You are on page 1of 25

PENGERTIAN SOSIOLOGI PERTANIAN

Oleh: Dr. Sri Fatimah, Ir.,MAB

23 Ferbruari 2009
1

Sejarah Sosiologi
Pengamatan terhadap masyarakat sdh sejak lama dilakukan tokoh, mulai Konfusius (551479 SM) di Cina; Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) di Yunani; Ibn Kaldun (1332-1406) di Arab; bahkan sastrawan ternama dari Inggris William Shakespeare (1564-1616) pun telah membuat refleksi tentang kehidupan manusia pada jamannya masing-masing. Tokoh tsb membayangkan masyarakat yang ideal (baik, rukun, taat, jujur, dsb) tanpa melihat masyarakat sebagai apa adanya.
2

Baru tahun 1838, pemikir Perancis Auguste Comte (1798-1853) mematenkan istilah sosiologi sebagai cara baru melihat masyarakat. Beliau mengajak utk melihat masyarakat sebagai apa adanya (aliran positivism), menjelaskan sesuatu objek dari apa yang tampak. Positivism, dikritik seterusnya muncul post-positivism, yang menjelaskan obyek dari hal-hal yang tak tampak. Pertanyaannya apa di balik peristiwa itu? Kita harus cerdas menggali alasan apa di sebalik peristiwa/kejadian. Contoh: petani tidak mudah diperkenalkan tanaman baru (misal teh) karena petani tidak mau ambil risiko gagal.
3

Ini bukti bhw sosiologi bukan ilmu yg statis, tapi sgt dinamis sesuai konteks tempatnya hidup. Bagi sosiolog, masalah teknis yg dihadapi bukan menentukan aliran mana yang paling tepat untuk digunakan (positivism atau postpositivism), tapi bagaimana memadukan aliran tsb utk mendapatkan pemahaman lebih menyeluruh tentang masyarakat tani Indonesia.
4

Perkembangan Sosiologi
Sosiologi terus berkembang pesat sejalan dengan perubahan sosial yg sgt cpt, sejak abad ke-17 hingga sekarang. Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi variabel penyebab dinamisnya perubahan sosial tersebut, antara lain:

A. Pertumbuhan penduduk sgt pesat, 6 milyar juta jiwa (2000). Di Indonesia penduduknya mencapai 225 juta jiwa (2007). Makin banyak manusia makin kompleks pula interaksi dan masalah sosial. Untuk itu sosiolog dituntut untuk terus mengamati perubahan sosial yg terjadi serta mampu menjelaskannya.

B. Inovasi teknologi yg dinamis. Mulai Revolusi Industri ( penggunaan teknologi dalam industri) menggantikan tenaga kerja manusia shg memunculkan msl pengangguran,& msl sosial lain. Hub manusia & tek mrp kajian menarik dpt digali lebih dlm, (aspek budaya/aturan main yang menentukan perilaku) telah menjadi tujuan tindakan manusia, bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup (Habermas, 1990).
C.Perkembangan teknologi informasi telah mengubah secara drastis pola interaksi face to face kepada via mass media, shg menggeser pandangan manusia kontak & berkomunikasi. Dlm face to face msh perlu interaksi.
6

Perubahan suhu politik ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan, mengikuti Karl Marx (1818-1883), mempunyai kekuatan untuk mengubah masyarakat. Asumsi Marx ini dikembangkan Michel Foucault yang melihat lahirnya pengetahuan tidak bisa terlepas dari variabel kekuasaan. Ketika ada kekuasaanlah pengetahuan muncul. Idealnya menurut Marx, ilmu tdk hanya digunakan utk menjelaskan realitas sosial yang terjadi, tp meniadakan ketidakadilan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Pertanyaannya, apa guna ilmu pengetahuan terus berkembang (dan dikembangkan) jika ketidakadilan sosial tetap wujud, bahkan semakin besar?Semangat mewujudkan keadilan sosial yg melatarbelakangi meletusnya berbagai gerakan sosial. Liberty perlu diperjuangkan, hingga muncul wacana hak asasi manusia (HAM).
7

