You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan merupahal hal yang paling urgen yang perlu diikuti oleh setiap manusia, seperti sabda Rasulullah.SAW.Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslimin dan muslimat, maka dari itu proses pertama yang wajib diikuti oleh manusia adalah proses pendidikan. Namun jika kita relevankan dengan bangsa kita Indonesia, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pendidikan masih sangat minim, hal ini terbukti dengan masih banyaknya pengangguran-pengangguran dan anak-anak yang putus sekolah, ada pun bantuan dana yang pemerintah relokasikan terhadap masyarakat, mereka lebih cenderung memanfaatkan biyayanya untuk kepentingan keluarga. Selain dari pada itu fakta kasus pendidikan di negri kita ini yaitu kualitas pendidikan yang belum maju, hal ini sesuai dengan data persentase yang didapatkan pada tahun 2005 Indosesia menempati peringkat ke-112 dari 179 negara, hal ini menjadi suatu hal yang sangat ironis, mengapa demikian terjadi padahal system pendidikan di negri kita ini hampir setiap lima tahun sekali mengalami perubahan dalam kurikulumnya, lantas siapakah yang mesti dipersalahkan dalam kasus ini, pendidikankah, sistemkah, gurukah atau apa? Dari problematika diatas maka perlu adanya suatu penyelesaian atau solusi untuk menyelesaikannya, maka tindakan evaluasi merupakan suatu tindakan yang tepat untuk dilakukan, karena dari evaluasi kita akan mengetahui sebuah problematika yang sedang kita hadapi, baik kajiannya secara holistic maupun non holistic. Salah satunya dalam mengevaluasi pendidikan, hal ini dianggap perlu karena sebagai langkah awal dalam memajukan kualitas pendidikan perlu adanya tindakan evaluasi salah satunya dalam segmen satuan pendidikan baik dari inprastruktur sekolah, kurikulum, tenaga pengajar, siswa, fasilitas dan lain-lain hal yang perlu dievaluasi. Dengan demikian maka kita akan mudah dalam menentukan solusi. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan evalusasi pendidikan? 2. Apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan? C. Tujuan 1. Dari pembahasan makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian evaluasi pendidikan beserta jenis-jenisnya. 2. Mahasiswa dapat berinteraktif dalam proses diskusi ini. 3. Mahasiswa dapat mengimplementasikan proses evaluasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Secara etimologi dalam kamus John Ecol evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation, dalam bahasa Arab Al-Taqdir dan dalam bahasa Indonesia penilaian. Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan (Anas Sudijono, 1995:1). Dari segi istilah evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan adalah sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan untuk proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dunia pendidikan (segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi dilapangan pendidikan). Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiaonal pasal 57 (ayat 1), evaluasi dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasiaonal sebagai bentuk akuntabilitas penyelengara pendidikan kepada pihak-pihak berkempentingan diantaranya terhadap perserta didik lembaga dan program pendidikan (Sukardi, 2008:1). B. Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan Dalam evaluasi pendidikan terdapat dua jenis evaluasi, yaitu tes dan non tes. Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana penggolongan tes itu dilakukan. 1. Tes Tes berasal dari bahasa latin testum alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang di pergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serata logam lainnya. Menurut Sumadi Suryabrata, mengartiakn tes adalah pertanyaan pertanyaaan yang harus dijawab dan atau perintah perintah yang harus dijalankan, yang berdasarkan bagaimana testee menjawab pertanyaaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya. Jadi tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditunjukan pada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya 2

dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kualitatif (Chabib Thoha, 1990:43-44).

Tes dapat dibagi kedalam beberapa bagian berdasarkan fungsi,tingkatan, aspek psikis, golongan dan berdasarkan bentuk, berikut penjelasannya: 1) Pengolongan tes berdasarkan fungsinya, antara lain sebagai berikut: a. Tes seleksi awal Sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. b. Tes awal Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-tes. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran yang diberikan kepada perta didik. c. Tes akhir (post-test) Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakan semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan peserta didik dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama dengan naskah tes awal. d. Tes Diagnostik (diagnostic test) Tes diagnostik adalah tes yang dilaksankan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Tes ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan, atau kombinasi dari ketiganya. e. Tes Formatif (formative test) Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasa dilaksanakan ditengah-tengah program pengajaran, yaitu dilaksankan pada setiap kali satuan pelajaran atau sub pokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah tes formatif biasa dikenal dengan istilah ulangan harian. 3

