You are on page 1of 8

I.

Pendahuluan Pada dasarnya, semua anak kreatif, orang tua dan guru hanya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya. Di dalam pendidikan anak usia dini, orang tua dan guru bukanlah pengajar. Orang tua dan guru diharapkan memberikan stimulasi pada anak, sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Stimulasi dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas anak usia dini adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya.

II. Masalah-masalah yang Terjadi dalam Proses Menuangkan Pikiran Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan otak kiri yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif. Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghafal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar dan mengajar di sekolah atau di mana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau anak itu sendiri. Masalah-masalah lain muncul ketika anak berusaha mengingat kembali apa yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dahulu pernah diingat. Beberapa anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, atau ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi dikarenakan catatan ataupun ingatannya belum teratur. Untuk itu dibutuhkan suatu alat untuk membantu otak berpikir secara teratur. III. Menggunakan Peta Pikiran untuk Keluar dari Masalah Sistem berpikir secara teratur sebenarnya sudah mulai dikembangkan para ahli Yunani. Sistem ingatan yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani yang memungkinkan mereka untuk mengingat kembali ratusan dan ribuan fakta dengan sempurna. Sistem ingatan dari

Yunani ini berdasarkan Imajinasi dan Asosiasi. Berdasarkan kekuatan Imajinasi dan Asosiasi ini, Toni Buzan menemukan suatu alat berpikir yang berdasarkan cara kerja alamiah otak, alat yang sederhana, yang benar-benar mencerminkan kreativitas dan kecemerlangan alamiah dalam proses berpikir, yaitu dengan peta pikiran (mind map). Peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Peta pikiran merupakan alat yang membantu otak berpikir secara teratur. Semua peta pikiran mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Secara harfiah peta pikiran akan memetakan pikiran-pikiran. Untuk mengajak anak membuat peta pikiran, diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tujuh langkah dalam membuat Peta pikiran : (1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di letakkan mendatar, (2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena gambar melambangkan topik utama (3) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga peta pikiran lebih hidup, (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya, (5) buatlah garis hubung yang melengkung , (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis, (7) Gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata. Kegiatan membuat peta pikiran dapat dimulai dengan pertanyaan, misalnya tema binatang Kalau kamu mendengar kata binatang apa yang terlintas di pikiranmu? Biarkan anak menggambar atau menuliskan apa yang menjadi imajinasinya. Tidak ada jawaban atau pendapat anak yang salah, karena semua pendapat adalah benar. Ini akan terlihat dari cabang yang akan mereka buat yang memperinci pendapat sebelumnya. Bahasa gambar adalah cara penyampaian informasi dengan menggunakan gambar. Bahasa gambar digunakan pada peta pikiran karena otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual, bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Inilah sebabnya anak akan lebih mengingat informasi jika menggunakan gambar untuk menyajikannya. Peta pikiran menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, peta pikiran lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Para jenius kreatif menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan mengingat pikiran mereka. Sebagai contoh, Leonardo da Vinci. Leonardo menggunakan gambar, diagram, simbol, dan ilustrasi sebagai cara termurni untuk menangkap pikiranpikiran yang bermunculan di otaknya dan mencurahkannya di kertas. Baginya, bahasa katakata berada di tempat kedua sesudah bahasa gambar dan digunakan untuk memberi label, menunjukkan atau menjelaskan pikiran dan penemuan kreatifnya. Gambar-gambar membantu Leonardo menjelajah pikirannya dalam berbagai bidang, seni, ilmu faal, permesinan, akuanautik, dan biologi. Contoh lain adalah Richard Feynman, fisikawan pemenang Hadiah Nobel, ketika masih muda menyadari bahwa imajinasi dan visualisasi adalah bagian terpenting dari proses pemikiran kreatif. Dengan begitu ia memainkan permainan-permainan imajinasi dan belajar menggambar. Ia menempatkan seluruh teori kuantum elektrodinamik ke bentuk visual dan diagramatik yang baru. Ini menjurus ke pengembangan diagram Feynman

