You are on page 1of 234

Bab 1 Pembangunan Ekonomi

Pengantar Ilmu ekonomi pembangunan mengacu kepada masalah-masalah ekonomi di negara-negara terbelakang. Kajian tentang kemiskinan dan cara mengeyahkannya tak dapat hanya dipolakan dari pengalaman negara kaya. Karena di negara kaya ada kecenderungan menganggap ekonomi sebagai takdir dan pemusatan perhatian pada ekonomi jangka pendek. Perkembangan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa ahli ekonomi istilah perkembangan ekonomi mengacu kepada masalah negara-negara berkembang dan istilah pertumbuhan ekonomi mengacu kepada masalah negara-negara maju. Sedangkan menurut beberapa ahli ekonomi yang lain menggunakan istilah tersebut sebagai sinonim. Menurut Prof. Paul A. Baran, gagasan perkembangan dan pertumbuhan mengesankan suatu peralihan dari sesuatu yang lama ke sesuatu yang baru dan kedua istilah dipakai secara sinonim Definisi Atau Indikasi Perkembangan Ekonomi Tiga cara definisi perkembangan ekonomi :
1. Perkembangan ekonomi adalah pendapatan nasional nyata dalam

jangka waktu panjang. Definisi ini tidak mempertimbangkan berbagai perubahan dalam pertumbuhan penduduk. Jika kenaikan pendapatan nasional nyata diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat maka yang terjadi bukan perkembangan tetapi kemunduran ekonomi. 2. Perkembangan ekonomi adalah tingkat kenaikan pendapatan nyata yang lebih tinggi daripada tingkat laju pertumbuhan penduduk. Definisi ini tidak mempertimbangkan konsumsi yang perkapita berkaitan serta dengan mengenyampingkan masyarakat. masalah-masalah

3. Perkembangan ekonomi dilihat dari kesejahteraan ekonomi yaitu kenaikan pendapatan nasional nyata diikuti dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat secara keseluruhan. Definisi in tak lepas dari berbagai keterbatasan. Untuk menghidari kerancuan dalam pertimbangan penilaian dan demi penyedehanaan, para ahli ekonomi mempergunakan pendapatan nasional riil per kapita sebagai ukuran perkembangan ekonomi. Arti Istilah Kurang Berkembang (Underdevoloped) Suatu negara kurang berkembang (underdevoloped) adalah negara yang memiliki prospek untuk berkembang tetapi menghadapi kendala yang pada umumnya adalah kemiskinan dan rendahnya sumber daya manusia, contohnya ; Indonesia, india, pakistan uganda Colombia dll. Sedangkan negara yang tidak berkembang adalah negara yang tidak memiliki propek untuk berkembang karena rendahnya sumber daya alam dan manusia serta kemiskinan, contohnya ; Antartika, negara-negara sub Sahara. Negara kurang berkembang dapat juga disebut dengan negara miskin atau terbelakang. Berbagai Kriteria Tentang Keterbelakangan (Uderdevolopment) 1. Rasio penduduk terhadap wilayah tanah. Kriteria ini sulit dibuktikan

karena sebagian negara-negara miskin memiliki rasio yang rendah namun sebagian lagi memiliki rasio yang tinggi.
2. Rasio output industri terhadap keseluruhan output. Kelemahan kriteria

ini adalah rasio ini cederung meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan suatu negara. 3. Rasio yang rendah antara modal terhadap populasi perkepala. Tetapi kriteria ini tidak memuaskan karena modal bukan syarat mutlak. Menurut Prof. Nurkse bahwa pembangunan ekonomi terlalu banyak perkapita sehingga faktor industrialisasi seringkali merupakan akibat dan bukan sebagai penyebab kemakmuran ekonomi

berkaitan dengan kekayaan manusia, sikap sosial, kondisi politik dan sejarah. 4. Dr. Eugene Staley mendifinisikan negara negara terbelakang sebagai negara yang ditandai oleh kemiskinan massal yang kronis yang bukan diakibatkan oleh bencana sementara dan ditandai dengan metode produksi dan organisasi sosial yang usang. Namun kriteria ini tidak menggarisbawahi pendapatan perkapita yang rendah sebagai kriteria pokok. 5. Rendahnya rasio pendapatan nasional perkapita negara-negara

terbelakang dibanding dengan negara-negara maju. Istilah ini adalah yang paling diterima umum dan dipergunakan oleh PBB. Namun demikian, pendapatan nasional perkapita ini juga menemui kesulitan-kesulitan karena data sering tidak sesuai dan menyesatkan serta tak berdasarkan fakta-fakta dibawah ini : a) Dinegara terbelakang ada sektor non uang yang menyulitkan

perhitungan pendapatan nasional b) Kekurangan spesialisasi dinegara underdeveloped merunyamkan

perhitungan pendapatan nasional. c) Sebagian rakyat tak memiliki rekening bank dan ada keengganan mengungkapkan berapa pendapatan nasional mereka. d) Dinegara terbelakang barang-barang ang disalurkan lewat pasar relatif lebih sedikit. e) Perhitungan pendapatan nasional tidak memperhitungkan biaya nyata pembuatan suatu barang. f) Perkiraan pendapatan nasional tidak dapat mengukur secara tepat perubahan output yang disebabkan oleh perubahan tingkat harga.

g) Penggunaan perhitungan

hanya

satu

mata output

uang dolar barang

amerika jasa,

saja

dalam

keseluruhan

dan

memperkecil

pendapatan nasional negara terbelakang. h) Data sensus penduduk sering tidak akurat. i) Adanya perbedaan konsep dalam menghitung pendapatan nasional pada negara-negara yang terbelakang.

Bab 2 Ciri-Ciri Negara Terbelakang Menurut Paul Hoffman ciri-ciri negara terbelakang adalah negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, kurang lapangan pekerjaan, rendah aktivitas industri, memiliki infrastruktur yang buruk, terdapat kesenjangan pendapatan antara segelintir masyarakat kaya dengan masyarakat umumnya, sistem perbankan yang jelek dan perekonomian yang mengandalkan ekspor bahan mentah. Kemiskinan Umum Negara terbelakang adalah negara yang dicekam kemiskinan seperti

tercermin dalam pendapatan perkapita yang rendah. Tabel 2.1 GNP per kapita dalam dollar AS, 1982
Kelompok I 8000 UA E Ku wai t 2 6. 8 5 0 Kelompok II 3.000 s/d 7.999 Jerma n Timur Inggri 7 . 1 8 0 Kelompok III 501 s/d 2.999 Yug osla via Arg enti 2 . 6 2 0 Kelompok IV Indo nesia Suda n 501 4 3 0 4 1

Qat ar Swi ss Sw edi a Nor we gia AS Kan ada Jer ma n Bar at Aus trali a Per anc is Jep ang

1 9. 8 3 0 2 6. 0 8 0 1 6. 4 4 0 1 3. 5 2 0 1 2. 6 5 0 1 1. 3 6 0 1 0. 1 3 0 1 3. 5 9 0 9. 8 2 0 1 1. 7 3 0 9. 8 2 0

s Selan dia Baru Cekos lowaki a Spany ol Polan dia Rusia Singa pura Israel Yunan i Venez uela Italia

7 . 9 2 0 7 . 0 9 0 5 . 8 2 0 5 . 4 0 0 3 . 9 0 0 4 . 5 5 0 4 . 4 3 0 4 . 5 0 0 4 . 3 8 0 3 . 6 3 0 6 . 4 8 0

na Chili Braz il Nige ria Mek siko Mal aysi a Kolo mbi a Jord ania Filip ina Thai land Mesi r

2 . 3 9 0 2 . 1 5 0 2 . 0 5 0 1 . 0 1 0 2 . 0 9 0 1 . 6 2 0 1 . 1 8 0 1 . 4 2 0 6 9 0 6 7 0 5 8 0

Ugan da Keny a Srila ngka Pakis tan Afgh anist an India Burm a Nepa l Bang lades h Bhut an

0 3 0 0 4 2 0 2 7 0 3 0 0 1 7 0 2 4 0 1 7 0 1 4 0 1 3 0 8 0

Kemiskinan juga tercermin dalam standar hidup yang rendah. Dinegara miskin sekitar 75 % pendapatan dihabiskan untuk konsumsi dibandingkan dengan negara maju yang sekitar dibanding negara maju. Tabel 2.2 Kalori per hari per kapita, 1977
Negara Kalori India Bangladesh Nepal Burma Pakistan Indonesia 2.021 1.821 2.002 2.286 2.281 2.272 Mesir Jepang Srilangka Filipina AS Inggris Negara Kalori 2.760 2.949 2.126 2.189 3.576 3.336

20 %. Konsumsi kalori negara miskin lebih rendah

Negara miskin ditandai dengan tingkat kematian anak yang tinggi, gizi buruk, kesehatan yang rendah dan tingkat pendidikan dan prasarana pendidikan yang jelek. Pertanian, Mata Pencarian Utama Dinegara terbelakang, duapertiga dari jumlah penduduk tinggal di pedesaan dan mata pencarian utama adalah bertani. Jumlah ini empat kali lipat dibanding negara maju. Teknologi pertanian yang digunakan masih kuno dan tradisional sehingga tidak produktif. Rata-rata kepemilikan tanah berkisar antara 1 s/d 3 hektar untuk 10 s/d 15 penduduk. Total Hasil pertanian jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Tabel 2.3 Rata-rata hasil pertanian tanaman pangan (100 kg/ hektar)
Tanaman Tahu n Gandum Padi 1979 1979 15,7 17,9 India Amerika Serikat 23 51,4 Duni a 17,8 26,1

Jagung Jowar

1979 1979

9,1 4,9

68,6 39,5

32,7 6,2

Beberapa negara terbelakang ada yang GDP nya lebih 50 % adalah berasal dari pertanian dan industrinya kurang dari 25 % pada tahun 1980. Ekonomi Dualistis. Hampir semua negara berkembang mempunyai perekonomian yang dualistis. Disatu sisi perekonomian yang berorientasi pada pasar yang dicirikan dengan berpusat di kota, relatif lebih maju dan memiliki fasilitas, sarana dan prasarana yang lengkap. Disisi lain perekonomian yang berorientasi pertanian do pedesaan yang terbelakang. Selain itu di beberapa negara terbelakang terdapat kantong-kantong sumber perkonomian seperti kilang minyak, pertambangan, perkebunan, yang dikuasai asing sehingga tercipta perekonomian dengan tiga muka. Sebagian besar keuntungan perusahan asing tersebut dibawa ke negara asalnya sehingga menguras dan mempermiskin perekonomian nasional. Seringkali berbagai hasil barang tambang dan perkebunan tersebut hanya demi kepentingan negara asal sang kapitalis. Semua ini hanya merugikan dan negara terbelakang tetap miskin. Sumber Alam Kurang Terolah. Pada umumnya negara terbelakang memiliki sumber daya alam yang berlimpah walaupun sebagian masih berbentuk potensi. Afrika memiliki cadangan tembaga, timah, boukit dan emas. Asia kaya dengan minyak, gas, besi, mangan, mika dan timah. Amerika latin kaya dengan minyak, besi, seng dan tembaga. Ciri-Ciri Demografi Salah satu dari ciri negara terbelakang adalah pertambahan penduduk yang cepat. Rata-rata laju pertambahan penduduk negara sedang berkembang adalah 2,5 persen dibanding dengan negara maju 0,8 persen.

Tabel 2.4 Rata-rata Pertambahan Penduduk Tahunan (1970 1980) Negara Persen Negara Terbelakan g China India Indonesia Brazil Bangladesh Pakistan Sumber, World Development, 1982 Akibat dari tingginya tingkat kelahiran dan rendahnya harapan hidup adalah sebagian besar penduduk akan terdiri dari kelompok usia muda yang belum produktif. Hal ini membebani perekonomian karena tanggungan keluarga menjadi lebih besar. Masalah lain adalah kepadatan penduduk yang tinggi didaerah pertanian dibanding luas lahan yang dapat ditanami sehingga produksi menjadi tidak efisien. Pengangguran dan Pengangguran Tersembunyi Dinegara terbelakang tingkat pengangguran dan pengangguran tersembunyi sangat tinggi. Pengangguran tersembunyi merupakan salah satu ciri negara yang terbelakang. Salah satu bentuk pengangguran tersembunyi yang kerap ditemui dinegara terbelakang adalah berlebihnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan. Contohnya adalah sebidang sawah yang seharusnya digarap oleh 4 orang tetapi digarap oleh 6 orang pekerja tanpa mempengaruhi output produksi. Menurut Navarette bahwa pengangguran tersembunyi adalah suatu keadaan dimana pengalihan sejumlah faktor tenaga kerja kebidang lain tidak akan mengurangi output keseluruhan sektor asal. 1,8 2,1 2,3 2,2 2,6 3,1 USSR Amerika Serikat Jepang Inggris Itali Perancis 0,9 1,0 1,1 0,1 0,6 0,5 Maju

Bentuk lain dari pengangguran tersembunyi adalah seseorang yang bekerja penuh namun tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya. Walaupun ia bekerja seharian penuh tetapi gaji yang diterima tidak mencukupi. Keterbelakangan Ekonomi Sebab utama keterbelakangan ekonomi adalah efesiensi dan produktivitas tenaga buruh yang rendah. Efisiensi yang rendah ini diiakibatkan oleh standar gizi yag rendah, kesehatan yang buruk pendidikan yang rendah, tiadanya mobilitas pekerjaan dan sebagainya. Sebab lain adalah pengaruh tradisi dan budaya yang masih melekat kuat dimasyarakat. Penggunaan tenaga anakanak juga kerap ditemukan dinegara terbelakang. Ketiadaan Inisiatif dan Usaha Ciri lain dari negara terbelakang adalah tiadanya kemampuan wiraswasta yang sering dikarenakan terhalang oleh sistem sosial yang menutup daya cipta. Pasar yang sempit ketiadaan modal, ketiadaan kepastian hukum, birokrasi yang berbelit, keamanan dan ketertiban, kesemuanya itu menjadi perintang dalam prakarsa dan usaha. Perekonomian cenderung dikuasai asing namun cenderung tidak mendorong munculnya perusahaan setempat. Kelangkaan Alat Modal Negara terbelakang dapat diartikan negara dengan perekonomian yang miskin modal, tabungan dan investasi. Investasi bruto hanya berkisar 5 s/d 6 % dibandingkan dengan negara maju yang berkisar 15 s/d 20 %. Sebab utama kekurangan modal adalah kecilnya tabungan atau lebih tepat dikatakan kurangnya investasi didalam sarana produksi yang mampu menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pendapatan yang rendah menyebabkan penduduk tidak dapat menabung. Negara berkembang juga memiliki kecenderung untuk menyamai pola konsumsi negara maju yang tidak hanya oeh pihak swasta tetapi juga pada pemerintahan. Haberler mengatakan : Tidak megherankan bahwa perekonomian negara miskin , pada saat mereka terjaga dan menetapkan hati untuk membangun dalam waktu sekejap untuk menyamai negara yang lebih

maju, berusaha untuk berbelanja secara berlebihan dan hidup diluar kemampuan sarana yang ada. Keterbelakangan Teknologi Negara terbelakang berada dalam tingkat teknologi yang amat tak efisien. Keterbelakangan teknologi tercermin dalam ongkos produksi rata-rata yang tinggi meski upah buruh rendah, Tingginya rasio buruh dn besarnya jumlah buruh yang tidak terlatih. Keterbelakangan teknologi dapat disebabkan oleh : Kurangnya modal untuk memperbaharui teknologi yang telah usang. Minimnya tenaga terlatih dan terdidik menyebabkan rintangan bagi penggunaan teknik yang lebih baru. Dualisme teknologi yaitu penggunaan berbagai fungsi produksi sekaligus dalam sektor ekonomi dan sektor ekonomi tang tradisional. Orientasi Perdagangan Luar Negeri Orientasi perdagangan luar negeri negara-negara terbelakang terlihat pada ekspor barang-barang primer, disisi lain impor barang-barang konsumsi dan mesin. Ketergantungan pada ekspor produk primer akan menimbulkan dampak negatif serius bagi perekonomian negara tersebut antara lain : Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer akibatnya sektor ekonomi lain terabaikan. Perekonomian menjadi rentan terhadap fluktauasi harga internasional barang-barang ekspor tersebut. Perekonomian menjadi tergantung kepada impor barang kosumsi seperti bahan bakar minyak, barang pabrikasi, alat-alat transportasi, mesin, bahan makanan dan barang primer lainnya. Tabel 2.5 Persentase Peranan impor barang dagangan
Negara Makanan Bahan Bakar 26 Barang primer lain 11 Mesin & alat Transpor 19 Barang pabrik lainnya 30

India

14

Pakistan Srilangka Kenya Indonesia Mesir Malaysia Brazil

20 23 6 16 26 14 12

17 18 24 11 1 12 37

6 4 3 6 7 7 7

24 25 34 32 34 37 21

33 30 33 35 32 30 23

Catatan Mengenai Demontration Effect Menurut Prof. Nurkse Demontration effect adalah gejala yang terjadi negaranegara terbelakang untuk meniru standar konsumsi negara yang lebih maju. Pada negara-negara terbelakang demontration effect berpengaruh kepada rendahnya investasi. Akibat Demontration Effect Akibat dari demonstration effect pada negara terbelakang adalah semakin rendahnya kecenderungan permintaan menabung akan barang (propensity impor to save). pada Juga meningkatkan yang gilirannya pembentukan modal, kecenderungan untuk memperbesar pengeluaraan pada barang-barang konsumsi, rendahnya tingkat tabungan dan

meyebabkan tekanan inflasioner dan ketidakseimbangan neraca. Selain itu dapat menghalangi tumbuhnya tabungan dan pembentukan modal domestik. Keterbatasan Konsep Anggapan adanya akibat negatif dari demontration effect memiliki kelemahan. Konsep demikian mengandaikan konsumen bersedia memuaskan keinginannya kepada konsumsi barang mewah. Padahal penduduk negara terbelakang memiliki pendapatan yangg begitu rendah, jadi hanya segelintir yang terpengaruh. Selain itu negara terbelakang banyak sekali sektor pangan yang tak menyadari barang-barang konsumsi modern. Keuntungan dari Demontration Effect

Demonstration effect mempunyai fungsi sebagai perangsang peningkatan usaha dan produktifitas. Mendorong perkembangan usaha jasa dalam pengadaan barang mewah. Petani akan lebih menghasilkan produk yang lebih beragam dipasaran.

Bab 3 Hambatan Pembangunan Ekonomi Ciri-ciri negara berkembang seperti pada bab sebelumnya merupakan akibat sekaligus penyebab dari kemiskinan. Jadi terdapat hubungan yang melingkar yang dikenal dengan lingkaran setan kemiskinan yang melanggengkan rendahnya pembangunan dinegara tersebut. Lingkaran Setan Kemiskinan Lingkaran setan yang pertama adalah dilihat dari sudut permintaan. Rendahnya tingkat pendapatan nyata menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah sehingga pada gilirannya tingkat investasipun rendah. Tingkat investasi yang rendah menyebabkan modal kurang dan produktivitas menjadi rendah. Kembali ke awal lingkaran, produktivitas yang rendah menjadikan tingkat pendapatan nyata rendah. Lingkaran setan yang kedua adalah dilihat dari sisi penawaran. Produktivitas yang rendah menyebabkan pendapatan nyata menjadi rendah. Pendapatan nyata yang rendah berarti tingkat tabungan juga rendah. Tingkat tabungan yang rendah menyebabkan tingkat investasi rendah dan modal kurang. Modal yang kurang pada akhirnya bermuara kembali pada produktivitas yang rendah. Lingkaran setan yang ketiga adalah menyangkut manusia dan sumber alam. Penduduk yang terbelakang, tingkat pendidikan yang rendah, langka akan pengetahuan, keterampilan teknik dan rendah aktivitas kewirausahaan akan

mmenyebabkan sumber alam terbengkalai. Pada sisi lain keterbelakangan sumber alam menyebabkan keterbelakangan manusia. Tingkat Pembentukan Modal yang Rendah Negara terbelakang menggunakan peralatan modal dan metode produksi yang telah usang. Pertanian tanaman pangan yang tidak bersentuhan dengan sektor perekonomian menjadi lapangan usaha yang dominan sehingga produktivitas marjinalnya menjadi sangat rendah. Produktivitas rendah menjadikan pendapatan rendah dan tabungan pun rendah, investasi rendah dan tingkat pembentukan modal menjadi rendah. Dilain sisi tingkat konsumsi sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin dikurangi agar cadangan modal meningkat. Sementara itu, bagi segelintir penduduk yang berpendapatan tinggi cenderung untuk menyimpan uangnya dalam bentuk pembelian emas permata, rumah mewah, mata uang asing yang kesemuanya itu tidak mengalir kepada sektor-sektor perekonomian yang produktif. Faktor-faktor yang menghalangi gairah menabung dan berinvestasi adalah sebagai berikut : 1. Tidak tegaknya hukum, ketertiban dan keamanan, ketidakstabilan politik dan keadaan moneter yang kacau. 2. Kurangnya inovasi dalam dunia usaha. 3. Sempitnya pasar domestik karena daya beli yang rendah. 4. Kesulitan untuk mendapatkan dana untuk investasi dan lemahnya sistem perkreditan dan perbankan. 5. Kurangnya buruh terampil dan lemahnya mobilitas faktor sehingga mempertinggi biaya produksi. 6. Kemampuan wiraswasta yang langka. Kesulitan-kesulitan diatas dapat ditangani dengan overhead sosial.

Pemerintah harus membangun iklim yang baik bagi pembentukan modal dan program industrialisasi perekonomian.

Hambatan Sosio Budaya Dinegara-negara terbelakang sering kali sikap sosial budaya menjadi

penghalang bagi pembangunan ekonomi. Terdapat unsur-unsur perlawanan sosial terhadap perubahan eonomi, sikap memandang rendah peranan bisnis, ketidakcocokan dengan pola hidup dan konsep sosial yang berkembang ditenngah masyarakat. Sikap dalam keluarga juga membatasi kebebasan individu dalam mengambil keputusan ekonomi yang pada gilirannya mempengaruhi hasrat untuk menabung dan menannam modal. Disamping itu masyarakat cenderung memandang tinggi pekerjaan dibidang pemerintahan dibandingkan dengan pekerjaan yang bersifat profesional dan kewirausahaan. Dampak Kekuatan Internasional Menurut beberapa ahli ekonomi seperti Myint, Prebisch, Singer, Lewis dan Myrdal berpendapat bahwa didalam perekonomian dunia telah bermain kekuatan yang tidak seimbang sehingga keuntungan perdagangan lebih banyak mengalir ke negara-negara maju. Peningkatan ekspor pada negara terbelakang tidak tidak memberikan kepada sumbangan ekspor besar kepada perekonomiannya. Ketergantungan justru menjadikan

perekonomian rentan terhadap pengaruh internasional karena ketidakstabilan siklus dan neraca pembayaran. Pada masa depresi ekonomi term of trade (imbangan antara harga ekspor dan impor) menjadi tidak menguntungkan dan penerimaan devisa menjadi merosot drastis. Investasi asing pada barang yang dapat diekspor secara teru menerus justru dapat merugikan perekonomian. Pihak asing menguras habis sejumlah besar uang dalam bentuk laba dan upah manajemen. BAB 4. PERSYARATAN DASAR PEMBANGUNAN EKONOMI

Menurut Prof. W.A. Lewis, pendorong utama pertumbuhan ekonomi ialah : upaya untuk berhemat (ekonomis), peningkatan pengetahuan atau penyerapannya di bidang produksi dan peningkatan jumlah modal atau sumber lain per kepala. Tiga pendorong ini meski secara konsep dapat dibedakan, namun biasanya nampak berbarengan. Prof. Cairncross dengan tepat menyatakan : Pembangunan bukanlah sekedar masalah memiliki sejumlah besar uang atau semata-mata fenomena ekonomi. Ia mencakup semua aspek perilaku manusia, penegakan hukum dan ketertiban, kecermatan dalam hubungan bisnis, termasuk hubungan dengan instansi yang berkaitan dengan penerimaan negara, hubungan antara keluarga, buta huruf, keakraban dengan peralatan mekanis, dan sebagainya. Beberapa persyaratan pembangunan ekonomi diantaranya : 1. Atas Dasar Kekuatan Sendiri Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Prof. Cairncross mengatakan : Pembangunan tidak akan mungkin jika ia tidak berkenan di hati rakyat. Terlalu banyak bergantung kepada bantuan luar negeri akan mematikan prakarsa pembangunan dan memberikan kebebasan kepada investor asing untuk menguras sumber-sumber alam demi keuntungan mereka saja. Prof. Paul Baron berpendapat, bantuan seperti itu sama halnya dengan mengajak rakyat negara terbelakang untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi. Maka tidak boleh tidak kekuatan pembangunan harus berakar pada perekonomian di dalam negeri. 2. Menghilangkan Ketidaksempurnaan Pasar. Ketidaksempurnaan pasar menyebabkan immobilitas faktor dan menghambat ekspansi sektoral dan pembangunan. Sebagaimana dikatakan Prof. Schultz, : Untuk mecapai pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti maka negara seperti itu di dalam mengalokasikan modal dan usahanya harus melakukan 3 hal, yaitu : meningkatkan kuantitas barang yang dapat direproduksi, memperbaiki kualitas manusia sebagai agen produksi, dan meningkatkan kadar seni produksinya. Dengan demikian diperlukan adanya suatu perubahan struktural dalam rangka mendorong medan produksi ke tempat yang lebih tinggi. 3. Perubahan Struktural Mengandung arti bahwa peralihan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern yang mencakup peralihan lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang ada secara

radikal. Sehingga menciptakan kesempatan kerja semakin banyak dan produktifitas buruh stok modal, pendayagunaan sumber-sumber baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi. Aspek penting lain dari perubahan struktural ialah perpindahan penduduk dari sektor primer dan sekunder ke sektor tersier. Produksi tersier mancakup sejumlah jasa yang menghasilkan barang non material, seperti : pengangkutan, sistem distribusi, pendidikan, jasa pemerintah dan rumah tangga, dsb. Inovasi atau pembukaan daerah baru mungkin menghasilkan perubahan struktural di dalam perekonomian dengan demikian memperluas pasar domestik dan menciptakan pasar luar negeri. Prof. Hoselitz menulis mengenai hal ini, disamping pembangunan modal overhead ekonomi, seperti sistem perhubungan dan pengangkutan dan investasi dalam fasilitas ke pelabuhan, gudang (warehouse) dan instalasi sejenis yang menguntungkan perdagangan luar negeri, kebanyakan dari pembaharuan yang dilakukan pada masa periode persiapan menyangkut perubahan-perubahan dalam struktur kelembagaan, tatanan hukum, pendidikan, keluarga dan motivasi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang tidak hanya mempengaruhi hubungan ekonomi tetapi keseluruhan tatanan sosial dan budaya masyakarat. Masalah pokok dewasa ini adalah masalah penanggulangan stagnasi ekonomi yang biasanya dicapai melalui proses industrialisasi dimana menghasilkan tingkat pertumbuhan swasembada, dalam hal ini didahului oleh suatu periode ledakan cepat yang oleh Rostow disebut tahap tinggal landas. Perubahan organisasi dan struktural secara cepat yang mempengaruhi produktivitas masyarakat yang berlangsung selama tahap tinggal landas. 4. Pembentukan Modal Pembentukan modal disebut juga sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Proses ini berjalan melewati tiga tingkatan : (1) Kenaikan volume tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung, (2) Keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat dialihkan menjadi dana yang dapat diinvestasikan, dan (3) Penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Berarti pembentukan keahlian karena keahlian kerap kali berkembang sebagai sebagai akibat pembentukan modal. Menurut Prof. Lewis : Tidak ada suatu negara yang begitu miskin sehingga tidak dapat menyisihkan tabungan sebesar 12% dari pendapatan nasionalnya, jika memang ia mau.

Kemiskinan terbukti tak pernah menghalangi suatu bangsa untuk melancarkan perang atau memboroskan sumber-sumbernya untuk kepentingan lain. Tabungan paksa memiliki keuntungan tambahan dalam arti membatasi konsumsi, sehingga sumber-sumber dapat dipergunakan untuk pembentukan modal. Ada 3 cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan tabungan paksa, yaitu : Pajak, Pembelanjaan defisit, dan Pinjaman. 5. Kriteria investasi yang Tepat Berbagai macam kriteria investasi diantaranya sebagai berikut : a. Produktivitas Marginal Sosial Beberapa asas penuntun kriteria ini ialah : (1) Investasi harus diarahkan pada penggunaan yang paling produktif sehingga rasio output uang (curent output) terhadap investasi menjadi manjadi maksimum atau sebaliknya rasio madal output menjadi minimum; (2) Investasi harus dilakukan terhadap proyek yang akan memanfaatkan buruh secara maksimum, dalam hal ini rasio buruh-investasi maksimum; (3) Proyek investasi itu harus diseleksi sehingga menghasilkan barang yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakatdan meningkatkan ekonomi eksternal lebih luas; (4) Proyek investasi adalah proyek yang dirancang paling banyak menggunakan bahan baku dalam negeri dan berbagai suplai lain; (5) Proyek investasi itu harus diseleksi sehingga dapat memperbaiki distribusi pendapatan nyata; (6) Investasi harus diarahkan pada industri yang menghemat devisa, mengurangi beban neraca pembayaran dan memaksimumkanrasio barang ekspor terhadap investasi. b. Overhead Ekonomi dan Sosial Dari sisi permintaan, investasi harus menciptakan overhead sosial dan ekonomi yang luas dalam bentuk rumah sakit, sekolah, jalan raya, jalan kereta api, gedung, bendungan dan lainlain. c. Pertumbuhan Berimbang Doktrin pertumbuhan berimbang mengandung arti perkembangan menyeluruh dan serentak di berbagai sektor perekonomian. Keseimbangan juga diperlukan antara sektor domestik dan sektor luar negeri. Pembangunan ekonomi yang cepat memerlukan impor peralatan modal dalam skala yang besar. Impor ini harus dibiayai dengan ekspor untuk menjaga agar tidak

timbul kesulitan dalam neraca pembayaran. Ini berarti juga mempertahankan keseimbangan yang tepat antara produksi untuk konsumsi dalam negeri dan produksi untuk ekspor. Oleh karena itu harus diusahakan agar sektor domestik dan sektor luar negeri tumbuh dalam keseimbangan. d. Pilihan Teknologi Pilihan dalam teknik produksi juga mempengaruhi jumalh dan pola investasi di negara terbelakang. Apakah pilihannya jatuh pada teknik produksi yang bersifat padat modal atau padat karya tergantung pada tujuan sosial dan ekonomi negara itu. Pemilihan teknologi lebih tergantung pada bobot masing-masing proyek dibandingkan dengan dampaknya pada distribusi pendapatan, pada tingkatan pendapatan per kapita, pada permintaan pasar, pada skala ekonomi dan pada neraca pembayaran. Di negara terbelakang yang padat penduduk, dengan pengangguran tersembunyi dan kelangkaan modal didalamnya ada kecenderungan menerapkan teknik padat karya. Sedangkan di negara yang langka tenaga buruh lebih cocok diterapkan teknik padat modal. e. Rasio Modal Output Di dalam menjatuhkan pilihan terhadap berbagai proyek investasi dan didalam menentukan prioritas, rasio modal-output dari berbagai proyek harus diperbandingkan. Investasi harus dibatasi pada proyek-proyek yang memperkecil rasio modal-output. 6. Persyaratan Sosio Budaya Wawasan sosio budaya masyarakat haruslah diubah jikalau pembangunan diharapkan dapat berjalan. Manakala terdapat hambatan sosial yang menghalangi kemajuan ekonomi, hambatan tersebut harus disingkirkan atau disesuaikan. Organisasi sosial seperti keluarga bersama, sistem kasta, warna kulit, dogma agama dan kehidupan desa harus dimodifikasi sehingga selaras dengan pembangunan. 7. Administrasi Kehadiran administrasi yang kuat, berwibawa dan tidak korup merupakan sine qua non pembangunan ekonomi. Pemerintah harus kuat, mampu menegakkan hukum dan ketertiban dan mempertahankan negeri melawan agresi dari luar. Menurut Prof. Herman Finer : Pembangunan ekonomi memerlukan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berfungsi sebagai pedoman dan memberikan kepastian tentang

keuntungan yang sepadan dengan usaha dan pengorbanan seperti dijanjikan oleh program pembangunan. Pembangunan ekonomi juga memerlukan sistem administrasi yang tepat untuk melaksanakan rencana yang dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan.

BAB 5. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PERTUMBUHAN EKONOMI MODERN

Dalam bukunya yang lebih awal, Modern Economic Growth, 1966, ia mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, seringkali dibarengi dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya denga perubahan struktural. Definisi ini memiliki 3 (tiga) komponen : a. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus meneruspersedian barang. b. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat. 1. Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern Prof. Simon Kuznets menunjukkan 6 ciri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul dalam analisa yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja, dan sebangsanya. a. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Produk Per Kapita Pertumbuhan ekonomi modern, sebagaimana terungkap dari pengalaman negara maju sejak abad ke-18 atau awal abad ke-19, ditandai dengan laju kenaikan produk per kapita yang tinggi dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat. Laju kenaikan yang luar biasa itu paling sedikit sebesar lima kali untuk penduduk dan paling sedikit sepuluh kali untuk produksi.Prof. Kuznets menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di 13 negara, tidak termasuk di Perancis, pada masa modern adalah lebih tinggi dari pada masa pra-modern. b. Peningkatan Produktivitas Pertumbuhan ekonomi modern terlihat dari semakin meningkatnya laju produk per kapita terutama sebagai akibat adanya perbaikan kualitas input yang meningkatkan efisiensi atau produktivitas per unit input. Hal ini dapat dilihat dari semakin besarnya masukan sumber tenaga kerja dan modal atau semakin meningkatnya efisiensi atau kedua-duanya. Kenaikan

efisiensi berarti penggunaan output yang lebih besaruntuk setiap unit input. Menurut Kuznets, laju kenaikan produktivitas ternyata dapat menjelaskan hampir keseluruhan pertumbuhan produk per kapita di negara maju. Bahkan kendati dengan beberapa penyesuaian untuk menampung biaya dan input yang tersembunyi, pertumbuhan produktivitas tetap dapat menjelaskanlebih dari separuh pertumbuhan dalam produk per kapita.

c.

Laju Perubahan Struktural Yang Tinggi

Perubahan struktural dalam pertumbuhan ekonomi modern mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif, dan peralihan dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh. d. Urbanisasi Pertumbuhan ekonomi modern ditandai pula semakin banyaknya penduduk di negara maju yang berpindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan yang disebut Urbanisasi. Menurut Prof. Kuznets, urbanisasi juga mempengaruhi tingkat dan struktur pengeluaran konsumen negara melalui 3 cara: (1) urbanisasi menghasilkan pembagian kerja dan spesialisasi yang semakinmeningkat dan perubahan berbagai aktivitas dari usaha keluarga atau desa yang tidak berorientasi pasar menjadi usaha yang berorientasikan pasar. (2) Urbanisasi membuat biaya pemenuhan sejumlah kebutuhan menjadi semakin mahal. (3) Demonstration effect kehidupan kota mendorong kelompok urbanis meniru pola konsumsi orang kota sehingga menyebabkan meningkatnya pengeluaran konsumen. e. Ekspansi Negara maju Ekspansi negara-negara maju yang bermula dari bangsa-bangsa Eropa tidak lain adalah akibat revolusi teknologi di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian melahirkan dominasi politik langsung atas negara-negara jajahan, pembukaan daerah yang semula tertutup seperti Jepang dan pemecahan daerah seperti Afrika sub sahara. Ancaman kekauatan negara maju inilah yang menyebabkan pertumbuhan Jepang dan Uni Soviet. Tetapi pertumbuhan ekonomi modern tidak berhasil menyebar ke negara terbelakang karena 2 faktor : (1) Mereka tidak mempunyai kerangka sosial dan politik yang stabil dan fleksibel, yang dapat menampung perubahan struktural yang cepat dan mendorong

kelompok pendukung pertumbuhan di dalam masyarakat. (2) kebijakan yang dianut negara maju membatasi kebebasan politik dan ekonomi negara kurang berkembang (LDC). Sebagai akibatnya LDC gagal memetik keuntungan dari penyebaran pertumbuhan ekonomi modern tersebut dan terus tetap terbelakang kecuali Jepang dan China. f. Arus Barang Modal, dan Orang Antar bangsa Arus Barang Modal, dan Orang Antar bangsa kian meningkat sejak kuartal kedua abad ke19 sampai PD I tetapi mulai mundur pada PD I dan berlanjut sampai akhir PD II. Migrasi. Volume kumulatif migrasi internasional yang semakin meningkat sejak tahun 1840 dan berlanjut sampai pada PD I berkaitan dengan pola pertumbuhan ekonomi modern. Faktor yang menyebabkan migrasi internasional (migrasi antar benua) adalah mudahnya angkutan antar benua melalui kapal laut atau kereta api. Sedangkan migrasi yang mengalir ke Amerika Serikat tertarik oleh kondisi ekonomi yang lebih lumayan. Akan tetapi dalam jangka panjang dorongan migrasi tersebut yang penting ialah dampak progresif dislokasi yang dihasilkan oleh modernisasi pertanian dan industri di Eropa. Arus Barang perdagangan sebegitu jauh merupakan unsur paling dominan dari ekspansi keluar negara-negara maju. Menurut Prof. Kuznets menamakan adanya 4 faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut (dasawarsa sebelum PD I di negara-negara maju yang tua), yaitu : (1) Revolusi dalam angkutan barang akibat pengembangan kereta api uap dan angkutan laut. (2) Keputusan Inggris untuk mengembangkan perdagangan bebas dan pembagian kerja internasional. (3) Pengurangan berbagai hambatan perdagangan oleh semua negara maju. (4) Terbuka negara Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Argentina bagi negara-negara Barat sehingga menimbulkan spesialisasi Eropa di bidang perindustrian. Arus Modal. Arus internasional investasi modal asing berkembang dengan cepat sejak kuartal kedua abad ke-19 sampai PD I. Sebagian besar modal tersebut mengalir ke negara maju, karena mereka lebih mengutamakan pertimbangan politik daripada ekonomi. Dari keseluruhan modal asing Inggris, hampir separuhnya ditanam di negeri jajahannya, hampir separuh modal Perancis ditanam di Rusia, Turki dan negara-negara Balkan, Austria, Hongaria dan beberapa koloninya, dan sepertiga investasi Jerman mengalir ke Austria-Hungaria, Turki,

Rusia dan negara-negara Balkan. Sebagian besar investasi asing barangkali didorong oleh pertimbangan politik. Keenam ciri pertumbuhan ekonomi modern tersebut di atas saling kait-mengkait (urutan sebab-akibat). Dengan rasio yang stabil antara tenaga kerja terhadap penduduk total, laju kenaikan produk per kapita menjadi tinggi. Ini berarti produktivitas buruh menjadi meningkat. Hal ini sebaliknya menyebabkan kenaikan yang tinggi dalam produk per kapita dan konsumsi per kapita. Yang belakangan ini sebaliknya merupakan hasil dari kemajuan teknologi dan perubahan dalam skala produksi perusahaan, alhasil watak perusahaan itu sendiri menjadi berubah. Perusahaan ini tidak hanya memproduksi untuk pasar domestik tetapi juga untuk pasar luar negeri. BAB 6. FAKTOR-FAKTOR PERTUMBUHAN EKONOMI : EKONOMI DAN NON EKONOMI Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh 2 macam faktor, yaitu : faktor ekonomi dan non ekonomi. Dalam sebuah studinya, Prof. Bauer menunjukkan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi adalah : bakat, kemampuan, kualitas, kapasitas dan kecakapan, sikap, adatistiadat, nilai, tujuan dan motivasi, serta struktur politik dan kelembagaan. A. FAKTOR EKONOMI Beberapa faktor ekonomi tersebut akan dibahas di bawah ini. 1. Sumber Alam Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya. Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama. 2. Akumulasi Modal Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. Proses pembentukan

modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup 3 tahap yang saling berkaitan : (a) Keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya (b) Keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki (c) Mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal.