f. Tes Sumatif (summative test) Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes ini dikenal dengan ulangan umum atau EBTA (evaluasi belajar tahap akhir), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai lapor atau mengisi ijazah. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama (Anas Sudijono, 1995:68-72). Menurut Chabib Thoha (1990), tes berdasarkan fungsinya dibagi empat jenis, antara lain: a) Tes Penempatan Tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak didik, kemampuan tersebut dapat dipakai meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya. b) Tes Pembinaan Tes pembinaan disebut dengan formatif test, diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan. Tujuan utamanya untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan menyempurkannya. c) Tes sumatif d) Tes diagnostik 2) Berdasarkan tingkatnya, tes dibagi menjadi dua yaitu: a. Tes Standar Tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli atau disusun oleh lembaga yang khusus yang menyelenggarakan secara profesional tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama dapat diterapkan kepada beberapa objek mencakup wilayah yang luas. Yang dituntut dalam tes standar bukan standar prestasi peserta didik dari penguasaan materi yang diajarkan pada suatu tingkat lembaga pendidikan tertentu, melainkan adanya kesamaan pada performance pada kelompok peserta didik atau lembaga pendidikan disebabkan adanya kesamaan tolak ukur. Dalam tes standar masalah keseragaman dan konsistensi skoring penting untuk diperhatikan, sehingga tes tersebut dapat dipakai untuk membandingkan prestasi peserta didik dari berbagai sekolah. b. Tes Nonstandar 4

Tes nonstandard adalah kebalikan tes standar, yaitu tes yang disesun oleh seorang pendidik yang belum memiliki keahlian profesional dalam penyusunan tes atau mereka yang memiliki keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, melakukan analisis sehingga validitas dan reabilitasnya belum bapat dipertanggungjawabkan. Tes nonstandard sering digunakan untuk tes buatan guru, artinya disusun oleh seorang guru tanpa bantuan tim ahli. 3) Penggologan tes berdasarkan aspek pisikis yang ingin di ungkap dapat di bedakan menjadi lima, yaitu: a. Tes intelejensi, yakni tes yang dilaksanakn dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang b. Tes kemampuan, yaitu tes yang di laksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang di miliki oleh testee. c. Tes sikap, yaitu salah satu jenis tes yang di pergunakan untuk mangungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berpa individu-individu maupun objek-objek tertentu. d. Tes kepribadian, yakni tes yang di laksanak dengan tujuan menggungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat rahiriah, seperti gaya bicara cara berpakaian nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain. e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. 4) Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: a. Tes individual, yaitu tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja. b. Tes kelompok, adalah tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee. 5) Tes berdasarkan bentuknya, antara lain sebagai berikut: a. Tes Tertulis Tes tertulis termasuk dakam kelompok tes verbal, ialah tes dan soal jawabanya yang diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan. Tes ini kelebihanya dapat mengukur kemampuan sejumlah bessar peserta didik dalam tempat yang berpisah dalam waktu yang sama. Namun, tes tertulis juga mempunyai kekurangan antara lain belum tentu cocok mengukur ranah psikomotor, mengukur ranah efektif pada tingkatan characterization. Tes Tertulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : 5

Tes objektif (tes terukur) Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia. Sehingga peserta didik dapat menampilkan keragaman data, baik yang menjawab benar maupun yang menjawab salah. Tes subjektif (tes uaraian) Tes uraian ini peserta didik memiliki kebebasan memilih dan menenyukan jawaban, kbebasan ini berakibat data jawaban bervariasi, sehingga tingkat kebenaran dan tingkat kesalahannya bervariasi juga (M. Chabib Thoha, 1990:54-55) b. Tes Lisan Tes lisan termasuk keompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabanya menggunakan bahsa lisan. Dalam segi persipan dan caranya bertanya tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni: Tes lisan bebas Artinya pendidk dalam memberikan soal kepada pesrta didik tanpa mengukur pedoman yang dipersiapkan scara tertulis Tes lisan berpedoman. Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik. c. Tes tindakan Tes tindakan adalah tes di mana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tingkah laku kongkrit. Alat yang dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut. Bentuk tes ini berupa petunjuk-petunjuk atau perintah-perintah baikmsecara lisan atau secara tertulis, dapat berupa perintah baik secara lisan atau secara tertulis, dapat berupa penyedian situasi di mana peserta didik untuk beraksi terhadap situasi tersebut , baik disegaja ataupun tidak. Tes tindakan mengandug beberapa keuntungan antara lain: 1) Tepat untuk mengukur aspek psikomotor. 2) Tepat untuk mengeytahui sikap yang merefleksi dalam tingkah laku sehari-hari. 3) Pendidik secara langsung dapat mengamati dengan jelas jawaban-jawaban sehingga lebih mudah dalam memberikan penilaian. Sedangkan kelemahanya anara lain: 1) Apa bila perintah idak jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai dengan yang diharapkan. 6

2) Seringkali pendidik terpengaruh oleh gerakan yang tidak menjadi indikator utama penilaian. 3) Membutuhkan waktu lama, terutama kalau pengamatanya dilakukan per individu.