yang sekarang terkenal itu representasi gambar dari interaksi partikel, yang sekarang digunakan murid di seluruh dunia untuk membantu mereka memahami, mengingat, dan menciptakan ide-ide dalam realisme fisika dan ilmu umum. Ada angapan bahwa proses berpikir diatur dalam prinsip matematis penambahan sederhana, dimana setiap kali menambah satu data tunggal baru atau pikiran baru ke dalam otak, berarti hanya akan menambah satu bahan ke gudang penyimpanan. Kenyataannya tidaklah demikian; sebenarnya, otak bekerja secara sinergis. Di dalam sebuah sistem sinergis, keseluruhan adalah lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Dengan peta pikiran, menjadikan anak memiliki perpustakaan raksasa, berisi sejumlah informasi tentang segala hal yang ingin anak ketahui. Di dalam perpustakaan raksasa ini, informasi diarsipkan dalam susunan yang sempurna. Dalam segala hal peta pikiran dapat diguanakan. Ajak anak membuat peta pikiran setiap saat. Seperti dalam bukunya, Mind map untuk anak Tony Buzan mengajak untuk menggunakan peta pikiran di setiap kesempatan. Misalnya membuat peta pikiran tentang Aku. Dengan mengajak anak mengenal dirinya sendiri, gambar dirinya, kegiatan yang dilakukannya, kesukaannya, kesayangannya, orang terdekatnya, cita-cita, khayalannya, binatang peliharaan atau lainnya. Contoh lainnya yaitu mengajak anak membuat peta pikiran untuk merencanakan liburan. Menentukan kapan waktu pelaksanaannya, tempat, siapa yang ikut, transportasi yang digunakan, akomodasi yang perlu disiapkan, barang yang akan dibawa, dokumentasi, dan seterusnya menggunakan gambar dan kata-kata kunci. Peta pikiran juga dapat dibuat misalnya untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mengajak anak membuat cerita, membuat surat, atau mencari tahu kado yang tepat diberikan kepada ayah atau ibu di hari ulang tahun mereka . IV. Manfaat Peta Pikiran Peta pikiran memberikan banyak manfaat. Peta pikiran, memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. Keuntungan lain yaitu mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan dan diingat. Untuk anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat, yaitu : membantu dalam mengingat, mendapatkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus, mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas.