3. Organisasi Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko diantara ketidakpastian. Menurut Schumpeter, seorang wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi). Tetapi negara terbelakang langka akan tindakan wiraswasta. Hal ini disebabkan oleh faktor kecilnya pasar, kurang modal, ketiadaan milik swasta dan perjanjian, kurang buruh terlatih dan terdidik, tidak tersedianya secara cukup bahan mentah dan fasilitas infrastruktur seperti pengangkutan, tenaga dan sebagainya mempertinggi resiko ketidakpastian. 4. Kemajuan Teknologi Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lain. Kuznets mencatat 5 pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi modern, diantaranya : penemuan ilmiah atau penyempurnaan pengetahuan teknik, invensi, inovasi,penyempurnaan dan penyebarluasan penemuan yang iasanya diikuti dengan penyempurnaan. Menurut Kuznets inovasi terdiri dari 2 macam, yaitu (1) penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahanapapun pada kualitas produk, (2) pembaharuan yang menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut. Negara sedang berkembang bisa memetik manfaat dari sumber-sumber ilmu pengetahuan di bidang teknologi dari negara maju dengan cara memodifikasi danmenerapkan teknologi dari negara maju sesuai dengan daya serap dan kebutuhan sosial, ekonomi, dan teknik mereka masing-masing.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi Pembagian kerja menghasilkan perbaikan pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien daripada sebelumnya, dapat menghemat waktu, mampu menemukan mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi. Negara terbelakang diketahui tidak mampu memetik manfaat dari pembagian kerja dan produksi skala luas dalam perekonomian ini lantaran pasar yang tidak sempurna. Inilah yang menjadi sebab lestarinya pasar mereka tetap kecil. B. FAKTOR NON EKONOMI Menurut Nurkse, Pembangunan ekonomi berkaitan dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang historis. Jadi perubahan terjadi pada faktor non ekonomi yang pokok di bawah ini : 1. Faktor Sosial Di negara terbelakang ada tradisi sosial dan budaya yang tidak menunjang perkembangan ekonomi. Agama misalnya, kurang menunjang sikap hidup hemat dan kerja keras. Mereka kebanyakan dipengaruhi adat kebiasaan dan lebih menghargai waktu senggang , kesenangan dan keikutsertaan pada pesta-pesta dan upacara keagamaan. Uang dihabiskan pada usaha-usaha nonekonomi. Orang dipengaruhi oleh kasta, marga, kepercayaan akan tingkatan sosial. Demi kemajuan ekonomi perlu adanya perubahan kelembagaan sehingga tabungan dapat digalakkan untuk dikonversi menjadi modal produktif. Tetapi masalah yang lebih penting ialah upaya meningkatkan jumlah wiraswastawan. 2. Faktor manusia Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia saja, tetapi lebih menekankan pada efisiensi mereka. Jumlah penduduk yang melonjak cepat merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi LDC. Penggunaan secara tepat sumber daya manusia untuk pembangunan ekonomi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (1) harus ada pengendalian atas perkembangan penduduk . (2) harus ada perubahan dalam pandangan tenaga buruh. Manusia diatas segalanya, yang berdedikasi terhadap pembangunan ekonomi negaranya, dan terhadap kejujuran, kewibawaan, pengetahuan dan prestasi kerja.

3. Faktor Politik dan Administratif Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara terbelakang. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup, dengan demikian amat penting bagi pembangunan ekonomi. Prof. Lewis menyatakan Tindakan pemerintah memainkan peranan penting di dalam merangsang atau mendorong kegiatan ekonomi.
7 Teori Pembangunan Adam Smith Teori Adam Smith adalah ahli ekonomi terkemuka dengan karyanya yang terkenal buk An Inquary into the Nature and Cause of the Wealth of Nation diterbitkan 1776, yang menyangkut permasalahan pembangunan ekonomi. Ia tidak memaparkan teori pertumbuhan secara sistematik. Hukum Alam Adam Smith meyakini berlakunya doktrin Hukum alam dalam persoalan ekonomi. Ia menganggap setiap orang paling tahu akan kepentingannya sendiri yang sebaiknya dibebaskan mengejar kepentingannya itu demi keuntungannya sendiri. Dalam mengembangkan kepentingan pribadinya, orang memerlukan barang-barang keperluan hidupnya sehari-hari. Dalam melakukan itu individu dibimbing oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat. Setiap orang jika dibiarkan bebas akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan dirinya sendiri; karena itu akan memaksimalkan kesejahteraan mereka secara agregat. Smith menentang campur tangan pemerintah dalam industri dan perniagaan. Ia penganut paham perdagangan bebas dan penganjur kebijaksanaan pasar bebas dalam ekonomi. Kekuatan yang tidak terlihat yaitu pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme menuju keseimbangan secara otomatis, cenderung untk memaksimumkan kesejahteraan nasional. Pembagian Kerja Pembagian kerja adalah titik permulaan dari teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith, yang meningkatkan daya produktifitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan1) meningkatnya keterampilan pekerja; (2) penghematan waktu dalam memproduksi barang; (3) penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga. Penyebab terakhir ini berasal dari modal. Teknologi majulah yang melahirkan pembagian kerja dan perluasan pasar. Yang mengarahkan pada pembagian kerja adalah kecenderungan tertentu sifat manusia, yaitu kecenderung untuk tukarmenukar, barter. Pembagian kerja tergantung pada besarnya pasar, yang artinya bahwa pembagian kerja bertambah seiring dengan meningkatnya pasar. Oleh karena itu,perluasan perniagaan dan perdagangan internasional sangat bermanfaat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan fasilitas transpor akan terjadi pembagian kerja yang semakin luas dan peningkatan modal yang semakin besar. Proses Pemupukan Modal

Smith menekankan, pemupukan modal harus dilakukan lebih dahulu daripada pembagian kerja. karena pemupukan stok dalam bentuk barang harus lebih dulu dilakukan sebelum pembagian kerja, maka pekerjaan hanya dapat dibagi lebih lanjut secara seimbang, jika stok lebih dulu diperbesar smith menganggap pemupukan modal sebagai satu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi; dengan demikian permasalahan pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menanam modal. Tingkat investasi akan ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan yang sepenuhnya diinvestasikan. Sebagimana dikatakan Smith: Bagian yang ditabung tiap tahun oleh seseorang dengan segera dpergunakan sebagai modal. Hampir keseluruhan tabungan diperoleh dari penanaman modal atau penyewaan tanah. Hanya kaum kapitalis dan tuan tanah yang mampu menabung, sedangkan kelompok pekerja diperkirakan tidak mampu menabung. Keyakinan ini didasarkan pada Iron Law of Wage. Ahli ekonomi klasik juga meyakini adanya suatu cadangan upah, artinya bahwa upah cenderung menyamai jumlah yang diperlukan bagi kebutuhan hidup minimum para pekerja. Jika suatu waktu cadangan upah keseluruhan menjadi lebih tinggi daripada tingkat kehidupan minimum, maka tenaga kerja akan meningkat, persaingan dalam mencari pekerjaan akan menjadi lebih tajam dan upah akan menurun lagi sampai ke tingkat kebutuhan hidup minimum. Smith yakinbahwa dalam mondisi yang stasioner, tingkat upah akan jatuh sampai ke tingkat yang hanya cukup untuk hidup, sedangkan dalam periode pemupukan modal yang cepat tingkat upah naik melebihi tingkat kebutuhan hidup tersebut. Seberapa jauh upah naik tergantung pada tingkat pemupukan modal dan tingkat pertumbuhan penduduk. Cadangan upah diperoleh dari tabungan dan dipergunakan untuk membiayai tenaga kerja melalui investasi. Ia yakin, tabungan secara otomatis akan berubah menjadi investasi. Cadangan upah dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laju investasi netto. Mengapa para pemilik modal menanamkan modal? Menurut Smith, investasi dilakukan karena pemilik modal mengharapkan untung, dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim investasi hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya akan menurunkan keuntungan. Smith menulis bahwa dengan adanya peningkatan kemakmuran, kemajuan dan jumlah penduduk, tingkat suku bunga akan menurun, dan akibatnya persediaan modal akan membengkak. Dengan tingkat suku bunga yang rendah para lintah darat terpaksa meminjamkan uangnya dalam jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan lebih banyak bunga dengan maksud mempertahankan standar hidupnya. Dengan menurunnya tingkat suku bunga, jumlah modal yang dipinjamkan akan meningkat. Bila tingkat suku bunga turun terlalu rendah, lintah darat tidak sanggup untuk meminjamkan uang lebih banyak. Dalam keadaan ini mereka akan memilih investasi dan menjadi pengusaha. Walaupun tingkat suku bunga menurun, akhirnya terdapat juga pemupukan modal dan kemajuan ekonomi. Agen Pertumbuhan Menurut Smith; para petani, produsen dan pengusaha merupakan agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Perdagangan bebas dan persaingan yang mendorong mereka memperluas pasar yang gilirannya memungkinkan pembangunan ekonomi. Pembangunan pertanian mendorong peningkatan pekerjaan konstruksi dan perniagaan. Pemupukan modal dan pembangunan ekonomi terjadi karena tampilnya para petani, produsen, dan pengusaha. Proses Pertumbuhan

Pendekatan pertumbuhan ekonomi Adam Smith dijelaskan oleh Schumpeter sebagai berikut : dengan menganggap benar faktor-faktor kelembagaan, politik dan alam, Smith berasumsi bahwa suatu kelompok sosial akan mengalami laju pertumbuhan ekonomi tertentu yang tercipta karena naiknya jumlah mereka dan melalui tabungan. Ini mendorong meluasnya pasar yang akan meningkatkan pembagian kerja sehingga meningkatkan produktivitas. Menurut Smith proses pertumbuhan ini bersifat menggumpal (kumulatif). Apabila timbul kemakmuran akibat kemajuan di bidang pertanian, industri manufaktur, dan perniagaan; kemakmuran akan menarik ke pemupukan modal, kemajuan teknik, meningkatnya penduduk, perluasan pasar, pembagian kerja, dan kenaikan keuntungan secara terus-menerus. Smith menyebutnya sebagai situasi progresif. Kelangkaan sumberdaya akan memberhentikan pertumbuhan. Sekali keuntungan menurun, ia akan menurun terus. Investasi juga akan mulai menurun dan dengan jalan demikianlah hasil akhir dari kapitalisme akan berupa suatu keadaan yang stasioner. Jika ini terjadi pemupukan modal berhenti, penduduk menjadi stasioner, keuntungan minimum, upah berada pada tingkat kehidupan minimal, tidak ada perubahan pendapatan perkapita serta produksi dan perekonomian menjadi macet. Keadaan stasioner adalah muram dan kesengsaraan semakin parah. Kondisi sulit bagi berbagai lapisan masyarakat dan sengsara di dalam keadaan yang merosot. Semua ini terjadi dalam perekonomian pasar bebas. SUATU PENILAIAN KRITIS Teori Smith memberikan sumbangan yang besar dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan faktor-faktor serta kebijaksanaan apa yang menghambatnya. Teori Smith memiliki kelemahan : 1. Pembagian masyarakat secara lugas Teori ini mengasumsikan adanya pembagian masyarakat secara lugas antara kapitalis (termasuk tuan tanah) dan para buruh. Teori ini mengabaikan peranan kelas menengah yang memberikan daya dorong bagi pembangunan ekonomi 2. Alasan yang tidak adil bagi kegiatan menabung Tidak terfikir olehnya bahwa sumber utama tabungan di dalam masyarakat yang maju adalah para penerima pendapatan, bukan kapitalis serta tuan tanah. 3. Asumsi yang tidak realistis tentang persaingan sempurna Kebijaksanaan pasar bebas dari persaingan sempurna tidak ditemukan dalam perekonomian mana pun. Sejumlah pembatasan malahan dikenakan pada prorangan, dan pada perdagangan internasional pada tiap-tiap negara di dunia . 4. Pengabaian wiraswasta (pengusaha) Ini adalah suatu kelemahan yang serius dalam teorinya. Pengusaha merupakan titik sentral dalam pembangunan sebagaimana diterangkan oleh Schumpeter. Pengusahalah yang mengatur dan menghasilkan inovasi dan dengan itu menghasilkan pembentukan modal. 5. Asumsi yang tidak realistis tentang keadaan stasioner Pembangunan terjadi tidak secara teratur, dan tidak seragam serta tetap. PENERAPAN TEORI SMITH PADA NEGARA TERBELAKANG

Teori pembangunan ekonomi Smith mempunyai kebenaran yang terbatas bagi negara terbelakang. Dalam ekonomi serupa ini ukuran pasarnya kecil. Akibatnya kemampuan untuk menabung dan dorongan untuk investasi rendah. Karena ukuran pasar kecil maka produktivitas kecil, rendahnya produktivitas berarti rendahnya tingkat pendapatan. Ini menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menabung dan dorongan untuk investasi sehingga menyebabkan ukuran pasar tetap kecil. Asumsi politis, sosial dan kelembagaan yang mendasari teori Smith tidak bisa diterapkan pada keadaan di negara terbelakang. Faham pasar bebas kehilangan arti dalam perekonomian serupa itu. Persaingan sedikit demi sedikit diganti oleh monopoli yang cenderung mengabadikan dan memperkuat lingkaran setan kemiskinan. Pembangunan menjadi mungkin melalui campur tangan pemerintah daripada melalui kebijaksanaan pasar bebas. Namun teori pembangunan ekonomi Smith menunjukkan faktor-faktor tertentu yang bermanfaat dalam proses pembangunan negara terbelakang. Para petani, pedagang dan produsen (agen pertumbuhan) dapat menolong mengembangkan perekonomian dengan meningkatkan produktivitas dalam bidang masing-masing. Tidak adanya perekonomian pasar bebas di negara terbelakang. Negaradapat mendorong mereka untuk menghasilkan lebih banyak seperti yang terjadi di India. Saling ketergantungan di antara mereka juga mennjukkan pentingnya pertumbuhan yang berimbang bagi perekonomian serupa ini. Smith memuji peranan tabungan yang dianggap sebagai faktor penting sekali bagi pembentukan modal di negara terbelakang. Ia menulis setiap pemboros akan menjadi musuh masyarakat, dan setiap orang yang hemat akan menjadi dermawan. Penekanan pada teknologi unggul, pembagian kerja, dan perluasan pasar dalam proses pembangunan, telah menjadi landasan bagi kebijaksanaan dalam negara serupa itu. Rostow menyatakan bahwa buku The Wealth of Nation adalah suatu analisa yang dinamis yang penting bagi program kebijaksanaan suatu negara terbelakang.

8 Teori Ricardian David Ricardo jugamengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dengan cara tidak sistematis dalam bukunya The Principlesof Political Economy and Taxation yang terbit tahun 1917. Korespondensi Ricardo dengan beberapa ahli ekonomilah yang memuat ide-ide Ricardo yang menjadi dasar pembentukan model pembangunan Ricardo. Ricardo tidak pernah mengajukan teori pembangunan. Menurut Schumpeter, ia hanya mendiskusikan teori distribusi. Analisa Ricardo merupakan analisa yang memutar. Asumsi teori Ricardo : 1. Seluruh tanah digunakan untuk produksi gandum dan angkatan kerja dalam pertanian membantu menentukan distribusi industri; 2. law of diminishing return berlaku bagi tanah; 3. Persediaan tanah adalah tetap; 4. Permintaan akan gandum benar-benar inelastis; 5. Buruh dan modal adalah masukan yang bersifat variabel; 6. Keadaan pengetahuan teknis adalah tertentu (given); 7. Seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup untuk hidup secara minimal; 8. Harga penawaran buruh adalah tertentu dan tetap; 9. Permintaan akan buruh tergantung pada pemupukan modal dan baik harga permintaan maupun penawaran buruh tidak tergantung pada produktivitas marginal tenaga kerja.; 10.Terdapat persaingan yang sempurna; 11.Pemupukan modal dihasilkan dari keuntungan. Ricardo membangun teorinya tentang saling hubungan antara tiga kelompok dalam perekonomian, yaitu tuan tanah, kapitalis, dan buruh. Kepada mereka inilah keseluruhan hasil tanah dibagi-bagikan. Keseluruhan pendapatan nasional dibagibagikan kepada tiga kelompok tersebut masing-masing sebagai uang sewa, keuntungan dan upah. Pembagian sewa, keuntungan, dan upah Dengan hasil gandum tertentu, andil masing-masing kelompok dapat ditentukan. Dari keseluruhan gandum yang dihasilkan dan dijual, sewa mempunyai prioritas utama dan sisanya (hasil dikurangi sewa) dibagi-bagikan sebagai upah dan keuntungan, sementara bunga termasuk dalam keuntungan. Proses Pemupukan Modal Pemupukan modal merupakan keuntungan, sebab keuntungan merupakan kekayaan yang disisihkan untuk pembentukan modal. Pemupukan modal tergantung kepada 2 faktor : (1) kemampuan untuk menabung; (2) kemauan untuk menabung. Kemampuan menabung lebih penting dalam pemupukan modal. Ini tergantung pada penghasilan bersih masyarakat, yaitu sisa lebih dari keseluruhan output setelah dikurangi biaya hidup minimal buruh (subsistens). Besarnya surplus tergantung pada tingkat keuntungan.

(1) Tingkat Kuntungan Tingkat keuntungan = keuntungan / upah. Tingkat keuntungan sama dengan ratio keuntungan terhadap modal yang digunakan. Tetapi karena modal hanya terdiri dari modal kerja, maka keuntungan sama dengan rekening upah. (2) Kenaikan Upah Ricardo mencoba menunjukkan bahwa hanya dalam kondisi lain pemupukan modal akan mengurangi keuntungan.. dalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat. Kalau permintaan makanan meningkat maka tanah yang kurang subur akan digarap. Untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan buruh lebih banyak. Permintaan terhadap buruh meningkat, sehingga menaikkan upah. Karena upah naik maka ratio keuntungan pemilik modal berkurang. Kecenderungan yang berlawanan ini akhirnya menghambat pemupukan modal. (3) Berkurangnya keuntungan pada industri lain Menurut Ricardo, Keuntungan petani menentukan keuntungan seluruh usaha yang lain. Karena itu tingkat keuntungan uang yang diperoleh dari modal harus sama dengan keseimbangan, baik dalam pertanian ataupun dalam industri. Dengan naiknya harga gandum, industri akan terpaksa menaikan upah buruh, yang berarti mengurangi keuntungan. Jadi harga gandum menentukan tingkat keuntungan dalam industri. Apabila keuntungan dalamsektor pertanian menurun, keuntungan dari usaha lain juga akan menurun. Sumber lain pemupukan modal Menurut Ricardo, pembangunan ekonomi tergantung pada perbedaan antara produksi dan konsumsi. Ia menekankan pentingnya peningkatan produksi dan pengurangan konsumsi. Istilah Ricardo, Modal dapat dinaikkan dengan cara menaikkan produksi atau dengan mengurangi konsumsi yang tidak produktif. Akan tetapi produktivitas buruh bisa juga ditingkatkan melalui perubahan teknologi dan organisasi yang lebih baik. Dengan cara ini pemupukan modal dapat ditingkatkan. Tetapi menggunakan lebih banyak mesin berarti mempekerjakan sedikit buruh. Ini akan meningkatkan pengangguran dan menurunkan upah. Maka Ricardo menganggap keadaan teknologi sebagai tetap dan tertentu (given). (1) Pajak Pajak adalah sumber pemupukan modal yang ada di tangan pemerintah. Menurut Ricardo, pajak dikenakan hanya untuk mengurangi konsumsi yang berlebihan. Tetapi pajak sebaliknya mempengaruhi investasi. Ricardo tidak menyetujui pengenaan pajak, karena akan mengurangi pendapatan, laba, dan pemupukan modal. (2) Tabungan Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan. Tabungan dapat dibentuk melalui cara menghemat pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta mengurangi harga barang. (3) Perdagangan Bebas Ricardo membela adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan faktor penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Tingkat keuntungan dapat terus menerus tinggi. Dengan cara ini sumberdaya dunia dapat digunakan lebih efisien melalui perdagangan luar negeri.

Keadaan Stasioner Menurut Ricardo, ada kecenderungan alamiah bahwa tingkat keuntungan akan menurun dalam perekonomian, sehingga negara akhirnya mencapai keadaan stasioner. Dalam keadaan ini pemupukan modal berhenti, penduduk tidak bertambah, tingkat upah berada tingkat yang cukup untuk hidup secara minimal dan kemajuan teknik pun berhenti. Kemajuan teknik tidak berdaya mencegah merosotnya keuntungan dan terjadinya keadaan stasioner. PENILAIAN KRITIS Ricardo adalah pelopor ahli ekonomi moderen, dengan pendapat-pendapatnya sebagai berikut : 1. Pembangunan Pertanian Pentingnya pembangunan pertanian dalam pertumbuhan ekonomi, sebab pembangunan ekonomi tergantung pada sektor itu. Urutan pembangunan ini tidak terlihat jelas di negara-negara Eropa, begitu juga di negara berkembang seperti India. 2. Tingkat Keuntungan Ricardo membela peningkatan tingkat keuntungan dalam pembangunan ekonomi sebabpemupukan modal tergantung pada kenaikan tersebut 3. Pentingnya Tabungan Ricardo menekankan pentingnya tabungan bagi pemupukan modal. 4. Perdagangan Luar Negeri Ricardo memberikan tekanan khusus pada perdagangan luar negeri sebagai sarana memperbaiki keadaan perekonomian sebab perdagangan luar negeri akan membawa pemanfaatan sumberdaya secara maksimum dan meningkatkan pendapatan. Dia juga menentang perdagangan kolonial yang dinilainya licik dan jahat serta merugikan industri negara lain. 5. Teori Dinamis Ricardo menyajikan teori yang dinamis yang menganalisa pengaruh perubahan dari berbagai variabel pada pembangunan ekonomi seperti penduduk, upah, sewa, keuntungan dan sebagainya. KELEMAHAN TEORI RICARDO 1. Mengabaikan Pengaruh Teknologi Kenaikan yang cepat produksi pertanian yang dihasilkan oleh negara maju telah membuktikan bahwa Ricardo kurang memperkirakan potensi kemajuan teknologi dalam menahan menurunnya hasil tanah. Ricardo terlalu menekankan pentingnya hukum penurunan hasil dan gagal menunjukkan pengaruh penting

yang dimiliki oleh ilmu dan teknologi pada pembangunan ekonomi di negara yang kini sudah maju. 2. Pengertian yang salah tentang keadan stasioner Pandangan bahwa negara akan mencapai keadaan yang stasioner secara otomatis tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan stasioner dengan keuntungan meningkat, produksi meningkat, dan pemupukan modal terjadi 3. Pengertian yang salah tentang penduduk Pandangan Ricardo bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk maka upah tidak dapat meningkat, tidak pernah terbukti. Teori Malthus tentang penduduk terbukti salah dalam melihat kecenderungan penduduk yang berlaku di dunia barat. Upah ternyatatidak cenderung menuju ke tingkat upah minimal. Sebaliknya terjadi peningkatan upah yang terus menerus dalam bentuk upah uang dan penduduk cenderung menurun. 4. Kebijaksanaan pasar bebas yang tidak dapat diterapkan Pada kenyataannya tidak ada perekonomian yang bebas dari campur tangan pemerintah walaupun persaingan bebas berlaku di situ. 5. Mengabaikan faktor-faktor kelembagaan Cacat yang paling pokok dari teori Ricardo adalah diabaikan faktor-faktor kelembagaan. Faktor ini diasumsikan secara tertentu. Faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan. 6. Teori Ricardo adalah teori distribusi, bukan teori pertumbuhan Ricardo gagal menunjukkan teori distribusi yang fungsional sebab ia tidak menentukan bagian dari masing-masing faktor secara terpisah. 7. Tanah juga menghasilkan selain gandum Ricardo yakin hanya satu produk yang dihasilkan dari tanah. Ini pendapat yang usang sebab tanah menghasilkan berbagai macam produk selain gandum. 8. Modal dan buruh bukanlah koefisien yang tetap Asumsi Ricardo bahwa modal dan buruh merupakan koefisien produksi yang tetap adalah tidak benar.asumsi ini tidak berlaku sebab buruh dan modal adalah variabel bebas. 9. Mengabaikan tingkat suku bunga Ia tidak menganggap tingkat bunga sebagai suatu imbalan jasa yang tepisah dari modal tetapi termasuk dalam keuntungan. Pendapat yang salah ini berasal dari ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik modal dan pengusaha.

10.

Teori Ricardo dan negara terbelakang

Disamping kelemahan tersebut, teori Ricardo memperlihatkan pentingnya pemupukan modal melalui pembangunan pertanian, dan pentingnya perluasan berbagai sumber tabungan dan kenaikan tingkat keuntungan. Teori Ricardo tidak mungkin diterapkan sepenuhnya di negara berkembang, tetapi ia dapat menunjukan faktor yang menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi negara itu. Dua asumsi dasar teori Ricardo; hasil tanah yang semakin menurun dan prinsip teori Malthus tentang penduduk, adalah sangat penting untuk memahami masalah perekonomian negara terbelakang yang berpenduduk padat. Negara terbelakang, penduduk meningkat lebih cepat dari pada peningkatan persediaan makanan.

Teori Malthus Mengenai Pembangunan Ekonomi Thomas Robert Malthus terkenal dengan teori kependudukan. Gagasan tentang pembangunan ekonomi terdapat pada buku II The Progress of Wealth dari bukunya Principles of Political Economy (1820). TEORI Konsep Pembangunan Malthus tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya aktivitas ekonomi. Perhatian Malthus pada perkembangan kesejahteraan suatu negara, yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya, sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut. Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi Menurut Malthus pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi. Malahan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan (effective demand). Peningkatan pada permintaan efektif akan menyebabkan meningkatnya kesejahteraan. Peranan Produksi dan Distribusi Malthus menganggap produksi dan distribusi sebagai dua unsur utama kesejahteraan. Jika keduanya dikombinasikan pada proporsi yang benar, akan dapat meningkatkan kesejahteraan suatu negara dalam waktu singkat. Jika kombinasi pada proporsi yang tidak benar, maka akan diperlukan beberap ribu tahun untuk meningkatkan kesejahteraan. Malthus lebih menekankan pada produksi maksimum dan alokasi optimum sumber-sumber guna meningkatkan kesejahteraan suatu negara dalam jangka pendek. Faktor-faktor dalam Pembangunan Ekonomi Malthus mendefinisikan problem pembangunan ekonomi yang menjelaskan perbedaan antara Gross National Product potensial (kemampuan menghasilkan kekayaan) dan Gross National Product aktual (kekayaan aktual). Problem pokoknya adalah bagaimana mencapai tingkat Gross National Product potensial yang tinggi. Besarnya GNP potensial tergantung pada tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Jika keempat faktor ini dipakai dalam proporsi yang benar, maka akan memaksimalkan produksi di dua sektor utama perekonomian; sektor pertanian dan industri. Ia juga menekankan pentingnya faktor non ekonomi dalam pembangunan ekonomi yang termasuk dalam politik dan moral. Faktor tesebut adalah keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang baik da dilaksanakan sebagaimana mestinya; kerja keras dan kebiasaan teratur, serta sifat jujur pada umumnya. Proses Akumulasi Modal Akumulasi modal merupakan faktor paling penting ekonomi.menurut Malthus, peningkatan kesejahteraan bagi yang pembangunan mantap dan

berkesinambungan tidak mungkin tercapai tanpa penambahan modal secara terus menerus. Sumber akumulasi modal adalah laba. Laba berasal dari tabungan para pemilik modal. Malthus mengatakan; Kekayaan suatu negara pada umumnya diciptakan oleh tabungan yang disisihkan dari keuntungan yang meningkat, dan sama sekali bukan karena pengurangan pengeluaran pada barang-barang mewah dan barang-barang kesenangan. Malthus mengemukakan konsep tentang kecenderungan tertinggi untuk menabung. Konsep ini berarti menabung dari persediaan yang sebenarnya dipersiapkan untuk konsumsi yang bersifat mendesak dan menambahkannya pada persediaan yang dimaksudkan untuk memperoleh laba (pengkonversikanpendapatan menjadi modal). Tabungan yang didorong secara berlebihan akan merusak motif ke arah produksi. Kekurangan Permintaan Efektif Malthus tidak sependapat dengan Sayyang menyatakan bahwa di dalam pasar tidak mungkin terjadi komoditi selalu dipertukarkan dengan komoditi. Timbul over produksi dan persediaan komoditi yang melimpah di pasaran lantaran rendahnya permintaan efektif atau kosumsi rendah. Ini menyebabkan turunnya harga, laba, tabungan, investasi, dan akumulasi modal. Stagnasi Ekonomi Malthus yakin penawaran buruh dalam jangka pendek sangat tidak elastis. Dia mengatakan, karena sifat dasar penduduk, kebutuhan tambahan pekerja untuk memenuhi permintaan tertentu, tidak dengan segera tersedia di pasar,sampai selang waktu enam belas atau delapan belas tahun. Persediaan modal dapat ditingkatkan lebih cepat dibanding pertambahan penduduk. Pemilik modal menginvestasikan pada tenaga kerja produktif untuk meningkatkan persediaan modal, upah akan naik lantaran persaingan. Naiknya upah tidak meningkatkan permintaan efektif, karena para pekerja lebih suka bersenang-senang daripada meningkatkan konsumsi. Persediaan komoditi berlimpah. Akibatnya harga turun, laba berkurang, investasi turun, dan kemampuan akumulasi modal maupun dorongan untuk mengakumulasi berkurang. Persediaan yang melimpah dan konsumsi yang rendah akan menimbulkan stagnasi ekonomi. Langkah-langkah untuk Meningkatkan Pembangunan Ekonomi : (1) Pertumbuhan Berimbang Di dalam sistem Malthus, perekonomian dibagi menjadi sektor pertanian dan sektor industri. Kemajuan teknologi pada kedua sektor ini yang dapat membawa kepada pembangunan ekonomi. Malthus mendukung pertumbuhan yang berimbang baik di sektor pertanian maupun di sektor industri. (2) Menaikkan permintaan efektif Kemajuan teknologi saja tidak dapat mendorong pembangunan ekonomi, kecuali kalau permintaan efektif meningkat. Langkah untuk menaikan permintaan efektif menurut Malthus adalah : Pendistribusian kesejahteraan dan pemilikan tanah secara lebih adil. Tetapi jika pembagian kepemilikan tanah kepada pemilik-pemilik kecil dilakukan dengan ekstrim akan berpengaruh buruk pada produksi. Memperluas perdagangan internal dan eksternal. Perdagangan internal dan eksternal akan meningkatkan keinginan, selera, dan hasrat untuk

mengkonsumsi yang secara mutlak perlu untuk menjaga harga pasar komoditi dan mencegah berkurangnya harga. Menyarankan agar mempertahankan konsumen tidak produktif untuk meningkatkan permintaan efektif. Konsumen tidak produktif adalah orangorang yang tidak memproduksi barang material. Malthus menyarankan program pekerjaan umum untuk mengatasi pengangguran dan menaikkan permintaan efektif. Tetapi dia mencatat ada dua kelemahan dari langkah ini : a. Langkah ini dapat menghalangi tenaga kerja dari kemungkinana menyesuaikan diri secara berangsur-angsur terhadap permintaan yang berkurang. Hal ini dapat diatasi dengan membeikan upah rendah kepada pekerja. b. Langkah tersebut memaksa peningkatan pajak guna pekerjaan umum yang akan mengurangi investasi swasta. membiayai

Bagi Malthus kelemahan ini sebenarnya merupakan keuntungan pekerjaan umum karena hal itu tidak akan mempunyai kecenderungan mengurangi modal yang dipakai oleh tenaga kerja produktif. Kesimpulan Rendahnya konsumsi atau kurangnya permintaan efektif yang menimbulkan persediaan melimpah, menurut teori Malthus merupakan sebab utama keterbelakangan. Untuk pembangunan, negara harus memaksimalkan produksi di sektor pertanian dan industri. Ini memerlukan kemajuan teknologi, pendistribusian kesejahteraan dan tanah secara adil, perluasan perdagangan internal dan eksternal, peningkatan konsumsi tidak produuktif, dan peningkatan kesempatan kerja melalui rencana pekerjaan umum. Terdapat faktor non ekonomi seperti pendidikan, standarmoral, kebiasaan bekerja keras, administrasi yang baik dan hukum yang efisien yang dapat membantu meningkatkan produksi di dua sektor tersebut. Faktor ekonomi dan non ekonomi ini keduanya membawa ke arah pembangunan ekonomi. Penilaian Teori Malthus mempunyai kelemahan tertentu : 1. Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal. Menurut Malthus konsumsi rendah secara permanen dapat terjadi pada semua komoditi. Kenyataannya konsumsi rendah bukanlah suatu gejala tetap namun hanya sementara. Jadi stagnasi sekuler tidak melekat pada proses akumulasi modal. 2. Pandangan negatif terhadap akumulasi modal Pandangan Malthus bahwa akumulasi modal menimbulkan stagnasi sekuler dari sudut yang lain adalah tidak benar. Kenyataannya akumulasi modal tidak menyebabkan berkurangnya permintaan atas barang-barang konsumen dan turunnya laba. 3. Komoditi tidak dipertukarkan dengan komoditi secara langsung Kenyataannya tenaga kerja bukanlah ukuran yang benar bagi komoditi. Dalam dunia nyata, komoditi diukur dengan harga nyata dan tidak dengan tenaga kerja.

4. Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan Kelemahan teori pembangunan ekonomi Malthus adalah, dia menyarankan agar pengeluaran kelompok konsumen tidak produktif ditingkatkan untuk mengatasi konsumsi rendah dan meningkatkan permintaan efektif. Saran ini sama dengan memberikan sedekah kepada para pekerja dan dengan sengaja menduukung pengangguran. Langkah itu menurunkan tingkat akumulasi modal dan memperlambat kemajuan 5. Dasar tabungan bersisi satu Dia percaya hanya tuan tanah yang bersedia menabung. Pandangan ini keliru karena sumber utama tabungan di dalam masyarakat justru penerima pendapatan dan penerima nonlaba. Penerapan pada Negara Terbelakang Malthus adalah salah seorang perintis di bidang pembangunan ekonomi yang menulis ddi dalam bukunya mengenai kemiskinan dan keterbelakangan negara terbelakang pada waktu itu. Dia menulis tentang keterbelakangan perekonomian negara seperti Spanyol, Hongaria, turki, Irlandia dan hampir seluruh negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Teori pembangunan ekonominya lebih banyak berkaitan dengan negara terbelakang pada saat ini dibanding teori penulis klasik lainnya. Pembagian dan analisa perekonomian Malthus ke dalam sektor pertanian dan industri nyata kaitannya dengan negara terbelakang. Negara terbelakang meupakan perekonomian dualisme, sektor pertanian berdiri di belakang sektor industri. Sektor pertanian tunduk kepada hukum hasil yang semakin berkurang sedangkan sektor industri tunduk kepadahukum hasil yang semakin meningkat. Karenanya sektor pertanian memperlambat kemajuan sektor industri. Analisanya mengenai sebab kemiskinan negara terbelakang sangat realistis dalam kaitannya dengan negara terbelakang pada masa kini. Menurut Malthus, kemiskinan kaum tani tidak disebabkan oleh kekurangan lahan subur, namun karena petani tidak mempunyai modal untuk memperbaiki lahan mereka. Pada sisi lain, para pemilik tanah yang jumlahnya besar tidak melakukan penanaman modal secara intensif lantaran kecilnya pasar. Karena bagian terbesar penduduk mencari nafkah pada pertanian padat karya, itulah yang menyebabkan mereka miskin. Permintaan mereka akan output industri rendah. Sektor industri tetap dalam ukuuran yang terbatas, sektor ini tidak mampu menyediakan pekerjaan yang memadai. Dengan demikian masing-masing sektor bertindak sebagai penahan pertumbuhan sektor lainnya. Akibatnya petani, tuan tanah, pekerja dan industrialis, mempunyai kurva supply usaha yang miring ke belakang. Hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang diungkapkan Malthus dapat diterapkan sepenuhnya pada negara terbelakang. Pandangan Malthus yang berkaitan dengan faktor-faktor yang meningkatkan pembangunan dapat diterapkan sepenuhnya di negara terbelakang. Beberapa langkah kebijaksanaan yang dikemukakan Malthus juga dapat diterapkan pada negara terbelakang. Dia menekankan pentingnya perubahan struktural untuk mengurangi relatig pentingnya pertanian; land reforms; pertumbuhan yang berimbang sektor pertanian dan industri; perluasan perdagangan internasional dan eksternal untuk memperlebar pasar; pendistribusian kesejahteraan dan tanah secara

adil; dan program pekerjaan umum. Langkah tersebut terdapa di semua rencana pembangunan negara terbelakang. Ada bagian-bagian tertentu dalam teori Malthus tidak dapat diterapkan pada negara berkembang. 1. Teori Malthus mengenai konsumsi rendah tidak mempunyai relevansi dengan negara tersebut. Menurut analisa Malthus konsumsi rendah mengandung arti melimpahnya barang yang tidak dapat dipasarkan karena kurangnya permintaan efektif. Sementara pada negara terbelakang kurangnya konsumsi karena rendahnya tingkat produksi. 2. Malthus berpendapat bahwa kurangnya permintaan efektif karena sikap hemat pada pemilik modal. Cara mengatasi yang disarankannya adalah konsumsi yang tidak produktif di kalangan pemilik modal dan pekerja tidak produktif. Ini tidak dapat diterapkan pada kondisi negara terbelakang. Di negara terbelakang, tingkat pendapatan sangat rendah, kecenderungan untuk mengkonsumsi sangat tinggi dan tabungan tidak cukup berarti. Disini masalahnya bukan peningkatan permintaan efektif melalui peningkatan konsumsi, karena hal itu akan menimbulkan inflasi. Masalahnya ialah bagaimana menaikkan tingkat pekerjaan, pendapatan, dan tabungan untuk mendorong pembangunan.