2. Non Tes Pada bab terdahulu telah dikemukakan bahwa keegiatan mengukur itu pada umumnya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai variasinya. Dalam praktek, tes inilah yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Pertanyaan diatas tidaklah harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang dapat dipergunakan, yaitu teknik non-tes. Teknik non-tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain). Dengan teknik non-tes maka penilaian dilakukan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan dengan cara: 1) Pengamatan (Observation) Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Observasi sistematis Observasi yang dilaksanakan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan secara matang, dikenal dengan istilah observasi sistematis (systematic observation). Pada observasi jenis ini, observasi dilaksanakan dengan berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat factor-faktor yang telah di atur kategorisasinya. Faktor-faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan dicatat. Di luar itu tidak perlu dilakukan pengamatan dan pencatatan. Pedoman observasi itu wujud kongkritnya adalah sebuah atau beberapa buah formulir (blangko) yang di dalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan para peserta didik.

Contoh :

Mata Pelajaran Topik Kelas Nama Siswa Hari & Tanggal Jam Pelajaran

: : : : : :

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Kegiatan/ Aspek yang dinilai Persiapan alat-alat (bahan) Kombinasi bahan Kombinasi warna Cara mengerjakan Sikap waktu mengerjakan Ketepatan waktu mengerjakan Kecekatan Hasil pekerjaan

Skor/Nilai

Keterangan

Jumlah Nilai

Hasil penilaian dengan menggunakan instrument tersebut di atas sifatnya adalah individual. Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukan ke dalam daftar nilai yang sifatnya kolektif, seperti contoh berikut ini: Mata Pelajaran Topik Kelas Semester No Nama Siswa : : : : Skor/ Nilai Untuk Tiap-Tiap Kegiatan/ Aspek 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 8 Jumlah Rata-rata

4 5 6 7 8 dst

b. Observasi non-sistematis Observasi non-sistematis yaitu observasi di mana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Maka kegiatan observasi di sini semata-mata hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri. Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan observasi itu memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya : a) Kelebihan Data observasi itu diperoleh secara langsung dilapangan. Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik. b) Kekurangan Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh para pengajar. Kepribadian (personality) dari observer atau evaluator juga sering kali mewarnai atau menyelinap masuk ke dalam penelitian yang dilakukan dengan cara observasi. Data yang diperoleh dari kegiatan umumnya baru dapat mengungkap kulit luarnya saja. 2) Wawancara Wawancara adalah cara meghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu : a. Wawancara terpimpin (guided interview) Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihakpihak yang diperlukan, dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya. Wawancara ini sudah disiapkan secara matang, yaitu dengan berpegang pada panduan wawancara yang butir-butir itemnya terdiri dari 9

hal-hal yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari peserta didik. b. Wawancara tidak terpimpin (simple interview) Dalam wawancara bebas, evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengungkapkan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini pewawancara atau evaluator akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. 3) Angket (Questionnaire) Berbeda dengan wawancara di mana evaluator berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, dimana data yang diperoleh melalui kuesiner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik. 4) Pemeriksaan Dokumen (documentary Analysis) Evaluasi mengenai kemajua, perkembangan, atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.

10

BAB III SIMPULAN

Secara etimologi evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation, dalam bahasa Arab Al-Taqdir dan dalam bahasa Indonesia penilaian. Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan (Anas Sudijono, 1995:1). Dari segi istilah evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan adalah sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan untuk proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dunia pendidikan (segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi dilapangan pendidikan). Dalam evaluasi pendidikan terdapat dua jenis evaluasi, yaitu tes dan non tes. Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana penggolongan tes itu dilakukan. Pengolongan tes berdasarkan fungsinya, dibagi menjadi tiga yaitu: Tes seleksi awal, tes awal, tes akhir (post-test), tes Diagnostik (diagnostic test), tes Formatif (formative test), tes Formatif (formative test). Menurut Chabib Thoha (1990), tes berdasarkan fungsinya dibagi empat jenis, yaitu: tes penempatan, tes pembinaan, tes sumatif, dan tes diagnostik. Berdasarkan tingkatnya, tes dibagi menjadi dua yaitu: tes standar, tes dan nonstandard. Penggologan tes berdasarkan aspek pisikis yang ingin di ungkap dapat di bedakan menjadi lima, yaitu: tes intelejensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian, dan tes hasil belajar. Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: tes individual dan tes kelompok. Tes berdasarkan bentuknya, dibagi menjadi tiga, yaitu: tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan

11

DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Chabib Thoha, Teknin Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT Bumi Aksara 2008

12

You might also like