Tiga variabel diatas memperkuat kedudukan sosiologi. Sayangnya, sistem persekolahan (pendidikan formal) di Indonesia, & ngr lain msh berorientasi pd kepentingan dunia industri dibanding masyarakat. Ilmu sosiologi tercerabut hingga tdk bs digunakan bagi mayoritas penduduk. Contoh, di Jawa, lbh 2/3 penduduknya petani & nelayan yg menggantungkan hidupnya pd alam (tanah dan laut), namun tdk banyak PT di Jawa yang menawarkan program studi berhub langsung dg msl pengembangan pertanian. Kalau ada, peminatnya pun tidak banyak (dan biasanya gengsinya rendah). Ironisnya, jurusan-jurusan ini semakin hari semakin berkurang peminatnya.
8

Paradigma Sosiologi
Pelbagai teori sosiologi terus berkembang dan semakin variatif. Pada dasarnya, dibangun berdasarkan tiga paradigma teoritik, yaitu: Paradigma struktural-fungsional, merupakan paradigma yang paling berpengaruh dalam perkembangan sosiologi. Asumsinya masyarakat sebagai sebuah sistem yang kompleks,setiap bagian dalam masyarakat saling bekerjasama untuk menjaga stabilitas. Struktur dan fungsi, Struktur sosial adalah pola2 sosial yg relatif stabil dalam jangka waktu yang lama. Fungsi sosial adl konsekuensi yang dilakukan untuk menjaga kestabilan. Ada dua macam fungsi, yaitu fungsi manifes (yg disadari) dan fungsi laten (tidak disadari). Sedangkan jika struktur tidak berhasil mewujudkan kestabilan, maka 9 disebut disfungsi sosial.

Contoh kasus, pendidikan mempunyai fungsi manifes mengajarkan keterampilan pada generasi yang lebih muda, agar siap menggantikan generasi yang lebih tua (fungsi produksi tenaga kerja). Fungsi laten pendidikan adalah melakukan internalisasi nilai-nilai dari generasi tua. Lewat pendidikan, diajarkan tata krama (manner) dalam masyarakat (fungsi sosialisasi). Seiring dengan usaha institusionalisasi pendidikan menjadi sekolah formal, ditambah dengan meningkatnya kesibukan orangtua dg pekerjaannya, akibatnya orang-tua pun memasrahkan pendidikan anak2nya pd sekolah. Pendidikan dianggap semata tugas sekolah, dengan mengesampingkan peran institusi yang lain dalam melakukan fungsi pendidikan, hasilnya tdk akan maksimal.
10

Paradigma konflik-sosial. Masih dalam analisis makro, paradigma ini mencoba membuka mata para penganut paradigma struktural-fungsional tentang kestabilan yang terjadi dalam masyarakat. Paradigma ini mengasumsikan masyarakat adalah sistem yang kompleks, ditandai oleh terjadinya ketidakadilan sosial dan konflik yang menggerakkan masyarakat itu. Paradigma dipengaruhi pemikiran Marx yang melihat masyarakat terdiri dari kelaskelas sosial yang sifatnya stratifikasi dibanding diferensial/ sejajar. Contoh: sistem pendidikan formal seperti dikatakan Randall Collins (dalam Wilonoyudho, 2005) adalah awal dari proses stratifikasi sosial. Akibat masuknya pengaruh kekuatan ekonomi, menyebabkan pendidikan yang baik dan bagus hanya bisa didapatkan oleh siapa yang bisa membelinya. Beragam fasilitas pendukung (buku dan majalah, televisi dan radio, internet, dan kursus-kursus di luar sekolah) hanya bs diikuti gol mampu. Sebaliknya yg tdk mampu makin tertinggal. Jadi, mobilitas sosial vertikal melalui pendidikan tinggal menjadi kenangan dan impian semata.
11