Teori Mill Mengenai Pembangunan Ekonomi John Stuart Mill, tahun 1848 menerbitkan bukunya Principles of Political Economy with some of their Aplications to SocialPhilosophy. Ia belajar ilmu ekonomi pada umur 15 tahun di bawah bimbingan ayahnya James Mill. TEORI Mill menganggap pembangunan ekonomi sebagai fungsi dari tanah, tenaga kerja, dan modal. Tanah dan tenaga kerja adalah dua faktor produksi yang asli, modal adalah persediaan yang dikumpulkan dari produk-produk tenaga kerja sebelumnya. Hanya tenaga kerja produktif yang dapat melakukan konsumsi produktif. Konsumsi produktif adalah konsumsi untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan produktif masyarakat. Itu menunjukkan bahwa konsumsi produktif merupakan input yang perlu untuk memelihara tenaga kerja produktif. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Mill percaya pada teori penduduk Malthus. Yang dia maksudkan dengan penduduk hanyalah golongan kelas pekerja. Dia yakin pembatasan penduduk merupakan hal yang penting untuk memperbaiki kondisi kelas pekerja sehingga mereka dapat menikmati hasil kemajuan teknologi dan akumulasi modal. Dia menganjurkan pembatasan kelahiran sebagai lawan pengendalian moral. Cadangan Upah Menurut Mill, elatisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi tingkat penghidupan minimum, upah dibayarkan dari modal. Karena itu upah dibatasi oleh cadangan modal yang ada yang dipersiapkan untuk membayar upah. Pendapatan yang diinvestasikan sebagai persekot upah kepada pekerjalah yang menciptakan pekerjaan dan bukan pendapatan yang digunakan pada barang-barang konsumen. Kenaikan konsumsi berarti kemerosotan investasi. Jadi naiknya investasi menyebabkan naiknya cadangan upah dan kemajuan ekonomi. Laju Akumulasi Modal Menurut Mill laju akumulasi modal tergantung pada: (1) jumlah dana yang dapat menghasilkan tabungan atau besarnya sisa hasil usaha, dan (2) kuatnya kecenderungan untuk menabung. Walaupun modal adalah hasil dari tabungan, namun modal dapat dipergunakan. Ini berarti tabungan adalah pengeluaran. Hal tersebut menggambarkan kepercayaan Mill pada hukum pasarnya Say. Tabungan naik bersama naiknya laba dan sewa yang dipakai untuk membuat sisa hasil itu. Kuatnya kecenderungan menabung tergantung pada (1) tingkat laba dan (2) keinginan untuk menabung atau yang disebut Mill sebagai keinginan efektif untuk mengakumulasi modal. Bagi Mill, laba tergantung pada biaya tenaga kerja. Jadi tingkat laba adalah rasio labah terhadap upah. Bila laba naik atau upah turun, tingkat laba akan naik sehingga menaikkan tingkat akumulasi modal. Tingkat Laba Menurut Mill, dalam suatu perekonomian, tingkat laba akhirnya cenderung akan menurun karena hasil yang semakin berkurang di sektor pertanian dan bertambahnya penduduk berdasarkan laju Malthus. Karena laju pertumbuhan

penduduk yang lebih tinggi dari laju akumulasi modal, maka tingkat laba hanyalah sebesar batas termudah dan negara berada di ambang keadaan kritis. Kecenderungan menurunnya laba dapat dicegah dengan sejumlah faktor: (1) Kerugian modal pada masa kritis; (2) Perbaikan teknik; (3) Perkembangan perdagangan luar negeri; (4) Pinjaman pemerintah untuk pengeluaran yang tidak produktif; (5) Dengan mengekspor modal ke negara jajahan untuk memproduksi barang konsumsi guna keperluan negara asal. Tak satu pun dari faktor tersebut dapat dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang tak terbatas. Akhirnya modal cenderung berada pada tingkat minimum dan tingkat akumulasi modal menurun. Keadaan Stasioner Menurut Mill keadaan stasioner akan segera terjadi, paling lama beberapa tahun lagi dan tidak lebih; kehadirannya tertunda karena faktor-faktor di atas. Mill mengharapkan keadaan stasioner karena akhirnya akan membawa ke arah perbaikan distribusi pendapatan dan upah bagi tenaga kerja. Hanya mungkin dengan pengendalian kenaikan jumlah kelas pekerja melalui kebiasaan berhemat dan pendidikan. Dalam keadaan stasioner menurut Mill, baik penduduk maupun stok modal tidak mengalami kenaikan, laba mencapai tingkat minimum yang perlu untuk mencegah dis-saving netto oleh perekonomian secara keseluruhan. Peranan Pemerintah Mill setuju pada kebijaksanaan liberal yang berfungsi sebagai aturan umum: setiap penyimpangan dari aturan itu, kecuali kalau diperlukan untuk kepentingan yang lebih besar, berarti suatu kejahatan. Karena itu dia memberikan peranan yang minimum kepada pemerintah dalam usaha-usaha ekonomi. Campur tangan pemerintah ia pandang perlu, misalnya untuk memperbaiki redistribusi pemilikan sarana produksi dengan rencana-rencana seperti pembagian laba dan kerja sama. Mill menyetujui perdagangan bebas dan menentang proteksi namun demikian membela pembebasan pajak yang bersifat proteksi untuk sementara waktu dalam hal industri masih bayi. Penilaian Mill bersifat unik, karena ia membangun suatu teori yang membicarakan hampir semua faktor yang penting bagi pembangunan ekonomi masa kini. Dia menekankan pentingnya faktor seperti tingkat tabungan, tingkat laba, tingkat akumulasi modal, kemajuan teknologi, distribusi yang adil,perluasan perdagangan luar negeri, perubahan kelembagaan dan lain-lain. Mill tidak mencoba membuat suatu sistem baru tetapi hanya menambahkanperbaikan pada sistem Ricardo. Memperbaiki azas Ricardo dalam dua hal, yaitu doktrin keadaan stasioner dan cadangan upah. Kritik terhadap fikiran Mill : 1. Keadaan stasioner bukan suatu realitas Mill ternyata menjadi seorang peramal yang keliru karena keadaan stasioner yang telah dia ramal ternyata tidak datang, bahkan tidak menampakkan tanda akan kedatangannya.

2. Fikiran yang salah mengenai cadangan upah Alasannya karena dia menghubungkan cadangan upah dengan modal ketimbang dengan dividen nasional. 3. Teori Malthus salah Mill terlalu pesimis pada pertumbuhan penduduk dalam arti teori Malthus. Teori Malthus ternyata tidak benar di negara-negara kapitalis dunia. 4. Hukum mengenai hasil yang semakin berkurang tidak berlaku Keyakinan Mill akan berlakunya hukum mengenai hasil yang semakin berkurang pada lahan ternyata salah dengan adanya kemajuan teknologi yang terjadi di negara-negara maju. 5. Laissez-faire bukan suatu kebijaksanaan praktis. Mill setuuju dengan kebijaksanaan liberal dalam urusan ekonomi. Walaupun kebijaksanaan tersebut tidak praktis. Kenyataannya tidak ada perekonomian yang dapat berfungsi jika di dalamnya terdapat persaingan sempurna, dan tidak ada perekonomian yang dapat tumbuh tanpa bantuan pemerintah dalam bentuk apa pun. Peranan Teori Mill pada Negara Berkembang Pandangan Mill mengenai akumulasi modal, hasil yang semakin berkurang, pertumbuhan peduduk, dan peranan terbatas pemerintah, dapat diterapkan di negara berkembang. Laju akumulasi modal dapat ditingkatkan dengan meningkatkan sisa hasi usaha dengan memperkuat kecenderungan menabung. Tabungan tergantung kepada tingkat laba dan hasrat menabung. Terbatasnya lahan dan tidak adanya perbaikan teknologi sehingga hukum mengenai hasil yang semakin berkurang berlaku sehingga produktivitas lahan rendah. Mill menganjurkan perbaikan teknologi pada lahan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas. Anjuran ini diterima sebagai prinsip pokok pembangunan ekonomi di negara tebelakang. Mill percaya pada teori kependudukan Malthus. Bedanya, dia lebih menekankan pengendalian penduduk melalui pembatasan kelahiran daripada sekedar melalui pengekangan moral. Pengalaman negara tebelakang membuktikan bahwa teori Malthus dapat diterapkan dan penduduk dapat dikendalikan hanya dengan pelaksanaan pembatasan kelahiran sebagaimana dianjurkan Mill. Mill seorang penganut faham perdagangan bebas dan percaya pada kebijaksanaan laissez-faire. Peranan pemerintah hendaknya dikurangi sampai batas yang minimum. Tetapi apa pun campur tangan pemerintah itu Mill mengharapkan peranan tersebut dapat diterapkan sepenuhnya di negara terbelakang. Di dalam kenyataannya, tidak mungkin ada pembangunan di negara terbelakang tanpa memberikan peranan kepada pemerintah, betapa pun kecilnya.

BAB 9 TEORI KLASIK Kebijakan Pasar Bebas, Ahli ekonomi klasik meyakini adanya

perekonomian-persaingan sempurna-pasar bebas yang secara otomatis bebas dari segala caampur tangan pemerintah. Yang akan memaksimumkan pendapatan nasional adalah invisible handtangan-tangan tak kelihatan. Pemupukan Modal, Kunci ke Arah Kemajuan. Semua kaum klasik memandang pemupukan modal sebagai kuni kemajuan. Karena itu mereka menekankan betapa penting arti tabungan dalam jumlah yang besar. Keuntungan, Rangsang Bagi Investasi. Menurut kaum klasik, keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan, semain besar pula akumulasi modal dan investasi. Keuntungan cenderung menurun. Keuntungan tidak akan naik secara terus menerus, namun cenderung menurun apabila persaingan untuk menghimpun modal antar kapitalis meningkat. MenurutAdam Smith, alasannya adalah naiknya upah sebagai akibat persaingan antar kaum kapitalis. Menurut Rikardo, keuntungan akan menurun jika terjadi kenaikan harga upah dan sewa yang juga disebakan naiknya harga jagung. Keadaan Stationer. Semua ahli ekonomi klasik meramalkan timbulnya keadaan stationer pada akhir proses pemupukan modal. Sekali keuntungan mulai menurun, proses ini akan berlangsung terus sampai keuntungan menjadi nol, pertumbuhan penduduk dan pemupukan modal terhenti, dan tingkat upah mencapai tingkat kebutuhan hidup minimal. S Y
dk dt

0 Gambar 9.1

Waktu

Dalam dinyatakan:

garis

besar,

teori

klasik

pembangunan yang

ekonomi

dapat dapat

misalkan

kenaikan

keuntungan

diharapkan,

menaikkan investasi sehingga menambah stok modal yang telah ada dan

mendorong penyempurnaan teknik. Kenaikan dalam pemupukan modal menaikan jumlah cadangan upah. Sebagai akibatnya, upah naik. Upah yang lebih tinggi mengundang pertumbuhan penduduk, yamg menyebabkan permintaan akan makanan menjadi naik. Teori klasik diilustrasikan pada gambar 9.1 di atas. Pada gambar tersebut unsur waktu digambarkan dengan sumbu horizontal dan tingkat pemupukan modal dk/dt dengan sumbu vertikal. Perekonomian tumbuh dari K ke S selama perjalanan waktu T. Sesudah T perekonomian mencapai keadaan stationer yang dihubungkan dengan titk S dimana pertumbuhan lebih jauh tidak mungkin terjadi karena upah naik begitu tinggi sehingga keuntungan menjadi nol dan pemupukan modal berhenti. PENILAIAN Teori klasik tentang pembangunan yang abstrak dan sederhana ini tidak bebas dari krtik:
1. Mengabaikan Kelas Menengah. Keseluruhan analisa klasik didasarkan pada

lingkungan sosio-ekonomi yang berlaku dinegara Inggris dan bagianbagian tertentu Eropa. Teori ini mengabaikan peranan kelas menengah yang memberikan daya dorong kepada pertumbuhan ekonomi.
2. Melalaikan Sektor Publik. Bagi kaum klasik, persaingan sempurna dan

lembaga milik pribadi merupakan prasyarat utama bagi pembangunan ekonomi.


3. Meremehkan Teknologi. Salah satu kekurangan pokok teori klasik adalah

kealpaan

mempertimbangkan

peranan

yang

dimainkan

oleh

ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan.


4. Hukum yang tidak realistik. Pandangan pesimis para ahli ekonomi klasik

seperti Ricardo dan Malthus bahwa hasil akhir pembangunan kapitalis adalah stagnasi didasarkan pada asumsi berlakunya hukum penurunan hasil dan teori kependudukan Malthus. Kenaikan cepat produksi pertanian dinegara maju telah menunjukan bahwa kaum klasik kurang menduga potensi kemajuan teknologi di dalam membendung penurunan hasil pada tanah. Begitu juga teori kependudukam Malthus telah disangkal oleh kecenderungan penduduk yang berlaku dinegara barat. Berlawanan

diametral

dengan

prinsip-prinsip Malthus, cepat sehingga

penduduk

ternyata

tidak

berkembang

sebegitu

melampaui

persediaan

makanan.Pemikiran yang keliru mengenai upah dan keuntungan. Upah ternyata tidak cenderung menuju ketingkat hidup minimal.
5. Proses pertumbuhan yang tidak realistik. Teori klasik mengasumsikan

suatu keadaan mandek (stationer) dimana ada perubahan tetapi disekitar titik ekuilibrium; kemajuan berjalan mulus dan terus menerus seperti sebatang pohon. Penjelasan ini ternyata tidak memuaskan, karena seperti yang terlihat sekarang, proses pertumbuhan ekonomi terbukti tidak berjalan secara mulus dan berkesinambungan, tetapi dengan melompatlompat

BAB 10

TEORI MARXIS TENTANG PEMBANGUNAN EKONOMI Karl Marx meramalkan akan terjadi keruntuhan terhadap paham kapitalisme. Analisa ini telah memberikan pengaruh terkuat di dalam membentuk kebijaksanaan Uni Soviet, Cina dan Negara komunis lainnya. TEORI MARX Sumbangan Karl Marx dalam teori pembangunan ekonomi adalah dalam tiga hal yaitu: dalam arti luas memberikan penafsiran sejarah dari sudut ekonomi, dalam arti sempit merinci kekuatan yang mendorong perkembangan kapitalis, dan terakhir menawarkan jalan alternative tentang pembangunan ekonomi terencana. Penafsiran sejarah secara materialistik. Mencoba memperlihatkan bahwa semua peristiwa sejarah adalah hasil perjuangan ekonomi yang terus menerus diantara berbagai kelas dan kelompok dalam masyarakat. Sebab utama perjuangan adalah pertentangan antara cara produksi dengan hubungan produksi. Hubungan produksi berhubungan dengan struktur kelas masyarakat yang ditandai secara khas oleh komponen brikut:
i. Organisasi buruh

dalam bentuk pembagian kerja dan kerja sama, dan status buruh dalam konteks sosial yang

keterampilan

kerja

berhubungan dengan tingkat kebebasan atau perbudakan. ii. Lingkungan geografis dan pengetahuan tentang pemanfaatan sumber dan bahan; iii. Proses dan sarana teknik dan keadaan ilmu pengetahuan pada umumnya. Menurut Marx, setiap struktur kelas masyarakat terdiri dari kelas pemilik tanah dan bukan pemilik tanah. Karena cara produksi tunduk pada perubahan maka evolusi masyarakat akan terjadi apabila kekuatan produksi bertentanngan dengan struktur kelas masyarakat. Hubungan pemilikan yang ada berubah menjadi beleggu karena kekuatan prduksi itu. Kemudian datanglah priode revolusi sosial". Periode ini menuju kearah perjuangan kelas antara orang kaya dengan orang miskin, yang akhirnya meruntuhkan seluruh sistem sosial tersebut. Tetapi bagi Marx tidak pernah ada tatanan masyarakat yang menghilang sebelum keseluruhan kekuatan produksi tuntas

berkembang dan hubungan produksi yang baru dan lebih tinggi tidak pernah akn muncul sebelum kondisi material kehadirannya matang di dalam kandungan masyarakat yang lama. Marx menggunakan teori nilai lebih sebagai basis ekonomi bagi perjuangan kelas didalam kapitalisme, dan atas dasar teori nilai lebih inilah ia membangun suprastruktur analisa pembangunan ekonominya. Kapitalisme menurut Marx terbagi kedalam dua kelompok besar, yaitu para pekerja yang menjual tenaga buruh dan para kapitalis yang memiliki alat-alat produksi. Pemilik tenaga menjual tenaganya menurut harga dalam dalam pasar tenaga kerja, yaitu nilainya. Dengan kata lain, nilai tenaga buruh adalah nilai dari sarana kehidupan yang diperlukan untuk mempertahankan hidupnya, ditentukan oleh jumlah jam yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga buruh tersebut. Menurut Marx, nilai komoditi yang diperlukan untuk nafkah kehidupan buruh tidak pernah sama dengan nilai produk buruh tersebut. Akumulasi Modal. tenaga lebih ini membawa kepada akumulasi modal. Tenaga lebih hanya semata-mata hanya memperbesar keuntungan kapitalis. Keuntungan menurut Marx ditentukan oleh jumlah modal. Marx membagi modal menjadi Modal Konstan dan Modal Variabel. Modal Konstan (c) adalah modal yang ditanamkan dalam persediaan atau bahan mentah atau peralatan yang secara langsung menunjang produktivitas kerja. Modal variabel (v) adalah modal yang diperuntukan bagi pembelian tenaga kerja dalam bentuk upah atau nafkah hidup langsung. Untuk nilai lebih ditandai dengan s. Nilai total produk (w) = modal konstan (c) + modal variabel (v) + nilai lebih (s), atau (c + v) + s. Atas dasar pemisahan output total inilah Marx memperkenalkan Skema Departemental Reproduksi Sederhana dan Skema Departemental Reproduksi yang diperluas. Marx membagi output total ekonomi (w) kedalam dua bagian, yang pertama berhubungan dengan produksi barang modal dan yang kedua berhubungan dengan produksi barang konsumsi. Output total masing-masing bagian dinyatakan sebagai: w1 = c1 + v1 + s1 w2 = c2 + v2 + s2 w = c + v + s

Dalam

Skema

Produksi

Sederhana

ini,

semua

yang

diproduksi

dikonsumsikan dan tidak tersisa untuk akumulasi atau surplus. Maka dari itu terjadi kessamaan pada kedua bagian tersebut . Karena itu nilai total modal konstan dalam kedua bagian (c1 + c2) harus sama dengan output bagian 1 (c1 + v1 +s1), yaitu: c1 + c2 = c1 + v1 +s1 Atau C2 = v1 + s1 (dengan menghilangkan factor yang sama c1) Dengan cara yang sama, konsumsi total dalam kedua bagian (v1 + s1 + v2 + s2) harus sama dengan output total bagian 2 (c2 + v2 + s2) yaitu: c1 + v2 + s2 = v1 + s1 + v2 + s2 atau c2 = v1 + s1 (dengan menghilangkan factor yang sama v2 + s2) Ini menunjukkan bahwa nilai modal konstan pada bagian dua harus sama dengan nilai komoditi yang dikonsumsi oleh buruh (v1) dan kapitalis (s1) dalam bagian I. Dalam Skema Reproduksi Diperluas, Marx menyatakan bahwa akumulasi terjadi karena produksi pada bagian 1 (sektor kapitalis) lebih besar dari pada permintaan modal konstan pada kedua bagian itu, yaitu: c1 + v1 + s1 > c1 + c2 atau v1 + s1 > c2 Ini menunjukan bahwa akumulasi sedang terjadi. Akumulasi ini diinvestasikan dalam bentuk penggunaan lebih banyak buruh (v1) dan alat-alat reproduksi (c1) didalam bagian satu ketimbang dalam bagian 2. Ini pada gilirannya meningkatkan nilai lebih (s1). Untuk menganalisa sifat akumulasi kapitalis, Marx menjalin tertentu antara c, v dan s. Rasio antara modal konstan denngan modal variabel c/v, disebut sebagai komposisi organik dari modal. Tingkat nilai lebih didefinisikan sebagai s/v, yaitu rasio nilai lebih terhadap modal variabel atau rasio keuntungan terhadap upah. Ini dikenal sebagai derajat atau tingkat ekploitasi. Dengan ini ditunjukkan bahwa tingkat keuntungan tidak tergantung semata pada tingkat nilai lebih. Tingkat keuntungan (r) dapat berubah walaupun tingkat nilai lebih (s/v) tetap, jika komposisi organic modal (c/v) tersebut berubah. Pengaruh kemajuan eknologi dapat mengubah komposisi organik modal tersebut, yang

biasanya (walaupun tidak selalu) kearah yang meningkatkan rasio modal konstsn terhadap modal variabel. Dengan demikian kecenderungan kemajuan industri adalah menurunkan tingkat keuntungan r, walaupun tidak terjadi penurunan pada tingkat nilai lebih. Salah satu akibat akumulasi modal adalah terkonsentrasinya modal pada berbagai perusahaan raksasa. Persaingan antar kapitalis memaksa mereka untuk menurunkan harga produknya. Ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan mesin-mesin penghemat tenaga yang meningkatkan produktivitas buruh. Para kapitalis yang tidak dapat mengganti tenaga kerja dengan mesin akan tersingkir dan perusahaan mereka akan dicaplok oleh kapitalis besar. Akumulasi dan konsentrasi modal memerlukan modal konstan dan penurunan modal variabel. Pertumbuhan modal konstan yang lebih cepat dibandingkan dengan modal variabel menyebabkan penurunan relative pada permintaan buruh. Marx mempercayai bahwa kemajuan teknologi cenderung meningkatkan komposisi organic dari modal (c/v). Karena tingkat keuntungan berhubungan terbalik dengan komposisi organik modal, maka dengan adanya akumulasi modal, tingkat keuntungan cenderung menurun. Marx menjelaskan kecenderungan jatuhnya tingkat keuntungan ini dalam persamaan sebagai berikut: r = s/c+v = (s/v)/(1 + (c/v)). Tingkat keuntungan (r) berubah secara terbalik dengan komposisi organic modal (c/v) dan berubah secara langsung dengan tingkat nilai lebih (tingkat eklploitasi) (s/v). Maka dari itu, tingkat keuntungan r dengan tingkat nilai lebih s/v dan jatuh dengan komposisi organik modal c/v. Krisis Kapitalis. Untuk mencegah kecenderungan menurunnya tingkat keuntungan, para kapitalis menaikkan tingkat tingkat ekploitasi dengan jalan mengurangi upah, memperpanjang hari kerja dan dengan meningkatkan kecepatan dan sebagainya. Penilaian Kritis Teori marx tentang perkembangan kapitalis telah diterima oleh pengikutnya sebagai kebenaran mutlak, sementara teori tersebut dikritik secara pedas oleh para penentangnya karena beberapa alasan berikut:
1. Nilai lebih tidak realistis.

2. Marx-Nabi

palsu.

Seluruh

ramalan

Marx,

tentang

akan

terjadi

kemunduran terhadap negara-negara penganut paham kapitalis.


3. Kemajuan teknologi bermanfaat didalam meningkatkan pekerjaan. Marx

menerangkan bahwa dengan meningkatnya kemajuan teknologi maka barisan panjang tenaga justru cadangan industrial lebih akan banyak berkembang. kesempatan Tetapi kerja, pandangan ini berlebihan, sebab kemajuan teknologi dalam jangka meningkatkan meningkatkan permintaan dan memperbesar pendapatan. 4. Kecenderungan jatuhnya keuntungan tidak benar.
5. Marx tidak memahami fleksibilitas kapitalisme. Ini disebabkan karena

Marx tidak menyangka munculnya demokrasi politik sebagai pelindung dan pelestari kapitalisme.
6. Teori siklus Marx adalah salah. Marx adalah yang pertama-tama

diantara para ahli ekonomi terdahulu yang menganggap siklus sebagai bagian integral kerangka kerja analitiknya. Tetapi ia tidak menyadari dengan pembangunan ekonomi bagian dari upah dalam pendapatan agregat tidak harus menurun, juga permintaan akan barang konsumsi. Walaupun berusaha untuk menerangkan suatu proses yang dinamis, menurut Schumpeter adalah tidak cocok untuk tujuan tersebut, karena kedua tiang penyangganya adalah (a) teori nilai tenaga buruh dan (b) versi yang dimodifikasi tentang teori upah minimal. Marx ternyata menganalisa permasalahan pertumbuhan dengan alat bantu yang pada dasarnya cocok bagi analisa ekonomi statis. TEORI MARX DAN NEGARA TERBELAKANG Teori Marx tidak bisa diterapkan secara langsung di Negara berkembang. Marx tidak memikirkan Negara tersebut. Marx tidak menyadari adanya tekanan penduduk yang merupakan permasalahan di Negara berkembang.

BAB XI TEORI SCHUMPETER Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Alois Schumpeter pertama kali dituliskan dalam bukunya Theory of Economic Develoment yang terbit di Jerman tahun 1911. Didalam bukunya, Schumpeter menjelaskan makna pembangunan ekonomi itu dengan mengasumsikan adanya perekonomian persaingan sempurna yang berada dalam keseimbangan mantap. Keseimbangan ini ditandai oleh apa yang menurut Schumpeter arus sirkuler yang senantiasa berulang kembali dengan cara yang sama dari tahun ke tahun. Dalam arus ini, barang yang sama diproduksi setiap tahun dengan cara yang sama. Unsur utama pembagunan terletak pada usaha melakukan kombinasi baru yang didalamnya terkandung berbaga kemungkinan yang ada dalam keadaan mantap. Kombinasi baru ini muncul dalam bentuk inovasi. Inovasi ini terdiri dari (1) penngenalan barang baru; (2) pengenalan metode produksi baru; (3) pembukaan pasar baru; (4) penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur; dan (5) pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Peranan Inovator. Schumpeter memberikan peranan inovator tidak kepada kapitalis tetapi kepada pengusaha. Pengusaha bukanlah seorang manusia yang mempunyai kemampuan manajemen biasa tetapi orang yang memperkenalkan sesuatu yang sama sekali baru. Dia tidak meyediakan dana tetapi mengatur pemakaiannya. Model berawal dengan pemutusan arus sirkuler melalui inovasi dalam wujud produk baru oleh seorang pengusaha guna memperoleh laba, dan ini dapat dilakukan dengan perluasan kredit bank.

I 100 %

Waktu Gambar 11.1

Pada gambar 11.1 menunjukan penyebaran inovasi. Persentase perusahaan yang melakukann inovasi tertentu ditunjukkan dengan sumbu vertical, sedangkan unsur waktu digambarkan dengan sumbu horizontal. Kurva OI menggambarkan bahwa pada awalnya perusahaan melakukan inovasi secara pelan-pelan kemudian segera setelah itu pelaksanaan inovasi mencapai momentumnya. Tetapi pelaksanaan inovasi oleh perusahaan tersebuut tidak pernah mencapai 100%. Proses Berakhirnya Kapitalisme. Menurut Schumpeter, kapitallisme hanya dapat mempertahankan diri sejauh para pengusaha bertindak seperti ksatria dan pioneer. Terjadi tiga tekanan yang merupakan awal dari kematian kapitalisme secara perlahan yaitu (1) Kemerosotan fungsi kewiraswastaan; (2) Kehancuran keluarga borjui; dan (3) kerusakan kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis. Kritik Terhadap Teori Schumpeter 1. Keseluruhan teori Shumpeter didasarkan pada innovator yang dianggapnya sebagai pribadi yang ideal. 2. Menurut Schumpeter, pembangunan ekonomi adalah akaibat dar proses siklis. Pasang naik dan pasanng surut tidak penting bagi pembangunan ekonomi. 3. Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat inovasi juga tidak benar, kenyataannya, flutuasi siklis bisa karena sebab-sebab psikologis, natural dan finansial. 4. Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembanguan ekonomi.Tetapi ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada inovasi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lainnya. 5. Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnnya kredit bank. Untuk jangka pendek, kredit bank memang penting tetapi untuk jangka panjang ketika kebutuhan akan dana modal semakin besar, kredit bank tidak akan memadai lagi. Karena bagian-bagian bisnis harus menerbitkan saham dan surat utang baru di pasar modal.

6. Analisa Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar.

Analisa Schumpeter dan Negara Terbelakang Kemungkinan penerapan teori Schumpeter pada Negara terbelakang begitu terbatas.
1. Perbedaan tatanan sosio-ekonomi. Teori Schumpeter berkaitan dengan

tatanan sosio-ekonomi tertentu yang ada di eropa barat dan amerika pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu sudah ada beberapa prasyarat pertumbuhan.
2. Kurangnya

kewiraswastaan. Analisa Schumpeter bergantung pada

adanya kaum pengusaha. Akan tetapi Negara terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta yang memadai. 3. Tidak dapat diterpkan pada Negara sosialis. 4. Tidak dapat diterpkan pada ekonomi campuran. 5. Yang dibutuhkan adalah perubahan kelembagaan dan bukan Inovasi.
6. Asimilasi inovasi. Menurut Henry Wallich, proses pembangunan di

Negara terbelakang didasarkan tidak pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi yang ada.
7. Mengabaikan konsumsi. Proses Schumpeter berorientasikan produksi

sementara proses pembangunan berorientasikan konsumsi.


8. Mengabaikan tabungan. Penekanan utama Schumpeter pada arti kredit

Bank mengabaikan arti tabungan riil dalam investasi, anggaran belanja difisit, tabungan anggaran belanja, kredit umum dan langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekkonomi.
9. Mengabaikan pengaruh eksternal. Dinegara terbelakang, perubahan

tidak terjadi dari dalam perekonomian, malahan perubahan tersebut adalah hasil dari gagasan, teknologi, dan modal yang di impor.
10. Mengabaikan pertumbuhan penduduk. 11. Penjelasan yang tidak memuaskan mengenai tekanan inflasi. Pada

system Schumpeter, gerakan inflasi merupakan bagian integral dari

prose pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangka panjang. Kesimpulan. Walaupun demikian, teori Schumpeter menggaris bawahi pentingnya pembiayaan inflasioner dan inovasi sebagai aktor utama dalam pembangunan ekonomi. Pembiayaan inflasioner merupakan satu metode tepat yang kini dicoba untuk diterapkan oleh setiap Negara terbelakang. BAB 11 TEORI KEYNES Teori Keynes berkaitan dengan Negara kapitalis maju. Dalam

karangannya yang berjudul economic Possibillities for Our Grand Children, Keynes mengemukakan serentetan syarat pokok kemajuan ekonomi yaitu (i) kemampuan kita mengendalikan produk; (ii) kebulatan tekat menghindari perang dan perselisishan sipil; (iii) kemauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan; (iv) tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi. Keynes menganggap kapitalisme sebagai suatu mekanisme yang mempunyai kekenyalan dan daya adaptasi yang besar dalam membentuk dirinya sendiri menurut keadaan. Keynes membangun teori kebangkrutan kapitalisnya (stagnasi jangka panjang) berdasarkan overproduksi umum, konsumsi rendah yang kronis dan merosotnya efisiensi modal dimasa depan. Sebagai penyelesaiannya ia mengusulkan tindakan pemerintah yang terencana. Penerapan Teori Keynes pada Negara Terbelakang Teori Keynes tidak dapat diterapkan pada setiap tatanan sosio-ekonomi. Ia hanya berlaku pada ekonomi kapitalis demokratis yang telah maju. Asumsi Keynes dan Negara Terbelakang Ilmu ekonomi Keynes didasarkan pada asumsi berikut, yang penerapannya pada Negara terbelakang bersifat terbatas: Pengangguran Siklis. Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi selama depresi. Pengangguran dapat dihilangkan dengan menaikkan tingkat permintaan efektif. Pada perekonomian Negara terbelakang, pengangguran yang terjadi adalah pengangguran kronis bukan

siklis. Yang terjadi akibat kurangnya sumber modal. Selain pengangguran jenis ini juga ada pengangguran tersembunyi. Analisa Periode Jangka Pendek. Analisa Keynes merupakan analisa periode jangka pendek: ia menganggap faktor berikut ini sebagai tetap (given): keterampilan dan kuantitas tenaga kerja yang tersedia; kuantitas dan kualitas peralatan yang tersedia; teknologi yang ada; derajat persaingan; selera dan kebiasaan konsumen; tidak termanfaatkannya berbagai intensitas tenaga kerja, aktivitas pengawasan dan organisasi serta struktur sosial padahal pembangunan ekonomi merupakan analisa periode jangka panjang, seluruh faktor dasar yang diasumsikan Keynes sebagai tetap (given) itu berubah setiap waktu. Ekonomi Tertutup. Teori Keynes didasarkan pada asumsi ekonomi tertutup. Sedang Negara terbelakang bukanlah ekonomi tertutup, tetapi terbuka dimana perdagangan luar negeri memainkan peranan dominan dalam pembangunan. Penawaran-lebih faktor komplementer dan faktor tenaga kerja. Teori Keynes mengasumsikan adanya penawarn lebih faktor komplemen, faktor tenaga kerja dan sumber pelengkap lainnya dalam perekonomian. Tetapi dalam perekonomian terbelakang tidak ada istilah penundaan kegiatan ekonomi untuk sementara waktu seperti itu. Tenaga Kerja dan Modal secara serempak menganggur. Bila tenaga kerja menganggur, modal dan peralatan juga tidak sepenuhnya terpakai atau ada kapasitas lebih didalamnya. Tetapi tidak demikian dengan perekonomian terbelakang, bila tenaga kerja mengganggur maka tidak demikian dengan modal dan peralatan. Peralatan Ekonomi Keynes dan Negara Terbelakang Peralatan dasar Teori Keynes untuk menguji kesahihannya bagi Negara terbelakang:
1. Permintaan Efektif. Pengangguran merupakan akibat dari kurangnya

permintaan efektif, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi dan non konsumsi.

2. Kecenderungan

Mengkonsumsi. Salah satu peralatan dalam teori

ekonomi Keynes adalah kecenderungan mengkonsumsi yang menyoroti hubungan antar konsumsi dan pendapatan. Bila pendapatan meningkat, konsumsi juga menigkat, tetapi kenaikan ini tidak sebanyak kenaikan pada pendapatan tersebut. Pada Negara terbelakang hubungan antara pendapatan, konsumsi dan tabungan tidak ada
3. Kecenderungan Menabung. Pada sisi tabungan Keynes menganggap

tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan berkurangnya permintaan agregat.
4. Kecenderungan Marginal Modal. Menurut Keynes, salah satu faktor

penting penentu investasi adalah kecenderungan marginal dari modal. Ada hubungan terbalik antara investasi dan kecenderungan marginal dari modal. Bila investasi meningkat kecenderunngan marginal modal turun dan bila investasi berkurang, kecenderungan marginal modal naik.
5. Suku Bunga. Dalam system Keynes suku bunga merupakan penentu

kedua investasi. Sebaliknya, ia ditentukan oleh preferensi likuiditas dan peredaran uang.
6. Multiplier. Menurt Dr. Rao, Keynes tidak pernah merumuskan problem

ekonomi Negara terbelakang, juga ia belum pernah memperbincangkan relevansinya bagi Negara terbelakang. Akibatnya, teori ekonomi Keynes tidak dapat diterapkan di Negara terbelakang. Konsep Multiplier Keynes didasarkan pada empat asumsi berikut: a) Pengangguran terpaksa, ini berkaitan dengan ekonomi kapitalis, tempat sebagian besar buruh bekerja demi upah dan, tempat produksi lebih banyak untuk dipertukarkan dari pada untuk konsumsi sendiri. b) Suatu ekonomi industri dengan kurva penawaran output miring lebih ke kanan atas dan baru menjadi vertikal setelah melewati interval yang panjang. Kurva penawaran output yang tidak elastis ini mempersulit multiplier di Negara terbelakang. c) Penawaran modal kerja yang diperlukan bagi output bersifat elastis. Dengan asumsi ini, multiplier Keynes ini tidak berlaku di negara-negara terbelakang karena dua alasan: Pertama, pengangguran terpaksa tipe

Keynes tidak didapati, dan kedua, penawaran output pertanian dan non pertanian bersifa inelastic karena adanya faktor tertentu yang khas pada perekonomian seperti itu.
7.

Langkah-langkah kebijaksanaan. Tidak hanya itu, bahkan resep Keynes pun hamper tidak bisa dipertahankan

kebijaksanaan

berdasarkan kondisi yang berlaku dinegara terbelakang. Dr. rao berpendapat, suatu usaha untuk meningkatkan investasi melalui keuangan defisit malah menaikan inflasi pada harga ketimbanng naiknya output dan pekerjaan. Karena itu ia berpendapat kebijaksanaan ekonomi keuangan defisit dan ketidakacuhan pada sikap hemat yang dibela oleh Keynes untuk menjamin pekerjaan penuuh tidak berlaku bagi Negara terbelakang.

BAB 13. TEORI ROSTOW ( TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI )

Dasar Teori Rostow membagi adanya lima tahap dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu : 1). 2). 3). Masyarakat tradisional Prasyarat untuk tinggal landas Tahap tinggal landas

4). 5).

Tahap dewasa (maturity) Tahap konsumsi massal. Masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang strukturnya

berkembang di sepanjang fungsi produksi berdasarkan ilmu dan teknologi. Di negara ini keinginan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara teratur dan sistematis terbentur pada suatu batas berupa tingkat output per kapita yang bisa dicapai. Struktur sosial pada masyarakat tradisional bersifat berjenjang dan sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian dimana peran tuan tanah sangat dominan, baik di segi ekonomi maupun di sisi politik. Masyarakat pra tinggal landas adalah masa transisi, pada masa ini prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan. Proses penciptaan prasyarat untuk tinggal landas dari masyarakat tradisional berjalan menurut arah yang berkelanjutan, dalam proses ini peranan faktor sosial dan politik sangat penting. Khusus mengenai faktor politik sangat dominan pada Negara terbelakang dan Negara jajahan. Tahap tinggal landas didefinisikan sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan pertumbuhan radikal . Tiga kondisi yang menjadi syarat tinggal landas dan saling berkaitan adalah : 1). 2). Kenaikan laju investasi produksi, sekitar 5-10 persen dari GNP Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan dan tinggi 3). Hadirnya secara tepat kerangka politik, sosial dan organisasi yang menampung hasrat eskpansi di sektor modern tersebut dan memberikan daya dorong pada pertumbuhan.Menurut Rostow, ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan sumber daya mereka, maka masyarakat ini sudah masuk ke dalam tahap menuju kedewasaan. Pada tahap ini pertumbuhan swadaya jangka panjang yang merentang melebihi masa empat dasawarsa. Teknik produksi beralih dari yang lama kepada yang baru dengan tingkat investasi di atas 10 persen dari pendapatan nasional dan

berbagai sektor penting tercipta. Berbagai goncngan yang menerjang perekonomian dapat ditahan. Tahap konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan migrasi ke pinggir kota, pemakaian mobil secara luas, barang-barang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Pada tahap ini keseimbangan perhatian masyarakat beralih dari penawaran kepada permintaan, dari persoalan produksi kepada masalah konsumsi serta kesejahteraan dalam arti luas.

Tujuan Teori Tujuan teori Rostow adalah menerangkan proses pembangunan ekonomi melalui tahapan-tahapan petumbuhan ekonomi secara sistematis dan bertahap sehingga bisa diadopsi oleh berbagai Negara di dunia.

Keunggulan Teori Konsep pengembangan ekonomi melalui tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Prof W. W. Rostow merupakan literatur ekonomi yang paling luas beredar dan mendapatkan komentar pada tahun-tahun terakhir ini.

Kekurangan Teori Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Rostow diragukan keotentikannya oleh sebagian ahli. Muncul pertanyaan apakah tahapan ini tidak terelakkan laksana kelahiran dan kematian atau apakah tahapan tersebut harus terjadi secara berurutan sebagaimana tahapan kehidupan manusia, apakah setalah menyelesaikan suatu tahap akan spontan muncul tahapan berikutnya.

BAB 14. TEORI LEWIS (PENAWARAN BURUH YANG TIDAK TERBATAS)

Dasar Teori

Teori Lewis didasari oleh penawaran buruh yang benar-benar elastis dengan upah yang sekedar cukup untuk hidup (subsisten) yang benar-benar terjadi pada sejumlah Negara terbelakang dimana penduduknya sangat padat, lebih tinggi dari pada tingkat sumber daya dan modal yang tersedia sehingga tingkat produkvitas marginal buruh menjadi sangat kecil, mendekati nol, bahkan negative. Namun proses pertumbuhan tidak berlansung terus sepanjang waktu, akhir dari proses pertumbuhan (dan laju pembentukan modal) ini adalah jika : 1). 2). 3). 4). 5). Jika tidak ada lagi surplus buruh yang tersisa Jika perkembangan kapitalis lebih besar daripada penduduk subsisten Jika upah naik karena perkembangan kapitalis itu sendiri Jika upah naik karena penggunaan teknik produksi baru oleh sektor subsisten Jika pekerja sektor kapitalis meniru gaya hidup para kapitalis kemudian menuntut kenaikan upah, kalau tuntutan ini berhasil, maka surplus kapitalis dan laju pembentukan modal akan berkurang.

Tujuan Teori Teori Lewis secara umum bertujuan menganalisis penawaran buruh dan hubungannya dengan penentuan tingkat upah, pemupukan modal dan pertumbuhan ekonomi.

Keunggulan Teori Analisis Prof. W. Arthur Lewis ini dianggap cukup sistematis dalam hal analisa hubungan pembangunan ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak terbatas. Di samping itu, teori ini juga mampu menerangkan proses pembangunan ekonomi dengan gambling. Teori dua sektor ini mempunyai nilai analisis yang tinggi. Studinya mengenai problem inflasi kredit, pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi dan perdagangan internasional telah memberi teori tersebut sebuah sentuhan realisme.

