke dalam bahasa sasaran dapat dengan mudah dilakukan.

DAFTAR RUJUKAN

As-sonhaji, Abu Abdillah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Dawud. Tanpa Tahun. Terjemah Matan Jurumiyyah. Terjemahan oleh Rafii, Ahmad Sulthon. 1424 H. Malang: Forum Kajian Santri (FKS) PP. Nurul Ulum Putera.

Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Fairuz, A.W. Munawwir Muhammad. 2007. Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.

Hamid, Abdul dan Baharuddin, Uril dan Mustofa, Bisri. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press.

Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Masum, Muhammad Ibn Ali. Tanpa Tahun. Al-Amtsilah At-Tashriifiyyah. Jombang: Maktabah Syekh Salim Ibn Saad Nabhan.

Machmudah, Umi dan Rosyidi, Abdul Wahab. 2008. Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press.

Munajat, Fuad. 2009. Relevansi-metode-gramatika-terjemah.html. (online), (http://fuadmunajat.blogspot.com/2009/02/relevansi-metode-gramatikaterjemah.html, diakses 25 November 2010).

Sukamto, Imaduddin dan Munawari, Akhmad. 2007. Tata Bahasa Arab Sistematis. Yogyakarta: Nurma Media Idea.

You might also like