(3) Paradigma interaksi-simbolik. Tidak seperti dua paradigma sebelumnya, paradigma ini melihat masyarakat dari level mikro. Masyarakat diasumsikan sebagai produk interaksi sehari-hari antar-manusia. Ada dua konsep kunci dalam interaksi sosial, yaitu status sosial (posisi sosial seseorang dalam masyarakat) dan peran sosial (tugas-tugas yang harus dilakoni seseorang akibat posisi sosial yang melekat dalam dirinya). Dalam praktiknya, status sosial tidak sakklek, melainkan selalu berubah sesuai dengan ruang dan waktu tempat se-seorang itu hidup. Perubahan status itu berdampak pada perubahan peran sosial seseorang secara mendadak pula. Kondisi ini potensial menyebabkan konflik peran (ketidaksesuaian peran sosial dalam dua atau lebih status sosial yang sedang terjadi secara bersamaan), yang menjadi akar permasalahan sosial 12 secara makro.

Cara Berpikir Sosiologis

Hal tersulit dalam mempelajari sosiologi bukanlah menghafalkan, memahami ataupun menerapkan teori-teori atau paradigma sosiologi yang ada, melainkan bagaimana berpikir sosiologis ketika dihadapkan pd suatu masalah, apapun itu. Macionis (1997) menawarkan tiga kerangka berpikir sosiologis, yaitu: 1. Melihat keseluruhan melalui sebagian. Berpikir sosiologis ibarat seorang ilmuwan mikrobiologi yang menggunakan mikroskop dalam melihat DNA untuk mengetahui asal-usul seorang manusia. Jadi, sosiolog tidak perlu melihat keseluruhan. Karena tidak mungkin kita akan meneliti semua anggota masyarakat. Dalam metodologi cara berpikir macam ini diturunkan menjadi teknik sampling. Cara melihat semacam ini jarang dilakukan oleh disiplin lain. Antropologi, misalnya, hanya melihat pd sebagian itu scr mendalam. Psikologi pun hampir sama. Sosiologi berusaha melakukan generalisasi, ini ciri khas sosiologi, sekaligus 13 kelemahannya;

2. Melihat keanehan-keanehan dalam kejadian sehari-hari. Seorang sosiolog akan melihat kejadian yang dianggap biasa oleh orang kebanyakan sebagai hal yang aneh. Bagi awam, cara berpikir ini bisa dikatakan sebagai tindakan iseng atau kurang kerjaan, namun bagi sosiolog pemula cara inilah yang sering digunakan. Tugas sosiolog, kemudian, adalah menggali lebih dalam tentang apa penyebab masalah sosial tersebut. Sosiolog berusaha mencari rasionalitas manusia yang melakukan tindakan;

14

3. Melihat individu dalam konteks sosialnya. Sosiolog percaya bahwa setiap tindakan manusia dibentuk oleh lingkungan yang melingkupi manusia itu. Contoh, Emile Durkheim yang meneliti tentang fenomena bunuh diri. Lalu, apa yang dilakukannya? Jelas tidak mungkin mengorek informasi dengan cara melakukan wawancara terhadap orang yang sudah meninggal. Beruntunglah data statistik pada kantor kepolisian waktu itu cukup baik. Dari data itulah, ditambah dengan wawancara terhadap beberapa keluarga korban, Durkheim pun membangun salah satu teori sosiologi yang tetap relevan sampai sekarang tentang Solidaritas Sosial.
15

Apa pendapat anda mengenai gambar di bawah ini

16

Seberapa penting Pertanian Indonesia?