Kekurangan Teori

Beberapa sisi lemah yang melekat pada teori Lewis ini antara lain : 1). Tidak setiap Negara terbelakang mempunyai panawaran buruh yang tidak terbatas 2). 3). Tingkat upah di sektor kapitalis tidak konstan Teori ini tidak dapat diterapkan jika akumulasi modal bersifat menghemat buruh 4). Buruh terampil bukanlah masalah sementara karena pendidikan dan pelatihan membutuhkan waktu yang lama 5). 6). 7). 8). 9). Kurangnya usaha dan inisiatif di Negara terbelakang Proses multiplikasi tidak terjadi di Negara terbelakang Lewis tidak mengkaji problem permintaan agregat Mobilitas buruh tidak semudah asumsi Lewis dalam teorinya Produktivitas buruh tidak bisa nol, apalagi negative karena jika demikian tentu saja upah subsisten juga akan nol 10). Jika terjadi migrasi buruh dari sektor subsisten, maka produktivitas akan turun sedangkan Lewis menganggap tidak akan terpengaruh 11). Kelompok berpendapatan rendah juga menabung, sedangkan menurut Lewis hanya sekitar 10% saja yang menabung 12). Inflasi tidak membunuh diri sendiri, karena kecendrungan marginal

mengkonsumsi masyarakat mendekati satu (unity) sehingga semua kenaikan pada pendapatan menyebabkan kenaikan inflasioner pada harga 13). Pendapat Lewis bahwa perpajakan akan menghapuskan kenaikan

pendapatan tidak dapat diterima karena administrasi pajak di Negara terbelakang biasanya belum efisien sehingga belum memadai untuk akumulasi modal. BAB 15. TEORI LEIBENSTEIN (UPAYA MINIMUM KRITIS)

Dasar Teori Teori yang diajukan oleh Prof. Harvey Leibenstein adalah bahwa Negara terbelakang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan yang membuat mereka tetap berada di sekitar keseimbangan tingkat pendapatan per kapita yang rendah. Jalan keluar dari lingkaran atau kebuntuan ini adalah apa yang disebutnya sebagai upaya minimum kritis tertentu yang akan menaikkan tingkat pendapatan perkapita sehingga pembangunan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Dalam proses pembangunan kondisi seperti itu diciptakan melalui penciptaan agen-agen pertumbuhan yaitu pengusaha, investor, penabung dan pembaharu. Leibenstein berpendapat bahwa setiap perekonomian akan tunduk pada goncangan dan ransangan Negara tertentu menjadi terbelakang karena jumlah rangsangan terlalu kecil sementara jumlah goncangan terlalu besar. Pembangunan akan dapat berlansung bila ransangan lebih besar. Bukti empiris yang mendasari teori ini adalah adanya hubungan antara laju pertumbuhan penduduk dengan laju pendapatan per kapita dan berkaitan erat dengan berbagai tahap pembangunan ekonomi. Anggapan Leibenstein adalah usaha minimum kritis sebagai minimum minimorum dari semua kemungkinan upaya akan menghasilkan pendapatan riil berkesinambungan termasuk pola waktu optimum dari pengeluaran biaya upaya tersebut.

Tujuan Teori Tujuan yang ingin dicapai melalui teorinya ini memberikan penjelasan atau pemahaman tentang pembangunan ekonomi khususnya mengenai hubungan antara laju pertumbuhan penduduk dengan laju pendapatan per kapita dan berkaitan erat dengan berbagai tahap pembangunan ekonomi.

Keunggulan Teori Tesis yang dikemukakan Leibenstein relative lebih realistis daripada tesis dorongann kuat yang disampaikan Leibenstein bersama Rodan karena memberi dorongan kuat kepada program industrialisasi secara tiba-tiba tidak dapat diterapkan di Negara terbelakang.

Kekurangan Teori Kekurangan teori yang disampaikan oleh Leibenstein antara lain : 1). Laju pertumbuhan penduduk berhubungan juga dengan tingkat kematian, bukan semata-mata disebabkan oleh kenaikan pendapatan per kapita saja 2). Penurunan tingkat kelahiran bukan (hanya) disebabkan oleh kenaikan pendapatan per kapita akan tetapi lebih kepada masalah sosiobudaya 3). Leibenstein mengabaikan usaha pemerintah untuk menurunkan tingkat kelahiran 4). Tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari 3% tidak menyebabkan tinggal landas atau memasuki garis pengembangan yang tiada akhir. 5). Periode analisa Leibenstein tidak jelas, tidak ada pembedaan jangka waktu analisa jangka pendek dengan jangka panjang . 6). Hubungan antara pendapatan per kapita dengan laju pertumbuhan

pendapatan total lebih kompleks, tidak sesederhana seperti yang ditunjukkan oleh Leibenstein 7). Teori Leibenstein tidak dapat menjelaskan secara tegas pengaruh modal asing dan Keunggulan eksternal lainnya pada tingkat pendapatan, tabungan dan investasi di Negara terbelakang.

BAB 16 PERANGKAP KESEIMBANGAN TINGKAT RENDAH

Teori Nelson Teori Nelson terkenal disebut Perangkap Keseimbangan Tingkat Rendah bagi Negara terbelakang. Penyakit ekonomi Negara terbelakang dapat didiagnosa sebagai tingkat keseimbangan stabil pendapatan per kapita pada atau dekat dengan kebutuhan biaya hidup. Pada tingkat keseimbangan stabil pendapatan per kapita, laju tabungan dan setelah itu laju investasi netto keduanya berada pada tingkat yang rendah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menaikkan laju tabungan dan investasi melalui kenaikan laju pertumbuhan pendapatan nasional total, ternyata

dibuntuti oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mendorong balik pendapatan per kapita tersebut ke tingkat keseimbangan stabilnya. Jadi ekonomi terbelakang terjerat dalam perangkap keseimbangan tingkat rendah. Kondisi teknologis dan social yang mendatangkan perangkap tersebut : 1. Korelasi tinggi antara tingkat pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan penduduk 2. Kecenderungan yang rendah untuk menggunakan pendapatan perkapita tambahan guna meningkatkan investasi perkapita. 3. Kekurangan lahan yang baik untuk ditanami 4. Metode produksi yang tidak efisien 5. Kelambanan budaya 6. Kelambanan ekonomi

Analisa Nelson menunjukkan hubunagn antaraPertambahan Penduduk dan Pendapatan Perkapita (A), Hubungan antara Penanaman Modal dengan Pandapatan Per Perkapita (B) serta Pertumbuhan Pendapaatn Nasional (C). Laju pertambahan penduduk pada berbagai tingkat pendapatan selalu berbeda. Pada tingkap Pendapatan Per Kapita yang rendah laju tingkat kematian lebih besar dari laju tingkat kelahiran, sehingga pertambahan penduduk cenderung negatif. Pada tingkat Pendapatan Per Kapita yang lebih tinggi, laju tingkat kematian menurun, sedangkan laju tingkat kelahiran tetap, sehingga pada tingkat pendapatan cukup hidup, pertumbuhan penduduk akan nol artinya tingkat kelahiran sama dengan tingkat kematian.

Setelah tingkat Pendapatan Perkapita melebihi cukup hidup (Ya) pertumbuhan penduduk mulai melaju, sejalan dengan pertumbuhan Pendapatan Perkapita. Pada tingkat Pendapatan Per Kapita tertentu (Yo) tingkat kelahiran naik dengan laju yang tetap, tingkat maksimum (dP) walaupun Pendapatan Per Kapita terus meningkat. Menurut Nelson ada dua sumber pendapatan yaitu dari tanah yang belum digunakan dan dari tabungan masyarakat. Pada tingkat pendapatan cukup hidup konsumsi masyarakat sama dengan tingkat Pendapatan.

Pada tingkat Pendapatan yang lebih kecil konsumsi melebihi tigkat Pendapatan, sehingga akan menguras modal. Tetapi kondisi kelebihan konsumsi ini akan berhenti pada tingkat tertentu (< atau =Yx). Sebaliknya pada tingkat Pendapatan yang lebih besar dari cukup hidup, konsusmsi lebih kecil dari pendapatan sehingga penanaman modal terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan. Dengan demikian pengaruh pertambahan penduduk pada perkembangan tingkat pendapatan perkapita (kesejahteraan penduduk) adalah sebagai berikut :

Dalam keadaan pertambahan penduduk melebihi tingkat pertambahan pendapatan nasional (antara Ya s/d Yb), tingkat pertambahan pendapatan per kapita adalah negatif, sehingga sejalan dengan waktu pendapatan perkapita akan terus menurun. Keadaan ini akan terus berlangsung hingga Pendapatan perkapita kemabli ke tingkat subsisten (Ya). Oleh Nelson, titik ini dinamakan : Perangkap Tingkat Keseimbangan Rendah (the law level equilibrium trap). Pada keadaan pertambahan pendapatan nasional melebihi tingkat pertambahan penduduk (antara Yb s/d Yc), tingkat pertambahan pendapatan perkapita adalah positif, sehingga dalam jangka panjang, pendapatan nasional akan terus meningkat. Tetapi tanpa adanya perbaikan teknologi, pendapatan perkapita yang paling tinggi yang dapat dicapai hanyalah sebesar Yc. Sejumlah faktor menurut Nelson untuk melepaskan diri dari Perangkap Keseimbangan Tingkat rendah : 1. Harus ada lingkungan social politik yang menguntungkan di negara besangkutan. 2. Struktur social harus dirubah dengan memberikan penekanan lebih besar kepada penghematan dan kewiraswastaan. 3. Mengambil langkah-langkah untuk mengubah distribusi pendapatan 4. Program investasi pemerintah yang menyeluruh 5. Pendapatan dan modal harus dianikkan dengan dana yang didapat dari luar negeri 6. Teknologi produksi yang lebih baik.

BAB 17 TEORI DORONGAN KUAT (BIG PUSH THEORY)

Teori Rosenstein-Rodan Teori dorongan kuatdikaitkan dengan nama Prof. Paul N.Rosenstein-Rodan. Menurut tesis ini untuk menanggulangi hambatan pembangunan ekonomi Negara terbelakang dan untuk mendorong ekonomi tersebut kearah kemajuan diperlukan suatu Dorongan kuat atau suatu program besar yang menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah minimum investasi. Dalam menekankan dalilnya ini ia menarik analogi dengan studi MIT. Ada sejumlah sumber minimum yang harus disediakan jika suatu program pembangunan diharapkan berhasil. Rosenstein-Rodan membedakan antara 3 macam syarat mutlak minimal dan ekonomi eksternal, (1) syarat mutlak minimal dalam fungsi produksi (2) syarat mutlak minimal pada permintaan (3) syarat mutlak minimal dalam persediaan tabungan. 1. Syarat mutlak dalam fungsi produksi. Jumlah investasi miminal dalam input, output atau proses, membawa kepada peningkatan penghasilan.

social overhead capital adalah contoh paling penting dari syarat mutlak, seperti industry transportasi, energy dan komunikasi, yang bertahan untuk waktu jangka lama. Untuk membangun itu diperlukan jumlah modal yang besar

social overhead capital, mengandung empat syarat mutlak : dari segi waktu tidak dapat diubah lagi, oleh sebab itu harus mendahului investasi lain yang bersifat produktif secara langsung mempunyai masa pakai minimum mempunyai masa persiapan yang lama terdiri dari suatu paket industry minimal yang tidak dapat dikurangi lagi untuk jenis pekerjaan umum yang berbeda-beda.

2. Syarat mutlak minimal pada permintaan Proyek-proyek investasi secara sendiri mempunyai resiko tinggi sebagai akibat dari ketidakpastian apakah akan mendapatkan pasar. Syarat mutlak minimal pada permintaan memerlukan suatu jumlah minimum investasi dalam industry yang saling berkaitan untuk mengatasi kecilnya pasar dan rendahnya dorongan berinvestasi di Negara terbelakang.

3. Syarat mutlak minimal dalam Penyediaan Tabungan Karena pendapatan yang rendah maka tabunangan tidak mudah di capai oleh negara terbelakang miskin. Karena itu, ketika pendapatan meningkat karena peningkatan investasi tabungan marginal harus lebih besar dari tabungan rata-rata. Rosenstein-Rodan mengklaim bahwa ia telah membuat beberapa inovasi. Pertama, terkait dengan pengangguran terselubung (disguised unemployment) khususnya dalam sektor pertanian akan mengalami peningkatan output total mengingat dukungan infrastruktur sosial menjadi penting dalam pembangunan. Kedua, investasi berskala besar berpotensi memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di luar dari yang diprediksi. Ketiga, investasi berskala besar dapat menghasilkan tenagatenaga terlatih dan profesional.

Kekurangan teori Dorongan Kuat : 1. Mengabaikan investasi di bidang ekspor dan impor pengganti. 2. Mengabaikan investasi yang bersifat pengurangan biaya.

3. Mengabaikan investasi di sektor pertanian. Investasi di bidang pertanian perlu pergi tangan-di-tangan dengan orang-orang di industri sehingga untuk merangsang sektor industri dengan menyediakan pasar untuk barang-barang industri. Jika diabaikan, akan sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan dari bangsa dalam jangka pendek dan untuk secara signifikan memperluas ukuran pasar dalam jangka panjang . 4. Menyebabkan tekanan inflasioner. ini mengikuti dari pengabaian sektor pertanian kekurangan pangan yang mungkin terjadi dengan industrialisasi. Meskipun akan memakan waktu untuk investasi di social overhead modal untuk menghasilkan keuntungan, maka permintaan akan meningkat segera, sehingga memaksakan inflasi pada ekonomi 5. Investasi rendah membawa peningkatan besar di bidang output. 6. Kesulitan administrasi dan institusional. 7. Bukan fakta sejarah.

BAB 18 DOKTRIN PERTUMBUHAN BERIMBANG


Model pembangunan seimbang (balanced growth model) diartikan sebagai pembangunan di berbagai jenis industri secara bersamaan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lainnya. Dalam pembangunan yang seimbang ini diperlukan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, dari sisi penawaran memberikan tekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor yang berkaitan yang dapat meningkatkan penawaran barang. Dari sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja yang lebih besar dan peningkatan pendapatan agar permintaan barang dan jasa dapat tumbuh. Penjelasan Teori Rosenstein-Rodan adalah ekonom pertama yang mengemukakan teori pertumbuhan berimbang. Ia berdalih bahwa seluruh industri yang akan didirikan di Eropa Barat dan Eropa Tenggara harus

dianggap dan direncanakan seperti suatu perusahaan raksasa atau trust. Anggapannya yang utama adalah bahwa acapkali produk marginal social (PMS) dari suatu investasi berbeda dengan produk marginal privat (PMP)-nya jika sekelompok industri direncanakan secara bersama sesuai dengan PMS-nya, maka laju pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat daripada jika tidak dirancang bersama. Model pembangunan seimbang menurut Rosenstein-Rodan adalah dengan melakukan industrialisasi secara besar-besaran di daerah yang kurang berkembang agar tercipta pembagian pendapatan yang lebih merata. Sedangkan pembangunan seimbang menurut Nurkse, lebih menekankan pada pembangunan ekonomi yang sukar bukan saja dalam mendapatkan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang industri yang dikembangkan. Kecilnya investasi disebabkan karena kecilnya daya beli masyarakat, dan kecilnya daya beli masyarakat disebabkan karena kecilnya pendapatan riil masyarakat. Ringkasnya, kata Lewis.di dalam program pembangunan, semua sektor ekonomi harus tumbuh secara serentak untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara industri dan pertanian serta antara produksi untuk konsumsi dalam negeri dan produksi untuk ekspor. Logika dalil ini tak dapat disangkal, sama seperti kesederhanaannya. Menurut Nurkse, memperluas ukuran pasar sangat penting untuk meningkatkan dorongan untuk berinvestasi. Hanya kemudian dapat mematahkan lingkaran setan kemiskinan. Dia menyebutkan poinpoin yang bersangkutan berikut tentang bagaimana ukuran pasar ditentukan: 1. Pasokan uang 2. Penduduk 3. Wilayah geografis 4. Biaya transportasi dan hambatan perdagangan 5. Promosi penjualan 6. Produktivitas

Kritik terhadap doktrin pertumbuhan berimbang : 1. Peningkatan biaya. 2. Tidak menaruh perhatian pada pertumbuhan biaya. 3. Menimbulkan masalah lain. 4. Gagal sebagai teori pembangunan.

5. Melebihi kemampuan negara terbelakang. 6. Disproporsi faktor 7. Kelangkaan sumber 8. Anggapan yang keliru mengenai hasil yang meningkat. 9. Gumpalan modal bukan hal pokok bagi pembangunan 10. Pertumbuhan berimbang bukan hal pokok bagi induced investment 11. Tidak mempertimbangkan perencanaan. 12. Dapat diterapkan pada Negara maju 13. Kelangkaan dan kemacetan mendorong pertumbuhan

BAB 19 KONSEP PERTUMBUHAN TIDAK BERIMBANG

Teori

Teori pertumbuhan tidak berimbang adalah lawan dari doktrin pertumbuhan berimbang. Menurut
konsep ini, investasi seyogyanya dilakukan pada sektor yang terpilih daripada secara serentak di semua sektor ekonomi. Rostow dan Hirscmanlah telah mengemukakan doktrin pertumbuhan tidak berimbang ini dengan cara yang sistematik. Pandangan Rostow. Menurut Rostow, agar suatu ekonomi dapat melampaui tahap masyarakat tradisional dan mencapai tahap tinggal landas maka yang penting ialah meningkatkan laju investasi produktif dari 5% atau kurang hingga menjadi 10% atau lebih. Menurut Rostow, proses pertumbuhan seperti inilah yang menurut catatan sejarah, terjadi di Negara-negara maju. Strategi Hirscman. Konsep pertumbuhan tidak berimbangdipopulerkan oleh Prof. A.O. Hirscman, ia berpendapat bahwa dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian sesuai dengan strategi yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai pertumbuhan pada suatu Negara berkembang. Menurut Hirscman investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian yang strategis

akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut. Hirschman menyebutkan bahwa kebijaksanaan pembangunan ekonomi harus bertujuan sebagai berikut): (1) Mencegah rangkaian investasi convergent yang mengambil ekonomi eksternal lebih banyak daripada yang diciptakannya. (2) Mendorong rangkaian industri divergent yang menciptakan ekonomi eksternal lebih besar daripada yang diambilnya. Pembangunan hanya dapat berlangsung dengan cara menimpangkan perekonomian. Cara ini ditempuh dengan cara menanamkan modal dibidang overhead sosial atau kegiatan produktif langsung. Memang akan terjadi diekuilibrium, namun pada akhirnya akan terjadi penyesuaian-penyesuaian secara terusmenerus dan itu semua merupakan suatu rantai disekuilibriumseperti yang dikemukakan oleh Hirschman. Yang terdahulu menciptakan ekonomi eksternal sementara yang belakangan menyerap ekonomi eksternal. Modal Overhead Sosial (MOS) MOS diartikan sebagai jasa atau pelayanan pokok yang tanpa itu kegiatan produksi primer, sekunder, dan tersier tidak dapat berfungsi. Yang termasuk dalam MOS adalah investasi di bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, perhubungan, angkutan, dan bidang lainnya yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Investasi yang besar di bidang MOS akan mendorong investasi swasta di kemudian hari di bidang kegiatan langsung produktif (KLP). Investasi di bidang MOS dianjurkan bukan karena akibat langsung pada output akhir, tapi karena ia memungkinkan dan nyata mengundang masuknya investasi akhir di bidang KLP. Beberapa investasi MOS bahkan dibutuhkan sebagai prasyarat bagi investasi di bidang KLP. Kegiatan Langsung Produktif (KLP) Pemerintah barangkali secara langsung atau tidak menanamkan lebih banyak modal di bidang KLP daripada di bidang MOS. Jika investasi KLP dilakukan lebih dahulu, kekurangan fasilitas MOS mungkin menimbulkan banyak sekali biaya produksi. Dalam proses waktu, tekanan politik akan mendorong juga investasi pada MOS. Lintasan investasi digerakkan oleh harapan keuntungan dan tekanan politik. Harapan keuntungan menghasilkan lintasan dari MOS ke KLP dan tekanan politik menghasilkan lintasan dari KLP ke MOS. Lintasan Pembangunan Dalam teori pertumbuhan tidak berimbang, disebutkan ada 2 macam lintasan: (1) Lintasan pertama (dari MOS ke KLP) sebagai pembangunan melalui kapasitas lebih MOS. (2) Lintasan kedua (dari KLP ke MOS) sebagai pembangunan melalui kelangkaan MOS. Mengenai lintasan mana yang harus ditempuh lebih dahulu dalam pembangunan, Hirschman memilih lintasan yang melesat sendiri.

Utamakan Industri Tahap Akhir Perlindungan atau subsidi industri menggantikan impor harus dilakukan pada tahap yang tepat pembangunan. Penggantian Terlalu awal industri akan menghambat proses industrialisasi sebagai negara akan kehilangan keuntungan dari hubungan mundur industri kantong impor. Hanya ketika pasar telah berkembang ke ukuran yang cukup penuh negara harus melompat ke dalam produksi barangbarang impor. Keterbatasan doktrin pertumbuhan tidak berimbang: 1. Kurang perhatian pada komposisi, arah dan saat pertumbuhan tidak berimbang 2. Mengabaikan perlawanan 3. Di luar kemampuan Negara terbelakang 4. Kekurangan fasilitas dasar 5. Kekurangan mobilitas faktor 6. Timbulnya tekanan inflasi 7. Dampak kaitan tidak didasarkan data 8. Terlalu banyak penekanan pada keputusan investasi Teknik pertumbuhan tidak berimbangmerupakan teknik baru bagi pembangunan Negara terbelakang. Contoh Negara yang telah berhasil menerapkannya adalah Rusia dan India. Pertumbuhan berimbang vs tidak berimbang Perbedaan : Balanced Growth - Investasi yang berimbang pada sejumlah industry yang saling menunjang. - Negara terbelakang tidak mempunyai sumber manusia, bahan dan uang untuk berinvestasi serentak (kelemahan). Unbalanced Growth - Investasi pada sektor terpilih daripada serentak pada semua sektor ekonomi - Menyingkirkan kelangkaan di negara terbelakang dengan merangsang pengambilan keputusan investasi. Persamaan : Berhubungan dengan peranan Negara Mengabaikan peranan keterbatasan penawaran dan elastisitas penawaran Percaya pada adanya system perusahaan swasta yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar Mengasumsikan interdependensi. BAB 20. TEORI DUALISTIK

Dualisme Masyarakat Teori Dualisme Masyarakat dipelopori oleh seorang ahli ekonomi Belanda J.H. Boeke yang dikatakannya hanya cocok untuk diterapkan di negara terbelakang. Teorinya adalah tentang teori umum pembangunan masyarakat dan pembangunan ekonomi negara terbelakang, yang terutama didasarkan pada hasil kajiannya terhadap perekonomian Indonesia. DR. Boeke berpendapat bahwa dalam arti ekonomi masyarakat memiliki 3 ciri yaitu : 1. Semangat Sosial 2. Bentuk Organisasi 3. Teknik yang mendominasinya

Saling ketergantungan dan keterkaitan antara ketiga ciri tersebut diatas disebutnya dengan Sistem Sosial atau Gaya Sosial. Suatu masyarakat disebut Homogen apabila didalamnya hanya terdapat satu sistem sosial yang berlaku. Apabila memiliki lebih dari satu sistem sosial ini dinamakannya dengan Masyarakat Dualistik atau Majemuk . Boeke menggunakan istilah Masyarakat Dualistik atau Majemuk ini untuk : masyarakat yang menunjukkan ciri tersendiri di tengah sistem sosial yang singkron dan telah dewasa dimana biasanya evaluasi historis masyarakat-masyarakat homogen terpisah satu sama lain melalui bentuk peralihan seperti misalnya antara prakapitalis dan kapitalisme penuh melalui kapitalisme awal . Yang ditandai oleh adanya sistem Barat impor yang lebih maju dan sistem pertanian prakapitalisme pribumi. Sistem Barat Impor jelas berada dibawah pengaruh dan pengawasan Barat, dengan mempergunakan teknik maju dan standar kehidupan yang rata-rata sudah tinggi, sedangkan Sistem pertanian prakapitalis pribumi (sistem masyarakat timur) adalah asli dengan teknik, kesejahteraan sosial dan ekonomi yang rendah. Boeke menyebut juga Dualisme masyarakat ini dengan Dualisme Sosial, dengan definisi lainnya yaitu perbenturan antara sistem sosial impor dengan sistem sosial asli dengan gaya yang berbeda.

Ciri-ciri Masyarakat Dualistik Ciri absolut perekonomian dualistik menurut Boeke adalah (untuk masyarakat timur) : 1. Kebutuhannya terbatas

Artinya orang merasa puas jika kebutuhan-kebutuhan mendesak mereka terpenuhi. Contoh, salah satunya adalah bila harga karet turun, si pemilik tanaman barangkali memutuskan untuk menyadap lebih intensif, sedang kalau harga tinggi dia membiarkan sebagian dari pohon yang sebenarnya dapat disadap tetap tak tersadap. Ini karena rakyat lebih banyak terpengaruh oleh kebutuhan sosial ketimbang kebutuhan ekonominya. Akibatnya kurva penawaran usaha dan pengambilan resiko miring ke belakang. 2. Industri pribumi hampir-hampir tidak mempunyai organisasi, tanpa modal, secara teknis tidak berdaya dan tidak mengenal pasar sehingg rakyat lebih gemar kepada kegiatan spekulatif ketimbang pada usaha yang memberikan laba secara teratur. 3. Mereka tidak percaya pada investasi modal yang mengandung resiko. 4. Kurang inisiatif dan jauh dari keterampilan organisasi. 5. Fatalis dan ragu-ragu menggunakan teknologi modern. 6. Buruh tidak terorganisasi, pasif, diam dan acuh dan tidak terampil. 7. Orang enggan meninggalkan desanya, sehingga migrasi dalam negeri terjadi akibat intervensi pemerintah. 8. Ekspor menjadi tujuan utama perdagangan luar negeri, berbeda masyarakat Barat dimana ekspor hanyalah alat untuk memungkinkan impor.

Sehingga dengan ciri-ciri masyarakat timur diatas Boeke berpandangan Teori Ekonomi Barat tidak dapat diterapkan sama sekali, karena Teori Ekonomi Barat adalah untuk menjelaskan masyarakat yang Kapitalis, sedangkan masyarakat Timur baru dalam tahap Prakapitalis. Sedangkan teori Kapitalis Barat adalah kebalikan dari semua ciri masyarakat Timur tersebut diatas. Karenanya Boeke memperingatkan : kita sebaiknya berusaha untuk tidak mencoba mencangkokkan tanaman Teori Barat yang lembut dan lemah itu ke tanah tropis, dimana awal kematian akan menunggu mereka. Jadi tidaklah mungkin menerapkan kebijaksanaan yang sama pada keseluruhan perekonomian karena apa yang menguntungkan bagi suatu masyarakat mungkin berbahaya bagi yang lainnya. Boeke menyebutkan juga salah satunya, karena ekonomi Timur mempunyai ciri Dualistik, maka setiap usaha untuk mengembangkan pertanian prakapitalistik mereka dengan mengikuti garis Barat akan tidak hanya gagal tetapi mungkin juga menyebabkan kemunduran. Perubahan sikap mental

petani adalah penting untuk memperkenalkan teknik pertanian modern, kalau tidak, peningkatan kesejahteraan yang timbul akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk lebih lanjut. Tetapi jika Teknologi Barat gagal akibatnya akan berupa utang yang menumpuk. Karenanya, sistem pertanian mereka yang ada hendaknya tidak diusik, karena sistem itu hampir-hampir tidak dapat diperbaiki.

Penilaian Kritis Teori Boeke mengenai pembangunan dualistik dikritisi oleh Prof. Benjamin Higgins atas dasar 1. Keinginan itu sebenarnya tidak terbatas Karena kecenderungan marginal mengkonsumsi dan mengimpor itu dua-duanya cukup tinggi. Malah ada permintaan yang tinggi di bidang barang semi mewah baik yang diimpor maupun domestik. 2. Buruh lepas bukan tidak terorganisasi Malah tumbuh kuatnya buruh terorganisasi di Indonesia, India dan dimanapun. 3. Buruh timur bukan tidak mobil Kenyataannya kehidupan kota, dengan segala daya pikatnya seperti bioskop, toko, restoran dan peristiwa-peristiwa olahraga selalu menyebabkan migrasi dari wilayah pedesaan. 4. Tidak khas ekonomi terbelakang Boeke menganggap teori dualistiknya hanya untuk ekonomi timur saja meskipun dia mengakui juga dualisme tersebut juga hadir di perekonomian terbelakang Afrika dan Amerika Latin. Menurut Benjamin Higgins ini tidak hanya terjadi di dunia timur saja (khas daerah terbelakang saja), ia kadang ada di Italia, Kanada bahkan Amerika Serikat sekalipun. Malahan katanya setiap ekonomi dapat dibagi menjadi wilayah-wilayah tersendiri dengan berbagai peringkat kemajuan teknologi yang berbeda-beda. 5. Dapat diterapkan pada masyarakat Barat Menurut Benjamin Higgins juga dapat dikenakan pada masyarakat Barat. Setiap inflasi kronis muncul atau mengancam ekonomi Barat, rakyat lebih menyukai investasi yang bersifat untunguntungan. 6. Bukan suatu teori tetapi deskripsi

Bahwasanya yang disampaikan Boeke tersebut lebih kepada deskripsi masyarakat ekonomi terbelakang dibandingkan sebagai sebuah teori. 7. Peralatan teori ekonomi Barat dipakai masyarakat timur Sebenarnya peralatan dari teori ekonomi Barat tersebut juga telah banyak dipakai pada teori ekonomi Timur dengan sedikit variasi seperti kebijaksanaan fiskal dan moneter dan kebijaksanaan lain yang ditujukan untuk menghapuskan ketidakseimbangan neraca pembayaran. 8. Tidak memberikan pemecahan terhadap masalah pengangguran Dualismenya teori Boeke lebih banyak memusatkan diri pada aspek sosio-budayanya ketimbang aspek ekonomi. Dia menganggap berbagai jenis pengangguran (unemployment) sebagai diluar jangkauan tangan pemerintah, tetapi tidak menyebutkan adanya kekurangan pekerjaan (underemployment) yang merupakan ciri dominan ekonomi berpenduduk padat. Inilah yang merupakan kekurangan pokok teori dualistik J.H Boeke.

Kesimpulan Sebenarnya, problem penting didalam perekonomian dualistik adalah problem penyediaan kesempatan kerja yang memadai bagi tenaga buruh yang kurang pekerjaan, yang ada dan yang akan datang. Ini membawa kepada pengembangan teori Higgins yang melihat kekayaan sumber dan perbedaan fungsi-fungsi produksi di kedua sektor sebagai basis dari dualisme teknologi yang sebaliknya hanya berhasil membuka sejumlah kecil kesempatan kerja produktif . Inilah teori dualistik yang lebih realistis ketimbang teori Boeke, karena teori ini menelaah pengaruh masyarakat dualistik pada pola pembangunan.

Dualisme Teknologi Sebagai alternatif terhadap dualisme sosialnya Boeke, Higgins membangun teori dualisme teknologi. Artinya, penggunaan berbagai fungsi produksi pada sektor maju dan sektor tradisional dalam perekonomian terbelakang. Teori Higgins ini memasukkan problem proporsi faktor9 dan dikaitkan dengan keterbatasan kesempatan kerja produktif yang ditemui dikedua sektor dalam perekonomian terbelakang tersebut sebagai akibat tidak sempurnanya pasar, perbedaan kekayaan faktor dan perbedaan fungsi produksi. Higgins membangun teorinya disekitar dua barang, dan faktor produksi dan dua sektor dengan kekayaan faktor dan fungsi produksinya. Dari kedua sektor tersebut, sektor industri bergerak di

bidang perkebunan, pertambangan, ladang minya, kilang minyak atau industri skala besar. Sektor ini adalah padat-modal dan ditandai dengan koefisien teknis tetap. Kemudian sektor kedua adalah sektor pedesaan bergerak di bidang produksi bahan makanan dan kerajinan tangan atau industri yang sangat kecil. Sektor ini mempunyai koefisien teknis produksi yang berubah-ubah (variabel) sehingga ia dapat memproduksi output yang sama dengan berbagai macam teknik dan kombinasi alternatif buruh dan modal (termasuk tanah yang disempurnakan). Fungsi produksi di sektor industri itu digambarkan pada Gambar 20.1. unit-unit buruh diukur pada sumber horizontal, dan unit-unit modal pada sumbu vertikal.

R.S.Eckaus; The Factor Proportions Problem in Underdeveloped Areas , dalam Aggrawal dan Singh, The Economic of Underdevelopment.

y o

Modal

C o F o S L o L1 B o

D o

Q4 Q3 Q2 Q1 x o

K1 K Ao o O o

Buruh Gambar 20.1

Kurva Q1 adalah isokuan yang menggambarkan kombinasi modal OK dan buruh OL yang memproduksi tingkat Output tertentu. Kurva Q2, Q3, dan Q4 menggambarkan tingkat Output yang lebih tinggi yang hanya dimungkinkan dengan meningkatkan unit modal dan buruh dalam proporsi yang sama. Jadi titik-titik ABC dan D menunjukkan kombinasi tetap modal dan buruh yang dipakai untuk memproduksi berbagai tingkat Output Q1, Q2, Q3, dan Q4. Garis OE yang menghubungkan titik-titik ini adalah garis ekspansi sektor industri dan slopenya menggambarkan proporsi tetap kedua faktor tersebut. Garis K1L1 menunjukkan bahwa proses produksinya adalah padat modal, lebih banyak diperlukan modal untuk memproduksi Output tertentu ketimbang buruh. Untuk memproduksi Output Q1, dipakai unit modal OK dan unit buruh OL. Tetapi jika kekayaan faktor aktual berada di S daripada di A, itu berarti tersedia unit yang lebih banyak (OL 1) untuk memproduksi Output yang

sama Q1, unit-unit modal yang tersedia tetap sama (OK). Karena terdapat koefisien teknis yang tetap, penawaran buruh yang berlebihan tersebut sama sekali tidak akan mempengaruhi teknik produksi, unit buruh LL1 akan tetap tak terpakai. Hanya bila persediaan modal meningkat ke SF, penawaran buruh yang berlebih di sektor ini dapat terserap, kalau tidak ia akan mencari pekerjaan di sektor pedesaan. Tetapi pada kenyataannya koefisien teknis tidak begitu tetap. Dia agak sedikit fleksibel. Garis lengkung putus-putus pada isokuan menunjukkan kemungkinan fleksibilitas dalam proporsi faktor tersebut. Garis-garis itu menunjukkan adanya perubahan yang sangat kecil dalam kekayaan faktor sehingga para pengusaha tidak suka melakukan perubahan dramatis pada teknik produksi. Jadi mereka akan lebih suka mempunyai koefisien teknik yang tetap.

Fungsi produksi bagi sektor pedesaan digambarkan dalam Gambar 20.2. kurva isokuan Q 1, Q2, Q3, dan Q4 menunjukkan koefisien variabel produksi. Dalam rangka memproduksi lebih banyak Output, lebih banyak buruh diperkerjakan dibandingkan dengan modal (tanah yang disempurnakan). Akhirnya, tanah yang baik menjadi langka dan semua tanah yang tersedia telah ditanami dengan teknik padat karya tinggi pada titik E dimana dicapai Output maksimum Qn.

Qn

E K2 Modal K1 K A Q1 O L Q2 L1 Buruh Gambar 20.2 L2 C B Q3

D Q4

Berdasarkan berbagai fungsi produksi di kedua sektor tersebut, Profesor Higgins menelaah proses bagaimana dualisme teknologi cenderung meningkatkan pengangguran dan pengangguran tersembunyi di dalam perekonomian dualistik. Dari kedua sektor tersebut, sektor industri tumbuh dan berkembang dengan bantuan modal luar negeri. Jadi industrialisasi menyebabkan pertumbuhan penduduk yang melebihi laju akumulasi modal di sektor industri. Karena sektor ini memakai teknik padat-modal dan koefisien teknis tetap maka sektor ini tidak dapat menciptakan kesempatan kerja pada laju yang sama dengan laju pertumbuhan penduduk. Industrialisasi bahkan dapat menyebabkan penurunan relatif proporsi pekerjaan total di sektor tersebut. Dengan demikian buruh surplus tidak mempunyai alternatif lain kecuali mencari pekerjaan di sektor pedesaan.

Penilaian Kritis Dualisme teknologi Higgins tampak lebih unggul daripada dualisme sosialnya Boeke. Dualisme teknologi realistis karena memperhatikan bagaimana pengangguran tersembunyi secara berangsurangsur timbul di sektor pedesaan masyarakat dualistik. Tetapi Dualisme Teknologi bukan tanpa kekurangan, kekurangan atau kelemahannya antara lain : 1. Koefisien tidak tetap di sektor industri Adalah tidak benar mengasumsikan koefisien teknik tetap di sektor industri tanpa pembuktian empiris. 2. Harga faktor tidak bergantung pada kekayaan faktor Harga faktor semata-mata tidak hanya bergantung pada kekayaan faktor, yang pada teori Higgins disebutkan amat berkaitan dengan pola faktor. 3. Mengabaikan faktor kelembagaan Lebih dari itu, ada beberapa faktor kelembagaan dan kejiwaan yang mempengaruhi proporsi faktor, namun diabaikan oleh Higgins. 4. Mengabaikan pengunaan teknik penyerap buruh Higgins berpendapat bahwa prosess padat-modal perlu digunakan di sektor industri dan sama sekali mengabaikan penggunaan teknik lain yang menyerap buruh. 5. Besarnya dan sifat pengangguran yang tersembunyi tidak jelas

Higgins tidak menjelaskan sifat pengangguran tersembunyi di sektor pedesaan tersebut dan penawaran buruh yang berlebih di sektor industri. Tidak pula ditunjukkan seberapa luas sebenarnya pengangguran tersembunyi yang timbul akibat dualisme teknologi.

BAB 21. TEORI MYRDAL MENGENAI DAMPAK BALIK Profesor Gunnar Myrdal berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal dibelakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik (backwash effect) cenderung membesar dan dampak sebar (spread effect) cenderung mengecil. Secara komulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di antara negara-negara berkembang. Myrdal juga juga meyakini bahwa pendekatan teoritis yang kita warisi tak cukup menyelesaikan problem ketimpangan ekonomi tersebut. Teori perdagangan internasional dan tentu saja, teori ekonomi secara umum, tidak pernah disusun untuk menjelaskan realitas keterbelakangan dan pembangunan ekonomi. Alasannya adalah bahwa teori ekonomi tradisional tersebut didasarkan pada asumsi keseimbangan-stabil yang nyatanya tidak realistis yang diyakini oleh Myrdal hal tersebut sebagai sesuatu yang keliru yaitu gagasan keseimbangan stabil untuk menjelaskan perubahan terhadap suatu sistem sosial. Bagi Myrdal perubahan akan senantiasa menimbulkan reaksi di dalam sistem itu sendiri dalam bentuk perubahan-perubahan yang secara keseluruhan bergerak kearah yang berlawanan dengan perubahan pertama. Sistem itu tidak dengan sendirinya bergerak menuju keseimbangan diantara berbagai kekuatan, tetapi justru secara konstan bergerak menjauh dari situasi seperti itu. Asumsi tidak realistis lainnya yang berkaitan dengan pendekatan keseimbangan stabil adalah faktor ekonomi. Teori ekonomi klasik mempunyai kelemahan pokok yaitu mengabaikan faktorfaktor non ekonomi yang menjadi salah satu faktor yang memperlicin jalannya sebab-menyebab sirkuler didalam proses kumulatif perubahan ekonomi. karena kedua asumsi yang tidak realistis inilah maka teori tradisional gagal menjelaskan problem dinamis keterbelakangan dan pembangunan ekonomi. Tesis Myrdal Profesor Myrdal membangun teori keterbelakangan dan pembangunan ekonominya di sekitar ide ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional. Untuk menjelaskan hal itu dia memakai ide dampak balik dan dampak sebar . Dia mendefinisikan dampak balik sebagai semua perubahan yang bersifat merugikan ....... dari ekspansi ekonomi di suatu tempat... karena sebab-sebab diluar tempat itu. Sedangkan dampak sebar dia menunjuk pada dampak momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat dari pusat pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah

lainnya. Sebab utama ketimpangan regional menurut Myrdal adalah kuatnya dampak balik dan lemahnya dampak sebar dinegara terbelakang.

a. Ketimpangan Regional Ketimpangan reional berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba, inilah yang mendorong berkembangnya pembangunan terpusat diwilayah-wilayah yang memiliki harapan-harapan laba tinggi, sementara wilayah lain terlantar. Ini tidak lain menurut Myrdal adalah akibat peranan bebas kekuatan pasar, yang cenderung memperlebar jarak ketimbang mempersempit ketimpangan regional. Ketimpangan ini semakin parah apalagi jika sebagian dari daerah tersebut tumbuh dengan merugikan wilayah lain yang mengalami stagnasi. Dampak balik migrasi perpindahan modal dan perdagangan Kemudian Myrdal juga menyebutkan bahwa perpindahan modal juga cenderung meningkatkan ketimpangan regional. Diwilayah maju, permintaan yang meningkat akan merangsang investasi yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan menyebabkan putaran kedua investasi dan seterusnya. Lingkup investasi yang lebih baik pada sentra pengembangan dapat menciptakan kelangkaan modal diwilayah terbelakang. Demikian pula perdagangan cenderung menguntungkan wilayah maju dan merugikan wilayah kurang maju. Pembangunan industri di wilayah maju dapat menghancurkan industri yang ada di wilayah terbelakang, dan wialayah yang lebih miskin tetap menjadi wilayah yang agraris. Dampak sebar Dibalik itu ada juga dampak sebar dari momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari sentra ekspansi ekonomi ke wilayah lainnya sehingga memperoleh keuntungan dari meningkatnya pasar produk-produk pertanian dan bersamaan dengan itu terangsang kearah kemajuan teknik. Dampak Balik versus Dampak Sebar Akan tetapi kedua hal ini tidak mungkin berjalan seimbang sebagaimana disebutkan oleh kajian komisi ekonomi PBB untuk Eropa yakni Pertama, ketimpangan regional jauh lebih besar dinegara miskin ketimbang dinegara kaya; dan kedua, dinegara miskin ketimpangan regional semakin melebar dinegara kaya semakin menyempit. Peranan Pemerintah

Dalam hal ini kadangkala kebijaksanaan pemerintah di negara miskin malah cenderung memperburuk ketimpangan regional tersebut. Peranan bebas kekuatan pasar dan kebijaksanaan liberal merupakan dua kekuatan yang menciptakan ketimpangan regional sebagi akibat lemahnya dampak sebar. Karenanya pemerintah harus menerapkan kebijaksanaan yang bersifat adil (egaliter, sudah adakah..?) guna memperlemah dampak balik dan memperkuat dampak sebar, dalam rangka menjembatani ketimpangan regional dan memperkuat dasar-dasar bagi kemajuan ekonomi yang berkesinambungan. Disebutkan Myrdal, tingkat pembangunan yang lebih tinggi akan semakin memperkuat dampak sebar dan cenderung menghambat arus ketimpangan regional.

b. Ketimpangan Internasional Menurut Myrdal perdagangan internasional mempunyai dampak surut yang kuat pada negara terbelakang dan cenderung sangat menguntungkan sikaya dari wilayah maju dan merugikan negara kurang maju. Karena negara kaya memiliki basis industri manufaktur yang kuat dengan dampak yang sebar yang kuat. Dengan mengekspor produk industri mereka dengan harga murah akan mematikan industri skala kecil dan kerajinan dinegara terbelakang. Perpindahan modal Perpindahan modal juga gagal menghapuskan ketimpangan internasional. Karena negara maju lebih menjanjikan keuntungan dan jaminan bagi para investor maka modal akan semakin menjauhkan diri dari negara terbelakang.