Kreativitas tidak hanya bakat dalam bidang seni atau musik, akan tetapi meliputi cara berpikir kreatif dalam setiap bidang. Juga merupakan kemampuan untuk menemukan ide-ide baru, merumuskan konsep-konsep baru dan menemukan jawaban baru terhadap suatu pertanyaan. Seorang anak yang kreatif memiliki taraf kecerdasan tinggi, tetapi belum tentu memperoleh angka tinggi dalam tes IQ, yang terutama mengukur kemampuan akademis. Riset mengenai kreativitas anak masih jauh dari sempurna, namun semua ahli riset berpendapat sama dalam hal: 1. Hampir semua anak kecil memiliki kemampuan kreativitas 2. Kreativitas dapat ditingkatkan bila diberi rangsangan, kesempatan dan latihan. 3. Kreativitas dapat berkurang dengan cara pengasuhan dan pendidikan tertentu. Dr. E. Paul Torrance, professor ilmu pendidikan di Universitas Minnesota, peran orang tua penting sekali dalam menemukan cara untuk meningkatkan kreativitas pada anak kecil, karena kemampuan ini perlu dirangsang dan diberi pengarahan sejak bayi. Menurut ahli ini, kreativitas anak mulai meningkat pada usia 3 tahun, mencapai puncaknya usia 4-41/2 tahun lalu menurun pada usia 5 tahun ketika anak masuk sekolah (mungkin karena tekanan guru dan teman yang menuntut dia agar menyesuaikan diri). Tanda-tanda anak yang kreatif antara lain: 1. Rasa ingin tahu yang sangat besar 2. Senang bereksperimen 3. Terus menerus bertanya dan biasanya dengan cara mendesak sehingga sering menjengkelkan orang tua yang sibuk atau guru yang kurang mengerti kecerdasan ini. 4. Peka terhadap yang dilihat, didengar, diraba dan dialami. 5. Banyak ide baru, kadang agak aneh. 6. Bisa menemukan berbagai macam kegunaan dari suatu benda biasa. 7. Mencoba mengerjakan tugas-tugas yang sulit untuk dirinya, 8. Dapat memusatkan perhatian lebih lama dibandingkan anak lain yang seumur 9. Sangat fleksibel, terbuka bagi saran, pendapat dan kegiatan baru 10. Cenderung lebih percaya diri, keras kepala, rajin, pendiam, kompleks dan stabil. Karena anak yang kreatif sering mempunyai pendapat sendiri, biasanya sering konflik dengan guru atau orang tuanya. Bagaimana kita dapat merangsang dan meningkatkan kreativitas pada anak? Walaupun riset di bidang ini masih belum sempurna, cukup banyak petunjuk yang bisa diperoleh dari sejumlah penelitian. Dengan merangsang anak untuk melihat, mendengar, meraba untuk meneliti dan mencoba, maka kita telah merangsang kreativitas. Orang tua yang bercakap-cakap gembira dengan anak kecil dan memperhatikan apa yang dikatakan, telah membantu pertumbuhan kreativitas. Demikian juga orangtua yang ikut bergembira dengan hasil yang dicapai anaknya dan terus merangsang rasa ingin tahunya. Sebagai tambahan, para ahli dalam kreativitas memberi saran-saran sebagai berikut: 1. Bantulah agar anak menyadari dan menghargai keunikan dirinya, dapat merasakan kepuasan dalam menyatakan perasaannya, dapat merasakan kegembiraan dalam menciptakan sesuatu. Seringkali anak merasa dirinya tidak mungkin mempunyai ide yang berharga, sehingga tidak melanjutkan ide yang sudah dimiliknya. 2. Bila mungkin biarkan anak merencanakan sebagian dari kegiatannya, termasuk kegiatan keluarga, dan bila mungkin laksanakan rencana tersebut. Sebagai contoh,

3. 4.

5.

6. 7. 8.

9.

anak perlu diberi kesempatan untuk mengatur menu keluarga (mau masak apa hari ini? Buah apa yang akan dibeli?), untuk merencanakan acara hari libur dan pesta. Dengan mengijinkan anak membuat keputusan-keputusan seperti itu akan meyakinkan dirinya, bahwa pendapatnya itu cukup berharga. Anak juga menjadi sadar bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi. Bila kita bisa melihat dan menghargai anak sebagai suatu individu, maka dorongannya untuk bebas dan berdiri sendiri tidak akan meletus melalui cara yang tidak diinginkan. Rangsanglah anak agar lebih peka terhadap lingkungannya, banyak bertanya, berani bereksperimen. Kegiatan-kegiatan ilmiah membantu anak untuk mengerti, tidak semua eksperimen akan berhasil. Dan eksperimen yang tidak berhasil bukan berarti kegagalan. Memang penting mengajarkan anak agar terhindar dari kegagalan, dan sangatlah penting jika ini menyangkut keselamatan fisik. Doronglah agar anak menghargai pengalaman-pengalaman baru, mulai dengan mengamati munculnya kuncup baru pada pohon mawar, mengamati matahari tenggelam di sore hari dan sebagainya. Jangan khawatir bila anak kita senang membuat cerita atau mengkhayal. Ini merupakan perkembangan normal anak prasekolah. Hargailah anak untuk usaha-usahanya yang kreatif, dengan pujian, dorongan dan perhatian; dengan bersama-sama merasakan kegembiraan dalam berkreasi. Perkaya hidup anak dengan musik. Anak akan senang sekali mendapat kesempatan menggunakan alat musik sederhana seperti drum, tamburin, juga piano ataupun organ. Doronglah agar anak membiarkan rangsangan dari suatu bidang seni menimbulkan kegiatan kreatif di bidang lain. Misalnya: rangsanglah anak kita menari bila mendengar suara gamelan, melukis suatu ilustrasi untuk sajak yang disenanginya atau mengarang cerita untuk lukisan yang baru dibuatnya.