Sumbangan pertanian pd GDP: 35% Jumlah tenaga kerja pert : 35 juta Jumlah keluarga tani : 21.605.000 Penguasaan lahan Petani kecil : 25 juta Perkebunan (2000) : 22 juta Rerata pemilikan lahan/kel - 0.3 0 ha (Jawa), 1 3 ha (luar jawa).
17

Munculnya sosiologi pertanian berbarengan dengan transformasi yang terjadi pada sosiologi. Ditandai dengan problematika pertanahan sebagai faktor produksi, peranan pola pemilikan tanah yang berbeda, alih fungsi lahan dan penelitian tentang struktur kekuasaan pedesaan dan transformasi stratifikasi sosial.
Di pedesaan terjadi pengurangan permintaan akan tenaga kerja pertanian, migrasi desa-kota dan di Indonesia, transmigrasi. Apakah perbedaan antara pedesaan dengan pertanian sudah sama berbeda seperti zaman dulu? Ataupun, sesungguhnya perbedaan cara hidup petani karena faktor lapisan sosial dan bukannya lokasi geografis?

18

Sosiologi Pertanian : memahami perilaku petani dlm kelompok & hub dg kel lain, kaitannya petani sbg profesi, meliputi secara luas meliputi usahatani, input, proses produksi, output, panen, paska panen dan pemasaran. Dpt memahami petani dalam konteks sosial. Sosiologi pedesaan : memahami kehidupan masyarakat pedesaan,memahami penerapan prinsip sosiologi dalam menilai perilaku dan kehidupan dari perlbagai aktivitas petani di desa, yang sarat dengan pelbagai fenomena menggunakan pendekatan sosiologi.
19

Tiap individu adalah unik, mereka memiliki pandangan, persepsi, dan pendapat yang berbeda dalam melihat sesuatu fenomena dan realita sosial.

20

Manfaat ilmu Sosiologi


Dalam bidang pembangunan, sosiologi pertanian bermanfaat untuk memberikan data-data sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun proses evaluasi pembangunan pertanian. Mhs dapat mengetahui bgm cara petani berinteraksi baik dalam kolompok kecil maupun kelompok besar. Mhs mengetahui tentang pranata-pranata sosial masyarakat tani sehingga memudahkannya menilai fenomena maupun problema dunia pertanian dari kacamata sosiologis (www.AsianBrain.com)

21

Manfaat Belajar Sosiologi


Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi pertanian adalah petani dilihat dari pelbagai aspek a.l: sudut hubungan-hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut di dalam masyarakat pertanian. Tujuan mempelajari sosiologi pertanian adalah untuk membuka wawasan, meningkatkan daya nalar mhs terhadap petani dan pertanian Indonesia dilihat dari sudut sosiologi secara teoritis. Caranya adalah dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala masyarakat petani yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial di pedesaan. Contoh, jika seseorang ingin berbisnis dengan petani sayur maka ia harus mempelajari lebih dahulu sifat, karakter petani sayur tersebut. 22 Referensi: wikipedia

Semoga anda dpt memahami perspektif sosiologi scr menyeluruh dlm melihat petani sbg manusia dan masy dg problematikanya. Akhirnya anda dpt berkontribusi menyediakan solusi penyelesaian masalah sosial yg lebih variatif.

23

Daftar Pustaka
Corrigan, Peter (1995), The Sociology of Consumption, London: Sage Publication. Habermas, Jurgen (1990), Ilmu dan Teknologi sebagai Ideologi, LP3ES: Jakarta. Haryatmoko (2003), Landasan Teoritis Gerakan Sosial menurut Pierre Bourdieu. Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa, artikel dalam Basis, edisi khusus Pierre Bourdieu, November-Desember 2003. Macionis, John J. (1995), Society. The Basics (3rd ed.), Prentice Hall: New Jersey. Soekanto, Soerjono (1999 [1982]), Sosiologi. Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Wilonoyudho, Saratri (2005), Sekolah yang Membunuh Siswanya, artikel dalam Kompas, Senin, 16 Mei 2005, hal. 41. http://rasydprabawa.wordpress.com/2008/06/17/manfaat-belajarsosiologi/
24

Sekian, Terima kasih

25

You might also like