Penilaian Kritis Tesis Myrdal ini memperlihatkan suatu teori yang lain, sama sekali berbeda dari teori

keterbelakangan lainnya. Dengan bagus dia menggabungkan kekuatan internasional dan nasional yang cenderung membawa negara terbelakang tetap berada dalam proses kumulatif dimana kemiskinan menjadi penyebab dirinya sendiri . Tidak ada yang dapat menyangkal fakta bahwa di negara terbelakang dampak sebar dikalahkan oleh dampak balik yang kuat. Kekuatan internasional dan nasional cenderung untuk mengekalkannya dan dengan begitu memperburuk ketimpangan regional dan mondial. Lebih dari itu, peranan bebas kekuatan pasar dan perdagangan bebas cenderung menghambat potensi ekspor negara-negara tersebut. Akibatnya, tercipta suatu Jurang Dalam antara impor dan ekspor negara terbelakang yang kemudian membuat pembangunan

ekonomi menjadi sesuatu yang mahl dan lama. Bukti empiris telah menunjukkan bahwa tesis Myrdal telah terbukti kebenarannya.

TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI FEI-RANIS Yaitu berkaitan dengan suatu negara terbelakang yang kelebihan buruh disertai perekonomian yang miskin sumber daya, dimana sebagian besar penduduk bergerak di bidang pertanian di tengah pengangguran hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Asumsinya : 1. Ada ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang mandeg dan sektor industri yang aktif. 2. Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja. 3. Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal selain dalam bentuk penggarapan tanah kembali (reklamasi). 4. Persediaan atau penawaran tanah bersifat tetap. 5. Kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh sebagai faktor variabel. 6. Diasumsikan bahwa produktifitas marginal buruh adalah nol. Jika penduduk melampaui jumlah dimana produktifitas marginal buruhnya nol, buruh dapat dialihkan ke sektor industri tanpa mengurangi keluaran (Output) pertanian. 7. Output sektor industri adalah fungsi dari modal dan buruh saja. Tanah tidak mempunyai peranan sebagai faktor produksi. 8. Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai fenomena eksogen. 9. Upah nyata di sektor industri dianggap tetap dan sama dengan tingkat pendapatan nyata (sebelumnya) sektor pertanian. Mereka menyebutnya upah institusional.

10.Pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian. Berdasarkan asumsi ini Fei dan Ranis menelaah pembangunan ekonomi surplus-buruh menjadi tiga tahap. Pertama, para penganggur tersamar, yang tidak menambah Output pertania, dialihkan kesektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, pekerja pertanian menambah keluaran pertanian tetapi memproduksi lebih kecil dari pada upah institusional yang mereka terima. Ketiga, buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah institusional. Dalam tahap ini kelebihan buruh sudah terserap dan sektor pertanian berangkat menjadi komersial, yang menandai akhir tahap tahap tinggal landas dan awal pertumbuhan swasembada.

(A) R Tanah A

Z B

N1

N2

(B)

F M Output Total TP

N1

N2

Tenaga Kerja

Gambar 21.1 (A & B) Gambar diatas menunjukkan kurva ABC adalah produksi barang pertanian, garis OR adalah tingkat produksi dari input buruh pada sumbu horizontal dan tanah (Z) pada sumbu vertikal. Buruh ON1 memproduksi Output maksimum pada tanah seluas OZ, dengan produksi total kurva TP. N1N2 merupakan kelebihan buruh/tenaga kerja yang tidak memberikan sumbangan positif pada Output dan produktifitas marginalnya mendekati nol melebihi titik M pada kurva TP, ini disebut juga dengan penganggur tersamar.

P2 P1 (A) P T W
Upah/Output Marginal

Q H

Tenaga Kerja

(B) A W M N
Tahap I

S L K
Tahap II

O
Tahap III

Tenaga Kerja

(C)

F BC D E G Gambar 21.2 (A,B dan C)

Y Output Total

Kelebihan tenaga kerja N1N2 diatas, dapat dijelaskan lebih lanjut pada Gambar 21.2 diatas bagaimana hubungannya dengan sektor industri. Pada Gambar 21.2 diatas cara membaca kurvanya kita mulai dari kurva (C) terlebih dahulu yang merupakan kurva terbalik dari kurva (B) pada Gambar 21.1 diatas (kita dapat lihat posisi O nya, untuk membaca kurva pada gambar 21.2 ini seyogyanya kita memulai dari titik O/titik sumbu kurva tersebut), dimana OCX merupakan kurva produktivitas fisik total (MPP) dengan CX menunjukkan bahwa produktivitas marjinal disana adalah nol, sehingga surplus tenaga ini jika dipindahkan ke sektor industripun tidak akan mempengaruhi keluaran industri. Tahap I (pada kurva B), pekerja NM (yang diturunkan dari kurva C untuk kelebihan tenaga kerja pada produktivitas marjinal nol CX kurva C) merupakan penganggur tersamar jika dipindahkan ke sektor industri (kurva A, tenaga kerja menjadi OM), tingkat upah institusional yang ada adalah sebesar OW (=NW pada kurva B, mereka juga tidak mendapatkan kelebihan upah dibandingkan sektor pertanian, kurva C dan B adalah sektor pertanian). Tahap II MPP pekerja pertanian adalah positif (kurva miring keatas sampai garis MR) tetapi produktifitas masih dibawah dari upah institusional, jadi dalam batas tertentu mereka tetap juga pengangguran tersamar, baiknya dialihkan juga ke sektor industri. Menariknya disini upah yang mereka terima tidak sama dengan upah institusional sebelumnya, ini dapat dijelaskan akibat perpindahan tersebut akan terjadi merosotnya keluaran pertanian, sehingga kelangkaan matadagangan pertanian mengakibatkan naiknya harga, relatif dibanding barang-barang industri, sehingga dapat menyebabkan memburuknya syarat-syarat pada sektor industri karenya membutuhkan suatu kenaikan upah minimal di sektor industri tersebut. Upah minimal tersebut naik lebih tinggi dari upah institusional OW, ke LH dan KQ (kurva A). Gerakan kurva penawaran buruh WTW1 (W1 yaitu pada saat harga P1) ini dari T keatas ini dikenal juga dengan istilah titik balik Lewis . Tahap III pekerja mulai menghasilkan keluaran pertanian sama dan bahkan melebihi dari upah institusional. Inilah yang disebut berakhirnya tinggal landas dan awal dari pertumbuhan swasembada ditunjukkan oleh naiknya bagian RU dari kurva MPP NMRU (kurva B). Jika buruh OK (kurva B) ini dialihkan ke sektor industri pada upah minimal melebihi KQ (kurva A) hal ini akan menyedot buruh di sektor pertanian. Dari ketiga tahap yang terjadi diatas, Fei dan Ranis melihat peralihan tenaga kerja pertanian ke sektor industri ini, malah terjadi surplus hasil pertanian, sehingga membawa surplus secara keseluruhan di sektor pertanian (disebut juga dengan istilah TAS). Pertumbuhan berimbang Fei dan Ranis lebih jauh menunjukkan bahwa model mereka memenuhi persyaratan pertumbuhan berimbang selama proses tinggal landas. Dimana pertumbuhan berimbang

menghendaki investasi serentak di sektor pertanian dan sektor perindustrian dalam perekonomian. (lihat Gambar 21.3 dibawah). Output Marginal

P2 P1

S S2

S1

a S2 P

a2 a1 a3 P2 S1

P1

Tenaga Kerja Gambar 21.3 PP adalah kurva permintaan awal buruh, S1S1 adalah kurva penawaran awal buruh, bertemu di titik a dengan tenaga buruh OM diperkerjakan di sektor industri. Pada tingkat ini sektor industri mendapatkan keuntungan yang sama dengan daerah S1aP. Keuntungan ini merupakan keseluruhan investasi yang tersedia bagi perekonomian tersebut selama proses tinggal landas. Sebagian dana ini dialokasikan lagi ke sektor pertanian sehingga produktifitas meningkat, dan menggeser kurva penawaran buruh di sektor industri turun kekanan dari S1S1 ke S2S2. Sisa dari dana investasi itu dialokasikan lagi ke industri, dengan itu menggeser kurva permintaan industri naik ke kanan dari PP ke P1P1 bertemu di titik a1 yang terletak pada lintasan pertumbuhan seimbang S1a3. Pada titik a1 sektor-sektor industri menyerap tenaga buruh ML yang telah dilepas oleh sektor pertanian sebagai akibat naiknya produktifitas pertanian setelah alokasi dana investasi ke sektor pertanian. Pada Gambar 21.3, tenag buruh ML yang diserap sektor industri persisi sama dengan tenaga buruh ML yang dilepas dari sektor pertanian dalam Gambar 21.2 (B).

Penilaian Model Fei-Ranis ini merupakan penyempurnaan terhadap model Lewis. Lewis mengabaikan pengembangan sektor pertanian dan memusatkan diri semata-mata pada sektor industri. Fei-Ranis menunjukkan interaksi antara kedua sektor tersebut dalam mengawali dan mempercepat pembangunan. Keunggulan pokok Model Fei-Ranis ini adalah menunjukkan arti penting produk pertanian didalam menghimpun modal dinegara terbelakang. Namun model ini juga tidak luput dari kritik, antara lain : 1. Persediaan tanah tidak tetap Dalam jangka panjang luas tanah menjadi tidak tetap 2. Upah institusional tidak diatas MPP Tidak ada bukti empiris yang menunjukkan upah institusional tetap lebih tinggi daripada MPP (Produktifitas Fisik Marjinal) selama Tahap I dan II, kenyataannya, dinegara terbelakang buruh berlebih, upah yang dibayarkan kepada pekerja pertanian jauh dibawah MPP mereka. 3. Upah Institusional di sektor pertanian tidak konstan Fei-Ranis mengasumsikan upah institusional konstan dalam dua tahap pertama meskipun produktifitas menaik, kenyataannya produktifitas naik, upah juga cenderung naik. 4. Model tertutup Asumsi ini tidaklah realistis karena negara-negara terbelakang bukanlah perekonomian tertutup tetapi terbuka, yang mengimpor komoditi pertanian apabila timbul kelangkaan. 5. Komersialisasi pertanian menjurus ke Inflasi Menurut Fei-Ranis pada saat sektor pertanian memasuki tahap ketiga, ia bersifat komersial (dengan asumsi perekonomian bergerak mulus menuju swasembada). Ini tidak mungkin terjadi karena bagaimanapun tekanan inflasioner akan muncul. 6. MPP bukan nol Fei-Ranis mengamati bahwa dengan sejumlah tanah yang tetap, disana akan terdapat sejumlah penduduk yang cukup besar untuk membuat MPP-nya nol. Menurut Schultz jika demikian berarti upah institusional juga harus nol, kenyataannya pekerja menerima upah minimum. Kesimpulan akan tetapi keterbatasan tersebut tidaklah mengurangi arti penting model Fei-Ranis bagi pembangunan ekonomi negara surplus buruh. Model ini menelaah secara runtut proses pembangunan dari tinggal landas menuju pertumbuhan swasembada melalui interaksi sektor pertanian dan sektor industri negara terbelakang. BAB 22

MODEL HARROD - DOMAR

ASUMSI Model yang dibuat oleh Harrod dan Domar didasarkan pada asumsi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ada ekuilibrium awal pendapatan dalam keadaan pekerjaan penuh. Tidak ada campur tangan pemerintah. Model ini bekerja pada perekonomian tertutup tanpa perdagangan luar negeri. Tidak ada kesulitan dalam penyesuaian antara investasi dan penciptaan kapasitas produktif. Kecenderungan menabung rata-rata sama dengan kecenderungan menabung marginal. Kecenderungan menabung marginal tetap konstan. Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan, diasumsikan tetap. Tidak ada penyusutan barang modal yang diasumsikan memiliki daya pakai seumur hidup. Tabungan dan investasi berkaitan dengan pendapatan tahun yang sama.

10. Tingkat harga umum konstan, yaitu upah sama dengan pendapatan nyata. 11. Tidak ada perubahan tingakat suku bunga. 12. Ada proporsi yang tetap antara modal dan buruh dalam proses produksi. 13. Modal tetap dan modal lancar disatukan menjadi modal.

MODEL DOMAR Kaitan antara penawaran agregat dengan permintaan agregat melalui investasi: 1. Kenaikan Kapasitas Produksi Investasi baru karena peningkatan kapasitas produksi akan menghasilkan kenaikan output (I) yang merupakan jumlah netto potensi kenaikan output perekonomian tersebut, disebut efek sigma. Ini merupakan sisi penawaran dari model Domar. 2. Kenaikan Yang Diperlukan Dalam Permintaan Agregat Sisi permintaan dalam sistem Domar dijelaskan dengan pengali Keynesian.

= kenaikan rata-rata pendapatan, 3. Ekuilibrium

= kenaikan investasi,

= kecenderungan menabung marginal.

Persamaan ini menunjukkan untuk mempertahankan pekerjaan penuh laju pertumbuhan investasi autonomous netto ( ) harus sama dengan (MPS kali produktivitas modal).

Bila

>

, maka perekonomian akan mengalami boom. Depresi bila sebaliknya.

MODEL HARROD Model ini menunjukkan bagaimana pertumbuhan mantap (ekuilibrium) dapat terjadi. Didasarkan pada 3 macam laju pertumbuhan: 1. Laju pertumbuhan aktual (G), ditentukan oleh rasio tabungan dan rasio modal-output, menunjukkan variasi siklis jangka pendek dalam laju pertumbuhan. GC = S; G merupakan laju pertumbuhan output dalam periode tertentu, C merupakan rasio investasi terhadap kenaikan pendapatan, yaitu I/Y; dan S adalah kecenderungan menabung rata-rata yaitu S/Y. 2. Laju pertumbuhan terjamin (Gw), merupakan laju pertumbuhan pendapatan kapasitas penuh dalam perekonomian. Adalah laju pertumbuhan dimana produsen merasa puas dengan apa yang dikerjakan, jadi berkaitan dengan tingkah laku pengusaha. GwCr = s Gw = laju pertumbuhan terjamin (pendapatan dalam kapasitas penuh) Cr = jumlah modal yang dibutuhkan untuk mempertahankan laju pertumbuhan terjamin. Nilai dari I/Y atau C s = kecenderungan menabung rata-rata.

Apabila perekonomian dimaksudkan untuk maju dengan pertumbuhan mantap Gw yang akan menggunakan kapasitasnya secara penuh, pendapatan harus tumbuh dengan laju sebesar s/Cr pertahun. Ekuilibrium tercapai bila G (laju pertumbuhan aktual) = laju pertumbuhan terjamin (Gw), dan C (barang modal aktual) = Cr (barang modal yang diperlukan untuk pertumbuhan mantap). Apabila G > Gw timbul kelangkaan inflasi jangka panjang (pendapatan aktual berkembang cepat daripada yang dimungkinkan). Kemudian akan berdampak pada C < Cr produksi kekurangan permintaan agregat inflasi kronis. G < Gw depresi jangka panjang (pendapatan aktual tumbuh lebih lamban dari yang

diperlukan). C > Cr permintaan agregat kekurangan penawaran agregat jatuhnya output, pekerjaan dan pendapatan depresi kronis.

3. Laju pertumbuhan alamiah (Gn), disebut laju dimana pertambahan penduduk dan perbaikan teknologi berjalan lamban. Tergantung pada variabel-variabel makro, seperti penduduk, teknologi, sumber alam dan peralatan modal. Persamaannya adalah: Gn.Cr = atau S

KAJIAN PERBANDINGAN KEDUA MODEL TERSEBUT A. Persamaan Model Domar = Y/I I x 1/ = I GC = s Model Harrod

= S/Y

= I x 1/(S/Y) = I x (Y/I)

= (Y/Y) x (I/ Y) = S/Y

(I x Y)/ S = I x (Y/I)

= (Y/Y) x (Y/S) = Y/I

I x Y = S x Y

I x Y = S x Y

= S

B.

Perbedaan

1. Domar menganggap investasi sebagai peranan kunci dalam pertumbuhan Harrod menganggap tingkat pendapatan sebagai faktor penting dalam proses pertumbuhan. 2. Model Domar hanya didasarkan pada satu laju pertumbuhan, r =

Harrod menggunakan 3 laju pertumbuhan: laju aktual (G), laju terjamin (Gw) dan laju natural (Gn). 3. Domar menggunakan kebalikan dari rasio modal-output marginal, sedang Harrod menggunakan rasio modaloutput marginal. 4. Domar menggunakan multiplikator (pengali), tetapi Harrod menggunakan akselerator (pemacu). 5. 6. Di dalam persamaan ekuilibrium Harrod tidak mengacu pada I atau I, sedangkan Domar sebaliknya. Bagi Harrod siklus bisnis merupakan bagian integral lintasan pembangunan dan bagi Domar didalam modelnya membiarkan (produksi rata-rata investasi) berfluktuasi. 7. Domar menunjukkan hubungan teknologis antara akumulasi modal dan pertumbuhan kapasitas penuh dalam output berikutnya, Harrod memperlihatkan hubungan perilaku antara kenaikan permintaan dengan output saat ini di satu pihak dan dengan akumulasi modal di pihak lain.

KETERBATASAN MODEL INI 1. Kecenderungan menabung dan rasio modal-output adalah tidak konstan. Dalam model ini kecenderungan menabung dan rasio madal-output diasumsikan konstan sementara keduanya mungkin berubah dalam jangka panjang. 2. Buruh dan modal tak dapat dipergunakan dalam proporsi tetap. Model ini mengasumsikan buruh dan modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap. Pada umumnya buruh dapat menggantikan modal. 3. Harga tidak akan tetap konstan. Kedua model luput mempertimbangkan perubahan dalam tingkat harga sementara perubahan harga selalu terjadi dan dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil. 4. Tingkat suku bunga berubah Asumsi bahwa tingkat suku bunga tidak berubah, tidak relevan dengan analisa yang bersangkutan. Tingkat suku bunga dapat berubah dan mempengaruhi investasi. 5. Program pemerintah tidak dapat diabaikan. Model-model Harrod dan Domar mengabaikan pengaruh program pemerintah pada pertumbuhan ekonomi. 6. Perilaku wiraswasta tidak dapat diabaikan. Wiraswasta sebenarnya dapat menentukan laju pertumbuhan terjamin, sementara dalam model ini diabaikan. 7. 8. Kegagalan membedakan barang modal dengan barang konsumen. Menurut Prof. Rose, sumber utama ketidakstabilan dalam sistem Harrod terletak pada akibat ekses permintaan atau penawaran dalam keputusan produksi dan tidak pada akibat langkanya modal atau berlebihnya keputusan investasi.

PENERAPAN MODEL HARROD-DOMAR PADA NEGARA TERBELAKANG Teori pertumbuhan pada negara maju dikaitkan dengan tiga fungsi pokok: fungsi tabungan, investasi autonomus vs induced dan produktivitas modal. Harold mencoba menerapkan modelnya pada negara terbelakang dengan menguraikan sisi penawaran dalam persamaan dasarnya dengan memasukkan peranan tingkat suku bunga di dalam menentukan penawaran tabungan dan permintaan tabungan. rn = (Pc x Gn) / e rn Pc : tingkat suku bunga alamiah : laju pertumbuhan alamiah output perkapita

Gn e

: laju petumbuhan alamiah : elastisitas nilai guna yang semakin menurun dari pendapatan Keperluan modal Cr tergantung pada tingkat suku bunga, Cr = f(rn) Keperluan akan tabungan Sr bagi negara terbelakang sangat penting, namun pada negara terbelakang tabungan rendah, investasi tinggi dan inflasi kronis. Harrod menyarankan investasi besar dibiayai melalui perluasan kredit bank dan investasi laba inflasioner di pasar-pasar modal. Ekspansi kredit bank merupakan satu-satunya jalan untuk membiayai investasi dan membangkitkan pertumbuhan ekonomi pada negara terbelakang.

KETERBATASAN MODEL INI DITILIK DARI SUDUT NEGARA TERBELAKANG Model Harrod-Domar tidak dapat diterapkan pada negara terbelakang karena alasan berikut ini: 1. Perbedaan Kondisi Analisa Harrod Domar lebih ditujukan untuk mencegah stagnasi jangka panjang pada negara maju dan tidak ditujukan untuk membimbing program industrialisasi pada negara terbelakang. 2. Rasio Tabungan Model pertumbuhan ini ditandai dengan rasio tabungan yang tinggi dan rasio madal-output yang tinggi, sementara di negara terbelakang rasio ini rendah. 3. Rasio Modal-Output Suatu model yang didasarkan pada kecenderungan menabung dan pada rasio modal-output kurnag berguna bagi negara terbelakang walaupun bermanfaat bagi negara maju. 4. Pengangguran Struktural Di negara terbelakang, jika penduduk berkembang lebih tinggi daripada akumulasi modal, maka pengangguran struktural akan timbul sebagai akibat kurangnya peralatan modal. Model HarrodDomar tidak berhasil memecahkan masalah ini. 5. Pengangguran Tersembunyi Model ini bertolak dari tingkat pendapatan pada pekerjaan penuh, tetapi tingkatan sebesar itu tak dapat dijumpai di negara terbelakang. Masalah pengangguran tersembunyi tidak dapat diatasi dengan model Harrod-Domar. 6. Campur Tangan Pemerintah

Moel Harrod Domar didasarkan pada asumsi tidak adanya intervensi pemerintah . asumsi ini tidak berlaku pada negara berkembang karena bagaimana negara tersebut dapat berkembang tanpa adanya campur tangan pemerintah. 7. Bantuan dan Perdagangan Luar Negeri Model Harrod-Domar didasarkan pada asumsi perekonomian tertutup. Namun di negara terbelakang merupakan perekonomian terbuka dimana perdagangan luar negeri dan bantuan luar negeri berperan penting dalam pembangunan perekonomian mereka. 8. Perubahan Harga Model ini berasumsi harga adalah konstan, namun di negara terbelakang perubahan harga adalah hal yang tak terelakkan. 9. Perubahan Institusional Faktor kelembagaan diasumsikan sebagai hal tertentu (given) dalam model ini. Namun di negara terbelakang tidaklah mungkin tanpa adanya perubahan kelembagaan.

BAB 23 MODEL DISTRIBUSI MENURUT KALDOR

Model Kaldor menjadikan rasio tabungan modal sebagai suatu variabel dalam proses pertumbuhan. Model ini didasarkan pada fungsi tabungan klasik yang menyatakan tabungan adalah sama dengan rasio antara keuntungan dan pendapatan nasional, S = PY.

ASUMSI Prof. N. Kaldor membangun modelnya dengan asumsi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Ada satu situasi pekerjaan penuh (full employment) sehingga keseluruhan output atau pendapatan (Y) adalah tertentu. Pendapatan atau output nasional hanya terdiri dari upah (W) dan keuntungan (P). W mencakup buruh kasar dan gaji, sedangkan P mencakup pendapatan pengusaha dan pendapatan pemilik harta. Kecenderungan marginal menabung para pekerja lebih besar daripada para pemilik modal, sedang kecenderungan marginal menabung para pekerja lebih kecil dibandingkan para pemilik modal. Rasio investasi output (I/Y) adalah variabel bebas. Ada unsur persaingan tidak sempurna atau kekuatan monopolistik.

MODEL Dengan Sw = keseluruhan tabungan yang disisihkan dari upah dan Sp = keseluruhan tabungan dari keuntungan, maka: Y = W + P; tetapi I = S; dan S = Sw + Sp

Karena investasi adalah tertentu (given) dan dengan mengsumsikan fungsi-fungsi tabungan proporsional sederhana, yaitu: Sw I = swW dan Sp = spP + swW = spP, kita peroleh persamaan: = spP + sw(Y P) karena W sama dengan Y P = spP + swY swP = (sp sw)P + swY

Dari rasio investasi terhadap pendapatan nasional:

atau

....................... (1)

Dan dari (1) rasio keuntungan terhadap pendapatan nasional, P/Y dapat diperoleh dengan cara di bawah ini:

........................................ (2)

Kenaikan rasio investasi pendapatan I/Y, akan menaikkan peranan keuntungan dalam pendapatan nasional P/Y, sepanjang sp > sw. Dapat dilihat pada diagram Prof. Peterson, dengan sedikit perubahan:

Perekonomian berada dalam keseimbangan

dengan rasio keuntungan-pendapatan tetap (garis

vertikal PP). Jika terjadi kenaikan pendapatan, fungsi-fungsi S/Y dan I/Y bergeser ke atas. Apabila hubungan fungsi-fungsi tersebut berlanjut terus perekonomian akan dapat mempertahankan dirinya dalam suasana pekerjaan penuh dan P/Y akan tetap konstan.

Menurut Kaldor, nilai interpretatif model ini tergantung pada sikapnya menganggap investasi, atau tepatnya rasio investasi tergadap keluaran I/Y, sebagai suatu variabel bebas, invariant terhadap perubahan dalam sp dan sw.

Model ini bekerja jika kecenderungan menabung tidak sama, sp sw Sp > sw merupakan syarat kestabilan. Jika sp < sw, turunnya harga menyebabkan turunnya permintaan dan turunnya harga secara kumulatif.

Dengan mengasumsikan rasio investasi-output (I/Y) sebagai variabel bebas, faktor-faktor penentunya dapat digambarkan dengan menggunakan terminologi Harrodian dalam arti tingkat pertumbuhan kapasitas output (G) dan rasio modal-output (v): 1/Y = Gv ............................................ (3)

Dalam keadaan pekerjaan penuh terus-menerus G harus sama dengan tingkat pertumbuhan alamiah Harrod Gn. Sehingga persamaan (1) diatas dapat diubah:

Prof. Kaldor berkesimpulan : antara tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan dan yang natural, dengan demikian, tidaklah bebas satu sama lain, jika batas-untungnya fleksibel, yang disebut pertama akan menyesuaikan dirinya dengan yang disebut terakhir melalui perubahan berikutnya di dlam P/Y.

PENILAIAN Model Kaldor menunjukkan bahwa peranan keuntungan terhadap pendapatan P/Y, tingkat keuntungan terhadap investasi, dan tingkat upah nyata W/L, adalah fungsi-fungsi I/Y, yang sebaliknya ditentukan secara bebas dari P/Y atau W/L. Hal ini benar hanya dengan syarat-syarat tertentu: 1. 2. 3. Upah nyata tidak boleh berada dibawah tingkat biaya hidup minimal tertentu. Peranan keuntungan tidak dapat jatuh ke bawah tingkat ambang risiko (risk premium rate), yang merupakan tingkat keuntungan minimum yang diperlukan untuk menarik investasi. Peranan keuntungan tak boleh berada dibawah derajat tingkat monopoli, yaitu tingkat keuntungan minimum tertentu dalam penjualan (turn over) akibat persaingan tidak sempurna, perjanjian kolusif, dsg.

Kelemahan lain dari model Kaldor: Model ini memberikan semua keuntungan kepada pemilik modal, dengan demikian keseluruhan tabungan pekerja dialihkan kepada pemilik modal sebagai hadiah. Model Kaldor mengabaikan pengaruh kemajuan teknik pada distribusi pendapatan. Teori distribusi Kaldor lebih tepat dipergunakan untuk menjelaskan inflasi jangka pendek daripada pertumbuhan jangka panjang. Model ini memberikan gambaran yang kaku tentang kemajuan ekonomi karena mengasumsikan fungsi produksi yang tidak memungkinkan pergantian antara faktor-faktor.

BAB 24 MODEL AKUMULASI MODAL JOAN ROBINSON

ASUMSI a. Perekonomian liberal yang tertutup. b. Hanya ada buruh dan modal sebagai faktor produksi. c. Untuk memproduksi suatu output tertentu, modal dan buruh dipergunakan dengan proporsi tetap. d. Kemajuan teknik yang netral. e. Tidak ada kelangkaan buruh dan pengusaha dapat mempekerjakan buruh sebanyak yang mereka sukai. f. Hanya ada dua kelas pekerja dan pengusaha yang menjadi penerima pendapatan nasional. g. Para pekerja sama sekali tidak menabung dan membelanjakan seluruh upahnya untuk konsumsi. h. Para pengusaha sama sekali tidak mengkonsumsi tetapi menabung dan menanamkan keseluruhan pendapatan mereka (yang didapat dari laba) untuk pembentukan modal. i. Tidak ada perubahan dalam tingkat harga.

Pendapatan nasional netto dalam Model Robinson: Y = wN + pK Y w N p K = pendapatan nasional netto = tingkat upah nyata = jumlah buruh yang dipekerjakan = tingkat keuntungan = jumlah modal

Tingkat keuntungan sangat penting dalam teori akumulasi modal, maka setelah disubstitusi dan sebagainya, maka:

l w

= produktivitas buruh = tingkat upah nyata = rasio modal-buruh

Karena Joan Robinson mengasumsikan bahwa tabungan dan upah adalah nol dan hanya pengusaha yang menabung, keuntungan diartikan untuk investasi saja, atau S = I. Hubungan tabungan-investasi dapat dinyatakan sebagai: S = pK dan I = K

pK = K sehingga p = K/K

Faktor lain yang menentukan pertumbuhan ekonomi selain laju pertumbuhan modal (K/K) adalah laju pertumbuhan penduduk (N/N). Apabila K/K = N/N, perekonomian berada pada ekuilibrium pekerjaan penuh. Pertumbuhan yang mantap, mulus dan dengan pekerjaan penuh disebut zaman keemasan. Zaman keemasan ini dapat digambarkan pada kurva berikut:

Keterangan gambar: OP G OA OW = fungsi produksi, setiap titik pada kurva menunjukkan rasio modal-buruh = titik rasio modal buruh pada abad keemasan yang diukur dengan OK = output per kapita = output yang dibayarkan sebagai upah

WA/EG= surplus yang merupakan laju keuntungan modal Gambar juga membuktikan bahwa laju pertumbuhan modal (K/K) = laju pertumbuhan buruh (N/N). EG/EW mencerminkan K/K dan OW/ON mencerminkan N/N. 7 faktor penentu pertumbuhan ekuilibrium (masa keemasan): 1. 2. 3. 4. Kondisi teknikal Kebijakan investasi Kondisi penghematan Kondisi persaingan

5. 7.

Kesepakatan upah Stok awal barang modal dan besarnya harapan yang didasarkan pada pengalaman masa lalu.

6. Kondisi keuangan (finansial)

Joan Robinson mengungkapkan bahwa perkembangan pengetahuan melahirkan autonomous innovations, dan kelangkaan buruh induced innovation. Untuk itu, laju pertumbuhan yang dicitacitakan mungkin jatuh lebih rendah daripada laju pertumbuhan yang mungkin terjadi (possible rate of growth). Laju pertumbuhan yang dicita-citakan adalah laju akumulasi dimana perusahaan puas dengan situasi yang ada. Laju pertumbuhan ini ditentukan oleh tingkat upah yang disebabkan oleh laju akumulasi tersebut. Laju akumulasi dirangsang oleh laju keuntungan.

Pada waktu laju pertumbuahn yang dicita-citakan = laju pertumbuhan yang mungkin, upah nyata meningkat, output per kepala meningkat, terjadi kemajuan teknikal, dan teknik produksi yang menguntungkan diketemukan (zaman keemasan). Jenis-jenis alternatif pertumbuhan ekuilibrium menurut Joan Robinson: 1. Masa Keemasan yang Timpang Pada masa ini laju mantap akumulasi modal berada dibawah tingkatan pekerjaan penuh. Stok peralatan modal bagi akumulasi modal yang dicita-citakan memang cukup tapi tidak cukup untuk mempekerjakan keseluruhan tenaga kerja. Singkatnya laju pertumbuhan aktual terlaksana dibatasi oleh laju yang dicita-citakan. 2. Masa Kusam Ditandai oleh pekerjaan meningkat terlalu lamban, rasio buruh yang tidak bekerja dibandingkan yang bekerja naik, sebagai akibatnya standar kehidupan buruh merosot. Inilah masa dimana laju pertumbuhan yang bisa terjadi tertahan oleh laju yang terlaksana. 3. Masa Keemasan Terkendali Laju pertumbuhan terlaksana dibatasi oleh laju pertumbuhan yang bisa terjadi dan membuatnya tetap berada lebih rendah sehingga laju pertumbuhan yang diinginkan tidak dapat terjadi. Laju pertumbuhan yang diinginkan dapat dikendalikan dengan cara: Melalui pengetatan keuangan Dengan pengontrolan yang tepat terhadap kredit 4. Melalui monopsoni di pasar tenaga buruh

Masa Platina Melesat Masa ini berawal dengan adanya pengangguran. Perusahaan melakukan perluasan investasi sehingga membutuhkan lebih banyak buruh dan tingkat keuntungan menaik. Tingkat akumulasi melaju dengan cepat.

5.

Masa Platina Merayap

Teknik yang diteapkan adalah teknik kurang padat modal. Pertumbuhan tenaga kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan stok modal. Sehingga tingkat akumulasi melambat, jatuhnya tingkat keuntungan, jatuhnya efisiensi marginal investasi dan meningkatnya tingkat upah nyata. 6. Masa Keemasan Palsu Laju pertumbuhan yang bisa terjadi tertahan tetap rendah oleh upah nyata karena upah minimum. Laju akumulasi modal lebih rendah daripada laju pertumbuhan penduduk, sehingga pengangguran membengkak.

7.

Masa Platina Palsu Jika kemajuan teknikal terjadi, laju akumulasi akan meningkat tanpa menyebabkan inflasi meskipun tingkat upah nyata ada pada tingkat kecepatan konstan.

PENILAIAN Model Robinson merupakan rincian dari model Harrod. Tetapi teori Robinson mengenai akumulasi modal tergantung pada hubungan laba-upah dan produktivitas buruh. Menurut Prof. Kurihara model Robinson memadukan teori nilai klasikal, teori distribusi dan teori tabungan investasi Keynesian menjadi satu sistem yang bertautan. Menurut Prof. Sen, meskipun terminologi yang digunakan agak janggal dan menyimpang dari analisa standar, penggolongannya terhadap proses pertumbuhan, menarik dan bermanfaat.

PENERAPAN MODEL INI DI NEGARA TERBELAKANG Bermanfaat bagi negara terbelaknga karena model Robinson mengkaji masalah penduduk dan dampaknya pada laju akumulasi modal. Sehingga mengakomodasi masalah pada negara terbelakang dimanalaju pertumbuhan penduduk lebih tinggi daripada laju pertumbuhan modal.

KELEMAHAN MODEL INI 1. Laju Akumulasi Modal Lebih Rendah Dibanding Laju Pertumbuhan Potensial. Pembahasan terhadap pertumbuhan modal mendiskreditkan semua gagasan pada perekonomian kapitalis, karena modelnya mengenai pertumbuhan liberal bahaya dan tidak aman, mempercayakan tugas pencapaian pertumbuhan stabil kepada pencari untung swasta. 2. Ekonomi Tertutup. Asumsi perekonomian tertutup tidak realistis karena negara terbelakang melaksanakan perekonomian terbuka untuk memacu laju pertumbuhan. 3. Mengabaikan Faktor Kelembagaan.

Perkembangan perekonomian dalam batas tertentu tergantung pada perubahan sosial, budaya dan kelembagaan, sehingga asumsi faktor kelembagaan sebagai given tidak dapat diterima. 4. Tingkat Harga Konstan. Asumsi tingkat harga konstan tidak realistik karena dalam pembangunan faktor kenaikan harga adalah hal yang pasti. 5. Koefisien Produksi Tetap. Asumsi ini tidak realistik karena dalam suatu perekonomian yang dinamis tidak ada koefisien produksi yang bersifat tetap. BAB 25 MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI NEO-KLASIK MEADE

Profesor J.E Meade dari Universitas Cambridge membangun suatu model pertumbuhan dengan asumsi sebagai berikut; 1. Ada suatu perekonomian tertutup dengan sistim pasar bebas yang didalamnya terdapat persaingan sempurna 2. Return to scale konstan 3. Didalam pereekonomian tersebut diproduksi dua jenis barang yaitu barang konsumsi dan barang modal 4. Mesin merupakan satu-satunya bentuk modal 5. Semua mesin diasumsikan serupa 6. Harga barang konsumsi dalam uang diasumsikan konstan 7. Tanah dan buruh dipergunakan secar penuh 8. Ratio buruh terhadap mesin dapat diubah baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 9. Barang modal dan barang konsumsi sama sekali dapat dipertukarkan didalam produksi 10. Ada penyusutan karena aus, yaitu setiap tahun sekian persen dari mesin-mesin dihapuskan dan memerlukan penggantian. Model yang digunakan Meade adalah:

Dimana: Y adalah outpu netto, K adalah stok modal, L adalah tenaga kerja, N adalah tanah dan sumber daya alam, dan t adalah waktu yang menandakan kemajuan teknik. Keadaan pertumbuhan mantap (steady state), prof Meade mengamati syarat-syaratnya yaitu suatu keadaan dimana laju pertumbuhan keseluruhan output (pendapatan) adalah konstan dan begitu pula laju pertumbuhan income perkapita. Diasumsikan bahwa penduduk tumbuh pada laju proporsional konstan dan laju pertumbuhan teknik tidak berubah. Keadaan pertumbuhan ekonomi mantap memerlukan tiga syarat untuk menjamin suatu laju pertumbuhan yang konstan dalam pendapatan total: a) Semua elastisitas substitusi antara bebagai factor sama dengan satu b) Kemajuan teknik sifatnya netral terhadap semua factor c) Proporsi dari keuntungan yang ditabung, upah yang ditabung, dan sewa yang ditabung semuanya konstan. Laju pertumbuhan kritis. Ada satu laju pertumbuhan stok modal yang kritis sifatnya sehingga memungkinkan pertumbuhan pendapatan melaju sam cepat dengan laju pertumbuhan stock modal yang kurang atau melebihi laju pertumbuhan kritis tidak akan menghasilakn kesamaan y (output) dan k (modal). Total output tahunan B C A D F2 F1

K1

Total Stok mesin Gambar 25.1 Y 450 (k) y = (UK+Q1+r)

H B A C G Q1 + r D X Laju Pertumbuhan Stok Modal Gambar 25.2 U

Kritik /penilaian terhadap asumsi Prof Meade: 1. Persaingan sempurna. Asumsi ini tidak realistis karena persaingan sempurna tidak pernah ada begitu juga tidak ada unit-unit produksi yang tidak tergantung satu sama lain. 2. Return toscale yang konstan. Faktanya adalaha didalam pertumbuhan justru terdapat return to scale yang meningkat dari pada return to scale yang konstan 3. Hubungan Kausal Semu. Ny. Robinson menyebut model Meade kausal semu karena model itu semata-mata menyatakan bahwa kebijaksanaan moneter menahan harga barang-barang konsumsi menjadi konstan, sementara tingkat upah uang menjanjikan pekerjaan penuh. 4. Mesin sepenuhnya dapat diubah. 5. Tiada tempat bagi ketidakpastian. Prof. Butteriek, dalam model ini tidak ada tempat bagi ketidakpastian. Saling hubungan antara semua variable dianggap sebagai pasti. Ini menghilangkan daya praktis model dan tetap menjadi analisa teoritik. 6. Ekonomi tertutup. Asumsi ini tidak realistis karena mengabaikan peranan penting perdagangan luar negeri dan modal asing dalam pembangunan ekonomi. 7. Mengabaikan factor kelembagaan. Prof. meade lupa bahwa factor-faktor social, budaya, politik dan kelembagaan memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. 8. Model Matematika. Model meade merupakan model matematika yang sulit dipahami.