Sangatlah penting, bahwa kemampuan-kemampuan kreativitas anak sudah tertanam sebelum masuk sekolah, sebelum dia terkena pengaruh kelompok atau menghadapi guru yang menuntut kepatuhan tanpa banyak bertanya. *Dirangkum oleh : Hanna Sastrawan Sumber:Meningkatkan Kecerdasan Anak oleh Joan Beck

Anak yang kreatif adalah anak yang aktif, selalu penuh rasa ingin tahu, penuh dengan ide baru, pertanyaan atau pendapatnya baru dan mengesankan, dan setelah besar akan bisa eksis. Ada 10 cara mengasah kreativitas anak, yaitu: 1. Memiliki tokoh idola

Masa kanak-kanak adalah masa meniru. Maka rajin-rajinlah memperkenalkan mereka dengan tokoh-tokoh sukses yang anda kagumi melalui cerita yang menarik. 2. Mengaktifkan otak kanan

Mulailah mengaktifkan otak kanan anak dengan memberi kesempatan untuk mendengarkan musik, ikut bernyanyi dan menari, melukis, membuat puisi, mengajak anak berimajinasi. Kegiatan melamun ternyata dapat menguatkan otot-otot kreatif. 3. Menambahkan perbendaharaan kata-katanya

Satu hari satu kata baru sudah cukup baik untuk anak agar siap menangkap (berhubungan) dengan setiap gagasan baru. 4. Menggunakan ke dua sisi tubuh

Latihlah anak menggunakan kedua sisi tubuhnya secara bergantian. Misalnya pada kegiatan sehari-hari seperti menyisir, menyikat gigi, menangkap dan melempar bola. Tujuannya adalah agar ke dua sisi otak dapat diaktifkan secara bersamaan. 5. Biasakan melihat secara mendetail

Ajaklah anak untuk melihat banyak hal serta melihat bagian-bagian kecilnya. Pada kesempatan yang berbeda, tanyakan hal-hal tersebut pada anak dan ciri cirinya. 6. Biasakan membuat catatan atau gambar

Kegiatan menggambar biasa sangat disukai oleh anak. Bisa menggunakan crayon atau pun pensil warna. Warna sendiri dapat merangsang otak untuk membuat hubungan dan asosiasi yang berbeda-beda. 7. Ajarkan mendengar atau menyimak

Dengan menjadi pendengar yang baik, anak akan menjadi pribadi yang menarik dan penuh minat, sekaligus memiliki daya ingat dan daya kreatif untuk melihat berbagai sudut pandang. 8. Ajarkan bergurau

Karena humor adalah suatu kegiatan yang sangat kreatif, maka ajaklah anak bergurau agar dapat menambah daya kreatifnya. 9. Latih menghubungkan konsep

Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan permainan meniru gerakan . Contohnya kita melayang seperti burung, atau kita terbang seperti pesawat. 10. Kreatif sehari-hari Jadikan waktu luang penuh dengan kegiatan, seperti membuat kue, membuat kartu, membuat mainan dari barang bekas, berkebun, menata rumah, dan melakukan permainan yang dapat memupuk daya sportifitas anak.

Dari Lingkungan Hidupnya Anak-Anak Belajar Dorothy Law Nolte

Jika anak dibesarkan dengan celaan maka dia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan maka dia belajar menentang Jika anak dibesarkan dengan cemoohan maka dia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi maka dia belajar penyabar Jika anak dibesarkan dengan dorongan maka dia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan pujian maka dia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan maka dia akan terbiasa berpendirian.

You might also like