Disampinga kelemahan tersebut, kelebihan model Meade dapat menunjukan pengaruh pertumbuhan penduduk, akumulasi modal dan kemajuan teknik pada laju pertumbuhan pendapatan nasional dan pendapatan nasional perkapita disepanjang waktu.

BAB 26 MODEL PERTUMBUHAN JANGKA PANJANG SOLOW Asumsi Solow: 1. Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi 2. Yang dimaksud output adalah output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya penyusutan modal 3. Returns to scale bersifat konstan. Dengan kata lain, fungsi produksi adalah homogeny pada derajat pertama 4. Dus factor produksi buruh dan modal, dibayar sesuai dengan produktivitas fisik marginal mereka 5. Harga dan upah fleksibel 6. Buruh terpekerjakan secara penuh 7. Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh 8. Buruh dan modal dapat disubstitusikan satu sama lain

9. Kemajuan teknik bersifat netral Model Solow: Solow menanggap output didalam perekonomian sebagai satu keseluruhan, sebagai satu-satunya komditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai Y(t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian daripadanya dikonsumsikan sisanya ditabung dan diinvestasikan. Bagian yang ditabung, s, adalah konstan, dan laju tabungan adalaha sY(t). K(t) adalah stok modal. Persamaan utamanya adalah:

Karena output diproduksi menggunakan modal dan buruh, maka kemungkinan teknologi dinyatakan dengan fungsi produksi:

Yang menunjukan return to scale yang konstan. Maka;

Didalam persamaan diatas, L menggambarkan keseluruhan pekerjaan (total employment). Karena penduduk berkembang secara eksogen, tenaga buruh meningkat dan laju n yang relative konstan. Jadi

Sehingga persamaannya menjadi:

Pola pertumbuhan yang mungkin terjadi: Untuk dapat menemukan apakah selalu ada lintasan akumulasi modal yang konsisten dengan laju pertumbuhan tenaga kerja dalam keadaan mantap, Profesor Solow memberikan persamaan fundamental sebagai berikut:

Dalam hal ini r adalah ratio modal terhadap buruh (K/L) n adalah laju relative pertumbuhan tenaga kerja (L/L). Fungsi sF (r,1) menggambarkan output per buruh sebagai fungsi modal per buruh.

Penilaian terhadap model Solow 1) Model Solow hanya membicarakan masalah keseimbangan antatra Gw dan Gn yang diajukan Harrod Domar, dan mengabaikan keseimbangan antara G dan Gw. 2) Didalam model Solow tidak terdapat fungsi investasi dan sekali fungsi ini dimasukan masalah ketidakstabilan yang muncul pada model Harrod Domar akan muncul pula dalam model Solow 3) Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tentang kemajuan teknis yang memperbesar buruh. Akan tetapi sifat khusus kemajuan teknik yang menurut Harrod Domar bersifat netral, mengenai fungsi produksi Cobb Douglas inilah yang tidak mendapatkan pembenaran empiris. 4) Solow mengasumsikan fleksibilitas harga factor yang mungkin mempersulit perjalanan menuju pertumbuhan mantap. 5) Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tidak realistis tentang modal yang homogeny dan dapat diubah-ubah. Padahal barang modal adalah sangat heterogen dan demikian dengan masalah penjumlahan (aggregation). Akibatnya tidaklah mudah untuk sampai ke jalan pertumbuhan mantap apabila distu terdapat beraneka ragam barang modal. 6) Solow melupakan kemajuan teknologi sebagai factor penentu dan menganggap hal itu sebagai factor eksogen didalam proses

BAB 27 MODEL PERTUMBUHAN KALDOR Profesor Kaldor didalam tulisannya A Model of Economic Growth melanjutkan pendekatan dinamis Harrod dan teknik analisa Keynes. Asumsi Model: 1. Model didasarkan pada asumsi pekerjaan penuh, seprti dalam model Keynes, dimana penawaran agregat jangka pendek barang dan jasa adalah inelastic dan tidak peka terhadap segala perubahan didalam permintaan moneter. 2. Kemajuan teknikal tergantung pada laju akumulasi modal. Fungsi kemajuan teknikal sebagai hasil bersama dua kecenderungan pertumbuhan modal dan pertumbuhan produktivitas.

Pertumbuhan persentase tahunan didalam modal per pekerja pada tahun t adalah

yang

digambarkan secara horizontal dan pertumbuhan persentase tahunan pendapatan per pekerja pada tahun t ialah yang diukur secara vertical.

3. Pendapatan dari upah dan keuntungan. Upah terdiri dari gaji dan penghasilan pekerja tangan dan keuntungan terdiri dari pendapatan para pengusaha dan pemilik harta. 4. Tabungan total terdiri dari tabungan yang disisihkan dari upah dan tabungan yang disisihkan dari keuntungan 5. Peranan keuntungan didalam pendapatan total merupakan fungsi dari investasi, karena adanya kecenderungan menabung sebagian dari keuntungan. 6. Semua konsep ekonomi maro tentang pendapatan, upah, keungtungan, modal, tabungan dan investasi dipergunakan didalam model tersebut dinyatakan dalam harga konstan. 7. Kaldor mengasumsikan fungsi investasi yang membuat investasi disembarang periode sebagian merupakan fungsi dari perubahan output dan sebagian lagi merupakan fungsi perubahan tingkat keuntungan pada modal pada periode sebelumnya. 8. Kebijakan moneter, didalam model ini, memiliki peranan pasif dalam arti bahwa upah uang mungkin meningkat lebih cepat dari pada produktivitas atau sama cepat dengan produktivitas, atau upah uang mungkin konstan. 9. Perubahan peranana keuntungan dan upah, dan perubahan tingkat suku bunga pada pemilihan teknik yang dipergunakan, tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. 10. Pemilihan teknik diasumsikan berubah dengan adanya akumulasi modal dan kemajuan teknikal didalam barang modal yang menghasilkan industry.

Cara kerja model. A. Penduduk yang bekerja konstan Fungsi tabungan ....................(1)

Dimana: Fungsi investasi .(2)

Dimana Fungsi kemajuan teknikal

.(3)
Dimana Fungsi kemajuan teknikal sebagaimana persamaan (3) memperlihatkan pertumbuhan pendapatan dan modal dari periode ke depan dimana perekonomian secara perlahan bergeser dari ekuilibrium jangka jelas

pendek ke ekuilibrium jangka panjangnya pertumbuhan mantap. Berdasarkan persamaan ekuilibrium stabil persyaratan berikut ini harus dipenuhi

bahwa kesamaan antara tabungan dan investasi ditentukan oleh tingkat keuntungan tersebut. Bagi lintasan

Ini berarti bahwa bagi pertumbuhan yang stabil, laju pertumbuhan tabungan harus lebih besar dari pada laju pertumbuhan investasi. Tetapi ini hanya merupakan satu persyaratan mutlak. Persyaratan lain bagi ekuilibrium stabil adalah;

B. Penduduk yang membengkak Asumsi Kaldor: a. Pada satu tingkat kesuburan tertentu laju pertumbuhan tidak dapat melebihi suatu batas minimum tertentu berapapun naiknya pendapatan nyata. b. Laju pertumbuhan penduduk akan meningkat secara perlahan (moderat) sebagai fungsi laju pertumbuhan pendapatan pada beberapa interval.

Hubungan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan oleh Kaldor dinyatakan secara aljabar sebagai beriut:

Penilaian atas Model Kaldor: Kaldor menyatakan bahwa modelnya merupakan sebagian dari ilmu ekonomi yang mencoba menunjukan bahwa factor penyebab terakhir bukanlah akumulasi modal atau tabungan tetapi dinamika teknikal yaitu arus gagasan baru dan kesiapan sistim untuk menyerap gagsan baru tersebut. Kelemahan model Kaldor: Tidak menjelaskan penentuan laju pertumbuhan perekonomian sebagimana dijelaskan dalam model Harrod Domar dalam arti volume investasi, ratio tabungan-pendapatan dan ratio modal-output. Tidak memberikan alas an bagi kestabilan atau ketidastabilan perekonomian. Sebaliknya ia menelaah cirri tertantu proses pertumbuhan yang menekankan konvergensi dan stabilitas.

28 MODEL PERUBAHAN TEKNIKAL

PENGANTAR Telaah Harrold-Domar yang didasarkan pada asumsi koefisien produksi yang tetap (fixed) dan dengan demikian menimbulkan persolan mata pisau yang terkenal itu. Model Neo Klasik juga menganggap kemajuan teknik bersifat eksogen. PERUBAHAN TEKNIKAL NETRAL DAN TIDAK NETRAL Perubahan Teknikal Netral disebut apabila perubahan tersebut tidak menghemat modal atau tidak menghemat buruh. Perubahan Teknikal tidak Netral disebut apabila perubahan teknik yang menghemat modal atau buruh

Netralitas Hiks Menurut Hicks : suatu penemuan dikatakan netral apabila penemuan itu meningkatkan produktifitas buruh dan modal dalam proporsi yang sama. Dengan kata lain, suatu perubahan teknikal dianggap netral jika rasio produk marginal modal terhadapqproduk marginal buruh tetap tidak berubah pada rasio buruh yang konstan.

B A W 1 W M O k

P1

Gambar 28.1 Sumbu Vertikal mengukur output per orang q (=Q/L dimana Q menunjukkan output dan L input buruh) dan sumbu horizontal rasio modal-buruh k (=K/L dimana K dan L menunjukkan input buruh dan modal dalam unit fisik). Persamaan : u= Dimana : OM = mengukur rasio antara produk marginal buruh dan modal dan OW = mengukur produk marginal buruh. u = slope MW menunjukkan produk marginal modal atau OM =

Kemajuan teknik netralnya Hicks mempersyaratkan bahwa jika perubahan teknikal menggeser fungsi produksi keatas dari OP ke OP1, raso kedua produk marginal itu harus sama pada sembarang garis lurus dari sumbu X, seperti KB, dimana garis ini memotong fungsi produksi masing-masing pada titik A dan B. = Dengan demikian rasio produk marginal antara produk marginal antara produk marginal buruh dan modal adalah sama pada titik A dan B. Pada garis vertikal KB, dapat menyimpulkan bahwa sebagai akibat kemajuan teknik versi Hikcs ini, output per kepala naik sebesar AB tetapi rasio modal-output (k) tetap

konstan dititik OK. Jadi perubahan teknik netralnya Hicks ini, yang menunjukkan pergeseran produksi agregat Q = F(K, L, t) dapat dinyatakan sebagai : Q = A (t) F(K,L)

R Buruh A t Gambar 28.2 Dari definisi netralitas menurut Hicks diatas, kita juga dapat mendefinisikan perubahan teknik t1 penghemat buruh dan penghemat modal, yang menurut istilah Joan Robinson disebut kemajuan teknik K Modal memihak (bias). Suatu teknik menghemat buruh apabila ia menaikkan produk marginal modal relatif terhadap produk marginal buruh, pada rasio modal-modal yang konstan. Output tertentu sekarang akan memerlukan buruh lebih sedikit dibanding modal. Sebaliknya, perubahan teknik disebut penghematmodal jika hal itu menaikkan produk marginal buruh dibanding modal, pada rasio modal buruh yang konstan. Kritik terhadap netralitas Hicks : 1. Defensinya kaku meskipun didalamnya dilibatkan sejumlah besar faktor produksi 2. Ketergantungan netralitas Hicks pada elastisitas permintaan dan elastisitas substitusi telah membuat model tersebut menajadi alat analaisa yang tidak praktis. 3. Harold mengkritik, netralitas Hicks tidak diakitkan dengan ciri hakiki perubahan (inovasi) itu sendiri, sebagai elastisitas permintaan produk faktor 4. Netralitas Hicks dibangun dalam kerangka analisa ekonomi statis.

Netralitas Harrod Perubahan teknikan disebut netral apabila pada tingkat keuntungan (atau suku bunga) yang konstan, rasio modal output juga tetap konstan. Jika tingkat keuntungan tetap konstan sesudah terjadi perubahan teknikal tetapi rasio modal-output naik, maka perubahan teknikal tersebut bersifat penghemat buruh. Sebaliknya, jika rasio modal-output turun akibat perubahan teknikal pada tingkat keuntungan yang konstan, maka perubahan teknikal itu adalah penghemat-modal. Keunggulan dari konsep netralitas Hicks : Dapat diterapkan dalam kondisi dinamis ketimbang situasi statis

Tidak ada kaitan langsung dengan buruh karena seluruhnya didasarkan pada hubungan antara modal dan output. Pembaharuan netralitas Harrod mungkin menaikkan produktifitas segala jenis buruh yang bekerja membuat atau mengoperasikan mesin dalam proporsi yang persis sama dengan output mesin itu. Dengan kata lain kenaikan output mesin akan berada pada proporsi yang sama dengan kenaikan output per orang.

q B Y2 A Y1 T k 0 K1 K2 P G R G 1 P1

Gambar 28.4

Netralitas Harrod dapat ditunjukkan ; Q = F [K,A (t)L] Q adalah fungsi F dan K dan A(t)L yang berarti bahwa dengan returns to scale yang konstan maka kenaikan proporsional yang sama dalam modal (K) dan dalam unit buruh efektif [A(t)L] harus menghasilkan kenaikan proporsinal yang sama dalam output nasional (Q). Dengan tingkat sukubunga yang konstan, efisiensi buruh meningkat di keseluruhan tingkat sukubunga yang konstan, efisiensi buruh meningkat di keseluruhan perekonomian bersama pertumbuhan penduduk, meningkat pula jumlah orang yang bekerja, kemajuan teknik Harrod meningkatkan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh rakyat. Sebagaimana ditunjukkan Joan Robinson dan Uzawa, dalam arti sempit kemajuan teknik Harrod ini digambarkan sebagai kemajuan teknik yang murni yang mendorong buruh akan tetapi Solow menunjukkan bahwa netralitas Harrod dapat benar-benar merupakan kemajuan teknk yang mendorong modal. Q = F[A(t)K,L]

Disini A(t), indeks kemajuan trknik, merupakan prefiks dari L sebagaimana dalam kemajuan teknik yang memperbesar buruh. Perubahan teknik : Dalam arti Hicks

Timbul apabila dengan angkatan kerja tertentu modal tetap tidak berubah dan distribusi pendapatan tetap sama Dalam arti Harrod

Timbul apabila dengan angkatan kerja tertentu, modal meningkat dalam proporsi yang sama dengan output nasionaldan distribusi pendapatan yang tetap sama.

MODEL PERUBAHAN TEKNIKAL Perubahan Teknikal Tak Berwujud Ditulis perama kali tahun 1956 oleh Abramovitz dan diikuti oleh Kendrich dan Solow, dalam upaya mengukur sumbangan perubahan teknik kepada pertumbuhan ekonomi. Mereka menganggap perubahan teknik sebagai tak berwujud. Perubahan teknik tak berwujud adalah murni bersifat organisasi yang memungkinkan diproduksi lebih banyak output dengan input yang sama, tanpa investasi baru apapun. Perubahan Teknik seperti itu adalah : Q = F (K,I,t) .............................. (1) Dimana Q menggambarkan output, K dan L masing-masing menunjukkan Input modal dan buruh, dan t menggambarkan perubahan teknik. Dengan mengambil perubahan teknik netral Hicks sebagai dasar, Solow merumuskan fungsi produksi tersebut dalam bentuk khusus sebagai : Q = A(t)F(K,L) .............................. (2) Dimana A(t) merupakan indeks perubahan teknik atau menggambarkan dampak kumulatif perubahan sepanjang waktu. fungsi produksi semacam itu mengandung arti bahwa kemajuan teknik adalah bersifat organisasional dalah arti bahwa dampaknya pada produktivitas tidak memerlukan perubahan apapun dalam jumlah input. Input yang ada disempurnakan atau dipergunakan dengan lebih efektif, Laju pertubumbuhan output (Q/Q) adalah sama dengan laju perubahan teknik (A/A) plus rata-rata tertimbang laju pertumbuhan modal (K/K) dan laju pertumbuhan buruh (L/L). Dengan menganggap fungsi produksi bersifat linear homogen, kesemua bobot ini menambah satu dan kita peroleh : = + at + (1-at) ............................................. (3)

Dimana tanda titik diatas menunjukkan derivat waktu dan at adalah elastisitas modal dari I output.

Kritik terhadap Perubahan Teknik Tak Berwujud : Kesimpulan ini meremehkan peranan investasi dan membesar-besarkan peranan perubahan teknik didalam proses pertumbuhan, o pesismisme investasi Menurut Phelps cara pendekatan ini menimbulkan gelombang

o Menurut Rosenberg kesimpulan itu menyebabkan para ahli ekonomi terbangun dari ketiduran dogmatisnya. mereka menjadi skeptis mengenai angka residu yang begitu besar. o Menurut Grichiles pendekatan residu tersebut tidak begitu berguna untuk memahami proses pertumbuhan karena pendekatan itu didasarkan pada konsep fungsi produksi yang tidak begitu bermanfaat jika fungsi produksi ini tidak merupakan fungsi produksi yang stabil serta jika ada sejumlah besar perubahan yang tak terjelaskan didalamnya. o Pendekatan residu ini cenderung mengabaikan pengaruh lain seperti perbaikan kualitas buruh akibat pendidikan dan sebagainya

Perubahan Teknik Berwujud Solow memodifikasi pendekatan residual tersebut berdasarkan perubahan teknik tak berwujud dimana stok modal dianggap bersifat homogen dan perubahan teknik tak berwujud, dimana stok modal dianggap homogen dan perubahan teknik mengalir dari luar. Didalam model baru ini akumulasi modal-baru dipandang sebagai wahana kemajuan teknik. Kemajuan teknik meningkatkan produktifitas mesin yang dibuat pada suatu periode dibanding mesin yang dibuat pada periode sebelumnya, tetapi kemajuan teknik tersebut tidak menaikkan produktifitas mesin yang sudah ada. Kemajuan teknik terwujud dalam mesinmesin baru. Asusmsi. a. Stok modal terdiri dari mesin-mesin dari berbagai tahun pembuatan yaitu yang dibangun pada berbagai maca tahun b. Mesin baru adalah lebih produktif daripada mesin buatan tahun lama c. Perubahan teknik berjalan menurut proporsional tertentu d. Perubahan teknik hanya mempengaruhi mesin baru e. Semua kemajuan teknik bersifat seragam f. Mesin menggambarkan ilmu pengetahuan terakhir saat pembuatannya tetapi tidak memberikan sumbangannya pada perbaikan teknologi berikutnya

g. Grossinvestasi hanya pada mesin-mesin baru saja h. Fungsi produksi bersifat linear homogen menurut jenis Cobb Douglas.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, output total Qv (t) pada waktu t dar masing-masing mesin menurut tahun pembuatannya v adalah sebagaimana ditunjukkan fungsi produksi Cobb Douglas berikut ini. Qv (t) = ........................................................... (4)

Dimana merupakan tingkatan teknologi yang meningkat secara netral dan eksponensial pada laju ; Lv (t) merupakan jumlah buruh yang menjalankan stok modal yang ada atau tahun pembuatan v pada waktu t ; Kv(t) menunjukkan jumlah mesin-mesin tahun pembuatan v yang masih ada pada waktu t v ; dan serta 1- adalah elastisitas output yang berkenaan dengan buruh L dan modal K. Dengan mengambil kuantitas Kv (t) sebagai investasi bruto yang merupakan output barang modal pada waktu v, Solow memberinya lambang I(v). Jika barang-barang modal secara konstan tunduk pada penyusutan , maka rata-rata masa hidup dari modal 1/ dan investasi bruto. Kv(t) = (t-v) = I =I ................................................ (5)

Menurut Solow, persamaan tersebut menggambarkan rangkaian kesatuan (continuum) barang modal dari berbagai tahun pembuatan dan masing-masing produktifitasnya, tunduk pada tabel daur-hidup eksponensial. Disetiap waktu tenaga buruh dicocokkan dengan modal yang ada. Jadi output total ditentukan dengan mengintegrasikan semua lapisan stok modal. Q(t) + Dimana : j(t) = Solow menyebut variabel J itu sebagai stok modal efektif yang merupakan jumlah tertimbang produktifitas semua baang modal yang masih jalan yang menggambarkan seluruh tingkatan teknologi yang lebih awal. Penilaian. Pendekatan perubahan teknik berwujud ini mempunyai beberapa keterbatasan tertentu : 1. Model ini luput mempertimbangkan pengaruh harapan upah pada pembuatan mesin. 2. Model ini didasarkan pada asumsi adanya persaingan sempurna dan karena itu luput memperhitungkan ketidaksempurnaan pasar faktor 3. Model Solow mengasumsikan bahwa mesin-mesin menyusut secara eksponensial. 4. Keseluruhan model tersebut didasarkan pada hipotesa bahwa mesin terdiri dari berbagai macam jenis dan mesin-mesin baru selalu lebih baik daripada mesin yang lama. 5. Asumsi lain yang mendasari model ini berkaitan dengan keperluan buruh yang dianggap tetap 6. Model ini memusatkan perhatian pada kemajuan teknik yang berwujud mesin-mesin baru dan mengabaikan ihwal mendorong inovasi melalui proses belajar dan ihwal investasi dalam penelitian.

29 PERTUMBUHAN MANTAP

Makna Konsep Pertumbuhan Mantap (steady-state growth) adalah pasangan dari ekuilibrium jangka panjang dalam teori statik. Ia cocok dengan konsep keseimbangan dinamis. Didalam pertumbuhan mantap semua variabel seperti output; penduduk, stok modal, tabungan, investasi dan kemajuan teknologi, masingmasing tumbuh secara konstan atau pada laju yang lurus secara eksponensial. Pada 1958, Pofesor Kaldor menyimpulkan adanya enam faktor yang telah membawa kearah pertumbuhan negara-negara industri maju. Keenam faktor ini ia disebut sebagai fakta khas yang harus dijelaskan oleh suatu model pertumbuhan yaitu : 1. Laju pertumbuhan output nyata perjam-orang cukup konstan selama periode jangka panjang. Dengan kata lain, laju pertumbuhan output dan input buruh tetap konstan sepanjang waktu 2. Laju pertumbuhan stok modal cukup konstan tetapi lebih besar daripada laju pertumbuhan tenaga kerja. Dengan demikian rasio modal-buruh meningkat sepanjang waktu 3. Laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output nyata adalah hampir sama. Jadi rasio modal-output tetap dan tidak menunjukkan kecendrungan yang pasti yang pasti sepanjang waktu. 4. Tingkat keuntungan, yang didefinisikan sebagai rasio keuntungan (P) terhadap stok modal (K), cukup konstan dalam jangka panjang, dengan rasio modal output yang konstan, berarti sumbangan buruh dan modal didalam output nasional relatif konstan 5. Laju pertumbuhan output per orang dapat berubah secara mencolok dari satu negara ke negara lainnya 6. Perekonomian yang peranan keuntungan didalam pendapatannya besar cenderung memiliki rasio investasi yang tinggi terhadap output. Suatu perekonomian yang tumbuh sesuai dengan empat fakta khas yang pertama disebut berada dalam keadaan mantap karena dua fakta terakhir berkaitan dengan perbandingan antara berbagai negara. Jadi berdasarkan pengertian enam fakta khas ini suatu perekonomian disebut berada dalam keadaan mantap apabila output, kesempatan kerja dan stok modalnya tumbuh secara eksponensial, dan rasio outputnya konstan.

SIFAT-SIFAT PERTUMBUHAN MANTAP Teori petumbuhan ekonomi neo-klasik menyangkut penelaahan sifat-sifat pertumbuhan mantap berdasarkan asumsi dasar model Harrod-Domar sebagai berikut : 1. Hanya ada satu kombinasi yang dapat dikonsumsi atau dipergunakan sebagai input didalam produksi dan yang dapat diakumulasikan sebagai stok modal 2. Tenaga kerja tumbuh pada laju proporsional konstan n 3. Pekerjaan penuh berlangsung sepanjang waktu 4. Rasio tabungan-pendapatan (s) konstan

5. Rasio modal-output (v) juga tertentu (given) 6. Koefisien produksi bersifat tetap. Tidak ada kemungkinan mengganti modal dengan buruh 7. Tidak perubahan teknik (m) Model Harrod-Domar Model Harrod-Domar dimana s/v = n + m bukanlah model pertumbuhan mantap. Oleh karena itu kita akan bahas peranann masing-masing konstanta itu didalam teori pertumbuhan neo-klasik. 1. Fleksibilitas n Ahli ekonomi seperti Joan Robinson dan Kahn telah menunjukkan bahwa keberadaan pengangguran adalah cocok dengan pertumbuhan mantap. Jadi asumsi laju pertumbuhan tenaga buruh dalam pekerjaan penuh menjadi gugur, dan diganti dengan syarat bahwa laju pertumbuhan pekerjaan tidak boleh melebihi n. Bagi pertumbuhan mantap tidaklah perlu bahwa s/v = n. Keemasan palsu sebagai lawan masa emasnya Joan Rbinson dimana s/v = n. Didalam masa emas palsu laju akumulasi modal (s/v) lebih kecil daripada laju pertumbuhan penduduk (n), sehingga pengangguran meningkat. Dalam masa emas ini stok modal tidak tumbuh lebih cepat karena tekanan-tekanan inflasioner. Menaikkan harga berarti penurunan tingkat upah nyata. Jika tingkat upah nyata ini berada dibawah tingkat minimum yang dapat ditoleransi, ia akan menjadi pembatas bagi laju akumulasi modal.

2. Rasio Modal-Output () yang fleksibel Secara teoritis, asusmsi Harrod-Domar mengenai rasio modal output (v) yang tidak berubahubah mengandung arti bahwa didalamnya ada proporsi konstan antara modal terhadap buruh per unitoutput. Dengan kata lain jumlah modal dan buruh yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output adalah tetap (fixed). Ahli ekonomi neo klasik merumuskan adanya fungsi produksi yang secara terus menerus mengaitkan output kepada input modal dan buruh. Asumsi lain, mengenai keuntungan perluasan produksi yang konstan (constant return to scale), tiada kemajuan teknik dan rasio tabungan yang konstan, tetap dipergunakan.

R r T A A1

Y W

A2

45 O K1

K K2

Gambar 29.1

Rasio modal buruh (atau modal per orang) digambar dalam sumbu X dan output per orang dilikiskan dalam sumbu Y. Garis 45 OR mewakili rasio modal-output dimana laju pertumbuhan terjamin menyamai laju pertumbuhan alamiah. OP adalah fungsi produksi yang mengukur produktifitas marginal modal. Ia juga menyatakan hubungan antara output per orang (y) dan modal per orang (k). Tangent WT pada fungsi produksi OP menunjukkan tingkat keuntungan pada titik A yang sesuai dengan produktifitas marginal modal. Pada titik A inilah laju pertumbuhan terjamin sama dengan laju pertumbuhan alamiah. Dalam hal ini s/v= n + m. Disini MY menunjukkan peranan keuntungan dalam pendapatan anasional OY, sedangkan OW adalah upah per orang. Misalkan suatu keadaan K2 dimana stok modal berada diatas stok ekuilibrium. Ini mengandung arti bahwa rasio modal buruh berada diatasrasio tingkatan ekuilibrium pekerjaan penuh pada titik A2. Jadi ada modal yang nganggur yang tidak dapat dimanfaatkan dan tingkat keuntungan menurun terus (yang dapat ditunjukkan dengan menghubungkan tangen T pada A2 dengan sumbu Y yang akan berada diatas OW) samapi ia mencapai titik An dari pertumbuhan keadaan mantap. Kebalikannya adalah kasus K1 dimana laju pertumbuhan akumulasi modal lebih tinggi daripada laju pertumbuhan tenaga kerja. Tingkat keuntungan naik pada A1 (yang dapat ditunjukkan dengan menghubungkan tangent T1 ke sumbu Y yang akan berada dibawah OW) sampai titik laju pertumuhan mantap A tercapai.

3. Fleksibilitas Rasio Tabungan (S) Model Harrod Domar juga mendasarkan pada asumsi bahwa rasio tabungan-pendapatan (S) adalah konstan. Hipotesanya adalah bahwa perekonomian hanya terdiri dari dua kelas, penerima upah dan penerima keuntungan. Tabungan merupakan fungsi dari pendapatan mereka. Tetapi kecendrungan menabung para penerima untung (sp) lebih tinggi daripada kecendrungan menabung para penerima upah (sw). Alhasil, rasio tabungan keseluruhan masyarakat tergantung pada distribusi pendapatan. Hal yang khusus dari hipotesa ini adalah bahwa kecendrungan menabung dari upah adalah nol (sw=O) dan kecendrungan menanbung dari keuntungan adalah positif dan konstan. Jadi kecendrungan menabung secara keseluruhan (S) adalah sama dengan kecendrungan menabung

para penerima untung (sp) dikalikan rasio keuntungan () terhadap pendapatan nasional (Y), yaitu S = sp./Y. Inilah yang disebut dengan fungsi tabungan klasik.

4. Rasio Tabungan (s) Fleksibel dan Rasio Modal-output (v) Fleksibel Dengan fungsi tabungan klasik yang diberikan oleh sp./Y, laju pertumbuhan terjamin s/v dapat ditulis : Gw = = . =

Dimana /K adalah tingkat keuntungan pada modal yang dapat dinyatakan dengan . Jadi laju terjamin itu menjadi spr. Karena pertumbuhan mantap, spr = n + m, maka laju terjamin menjadi sama dengan laju pertumbuhan alamiah. Dengan keadaan khusus sp = 1 ekuilibrium diantara keduanya berkurang menjadi r = n + m. Pada gambar 29.2, OP adalah fungsi produksi yang slopenya mengukur produktifitas marginal modal () pada sembarang rasio modal output disuatu titik OP. Ekuilibrium terjadi ditempat tangent WT menyinggung kurva OP pada titik A. Tangent WT itu bermula dari W dan tidak dari O karena tabungan yang timbul berasal dari pendapatan non-upah WY. Titik A menunjukkan tingkat keuntungan yang sesuai dengan produktifitas marginal modal. Dengan kata lain, pada titik A buruh dan modal mendapatakan imbalan yang setimpal dengan produktifitas marginal modal. Dengan kata lain, pada titik A buruh dan modal mendapatakan imbalan yang setimpal dengan produktifitas marginalnya. OW adalah tingkat upah (produktifitas marginal buruh) dan WY adalah keuntungan (produktifitas marginal modal). Jadi ekuilibrium matap terjadi dititik A. y T P

Y W

O Gambar 29.2

5. Kemajuan Teknik (m) Model Harrod-Domar tidak mengasumsikan kemajuan teknikal. Kalaupun diajukan ke kemajuan teknikal itu bisa bersifat netral seperti dalam Hicks atau Harrod. Kedau jenis kemajuan teknik ini memungkinkan pertumbuhan mantap.

30 MODEL FELDMAN

Model Feldman seorang ahli ekonomi Rusia yang menulis arktikel One the Theory of National Income Growth yang diterbitkan dalam The Panned Theory Economy. Asumsi Model Feldman : 1. Dalam perekonomian harga diasumsikan konstan 2. Modal diasumsikan sebagai satu-satunya faktor pembatas 3. Tidak ada keterlambatan (lags) didalam proses pertumbuhan 4. Perekonomian bersifat tertutup 5. Didalam perekonomian terdapat dua sektor perekonomian : sektor barang konsumen dan sektor barang modal 6. Produksi diasumsikan sebagai sektor independen dari konsumsi 7. Tidak ada pengeluaran pemerintah selain untuk konsumsi dan investasi 8. Didalam perekonomian tidak terdapat leher-botol (botle neck) 9. Persediaan buruh (supply of labour) terbatas Model Feldman mendasarkan modelnya tentang pembagian keseluruhan output suatu perekonomian (W) menjadi kategori 1 dan kategori 2 pada teori marxis. Yang disebut pertama terkait dengan Barang Modal baik dalam arti barang produksi maupun barang konsumsi, sedangkan kategori kedua berkaitan dengan semua barang konsumsi termasuk bahan mentah. Produksi masing-masing kategori dinyatakan sebagai jumlah dari modal konstan (c), model variabel (upah), V dan lebih S, yang dapat dirumuskan sebagai : W1 = C1 + V1 + S1 + W2 = C2 + V2 + S2 W =C +V +S Didalam model dua sektor ini ia menunjukkan bahwa jika :
I = bagian dari investasi total yang dialokasikan ke kategori 1 ; = laju tahanan investasi netto yang dialokasikan kepada masing-masing kategori, sehingga I = t + ;

= waktu yang diukur dalam tahun

= koefisien modal marginal dari masing-masing kategori

V1 dan V2 = koefisien modal marginal dari masing-masing kategori C Y dan = laju tahunan output barang-barang konsumen ; = laju netto tahunan output keseluruhan perekonomian atau pendapatan nasional; = kecendrungan menabung rata-rata; = kecendrungan marginal menabung; = Besaran awal masing-masing variabel ini ( pada waktu t = 0) dan Y = I + C = +

Unsur-unsur yang menentukan pendapatan nasional (atau output) dan laju pertumbuhan dari perekonomian menurut sistem Feldman adalah : Y, I dan C. Pendapatan agregat perekonomian dalam waktu t akan ditentukan oleh eksponensial
,

dengan kata lain, yang menentukan laju pertumbuhan .

perekonomian adalah investasi di dalam kategori 1 () dan rasio modal output didalam sektor ini (

Perbandingan dengan Model Domar Model Domar , dimana menunjukkan kecenderungan menabung marginal dan kecendrungan

menabung rata-rata dan V adalah koefisien modal keseluruhan. Dengan menganggap sebagai konstanta tanpa asumsi , tetapi karena sekarang menjadi

suatu variabel. Laju pertumbuhan investasi menjadi (dengan mengabaikan perbedaan antara

sedang laju pertumbuhan pendapatan menjadi

dan s; karena s berbanding terbalik terhadap v).

Akan tetapi ini hanya merupakan cerminan dari fakta bahwa jika bagian tertentu dari tambahan pendapatan nasional ( ) akan diergunakan untuk investasi, bagian yang sama besarnya dari investasi ( harus dialokasikan pada industri barang-barang modal agar investasi tambahan ini dapat berproduksi. Dengan kata lain, perekonomian yang sedang tumbuh sebagian modal dipergunakan untuk lebih memperbanyak modal pengakuan terhadap fakta ini merupakan salah satu keunggulan model Feldman. Implikasinya Bagi Pembagunan Ekonomi Suatu perekonomian tertutup tanpa industri subsider, mesin dan logam yang berkembang baik (kompleks dari apa yang disebut industri berat) tidak akan mampu untuk memproduksi sejumlah besar barang modal tertentu dan dengan demikian tidak mampu menginvestasikan pendapatannya dalam jumlah besar, betapapun tingginya kecendrungan tabungan potensialnya. Dalam model Feldman tidak diperlukan adanya pengaitan antara besaran tersebut dengan variabel-variabel lainnya seperti keinginan aset, panjangnya periode konstruksi, penawaran buruh dari faktor faktor lain seperti besaran, susunan dan laju pertumbuhan investasi dan struktur industri.

Setiap pembagian perekonomian berdasarka jenis-jenis industri atau pembagian output antara konsumsi dan investasi tentu akan sulit dan bersifat subjektif (arbitrer), tetapi jelas bahwa metode Feldman itu menciptakan kesulitan tersendiri.

31 MODEL MAHALANOBIS

Pengantar Pada Oktober 1952, Mahalanobis mengembangakan model satu sektor yang didasarkan pada variabel pendapatan nasional dan investasi Tahun 1953, dikembangkan menjadi model dua sektor dimana keseluruhan output netto perekonomian dianggap diproduksi hanya oleh dua sektor, sektor barang modal dan sektor barang konsumsi Tahun 1955 dikembangkan model empat sektor.

1. Model Dua Sektor Mahalanobis membagi perekonomian menjadi dua sektor : dipergunakan didalam sektor barang modal dan dalam sektor barang konsumen : , proporsi investasi netto yang

, proporsi investasi netto yang dipergunakan

= 1 ........................................... (1)

Lebih jauh, investasi netto ( 1) dapat dibagi menjadi dua bagian di sembarang waktu (t): Untuk menaikkan kapasitas produksi sektor barang modal dan produksi sektor barang konsumsi. untuk menaikkan kapasitas

..................................... (2)

Dengan

dan

masing-masing sebagai rasio output-modal dari sektor barang modal dan sebagai koefisien pruduktifitas total, yang terakhir ini dapat

sektor barang konsumsi, dan dinyatakan sebagai :

Tetapi :

=1 Jadi : ..................................... (3)

Persamaan petunjuk pendapatan bagi keseluruhan perekonomian adalah : = Jika pendapatan nasional berubah, investasi dan konsumsi juga berubah. Perubahan Investasi dan konsumsi tergantung pada tahun sebelumnya.

-1

] ]

Nilai sektoral dari Sektor barang investasi

adalah : k = 0.33 1 = 0.17 2 = 0.21 3 = 0.29 Paramete r k = 0.20 1 = 0.35 2 = 1.25 3 = 0.45 k = Rs 20.000 1 = Rs 8.750 2 = Rs 2.500 3 = Rs 3.750

barang konsumsi pabrik (c1) insdustri kecil dan rumah tangga (C2) Jasa (C3)

Kenaikan dalam Sektor Investasi (A) (Rs crore) k 1850 Pendapatan (E) (Rs Crore) 370 Lapangan Kerja (N) Juta 0.9

C1 C2 C3 Jumlah

980 1180 1600 5610

340 1470 720 2900

1.1 4.7 3.3 11,00

2. Model Empat Sektor

Keterbatasan dan kelemahan Model Mahalanobis : 1. Gagal memecahkan fungsi kesejahteraan tertentu. Model ini pada hakekatnya model operasional. Pemecahan angka dari model tersebut tidak menunjukkan ke suatu fungsi kesejahteraan tertentu (yang pasti). Padahal tanpa itu tidaklah mungkin untuk sampai kepada alokasi sumber secara optimum. 2. Nilai arbiter. Mahalanobis mengasumsikan = 1/3 tetapi tanpa memberikan alasan kuat untuk itu dan hanya mengatakan bahwa tidak akan mungkin keluar dari angka ini pada kondisi sekarang. Asumsi tersebut agak arbiter dan tidak mungkin membantu para perencana agar sampai kepada pemecahan yang benar mengenai alokasi investasi yang paling optimum di berbagai sektor perekonomian 3. Tekniknya tidak cocok untuk perekonomian terbuka 4. Penawaran produk pertanian tidak elastis tak terbatas 5. Penawaran buruh juga tidak elastis tak terbatas 6. Teknik produksi tidak konstan 7. Nilai Parameter Struktural Bersifat Arbiter 8. Tidak Berbicara Mengenai investasi dalam perekonomian campuran 9. Mengabaikan harga faktor 10. Model tertutup 11. Mengabaikan fungsi permintaan 12. Kegagalan menghubungkan keputusan investasi dengan laju tabungan yang diperlukan 13. Gagal menjelaskan masalah pemilihan teknik Kesimpulan :

Terlepas dari kelemahan praktis dan teoritis ini, model Mahalanobis bersifat membantu (instrumental) dalam menempatkan perekonomian pada lintasan yang benar didalam perencanaan pembangunan Repelita Kedua dan melicinkan jalan bagi rencana lebih berani berikutnya.

Model-model Pertumbuhan Dalam Perencanaan Pembangunan India (Contoh Aplikasi)


Repelita India didasarkan pada berbagai model pertumbuhan ; Repelita Pertama didasarkan pada Harror-Domar. Repelita Kedua didasarkan pada model empat-sektor Mahalanobis. Repelita Ketiga dan Keempat didasarkan pada model-model yang lebih maju.

MODEL REPELITA PERTAMA Dimulai tahun 1952 1956, didasarkan pada model pertumbuhan Harrod-Domar :

Dimana : I = Tingkat investasi tahunan = Potensi produktifitas social investasi = Kecendrungan marginal menabung I = Kenaikan investasi Persamaan dasar ini yang kemudian digunakan oleh ahli ekonomi lainnya : It = St St = aYt - b Yt = Kt It = Kt Sehingga persamaan proses pertumbuhan : Kt = (K0 b/a)ea1 + b/a Dimana : I = Investasi dalam periode t St = Tabubungan Yt = Pendapatan Kt = Stok modal dalam periode yang bersangkutan (proses pertumbuhan ) = rasio modal-output Model ini didasarkan pada asumsi : a. Kecendrungan marginal menabung lebih besar daripada kecendrungan rata-rata menabung. b. Tidak ada perbedaan di antara rasio modal-output marginal dan rasio modal-output rata-rata. c. Perekonomian adalah tertutup d. Harga Stabil.

Target yang dicapai dengan model pertumbuhan ini adalah, antara lain : 1. Laju investasi berkembang dari 5% menjadi 7%. 2. Dengan mengasumsikan tingkat pertumbuhan penduduk 1,25% pertahun, laju pendapatan nasional mencapai 25 %, laju tabungan marginal yang dianjurkan tidak akan menyebabkan adanya pengurangan konsumsi perkapita tetapi cukup memungkinkan kenaikan gradual dalam standar konsumsi.

Kelemahan dari model ini adalah antara lain : 1. Model ini tidak mempertimbangkan kesukaran structural yang dihadapi oleh suatu negara berkembang dalam mengalihkan tabungan ke jalur-jalur investasi yang dikehendaki. 2. Laju tabungan marginal yang constant mengabaikan permasalahan perencanaan pada perjalanan waktu.

MODEL REPELITA KEDUA Menggunakan model Mahalanobis, diawali dengan model 2 sektor, yaitu: 1. Sektor barang konsumsi dan 2. Sarang modal. Kemudian lebih lanjut menggunakan model 4 sektor, yaitu : 1. Sektor barang konsumsi, 2. Sektor modal, 3. Sektor kecil atau rumah tangga yang menghasilkan barang-barang konsumsi (termasuk pertanian) 4. Sektor yang menghasilkan jasa (kesehatan, pendidikan dan lain-lain). Model 2 sektor didasarkan pada asumsi : a. b. Perekonomian bersifat tertutup (tidak ada perdagangan luar negeri). Tediri dari 2 sektor yaitu sector konsumsi dan sector modal. (Industri yang menghasilkan barang antara dikelompokan bersama-sama dengan barang konsumsi dan barang modal yang menolong menghasilkan barang antara tersebut. c. d. e. f. Alat perlengkapan modal yang dipasang pada salah satu sector tidak dapat dipertukarkan, tetapi produk dari sector barang modal dapat digunakan sebagai masukan. Ada produksi kapasitas penuh pada sector barang konsumsi maupun barang modal. Investor ditentukan oleh persedian barang modal. Tidak ada perubahan harga (harga tetap).

Berdasarkan asumsi tersebut, persamaan jalur pertumbuhan perekonomian adalah :

Yt = Y0 [ 1 + 0 Yt = pendapatan nasional domestic bruto pada tahun t 0 = laju investasi pada tahun dasar k = sumbangan investasi bersih (net investment) yang digunakan dalam sector barang modal c = 1 - k = sumbangan investasi bersih kepada sector barang konsumsi = rasio modal-output inkrimental di dalam sector barang modal k c = rasio modalp-output inkrimental di dalam sector barang konsumsi Laju pertumbuhan pendapatan tergantung pada laju investasi dan sumbangan investasi. Semakin tinggi persentase investasi dalam industri barang konsumsi maka semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan. Rasio adalah koefisien modal keseluruhan yang artinya adalah laju pertumbuhan

pendapatan yang akan meningkat setelah melalui masa kritis dengan naiknya investasi. Target/sasaran yang dicapai dengan model pertumbuhan ini adalah, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Dapat memecahkan permasalahan dalam penyediaan lapangan kerja. Meningkatkan investasi pada sector industri berat dan jasa. Menigkatkan daya beli dan permintaan. Meningkatkan persediaan produksi barang konsumsi dan industry kecil. Membangun suatu dasar modal yang kuat dalam perekonomian nasional mencapai 47 % dan laju investasi 11 %.

3. Dengan mengasumsikan tingkat pertumbuhan penduduk 1,3% pertahun, laju pendapatan

MODEL REPELITA KETIGA Model repelita ketiga didasarkan pada repalita kedua namun dalam perumusannya dititikberatkan pada konsistensi antar industri, yang menekankan saling ketergantungan antara pertanian dan industry, pembangunan ekonomi dan social, mobilisasi modal dalam dan luar negeri, perluasan ekspor, pembangunan regional dan nasional, peningkatan lapangan kerja dan menghilanhkan ketergantungan pada bantuan LN.

Target/sasaran yang dicapai dengan model pertumbuhan ini adalah, antara lain :

1.

Dengan mengasumsikan tingkat pertumbuhan penduduk 2% pada tahun 1961-71, dengan laju pendapatan nasional mencapai 82 % pada sector industry dan 25 % sector pertanian, laju investasi 14%-15%.

2. Meningkatkan investasi pada sector industri berat . Kelemahan dari model ini adalah Model ini dirumuskan tanpa mempertimbangkan kemungkinan pilihan baik sepanjang waktu ataupun suatu waktu. Akibatnya terjadi kelemahan dalam teknik perencanaan dan pelaksanaannya yang kurang koordinasi.

MODEL REPELITA KEEMPAT Model repelita keempat menggunakan Model Tepat (consistency model) yang diciptakan oleh Akn S. Manne, Ashok Rudra dan kawan-kawan. "model tepat" ini lebih bersifat "terbuka" daripada tertutup dengan memproyeksikan komponen utama pengeluaran domestik bruto dan menjabarkannya ke dalam permintaan akhir masing-masing komoditi. Tujuannya repelita keempat ini adalah : untuk meletak keraang kakerja rencana actual. Model ini lebih bersifat terbuka, dimama pemerintah memiliki kemampuan keuangan yang cukup sehingga tidak terganggu oleh hubungan umpan-balik yang timbul dalam ekonomi pasar sejak dari proses produksi kembali ke distribusi pendapatan, tabungan dan pengeluaran domestik. Langkah penggunaan model ini adalah 1. Memproyeksikan komponen utama pengeluaran domestic bruto pada permintaan komoditi. 2. Menyimpulkan susunan tingkat output sektoral dan impor serta investasi yang akan dicapai. Titik berat dan sasaran dari model ini adalah ( menghasilkan) : 1. Output mesin dan baja ditentukan oleh laju pengeluran investasi, output, bahan makanan dan sepenuhnya ditentukan oleh pengeluran pada konsumsi domestik 2. Laju output logam peka terhadap program substitusi impor 3. Keseluruhan laju investasi tidak mudah terpengaruh oleh program substitusi impor. 4. Sebagai proyeksi aritmatik variable-variabel perrtumbuhan ke depan, baik dalam hal kependudukan, mobilisasi tabungan, investasi, pertumbuhan ekspor dan substitusi impor. Target dari repelita ini adalah : laju investasi 14,5 %. Laju pertumbuhan penduduk 2,5% dan laju pendapatan nasional menjadi 51%. MODEL REPELITA KELIMA Didasarkan pada A Technical Note on the Approach to the Fifth Plan of India 1974-79. Pada repelita kelima didasarkan pada tujuan menghapus kemiskinan dan mencapai swasembada.

Dengan memperhatikan ciri-ciri teknologi dan perekonomian yang tercermin di dalam hubungan antar industry maka pada repelita kelima ini menggunakan model input-output dengan menyusun keseimbangan permintaan dan penawaran dan menyesuaikan dengan laju pertumbuhan.

Sasaran / Target dari repelita ini antara lain 1. Hampir 91% dari keseluruhan investasi diperkirakan bersumber dari Dalam Negeri (58% negara dan 42% swasta. 2. Laju tabungan dan investasi meningkat. 3. Sektor pertanian berkurang dengan meningkatnya sektor industry, tambang dan jasa. Sektor industry dan tambang merupakan sektor bebas dalam model input-output ini.

PEMBENTUKAN MODAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

ARTI PEMBENTUKAN MODAL - Arti pembentukan modal (capital formation) menurut Profesor Nurkse ialah bahwa masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktivitas dan produktifnya saat ini untuk kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk pembuatan barang modal: perkakas dan alat-alat, mesin dan fasilitas angkutan, pabrik dan perlengkapannya segala macam bentuk modal nyata yang dapat dengan cepat meningkatkan manfaat upaya produktif. - Inti proses itu adalah pengalihan sebagian sumber daya yang sekarang ada pada masyarakat bertujuan untuk perluasan output yang dapat dikonsumsi di masa depan. - Pembentukan modal menurut Dr. Singer terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat dan mesin, maupun barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu tinggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian. Jadi istilah pembentukan modal meliputi modal material dan modal manusia. PENTINGNYA PEMBENTUKAN MODAL - Pembentukan atau pengumpulan modal adalah faktor utama didalam pembangunan ekonomi. - Pembentukan modal merupakan jalan keluar utama dari masalah rumit negara terbelakang, dan kunci utama menuju pembanguna ekonomi.

- Pembentukan modal akan menghasilkan kenaikan besarnya output nasional, pendapatan dan pekerjaan, dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca pembayaran, serta membuat perekonomian bebas dari beban utang luar negeri. - Tujuan pokok dari pembangunan ekonomi adalah : 1. Untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktifitas dibidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri, juga pendidikan,sarana dan prasarana fisik, kesehatan, perluasan pasar dan memberantas kemiskinan (memotong lingkaran setan kemiskinan baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan). 2. 3. 4. 5. 6. Membuat pembangunan menjadi meningkat kendati dengan laju pertumbuhan penduduk Laju pembentukan modal yang cepat akan mengurangi kebutuhan akan modal asing. Tercapainya swasembada suatu negara dan mengurangi beban utang luar negeri. Meningkatkan penggunaan sumber daya alam secara tepat dan pendirian berbagai Menaikan tingat pendapatan nasional karena kenaikan pendapatan nasional tergantung yang tinggi.

industri, maka tingkat pendapatan bertambah maka kebutuhan rakyat pun akan terpenuhi. kepada kenaikan laju pembentukan modal. SEBAB-SEBAB RENDAHNYA LAJU PEMBENTUKAN MODAL 1. Pendapatan yang rendah, karena keterbelakangnya sektor indusri 2. Produktifitas Rendah, maka laju pertumbuhan pendapatan nasional, tabungan dan pembentukan modal juga sangat rendah., dikarenakan kesalahan penggunaan sumber daya alam. 3. Alasan Kependudukan. Seluruh pendapatan digunakan untuk menghidupi tambahan penduduk dan hanya sedikit yang ditabung untuk pembentukan modal, untuk itu diperlukan investasi besar untuk membekali tenaga buruh yang membengkak. 4. Kekurangan Wiraswasta. Kecilnya pasar, kurangnya modal, langkanya milik pribadi dan perjanjian, dan sebagainya memperlambat usaha dan inisiatif, dengan demikian pertumbuhan modal rendah. 5. Kekurangan Overhead Ekonomi. Overhead ekonomi seperti sumber tenaga, angkutan, perhubungan, air dan sebagainya jarang didapat dinegara terbelakang. Keterbelakangan ini yang menyebabkan rendahnya pembentukan modal. 6. Kekurangan Peralatan Modal. Karena modal langka menjadi tidak mungkin untuk mengganti peralatan modal yang ada juga untuk menutup penyusutan pun negara seperti itu tidak mampu. Sebagai akibatnya laju pembentukan modal tetap rendah. 7. Ketimpangan Dalam Distribusi Pendapatan. Orang-orang kaya menginvestasikan uang pada hal-hal yang tidak produktif seperti emas, valuta asing, dan sebagainya maka akan memperkecil investasi nyata dan laju modal tetap rendah.

8. Pasar Sempit. Pasar yang sempit menghalangi investasi karena pasar domestik terbatas dalam menyerap penawaran produk baru, dengan demikian modal tetap rendah. 9. Kekurangan Lembaga Keuangan. Karena kurang berkembangya pasar uang dan pasar modal, maka laju pembentukan modal pun menjadi rendah disebabkan kurang berinvestasi dalam jumlah besar. 10. Keterbelakangan Ekonomi. Efisiensi buruh rendah, faktor yang tidak mobil, spesialisasi dan aktifitas berusaha yang terbatas, ekonomi yang terbengkalai, nilai dan struktur sosial yang tradisional mencegah lajunya pembentukan modal. 11. Keterbelakangan Teknologi. Teknik produksi yang kuno, produktifitas per-unit buruh dan per modal tetap rendah, menyebabkan output nasional tetap rendah maka laju pembentukan modal tetap rendah. 12. Anggaran Defisit. Apabila defisit melampaui batas keselamatan maka ia cenderung menurunkan laju pembentukan modal. 13. Kenaikan Pajak. Pajak langsung mengurangi pendapatan secara langsung dan pajak tidak langsung mengurangi pendapatan karena naiknya harga, jadi pembentukan modal pun terhambat. 14. Demonstration Effect. Setiap orang cenderung untuk meniru gaya hidup tetangga yang makmur yang menyamai standar konsumsi yang lebih tinggi di negara maju dan mengahambat laju pembentukan modal. SUMBER-SUMBER TABUNGAN Dari tabungan pribadi yang berpenghasilan rendah (dissaving), ada juga tabungan dari kelompok berpendapatan tinggi yang digunakan untuk investasi yang kurang produktif. Dari tabungan petani juga lebih banyak dari buruh kota. Dari orang yang meminjamkan uang, mereka menabung lebih banyak karena tingginya tingkat pendapata mereka. Dari pengiriman uang dari daerah lain, khususnya untuk di pedesaan. Dari kelas penerima upah atau gaji yang merupakan sumber tabungan juga tetapi jumlah tabungan mereka sedikit karena cenderung untuk mengkonsumsi lebih. Dari tabungan bisnis dan perusahaan dalam bentuk keuntungan yang didistribusikan dan yang tidak didistribusikan, sebaga investasi yang mendorong pertumbuhan. Pemerintah sebagai penabung. Naiknya sumbangan pemerintah didalam pendapatan nasional sebesar beberapa persen bisa digunakan untuk pensiun, pembayaran asuransi, bunga, dan sebagainya sehingga meningkatkan pembentukan modal. SUMBER-SUMBER PEMBENTUKAN MODAL Sumber internal dan eksternal pembentukan modal sebagai berikut: 1. Sumber domestik:

Kenaikan Pendapatan Nasional. Dengan memanfaatkan teknik yang ada dan memakai sumber secara lebih efisien, memanfaatkan sumber belum terpakai, dan meningkatkan pembagian kerja. Penggalakan Tabungan. Rangsang lebih jauh untuk menabung dalam bentuk hadiah bisnis, hadiah lotre dan pembebasan pajak bagi pembelian obligasi pemerintah. Pendirian Lembaga Keuangan. Badan-badan keuangan seperti jamsostek, askes, pasar uang, pasar modal mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung dalam jangka panjang. Tabungan Desa. Mendorong tabungan pedesaan untuk keperluan-keperluan lokal yang disetujui dan dipahami oleh para penabung. Tabungan sukarela seperti itu bahkan dapat membawa kebatas tabungan minimum tinggal landas.

Simpanan Emas. Pemerintah harus mengeluarkan sertifikat emas yang memberikan suku bunga tinggi sebagai ganti penyerahan emas oleh masyarakat. Mempertahankan Kepincangan Pendapatan. Bagian terbesar masyarakat dinegara terbelakang mempunyai kecenderungan marginal menabung yang rendah. Hanya kelompok berpendapatan tinggi dapat menabung dan berinvestasi bagi pembentukan modal.

Peningkatan Keuntungan. Profesor Lewis berpendapat bahwa rasio tabungan terhadap pendapatan nasional bukan saja merupakan fungsi dari pincangnya rasio distribusi pendapatan tetapi lebih tepat merupaka fungsi rasio keuntungan terhadap pendapatan nasional.

Tindakan Fiskal. Tindakan fiskal dan moneter berupa anggaran surplus melalui peningkatan pajak, pengurangan government expenditure, perluasan ekspor, meningkatkan uang dengan pinjaman masyarakat, atau bahkan dengan pembelanjaan defisit.

Pajak. Dengan mengalihkan sumber-sumber swasta kepada negara untuk dipergunakan dalam saluran yang diinginkan. Dengan menyediakan rangsangan kepada sektor swasta untuk menaikan produksi. Negara harus meningkatkan 20% pendapatan nasional melalui pajak. Pajak progresif pada kekayaan harus tetap memotivasi untuk bekerja.

Pinjaman Publik. Perlu didirikan suatu jaringan badan-badan tingkat menengah dalam bentuk bank tabungan, bank komersial, perusahaan asuransi, trust, lembaga jaminan sosial, dan bursa saham yang terorganisir dengan baik.

Inflasi. Ketika harga naik, kenaikan ini akan mengurangi konsumsi masyarakat dan akan mengalihkan ke investasi. Pemerintah menciptakan inflasi dengan mengedarkan jumlah uang lebih, maka inflasi meningkatkan tabungan tetapi dengan mengorbankan standar kehidupan masyarakat.

Keuntungan Badan Usaha Negara. Pemerintah dapat memobilisasi tabungan Badan usaha ini menerima dana dari pasar bebas dalam bentuk modal bersih (equity capital) dan utang obligasi (bounded debt).

Pemanfaatan Pengangguran Tersembunyi. Pekerja tidak produktif dapat digusur dari daerah pertanian tanpa mengurangi output pertanian dan diperkerjakan di pelbagai proyek padat modal

seperti irigasi, jalan raya, pembangunan gedung dan sebagainya mereka ini dapat menjadi sumber pembentukan modal yang menghasilkan.

2. Sumber Eksternal: Bantuan Luar Negeri. Bila sumber domestik tidak cukup, maka perlu diimpor modal asing dalam bentuk pinjaman atau hibah dari negara-negara maju tanpa ikatan apapun. Akan tetapi jalan terbaik adalah memulai usaha patungan (joint venture). Pembatasan Import. Semua impor barang mewah harus dibatasi dan devisa yang terhemat harus digunakan untuk mengimpor barang modal. Jika pembatasan impor barang mewah diharapkan dapat menghasilkan kenaikan dalm pembentukan modal netto, maka diperlukan adanya kenaikan dalam tabungan domestik. Term of Trade yang Menguntungkan. Apabila term of trade bergerak kearah yang menguntungkan, maka negara dalam posisi yang baik untuk mengimpor barang-barang modal dalam jumlah besar. Dalam term of trade ini diperlukan untuk menabung dan menanamkan secara produktif kenaikan dalam pendapatan domestik yang diperoleh dari pendapatan ekspor.

BAB 34 PENGANGGURAN TERSEMBUNYI SEBAGAI POTENSI TABUNGAN ARTI PENGANGGURAN TERSEMBUNYI Konsep pengangguran tersembunyi diperkenalkan kedalam teori keterbelakangan oleh Rosentein Rodan dalam artikelnya Problems of Industrialization of Eastern and South-Eastren Europe, kemudian dirinci oleh Ragner Nurkse. Dalam arti sempit, konsep ini berarti bahwa dengan teknik dan sumber produktif tertentu, produktifitas marginal buruh di sektor pertanian negara terbelakang adalah nol. Disini ada kemungkinan untuk mengalihkan kelebihan tenaga buruh dari sektor pertanian tanpa mengurangi output total pertanian. Profesor A.K. Sen tidak sependapat dengan konsep diatas. Ia berpendapat bahwa pengangguran tersembunyi diartikan dalam bentuk jumlah jam kerja per kepala yang lebih kecil. Produktivitas marginal buruh nihil disegala bidang, sedang produktivitas tenaga mungkin hanya sekedar sama dengan nol pada marginnya.

Output Total TP

O b a L Tenaga

Jumlah pemilik tenaga (buruh)

Dari gambar Sen menjelaskan bahwa, TP adalah kurva output total yang menjadi horizontal pada saat tenaga buruh sebesar OL dipergunakan. Ini berarti bahwa produk marginal dari tenaga menjadi nol dengan jam kerja sebanyak OL dan tidak ada gunanya menggunakan tenaga melampaui titik ini. Akan tetapi jumlah pemilik tenaga (buruh) yang bekerja dibidang pertanian adalah sebanyak dan masing-

masing bekerja selama tangent a jam. Tetapi jam kerja per buruh adalah tangent b. Jadi buruh yang sebanyak adalah penganggur tersembunyi. Ini menunjukkan bahwa produktivitas marginal tenaga adalah nol.

adalah nol pada titik L dan produktivitas marginal pemilik tenaga pada bidang MASALAH

Maurice Dobb dan Ragner Nurkse mengembangkan tesis bahwa pengangguran tersembunyi di negara terbelakang yang padat penduduk dapat merupakan sumber pembentukan modal. Menurut Nurkse keadaan penganguran tersembunyi di negara terbelakang merupakan potensi tabungan yang tersembunyi. Nurkse membagi masalah pengerahan pengangguran tersembunyi sebagai potensi tabungan kedalam dua bagian yaitu : 1. Bagaimana memberi makan kelebihan penduduk yang dialihkan ke berbagai proyek modal (menghidupi kelebihan penduduk) Nurkse menyatakan bahwa keseluruhan surplus makanan yang tersedia didaerah pertanian melalui pemindahan surplus buruh, seluruhnya dikumpulkan untuk memberi makan buruh tidak produktif yang berada pada pekerjaan mereka yang baru atau sama sekali tidak melakukan apa-apa. Hambatannya adalah ada kemungkinan timbul kebocoran tertentu dalam dana makanan yang tersedia untuk pembentukan modal ini seperti :

a. Para pekerja yang baru dipekerjakan ini mungkin mulai mengkonsumsi makanan lebih banyak dibandingkan konsumsi mereka dahulu di daerah pertanian. b. Para petani yang tertinggal di daerah pertanian sendiri mulai mengkonsumsi lebih daripada sebelumnya. c. Masalah beban biaya angkut bahan makanan dari daerah pertanian ke proyek-proyek modal. Cara menanggulanginya adalah melalui tabungan komplementer di sektor perekonomian lain, melalui tindakan pemerintah yang meminta surplus stok makanan dari para petani dan menutup kekurangannya dengan stok makanan impor. 2. Bagaimana menyediakan peralatan kerja kepada pekerja-pekerja baru (pembiayaan peralatan). Lahan pertanian yang sempit dan terpencar menyebabkan perlunya alat pertanian dalam jumlah besar, tetapi jika ini dikonsolidasi maka ada peralatan sederhana yang dapat dipakai pekerja pada proyek-proyek modal yang baru. Bahkan alat sederhana tersebut dapat dibuat sendiri oleh pekerja atau alat ini dapat diimpor sebagai penukar ekspor. KETERBATASAN KONSEP INI Konsep pengangguran tersembunyi sebagai potensi tabungan terpendam mengandung beberapa kontroversi. Para ahli ekonomi mempertanyakan arti praktis konsep ini pada perekonomian negara terbelakang yang demokratis. Berbagai kesulitan yang menghadang yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kecendrungan berkonsumsi tidaklah konstan Masalah pengumpulan dan pembagian surplus makanan Surplus barang yang dapat dipasarkan tidak meningkat Sulit mengerahkan penganggur tersembunyi Mustahil mendapatkan pekerjaan tanpa pembayaran upah Hanya berhasil dinegara totaliter Masalah inflasi dan neraca pembayaran Buruh tak terdidik mungin menaikkan output modal tetap Asumsi tidak realistis tentang netralitas teknologi banyak

10. Dampak pertambahan penduduk pada pembentukan modal 11. Tidak dapat diterapkan pada kegiatan produktif langsung 12. Kemerosotan produksi Kesimpulan Keberadaan penganguran tersembunyi sebagai potensi tabungan yang tersembunyi dan karena itu sebagai sumber pembentukan modal dinegara terbelakang padat penduduk dipenuhi dengan sejumlah kesulitan dan sedikit sekali arti praktis bagi negara yang memilih demokrasi sebagai jalan hidupnya. PANDANGAN REALISTIS

Penggunaan surplus tenaga menghasilkan skala ekonomi, memperluas lahan modal dan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas dalam segala-galanya. Sepanjang menyangkut pembayaran upah, AM Khusro mengajukan 3 (tiga) metode : 1. Para pekerja yang agak menganggur diorganisasikan dilingkungan daerah pertanian mereka sendiri dan dengan daerah pertanian disekitarnya untuk saling membantu dalam pembentukan modal. Mereka tidak diberi upah, mereka memakan makanan yang sama dari dapur mereka sendiri, sehingga tidak timbu tekanan inflasioner pada harga pangan. 2. Para pekerja yang setengah menganggur diorganisasikan untuk bekerja pada proyek kontruksi modal di dalam suatu desa di luar daerah pertanian mereka sendiri. Mereka tidak diberi upah, mereka memakan makanan yang sama, upah dibelanjakan pada barang-barang non pangan yang harganya naik, tetapi setelah waktu tertetu mereka memproduksi modal yang menghasilkan pangan tambahan yang digunakan untuk membayar barang-barang tersebut. 3. Para pekerja yang setengah menganggur diorganisasikan untuk bekerja pada proyek kontruksi jauh diluar kampungnya dan diberi upah. Mereka akan membelanjakan upah untuk makanan dan menyebabkan tekanan inflasioner. Persoalan yang timbul adalah : 1. 2. Masalah organisasi. Masalah menjembatani jurang antara pekerjaan (pembayaran upah) dan produk.

BAB 35 PERANAN PERTANIAN DI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Sumbangan atau jasa sektor perekonomian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal : 1. 2. 3. 4. 5. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang makin meningkat. Meningkatkan permintaan akan produk industri sehingga mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi Pemerintah. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan. Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produktivitas, maka pendapatan para petani akan meningkat. Permintaan pangan dapat disebabkan karena kenaikan pendapatan per kapita, peningkatan laju pertumbuhan penduduk akibat kemerosotan tajam angka kematian dan penurunan yang lamban dalam tingkat kesuburan dan karena perkembangan penduduk dikota-kota dan kawasan industri. Menaikkan produksi pangan dan surplus pertanian penting dalam rangka pembentukan modal di negara terbelakang. Kenaikan daya beli di daerah pedesaan, sebagai akibat kenaikan surplus pertanian, merupakan perangsang kuat terhadap perkembangan industri. Dampak jangka panjang perluasan sektor industri akan berbentuk kenaikan keuntungan baik yang dikelola swasta maupun leh Pemerintah. Keuntungan ini akan meningkatkan laju pembentukan modal melalui reinvestasi. Ini disebut Kuznet kontribusi produk sektor pertanian yang memperbesar pertumbuhan output total perekonomian dan pertumbuhan output perkapita. Negara terbelakang memerlukan sejumlah besar modal unuk membiayai pembangunan, perluasan infra struktur, pengembangan industri dasar dan industri berat. Pada tahap awal pembangunan, modal dapat disediakan dengan meningkatkan surplus barang yang bisa dipasarkan dari sektor pedesaan tanpa mengurangi tingkat konsumsi penduduk. Menurut Johnson dan Mellor peningkatan produktivitas sector pertanian merupakan kombinasi antara penurunan input, penurunan harga hasil pertanian dan peningkatan penerimaan pertanian. Tiga sumber peningkatan pembentukan modal dalam hal ini melalui: 1. Buruh dimana pada daerah pertanian, buruh dikurangi dan dipekerjakan pada pekerjaan konstruksi.

2. 3.

Melalui penurunan harga hasil pertanian. Meningkatkan penerimaan pertanian barangkali merupakan jalan terbaik bagi pembentukan modal. Kenaikan pendapatan di daerah pedesaan sebagai akibat surplus hasil pertanian cenderung

memperbaiki kesejahteraan daerah pedesaan. MASALAH SURPLUS YANG DAPAT DIPASARKAN Masalah surplus yang dapat dipasarkan adalah masalah pengalokasian investasi secara sektoral antara industri dan pertanian dalam suatu perekonomian yang sedang berkembang. Menurut Maurrice Dobb, ada alasan untuk menduga, surplus pertanian yang dapat dipasarkan itulah yang akan memegang peranan penting dinegara terbelakang di dalam menentukan batas laju industriliasasi yang mungkin dicapai. Perekonomian negara terbelakang umumnya berorientasi pertanian dengan tingkat produktivitas, pendapatan, tabungan dan investasi yang rendah. Dengan menaikkan output dan produktivitas pertanian, sector pertanian dpat memberikan sumbangan bersih kepada industrialiasi negara itu. Produksi pertanian dapat dinaikkan dengan mengalokasikan dana investasi untuk perbaikan lahan dan untuk mempergunakan teknologi produksi yang baik. Produktivitas pertanian yang meningkat mencerminkan surplus besar yang dapat dipasarkan dan redistribusi pendapatan yang menguntunkan sector pertanian. Peningkatan pendapatan bersih petani dapat dimobilisasi untuk pembentukan modal melalui 2 cara : 1. Dengan mengalihkan produk pertanian dari sektor pertanian sehingga menghasilkan surplus yang dapat dipasarkan. (pengalihan surplus). Untuk meningkatkan surplus yang dapat dipasarkan, penduduk pertanian harus dicegah agar tidak terlalu mengkonsumsi produk sendiri tapi sulit dilakukan karena kebanyakan petani berada pada tingkat penghidupan yang rendah.. 2. Memaksa penduduk pertanian untuk menabung lebih (tabungan wajib). Hal ini dapat dilakukan secara langsung dengan mengenakan pajak pada surplus hasil pertanian.

KESULITAN Ada beberapa hambatan penerapan kebijaksanaan pengumpulan surplus yaitu : 1. 2. Pada suatu perekonomian, sulit untuk menentukan jumlah sebenarnya surplus yang dapat dipasarkan. Menghimpun surplus hasil pertanian melalui pajak langsung juga merupakan masalah sulit di negara terbelakang dimana kemungkinan penghindaran pajak begitu besar, karena pendapatan pertanian sulit untuk dihitung dan tergantung pada kejujuran dan efisiensi pihak administrasi. 3. 4. Masalah politik lebih jauh memperuwet proses penyedotan surplus pertanian. Ketidaktegasan negara dan kelemahan struktur perpajakan menjadi penghalang bagi penghimpunan surplus pertanian.

BAB 36 KEBIJAKSANAAN MONETER DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Kebijaksanaan moneter mengacu pada kebijaksanaan otorita moneter suatu negara yang menyangkut masalah-masalah moneter. Kebijaksanaan tersebut dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan yang berkenaan dengan : 1. 2. 3. Pengendalian lembaga keuangan; Penjualan dan pembelian secara aktif kertas-kertas berharga oleh otorita moneter sebagai ikhtiar sengaja untuk mempengaruhi perubahan keadaan uang; Pembelian dan penjualan secara pasif kertas berharga (paper assets) yang timbul dari usaha mempertahanakan struktur sukubunga tertentu, stabilitas harga saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan komitmen tertentu lainnya.

CIRI UTAMA KEBIJAKSANAAN MONETER Menurut Dr. J.D. Sethi, kebijaksanaan moneter dapat berfungsi untuk : 1. 2. 3. Mendapatkan dan mengambil manfaat dari struktur tingkat suku bunga yang paling sesuai. Meraih perimbangan yang tepat antara permintaan dan penawaran uang. Menyediakan fasilitas kredit yang tepat bagi perekonomian yang sedang berkembang dan menghentikan perkembangan yang tidak semestinya dan penyaluran kredit kepada pengguna sesuai dengan investasi yang direncanakan sebelumnya. 4. 5. Pendirian, pelaksanaan dn perluasan lembaga keuangan. Manajemen utang Ciri-ciri kebijaksanaan moneter dinegara terbelakang yaitu : 1. Pendirian dan perluasan lembaga keuangan. Banyak lembaga keuangan dan perbankan harus didirikan untuk menyiapkan fasilitas kredit yang lebih besar dan untuk mengalihkan tabungan ke saluran yang produktif. Agar suatu kebijakan moneter berlaku efektif diperlukan adanya suatu bank sentral yang kuat dan kuasa. Bank setral berfungsi sebagai agen fiscal bagi pemerintah dan dengan demikian mengatur utang-utang publik. Bank sentral juga bertindak sebagai pengawal pasar uang yang mempunyai cukup kekuasaan untuk mengendalikan bank-bank komersial menurut yang dikehendaki, ini merupakan senjata utama kebijaksanaan moneter. 2. Kebijaksaan suku bunga yang cocok. Struktur suku bunga di negara terbelakang biasanya amat tinggi, disamping itu ada perbedaan yang amat besar antara suku bunga pinjaman jangka panjang dan jangka pendek, dan antara tingkat suku bunga dengan berbagai sektor perekonomian. Kebijaksanaan suku bunga rendah penting untuk merangsang investasi publik. Kebijasanaan ini dimaksudkan untuk menyediakan pinjaman publik secara murah, menjaga biaya pelayanan utang publik tetap rendah, sehingga membantu membiayai pembangunan ekonomi. Kelemahannya adalah menghalangi pembiayaan investasi produktif. Untuk memperkecil arus sumber-sumber menuju ke jalur investasi dan peminjaman yang sifatnya spekulatif, bank sentral harus mengambil kebijaksanaan suku bunga diskriminatif, mengenakan suku bunga tinggi pada pinjaman tidak penting dan tidak produktif dan suku bunga rendah pada pinjaman produktif. 3. Manajemen utang Manajemen utang ditujukan pada penerbitan obligasi pemerintah pada waktu yang tepat, penstabilan harga dan meminimasi biaya pelayanan utang publik. Tujuan pokok manajemen utang adalah menciptakan kondisi dimana pinjamanan public dapat meningkat dari tahun ke tahun dan dalam skala luas tanpa memberikan kejutan pada sistemnya. 4. Perimbangan tepat antara penawaran dan permintaan uang

Kebijaksanaan moneter adalah instrument penting untuk mengelola perimbangan yang tepat antara penawaran dan permintaan uang. Ketidakseimbangan antara keduanya akan tercermin didalam tingkat harga. 5. Pengendalian kredit Kebijaksanaan moneter harus ditujukan untuk mengendalikan kredit dalam rangka mempengaruhi pola investasi dan produksi di suatu negara terbelakang. Tujuan utamnaya ialah mengendalikan tekanan inflasioner yang timbul didalam proses pembangunan. Tujuan ini memerlukan penggunaan metode pengendalian kredit baik kualitatif maupun kuantitatif. KESIMPULAN Sebagai kesimpulan Dr. Baljit Singh mengatakan, Pembangunan fasilitas perbankan dan lembaga tabungan, reorganisasi kredit pertanian dan industri, integrasi dan penyempurnaan pasar, pertumbuhan bank sentral yang mantap, menutup pasar bebas emas dan perak, penggantian penimbunan dan diatas segalanya reformasi mata uang, merupakan hal-hal yang mendesak diperlukan. Jika suatu negara gagal, maka perekonomian negara tersebut akan berjalan lamban, mandeg atau terpaksa mengganti system perekonomiannya dengan perencanaan dan realokasi secara menyeluruh sumber-sumber melalui pengawasan langsung negara. BAB 37 KEBIJAKSANAAN FISKAL DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Kebijaksanaan fiscal berarti penggunaan pajak, pinjaman masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan stabilisasi atau pembangunan. Penggunaan kebijaksanaan fiscal dengan tujuan untuk menggalakkan pembangunan ekonomi merupakan kebijaksanaan yang baru tampil diakhirakhir ini. Analisa Keynes mengenai kebijaksanaan fiscal dapat diterapkan dinegara-negara maju. Peranan kebijaksanaan fiscal bagi Negara maju adalah untuk menstabilkan laju pertumbuhan. Dalam konteks perekonomian Negara terbelakang, peranan kebijaksanaan fiscal adalah untuk memacu laju pembentukan modal . ARTI PENTING Kebijaksanaan fiscal dinegara terbelakang memikul arti penting baru di dalam menghadapi problem pembentukan modal. Pendapatan dan tabungan perkapita di Negara seperti itu adalah sangat rendah. Beberapa orang yang kaya justru suka pada konsumsi mewah. Sebagian besar dari tabungan disalurkan pada jalur-jalur tidak produktif seperti perumahan, penimbunan intan permata,emas,spekulasi dan sebagainya. Kebijaksanaan fiscal mengalihkan kesemua ini ke saluran-saluran produktif.

Dinegara terbelakang dimana laju pembentukan modal belum begitu teraih secara efektif oleh kebijaksanaa moneter saja-sebagai akibat pasar modal dan uang yang kurang berkembang, maka kebijaksanaan fiscal dapat dipergunakan sebagai penunjang alternatif. Kebijaksanaan fiscal juga memainkan peranan penting di dalam perencanaan Negara terbelakang. Di dalam perencanaan, suatu keseimbangan harus dicapai baik dalam arti riil maupun dalam arti uang. Dengan kata lain, rencana fisik harus disesuaikan dengan rencana keuangan. Penerapan rencana keuangan dan pencapaian perimbangan dalam arti riil dan keuangan jelas banyak tergantung pada tindakan-tindakan fiscal. TUJUAN KEBIJAKSANAAN FISKAL. 1. Untuk meningkatkan laju investasi. ini dapat dicapai dengan mengendalikan konsumsi baik actual maupun potensial dalam meningkatkan rasio tabungan marginal. Dalam rangka meningkatkan laju investasi, pemerintah pertama sekali harus menerapkan kebijaksanaan investasi berencana di sektor publik. Tindakan ini akan berdampak meningkatkan volume investasi di sektor swasta menurut Dr.R.N.Tripathy, metode yang dapat diterapkan pemerintah dalam rangka menaikan rasio tabungan adalah : a. kontrol fisik langsung b. peningkatan tarif pajak yang ada c. penerapan pajak baru d. surplus dari perusahaan Negara e. keuangan defisit. 2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial Kebijaksanaan fiskal harus mendorong arus investasi ke jalur-jalur yang dianggap diinginkan masyarakat, Ini berkaitan dengan pola optimum investasi dan menjadi tanggungjawab dari Negara untuk mendorong investasi pada overhead sosial dan ekonomi. Seperti investasi dibidang transport, perhubungan, pengembangan tenaga air dan sungai, konservasi lahan untuk overhead ekonomi. Sedang investasi di bidang pendidikan, kesehatan masyarakat dan fasilitas lahan teknik untuk overhead sosial. Kedua kategori investasi ini menghasilkan ekonomi eksternal. Keduanya cenderung memperluas pasar, meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi. 3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.

untuk itu pengeluar pemerintah harus diarahkan kepada penyediaan overhead sosial dari ekonomi. Pengeluaran seperti itu akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menaikkan efisiensi produktif perekonomian dalan jangka panjang. 4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional. Kebijaksanaan fiskal harus meningkatkan usaha mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi fluktuasi siklis internasional jangka pendek. Negara terbelakang sangat rentan terhadap pengaruh siklis internasional karena sifat perekonomian mereka sendiri. Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci di dalam mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mempengaruhi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikan harga di pasar dunia. sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan. 5. Untuk menanggulangi inflasi. Kebijakan fiskal harus pula bertujuan untuk menanggulangi tendensi inflasi yang melekat pada perekonomian sedang berkembang. Agar tindakan fiscal dapat efektif, semua kebijaksanaan tersebut harus ditunjang oleh tindakan moneter. Yang terakhir ini mempunyai manfaat tambahan yaitu mengendalikan ekspansi kredit,menyerap daya beli tambahan, dan merangsang tabungan sukarela. 6. Untuk meningkatkan dan meredistribusikan pendapatan nasional. keberhasilan kebijaksanaan fiskal dalam mencapai tujuan ini tergantung pada : Jumlah penerimaan Negara yang dapat ditingkatkan Jumlah dan arah pengeluaran Negara. Sarana fiskal penting yang dapat dipergunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan sumber adalah surplus anggaran, pajak, pinjaman dari masyarakat dan bank. Sarana-sarana ini harus dipergunakan sedemikian rupa sehingga membawa kearah pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

PAJAK SEBAGAI PIRANTI PALING EFEKTIF KEBIJAKSANAAN FISKAL. Pajak merupakan instrument paling efektif dari segala kebijaksanaan fiskal. Surplus anggaran dapat dicapai melalui tariff harga dan tariff pajak yang lebih tinggi. Pinjaman dari masyarakat bisa jadi menaikkan tingkat suku bunga sehingga dengan demikian berpengaruh buruk pada investasi.

Dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi suatu Negara, pajak dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan tujuan berikut : 1) Untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi ke investasi. 2) Untuk meningkatkan dorongan menabung dan menanam modal 3) Untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah. 4) Untuk memodifikasi pola investasi 5) Untuk mengurangiketimpangan ekonomi 6) Untuk memobilisasi surplus ekonomi. Peranan perpajakan di dalam pembangunan ekonomi dengan mengingat tujuan-tujuan di bawah ini : 1) Perpajakan merupakan piranti paling penting di dalam mengekang peembanrmintaan yang makin meningkat terhadap barang-barang konsumsi yang ditimbulkan oleh proses pembangunan. Jika pendapatan individu meningkat serentak , mereka cenderung meningkatkan permintaan akan barang konsumsi. Pajak langsung membatasi konsumsi dengan mangambil sebagian tambahan pendapatan kelompok berpendapatan penting dan barang-barang tid 2. Perpajakan tidak hanya semata-mata untuk mendapatkan penerimaan yang lebih besar tetapi juga berperan sebagai perangsang untuk menabung dan melakukan investasi. Pajak langsung yang sangat progresif untuk memperbesar keuangan guna konsumsi publik dan pengeluaran investasi berakibat buruk pada rangsang menabung dan menginvestasi. Begitu juga terlalu banyak pajak tidak langsung menakutkan tabungan swasta. Oleh karena itu pajak tidak boleh bersifat regresif. 3. Di negara terbelakang,pajak merupakan cara paling efisien untuk mentransfer sumber kepada pemerintah agar digunakan lebih produktif. Dengan mengenakan pajak pada pendapatan,tanah,milik,pengeluaran, laba/keuntungan, kekayaan dan sebagainya, pemerintah dapat menyedot pendapatan ke kas negara untuk dipergunakan lebih tepat melalui investasi negara. Jadi perpajakan membantu mengalihkan sumber dari saluran tidak produktif ke saluran produktif melalui investasi negara. 4. Perpajakan harus memperbaiki pola investasi di dalam perekonomian. lebih tinggi, sedang pajak tidak langsung pada komoditi

Kita telah mengetahui bahwa salah satu fungsi perpajakan di negara terbelakang adalah untuk mentransfer sumber dari sektor swasta ke sektor negara. Tetapi tidak berarti bahwa perpajakan dimaksud untuk mengganti investasi swasta. Malahan, perpajakan justru harus mendorong dan mengarahkan kembali investasi swasta ke jalur yang lebih produktif. Pemerintah harus memberikan cukup rangsangan kepada usaha swasta dalam bentuk potongan pembangunan (development rebate), tax holiday, kelonggaran penyusutan dengan lebih cepat dan sebagainya, sehingga industri manufakturing dapat bangkit dan berkembang luas di dalam perekonomian. Hal ini akan menghasilkan keuntungan lebih besar yang nanti dapat ditanamkan kembali. 5. Salah satu tujuan penting perpajakan adalah untuk mengurangi jurang perbedaan pendapatan si kaya dan si miskin. Pengurangan perbedaan pendapatan dan kemakmuran ini memerlukan tindakan yang terpisah. Pajak progresif pendapatan total cenderung mengurangi konsumsi dan akumulasi kemakmuran si kaya. Tetapi kebijaksanaan demikian dapat berpengaruh buruk pada investasi produktif. Maka apabila pajak pendapatan regresif tinggi dikenakan pada individu dan perusahaan,ia harus dibarengi dengan beberapa pengecualian untuk mengurangi dampak perpajakan pada investasi bisnis. Untuk mengurangi pemusatan kemakmuran ditangan beberapa gelintir orang kaya dan ketimpangan kemakmuran, dianjurkan pajak progresi atas hadiah, warisan dan kekayaan. Pajak-pajak seperti itu harus dikenakan begitu rupa sehingga tidak menimbulkan dis-tabungan dipihak pembayar pajak. Jadi perpajakan progresif merupakan hal yang perlu untuk menghapuskan ketimpangan kesejahteraan. 6. Perpajakan harus memobilisasi surplus ekonomi untuk pembangunan dan secara terus-menerus memperbesar surplus tersebut.

PERANAN PINJAMAN PUBLIK DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI. Pinjaman dari masyarakat dapat menjadi sumber penting lain dalam rangka membentuk modal. Alat ini lebih baik daripada pajak. Pajak mengandung arti tabungan paksa, sedangkan pinjaman bersifat sukarela. Berbagai tindakan tertentu dapat diambil untuk memperbesar jangkauan pinjaman publik dengan membuat pinjaman menjadi lebih menarik dan dengan menyedot tabungan-tabungan kecil :

1.

Pemerintah harus menghalangi tabungan mengalir ke jalur tidak produktif seperti emas, intan berlian, real estate dan benda-benda mewah. Masyarakat harus didorong untuk gairah menabung. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan, penerangan dan ajakan.

2.

Harus ada jaringan badan perantara untuk menarik tabungan dari masyarakat. Pendirian bank tabungan, bank komersial, perusahaan asuransi,trust,lembaga jaminan sosial dan sebagainya, dapat mendorong orang untuk lebih banyak menabung.

3. 4.

Harus didirikan bursa saham yang terorganisasi dengan baik Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap stabilitas pemerintah dibidang politik dan keuangan.

PERANAN PENGELUARAN NEGARA DI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI. Pengeluaran negara untuk perindustrian industri berat dan industri barang-barang pokok pada tahap-tahap awal meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian. Tetapi investasi pada sektor barang modal dapat meningkatkan produksi di dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pengeluaran negara juga harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak perekonomian tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan hanya apabila pengeluaran negara memenuhi tujuan rencana pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Pengeluaran negara untuk overhead sosial dan ekonomi memberikan kesempatan kerja, menaikkan pendapatan, dan lebih dari semua itu, meningkatkan kapasitas perekonomian. Jika negara mulai melaksanakan pekerjaan umum seperti pembangunan dan jalan raya, jalan kereta api,proyek pembangkit tenaga, dan sebagainya,maka pekerjaan-pekerjaan itu akan memberikan kesempatan kerja kepada jutaan penganggur. Penyediaan seperti itu membantu meningkatkan produksi, perdagangan dan usaha bisnis. Pengeluaran negara untuk overhead sosial seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, perumahan murah dan sebagainya akan membuat rakyat menjadi lebih sehat dan efisien. Negara juga dapat menasionalisasi bank-bank dan jasa pelayanan umum dalam rangka menyediakan fasilitas kepada masyarakat dengan lebih murah dan efisien. Jadi, pengeluaran negara dapat menyebar ke segala bidang kegiatan ekonomi.. Selanjutnya pengeluaran negara merangsang perusahaan swasta lewat pendirian lembaga perbankan dan keuangan yang dimiliki negara, atau menyediakan kredit murah. Pengeluaran negara juga mendorong sektor pertanian dan industri dengan sarana hibah, subsidi, kelonggaran dan sebagainya. Tidak kalah pentingnya adalah bahwa pengeluaran negara juga mendukung keseimbangan regional.

BAB 38 KEUANGAN DEFISIT SEBAGAI PIRANTI PEMBANGUNAN EKONOMI.

MAKNA Keuangan defisit (defisit financing) diartikan sebagai setiap pengeluaran negara yang melebihi penerimaan. Di negara maju keuangan defisit dipergunakan untuk menggambarkan suatu selisih pembelanjaan yang sengaja diciptakan antara penerimaan dan pengeluaran negara atau defisit anggaran. Keuangan defisit mencakup :

1. Penarikan neraca kas yang lalu oleh pemerintah. 2. Pinjaman dari bank sentral 3. Penerbitan mata uang baru oleh pemerintah. PERANAN KEUANGAN DEFISIT Keuangan defisit merupakan metode paling mujarab bagi peningkatan pembangunan ekonomi di negara terbelakang. Keuangan defisit dapat dipergunakan untuk mengembangkan overhead sosial dan ekonomi seperti pembangunan jalan raya, jalan kereta api,proyek-proyek tenaga, sekolah dan sebagainya. Dengan menyediakan modal yang berguna bagi masyarakat, keuangan defisit mampu menembus kemacetan dan kekakuan struktural dan dengan itu meningkatkan produktivitas. Dalam keuangan defisit terkandung kombinasi antara kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. Ia berfungsi sebagai tindakan fiskal pada waktu inflasi dan menjadi mesin penggerak tabungan wajib melalui pajak. Dan ia merupakan tindakan moneter jika ia menciptakan uang baru melalui anggaran defisit. Keuangan defisit selalu berdampak ekspansioner. Begitu pembangunan mendapatkan momentum, laju inflasi di dalam perekonomian terpacu lebih cepat yang kemudian menghendaki dosis tambahan jumlah uang pada setiap tahapannya. 1. Dengan naiknya investasi secara terus menerus keseluruhan produk fisik mungkin menjadi lebih besar daripada sebelumnya sehingga dengan demikian memerlukan kenaikan persediaan uang untuk tujuan transaksi dalam jumlah yang sama. 2. Begitu perekonomian berkembang, sektor non uang secara perlahan berubah menjadi sektor uang, sehingga permintaan uang meningkat. 3. Proses pembangunanekonomi yang berkesinambungan menghasilkan peningkatan pendapatan dan dengan demikian meningkatkan permintaan keseimbangan saldo kas di pihak masyarakat. 4. Dalam hal surplus impor sebagai akibat naiknya bantuan luar negeri, permintaan akan uang mungkin akan tetap lebih besar. Melalui keuangan defisit itulah pemerintah dapat memenuhi semua permintaan uang yang meningkat pada semua kasus tersebut. Jadi, kebijaksanaan keuangan defisit merupakan piranti penting dan mujarab bagi pembentukan modal.

AKIBAT BURUK

Keuangan defisit mengandung bahaya-bahaya tertentu, bahaya itu terkandung pada potensi inflasionernya. Apabila keuangan defisit bergabung dengan keuangan inflasioner ia akan mengalahkan tujuannya sendiri. Dr. Rao memberikan empat alasan mengapa bahaya kenaikan harga yang bersifat inflasi lebih besar dalam hal keuangan defisit : 1. Pertambahan mata uang mengandung kemungkinan perluasan jumlah uang beredar dengan lebih besar melalui perluasan kredit. 2. Ketiadaan hasil langsung dalam hal ini ketiadaan penawaran barang dan jasa yang timbul dari pengeluaran pemerintah kepada masyarakat, memperkecil kemungkinan menyedot pendapatan tambahan yang tercipta melalui pengeluaran tambahan. 3. Ketiadaan surat-surat berharga yang dapat dijual, yang menjadi tujuan mengapa pengeluaran pemerintah dilakukan, memperkecil kesempatan menyedot pendapatan tambahan yang tercipta melalui pengeluaran tambahan itu. 4. Kemungkinan besar timbulnya kegagalan dalam meningkatkan produktivitas bersama dengan investasi pemerintah tanpa adanya administrasi negara yang kompeten dan jujur akan mengakibatkan output tidak berhasil meningkat dan mengimbangi daya beli tambahan yang tercipta oleh pengeluaran tambahan tersebut. Karena alasan-alasan ini, keuangan defisit selalu dianggap mengandung kemungkinan inflasi sekalipun hal itu dilakukan demi pembangunan. Inflasi dapat juga menghambat pembangunan ekonomi dengan cara berikut ini, bersamaan dengan naiknya harga, biaya proyek-proyek pembangunan juga naik. Akibatnya pemerintah mengalami defisit keuangan. Jika tidak dikendalikan lebih dini, kenaikan harga tersebut menjadi kumulatif. Kemudian ia akan mengambangkan lingkaran setan dimana uang dalam jumlah yang banyak mengejar barang yang berjumlah sedikit. Keadaan ini akhirnya mengakibatkan keruntuhan keseluruhan sistem moneter. Ringkasnya, inflasi mengandung bahaya tertentu bagi negara-negara terbelakang. Inflasi merangsang transaksi yang spekulatif dan tidak perlu. Ini merupakan penghambat utama pembangunan ekonomi; menghambat tabungan domestik dan investasi asing; menghancurkan hubungan perdagangan luar negeri, dan menurunkan efisiensi produk pada umumnya. Jadi hanya sedikit saja hubungan positif antara keuangan defisit dan pembangunan ekonomi. AMBANG BAHAYA KEUANGAN DEFISIT.

Kebijaksanaan yang harus diambil sehingga keuangan deficit menghasilkan pembentukan modal tanpa menimbulkan kenaikan harga inflasioner : 1. Laju pertumbuhan ekonomi Keuangan defisit tidak bersifat inflasioner sampai ia sama dengan laju pertumbuhan perekonomian 2. Pertumbuhan sektor uang . Sejauh sektor non uang ditransformasikan ke sektor uang, pertumbuhan persediaan uang tidak akan menimbulkan inflasi. 3. Kenaikan pinjaman dan pajak Keuangan defisit disebut berhasil sebagai piranti pembentukan modal sepanjang pendapatan tambahan yang mendorong inflasi dapat disedot dalam bentuk pinjaman dan pajak. 4. Pengendalian upah dan harga. 5. Penciptaan surplus impor. Keuangan defisit tidak menimbulkan inflasi sejauh pemerintah berada dalam posisi dapat

menciptakan surplus impor. Ini dapat dilakukan oleh pemerintah dengan membeli devisa dari bank sentral untuk membiayai impor peralatan modal, bahan mentah industry dan bahan makanan.

6. Peningkatan penawaran barang Pada tahap-tahap awal pembangunan ekonomi, proyek-proyek yang memiliki masa persiapan pendek harus ditingkatkan, dan dengan demikian dapat meningkatkan penawaran barang konsumsi dalam waktu singkat. 7. Kenaikan dalam modal saham, laba yang tidak dibagi dan surplus anggaran 8. Semangat untuk berkorban.

BAB 39 KEBIJAKSANAAN HARGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Hakikat kebijaksanaan harga Dalam perencaanaan pembangunan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan faktor merupakan suatu hal yang tidak terelakkan. Permintaan barang dan jasa meningkat karena meningkatnya investasi, tetapi penawaran tidak dapat memenuhinya karena kebanyakan investasi di negara terkebelakang dilakukan pada proyek-proyek yang memerlukan tempo panjang. Tujuan Kebijaksanaan Harga

1. Untuk menciptakan keseimbangan antara permintaan barang dan jasa


Fungsi harga adalah untuk menghasilkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan faktor. Untuk menghindarkan kenaikan harga pada umumnya total output harus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan yang meningkat untuk masing-masing komoditi. 2. Untuk menciptakan fleksibilitas harga Kebijaksanaan harga ditujukan pada fleksibilitas mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi dan mengarahkan kembali output ke arah yang dikehendaki. 3. Untuk menstabikan harga barang konsumsi Kebijaksaan harga ditujukan untuk menstabilkan harga barang konsumsi sehingga terhindar dari tekanan inflasi akibat proyek investasi yang memerlukan masa persiapan panjang. 4. Dua segi kebijaksanaan harga Dalam segi makro, Kebijakan harus berbentuk tindakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi penciptaan pendapatan dan arah pemanfaatannya Dalam segi mikro, Bertujuan untuk meningkatkan output barang konsumsi dan barang investasi untuk mengimbangi pengeluaran konsumsi yang membengkak akibat meningkatnya pengeluaran investasi. 5. Kebijaksanaan harga barang pertanian Output pertanian merupakan lebih dari 50 % produk nasional negara terkebelakang, oleh karena itu tingkat harga pada umumnya ditentukan oleh perilaku harga barang pertanian. Kebijaksanaan harga barang pertanian harus bertujuan mengurangi mengurangi fluktuasi harga, sehingga mengurangi kerugian produsen akibat jatuhnya harga secara tajam karena hasil panen yang melimpah dan meminimumkan kerugian konsumen akibat naiknya harga secara tajam karena kegagalan panen atau kelangkaan persediaan. 6. Kebijaksanaan harga barang konsumsi Penentuan harga barang konsumsi tidak pokok yang termasuk kategori barang mewah dan barang hiburan, harus diserahkan pada mekanisme pasar. 7. Kebijaksanaan harga bahan baku industri

Kebijaksanaan harga harus menjamin penggunaan dan pendistribusian bahan-bahan baku sedemikian rupa untuk menghindarkan ancaman inflasioner. Harga harus ditetapkan sedemikian rupa untuk mencegah keuntungan yang berlebihan dan membrikan rangsang bagi produksi. Kebijaksanaan ini mengharuskan adanya pengendalian harga dan distribusi komoditi yang bersangkutan. 8. Kebijaksanaan harga dalam hubungannya dengan perusahaan Perusahaan negara harus menerapkan kebijaksanaan harga, misalnya untuk menghasilkan keuntungan yang sebanding dengan kesejahteraan sosial sehingga membantu menambah tabungan masyarakat. Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi melalui peningkatan pendapatan, tabungan dan investasi perlu diciptakan perilaku harga yang relatif dan mutlak. 9. Hubungan antara kebijaksanaan harga dan kebijaksanaan upah Bila harga naik, penerima upah berjuang untuk menaikkan upah. Bila upah naik kenaikan ini cendrung untuk menaikkan harga. Kenaikan upah yang mantap dan diperhitungkan adalah lebih baik dari perubahan harga yang tiba-tiba melonjak.

BAB 40 PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

A. Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi Pertumbuhan penduduk di Eropa Barat mempercepat proses industrialisasi. Ekonomi negara tersebut sudah makmur, punya modal melimpah sedangkan buruh kurang. Kurva penawaran buruh bersifat elastis, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menaikkan produktivitas. Di negara terkebelakang pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran. 1. Penduduk dan pendapatan perkapita Pertumbuhan penduduk cendrung memperlambat pendapatan perkapita karena, memperberat beban penduduk pada lahan, menaikkan biaya barang konsumsi, memerosotkan akumulasi modal. Pertumbuhan penduduk menurunkan pendapatan perkapita. 2. Penduduk dan standar kehidupan Salah satu faktor penting standar kehidupan adalah pendapatan perkapita. Kemiskinan memperburuk standar kehidupan penduduk. Pertumbuhan penduduk menurunkan standar kehidupan 3. Penduduk dan pembangunan pertanian

Di negara terkebelakang pertambahan penduduk akan mempengaruhi rasio lahan-manusia, menambah pengangguran tersembunyi, mengurangi produktivitas perkapita. Pertumbuhan penduduk memperlambat pembangunan pertanian. 4. Penduduk dan lapangan kerja Penduduk yang meningkat dengan cepat menjerumuskan perekonomian ke pengangguran dan kekurangan lapangan kerja. Pemecahannya bukan hanya dengan meningkatkan kesempatan kerja yang sepadan dengan jumlah pengangguran tetapi mengendalikan penduduk secara aktif melalui program keluarga berencana. 5. Penduduk dan overhead sosial Penduduk yang berbiak dengan cepat memerlukan investasi yang besar di bidang overhead sosial. Kenaikan jumlah penduduk memperberat beban penyediaan fasilitas pendidikan dan latihan, memperlambat perbaikan kualitas pendidikan, memperburuk problem kesehatan penduduk. 6. Penduduk dan tenaga buruh Tenaga buruh dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang bekerja dengan penduduk total. Dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata-rata negara terkebelakang, tanaga buruh adalah penduduk pada kelompok usia 15-50 tahun. Tenaga buruh cendrung meningkat bersama naiknya jumlah penduduk. 7. Penduduk dan pembentukan modal Pertumbuhan penduduk memperlambat pembentukan modal. Tabungan yang sudah rendah menjadi semakin rendah, tingkat investasi juga semakin rendah. Kenaikan jumlah penduduk menyebabkan pengalihan investasi modal dari kegiatan produktif langsung pada modal overhead sosial. Bila penduduk meningkat dengan cepat konsumsi domestik atas barang-barang yang dapat diekspor meningkat dan surplus barang yang dapat diekpor menurun. Kesimpulannya, Penduduk yang meningkat secara cepat akan memperlambat seluruh usaha pembangunan di negara terbelakang kecuali kalau dibarengi dengan laju pembentukan modal dan kemajuan teknologi yang tinggi. Tetapi faktor yang menetralkan ini tidak ada dan akibatnya ledakan penduduk mengakibatkan produktivitas pertanian merosot, pendapatan perkapita rendah, pengangguran tinggi dan tingkat pembentukan modal rendah. B. Teori peralihan kependudukan Teori peralihan kependudukan didasarkan pada kecendrungan penduduk sebenarnya di negara maju di dunia. Pada tahap pertama angka kelahiran dan angka kematian tinggi, laju pertumbuhan penduduk rendah. Pada tahap kedua angka kelahiran tetap stabil, angka kematian turun dengan cepat, laju pertumbuhan penduduk meningkat cepat. Pada tahap terakhir angka kelahiran mulai menurun cendrung sama dengan angka kematian, laju pertumbuhan penduduk sangat rendah.

BAB 41 PEMBENTUKAN MODAL MANUSIA


Pengertian

Adalah proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik suatu negara. Arti penting Adalah proses peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh rakyat suatu negara. Studi menunjukkan bahwa dolar yang diinvestasikan pada pendidikan membawa kenaikan yang lebih besar pada pendapatan nasional ketimbang dolar yang dipergunakan untuk bendungan, jalan raya, pabrik atau barang modal nyata lainnya. Negara terbelakang dihadapkan pada dua macam problema tenaga kerja yaitu kekurangan keterampilan kritis yang dibutuhkan bagi sektor industri dan mempunyai tenaga buruh surplus. Jef Rens menunjukkan, Di negara yang mencoba mempercepat pembangunan ekonominya, diketemukan bahwa sekalipun pabrik-pabrik modern dirancang oleh insinyur kelas satu dengan menggunakan metode dan mesin mutakhir dari negara industri yang paling maju, namun volume dan kualitas outputnya terlalu sering tidak memuaskan. Hal ini disebabkan karena dalam banyak hal manajemen dan pekerja tidak cukup terlatih dan kurang berpengalaman. Problem pembentukan modal manusia Berapa banyak persediaan total modal manusia diperlukan? Pada tahapan pembangunan mana ia paling banyak diperlukan? Seberapa besar laju akumulasinya? Jenis pendidikan apa yang harus diberikan, sejauh mana dan kapan? Dan bagaimana hasil dari investasi pendidikan tersebut mesti diukur? Sulit untuk menaksir persediaan total manusia yang diperlukan di suatu negara terbelakang. Pada tahap awal pembangunan kebutuhan akan modal manusia dalam wujud orang berpendidikan pada berbagai lapangan pekerjaan adalah lebih besar. Laju akumulasi modal manusia harus melebihi tidak hanya laju pertumbuhan tenaga buruh tapi juga laju pertumbuhan ekonomi. Pola investasi bidang pendidikan di negara terbelakang memberikan prioritas tinggi pada pendidikan dasar. Negara terbelakang mengembangkan pendidikan tinggi dengan membuka terlalu banyak universitas tanpa mencoba memperbaiki standar pendidikannya. Kegagalan masal dan penurunan umum standar akademis cendrung menurunkan efisiensi para sarjana dan sarjana yang dipekerjakan pada sektor swasta dan sektor negara tidak memberikan harapan baik bagi pembentukan kepemimpinan yang dinamis bagi pembangunan ekonomi. Problem utama pembentukan modal di negara terbelakang adalah penduduk yang tumbuh dengan pesat, pengangguran yang meningkat di sektor perekonomian modern dan meluasnya pengangguran pada pertanian tradisional, langkanya tenaga manusia dengan keterampilan dan pengetahuan kritis yang diperlukan bagi pembangunan nasional yang efektif, organisasi dan lembaga yang tidak memadai dan kurangnya rangsangan bagi orang untuk melibatkan diri pada kegiatan tertentu yang amat penting bagi pembangunan nasional.

Kriteria investasi pada modal manusia 1. Kriteria tingkat pengembalian Menghitung pengembalian investasi di bidang pendidikan didasarkan pada perbandingan antara penghasilan hidup rata-rata orang yang lebih berpendidikan dengan orang-orang yang kurang pendidikan yang bekerja dengan profesi sama. 2. Kriteria sumbangan pendidikan pada pendapatan nasional bruto Ditentukan oleh sumbangannya dalam menaikkan pendapatan nasional bruto atau pembentukan modal fisik dalam satu periode. 3. Kriteria faktor residual Seberapa besar porsi kenaikan produk nasional bruto dalam satu periode berasal dari faktor selain input modal dan buruh. Faktor residual adalah pendidikan, penelitian, latihan, skala ekonomi dan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas manusia.Laju pertumbuhan ekonomi lebih banyak berkaitan dengan kenaikan persediaan modal dan sedikit saja yang merupakan kenaikan di bidang pengetahuan, keterampilan, latihan dan lain-lain yang masuk kategori residual.

42 Kewiraswastaan Dalam Pembangunan Ekonomi


Wiraswasta atau pengusaha berasal dari bahasa Perancis entrepreneur yang berarti pemimpin musik atau pertunjukan lainnya. Sedangkan dalam ekonomi pengusaha berarti seorang pemimpin ekonomi yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan peluang sehingga berhasil memperkenalkan jenis dagangan baru, teknik baru, sumber pemasukan baru yang meliputi pabrik, peralatan, manajemen dan tenaga buruh yang diperlukan serta mengorganisasikannya ke dalam suatu teknik pengoperasian perusahaan. Apapun azas perekonomian dan politik yang dianut oleh suatu Negara, kewiraswastaan merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Dari tahun ke tahun fungsi pengusaha dimata para ahli ekonomi mengalami variasi.. Ada yang berpendapat bahwa pengusaha adalah pengambil resiko dan ketidakpastian, ada yang berpendapat bahwa pengusaha adalah koordinasi sumber-sumber produktif. Sedangkan bagi Schumpeter pengusaha adalah pemrakarsa penemuan baru. Secara umum pengusaha adalah tokoh dari setiap usaha bisnis, karena pengusaha lah yang menggerakkan roda perindustrian di dalam perekonomian. Menurut Profesor Yale Brozen, dalam jangka panjang pengusaha swasta adalah unsure yang amat diperlukan dalam pembangunan ekonomi.

Menurut James T McCorry dalam bukunya Small Industry in a Northkualitas dari pengusaha adalah (a) enerjik, banyak akal, siap siaga terhadap peluang baru, mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dan mau menanggung resiko dalam perubahan dan perkembangan; (b) mampu memperkenalkan perubahan teknologi dan memperbaiki kualitas produknya; (c) mampu mengembangkan skala operasi dan melakukan persekutuan, mengejar dan menginvestasikan kembali labanya. Menurut Profesor Fritz Redlich dalam bukunya The business Leader in Theory and Reality peranan pengusaha dapat dibagi menjadi kapitalis, manajer dan pengusaha. Pada perusahaan kecil fungsi tersebut dapat dilaksanakan oleh pengusaha itu sendiri. Menurut Profesor Bert F.Hoselitz dalam bukunya Enterpreneurship and Economic Growth cirri utama pengusaha kecil terletak pada kemampuannya memimpin orang lain dalam usaha bersama dan kecenderungannya mengadakan penemuan baru. Pada perusahaan modern fungsi kapitalis dipegang oleh pemegang saham, fungsi pengelolaan dilakukan oleh beberapa orang manajer sedangkan fungsi kepengusahaan dipegang oleh ketua dewan direksi yang mengambil keputusan pokok melalui konsultasi dan persetujuan. Di Negara terbelakang, perusahaan umum dikendalikan oleh Negara, modal disediakan oleh pemerintah, manajer untuk berbagai departemen diambil dari berbagai bidang spesialisasi dan keputusan usaha diambil oleh manajer dan pihak penguasa. FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERTUMBUHAN KEWIRASWASTAAN 1. Sistem Sosial Di Negara terbelakang, sikap tradisional tidak menunjang pemanfaatan penuh sumber daya manusia. Kekuatan adat istiadat, kekuatan status dan kecurigaan pada gagasan baru dan pada hasrat intelektual, bersama-sama menciptakan suasana yang tidak cocok bagi percobaan dan penemuan baru. Hagen menyatakan bahwa system nilai budaya di kebanyakan Negara miskin tidak mengutamakan prestasi ekonomi. Mereka lebih menyukai perdagangan dan profesi tradisional daripada usaha pada perdagangan baru. 2. Ketimpangan pendapatan dan kekayaan Mereka yang berada pada puncak piramida pendapatan seperti tuan tanah dan pedagang lebih suka menabung atau investasi dibidang-bidang yang tidak produktif untuk menghindari resiko pada bisnis baru. Ada juga beberapa pengusaha dan pedagang disamping memperdagangkan barang konsumen sekaligus juga sebagai lintah darat dan agen real estate, bahkan pengusaha yang bergerak dibidang perkebunan dan pertambangan cenderung menjadi monopolistic dan kwasi-monopolistik. 3. Keterbelakangan teknologi Ini menyebabkan berkurangnya output per orang dan produknya juga berada dibawah kualitas standar, karena tidak mempunyai keterampilan teknis dan modal yang diperlukan untuk mengembangkan teknik yang bersifat menaikkan output dan menyerap tenaga kerja. Menurut

Hoselitz dalam bukunya Problems of Adopting Communicating Modern Techniques to Less Developed Area, hambatan-hambatan ekonomi, social dan administrative memaksa rakyat di Negara bersangkutan menjatuhkan pilihan pada teknik kuno daripada teknik yang menaikkan output. Sejauh menyangkut proses inovasi Schumpeter, Profesor Harry Wallich berpendapat bahwa orang hampir tidak dapat mengatakan bahwa inovasi merupakan ciri khas utama Negara berkembang. UPAYA MENDORONG KEWIRASWASTAAN Faktor-faktor yang menunjang pertumbuhan kewiraswastaan adalah motivasi, kemampuan dan lingkungan yang sesuai. Karena motivasi dan kemampuan merupakan masalah sosiologis jangka panjang, maka untuk menumbuhkan kewiraswastaan Negara terbelakang perlu diciptakan iklim sosial, politik dan ekonomi yang sesuai. Masalah utama Negara berkembang adalah bagaimana menciptakan iklim kewiraswastaan. Ini disebabkan karena disatu pihak tergantung pada pendirian lembaga-lembaga sosial yang secara obyektif memungkinkan kebebasan berusaha bagi individu dan dipihak lain tergantung pada kematangan dan pengembangan kepribadian yang berorientasi pada produktifita, pekerjaan, kreatifitas kreatif. Disamping itu langkanya berbagai macam tenaga terampil seperti pekerja, ilmuwan, teknisi, manajer dan sebagainya juga merupakan persoalan yang mempersulit perkembangan kewiraswastaan di Negara berkembang.

43 Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan Ekonomi


Dalam rangka mengatasi sifat kaku yang melekat di Negara terbelakang, pemerintah harus memegang peranan positif, karena tindakan pemerintah ini sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi Negara-negara terbelakang. Tugas terpenting pemerintah adalah mengatasi perbedaan social dan menciptakan situasi psikologis, ideologis, social dan politik yang menguntungkan pembangunan ekonomi. Menurut Profesor Lewis ruang lingkup tindakan pemerintah mencakup penyelenggaraan pelayanan umum, menentukan sikap, membentuk lembaga-lembaga ekonomi, menentukan penggunaan sumber, menentukan distribusi pendapatan, mengendalikan jumlah uang, mengendalikan fluktuasi, menjamin pekerjaan penuh dan menentukan laju investasi. A. PERUBAHAN KERANGKA KELEMBAGAAN Salah satu langkah pembangunan ekonomi adalah mengubah sikap social budaya masyarakat di Negara terbelakang. Masyarakat ini mempunyai tradisi budaya dan religious yang tidak menunjang pembangunan ekonomi. Kerangka kelembagaan tidak mendorong tingkah laku individualistic yang rasional, dan semangat persaingan serta usaha. Untuk mengatasi ini perlu diadakan revolusi social tanpa mengubah pranata yang ada. Perubahan ekonomi tidak semata disebabkan oleh perubahan kelembagaan, tapi dapat juga terjadi karena peningkatan pembentukan modal atau sebagai akibat perubahan teknologi yang pada akhirnya menyebabkan perubahan kelembagaan. Perubahan kelembagaan dapat juga disebabkan oleh factor non ekonomi seperti perubahan gagasan religious atau kerangka politik. B. PERUBAHAN ORGANISASI Pengembangan pasar dan organisasi pasar buruh merupakan perubahan organisasi yang juga memegang peranan dalam pembangunan ekonomi. Di Negara terbelakang perubahan ini hanya dapat dilakukan oleh pemerintah, karena hanya pemerintah yang dapat membangun sarana transportasi dan komunikasi untuk mengembangkan pasar.

Organiasi pasar buruh juga

termasuk kedalam fungsi pemerintah. Pemerintah membantu

mengorganisasi buruh dengan membentuk serikat-serikat buruh, karena dengan adanya organisasi buruh ini akan meningkatkan produktifitas buruh. Di Negara terbelakang mobilitas buruh tidak ada, kebanyakan mereka tinggal didaerah pedesaan dan bergerak di bidang pertanian selama jangka waktu yang terbatas, sehingga mereka adalah setengah pengangguran atas pengangguran tersembunyi.Peranan pemerintah dalam hal ini adalah membuka pusat informasi di pedesaan, sehingga mereka mendapatkan informasi tentang kesempatan kerja di perkotaan dan pusat perindustrian. C. OVERHEAD SOSIAL DAN EKONOMI Penyediaan overhead social dan ekonomi di Negara terbelakang sebagian besar termasuk dalam kegiatan pemerintah. Kebutuhan bagi pelayanan dasar seperti jalan kereta api, transportasi darat, telekomuniasi, gas, listrik dan sebagainya penting sekali bagi pembangunan masa depan. Program pendidikan juga merupakan bagian yang penting, karena pembangunan ekonomi tidaklah mungkin tanpa pendidikan. Bagi pembangunan ekonomi, kualitas buruh adalah lebih penting, pekerja yang tidak terampil meskipun bekerja dalam waktu yang panjang akan tetap menerima upah yang rendah. Bidang lainnya dimana pemerintah dapat melakukan langkah positif adalah kesehatan masyarakat. Ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas buruh. Langkat-langkah kesehatan masyarakat sangat penting dilakukan karena ada dua alasan, pertama, Langkah-langkah itu dapat membantu proses pembangunan dengan menambah produktifitas dan efisiensi buruh, kedua, dengan mengurangi angka kematian langkah-langkat tersebut cenderung meningkatkan laju pertumbuhan penduduk, sehingga memaksa pemerintah untuk melaksanakan program keluarga berencana dan akselerasi pembangunan. Keluarga Berencana adalah pengurangan angka kelahiran secara terencana. India adalah salah satu diantara negara terbelakang yang pertama melakukan programkeluarga berencana ditingkat pemerintah. D. PEMBANGUNAN PERTANIAN Pertanian adalah mata pencaharian utama pada Negara terbelakang dan menyumbang dari separuh bagian pendapatan nasional. Namun, di Negara terbelakang petani itu begitu miskin, buta aksara dan bodoh. Mereka tidak mempunyai motivasi yang cukup untuk melakukan perbaikan lahan, cara hidup mereka diatur oleh kebiasaan dan tradisi. Karena itu menjadi tugas pemerintah mengadakan perbaikan lahan dan menyiapkan rencana pembangunan pertanian. Tetapi keberhasilan program pembangunan pertanian akan tergantung pada tindakan land reform yang dilaksanakan pemerintah. Langkah-langkah Land Reform mencakup (1) penghapusan calo; (2) jaminan masa sewa bagi petani penyewa; (3) hak untuk membeli tanah yang ditanami penyewa itu; (4) ganti rugi atas perbaikan permanen yang dilakukan pada lahan oleh penyewa; (5) membatasi uang sewa

yang dikenakan oleh para pemilik tanah; (6) penetapan pagu pemilikan pertanian; (7) konsolidasi pemilikan.

E.

PEMBANGUNAN INDUSTRI Fungsi penting pemerintah lainnya adalah membangun ekonomi industri. Pemerintah mempunyai

tugas untuk merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan industri yang tepat sehingga dapat memberikan dorongan seperlunyabagi pengembangan industri rakyat, industri skala besar dan kecil. Pemerintah harus menerapkan kebijaksanaan desentralisasi industri sehingga industri-industri dapat disebar ke seluruh wilayan sesuai dengan kekayaan faktor mereka bahkan dapat membantu mengembangkan sumber-sumber setempat dan memberikan kesempatan kerja yang lebih besar. Disamping itu pemerintah juga dapat membantu pembangunan wilayah terbelakang dengan memulai perusahaan Negara sendiri dan dengan mendorong perusahaan swasta untuk mendirikan industri dengan memberikan berbagai fasilitas dan konsesi. F. KEBIJAKSANAAN MONETER DAN FISKAL Kebijaksanaan moneter mempunyai peranan yang penting dalam mempercepat pembangunan dengan mempengaruhi biaya dan tersedianya kredit, dengan mengendalikan inflasi dan dengan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Pemerintah melakukan semua ini melalui Bank Sentral Negara. Bank Sentral mengendalikan kredit, memperluas fasilitas perbankan dengan menciptakan lembaga keuangan, mengembangkan pinjaman pemerintah dan mengelola utang Negara dan menetapkan suku bunga dalam rangka mendorong tabungan dan investasi. Dengan kebijakan fiskal pemerintah mencoba memperbaiki ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan yang melebar bersama pembangunan. Kebijaksanaan ini akan memperluas pasar internal, mengurangi impor yang tidak penting, meniadakan tekanan inflasioner dan merangsang berbagai jenis proyek pembangunan yang diinginkan. Semua itu dapat dilakukan pemerintah dengan menerapkan kebijaksanaan yang tepat di bidang perpajakan, anggaran pendapatan, belanja dan pinjaman Negara. Melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang tepat, pemerintah mampu menyingkirkan hambatan-hambatan ekonomis, kelembagaan dan social di Negara terbelakang. G. PENINGKATAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI Negara terbelakang biasanya berorientasikan perdagangan luar negeri tetapi nilai dan kuantitasnya sangat kecil, nilai impor mereka jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspornya. Ini menimbulkan persoalan neraca pembayaran dan devisa yang hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengatasi persoalan ini dengan mengadakan promosi ekspor dan kebijaksanaan subsitusi impor. Untuk tujuan ini, pemerintah mengenakan pajak impor, kuota, biaya (pajak) tambahan

dan system kurs berganda sebagai alat pelindung harga, sedangkan pembebasan pajak dan subsidi dipakai untuk mengurangi biaya pada industri-industri subsidi impor. Disamping itu untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran dapat dilakukan melalui bantuan luar negeri pemerintah. Jadi dengan mengembangkan besarnya pasar bagi barang dalam negeri melalui perdagangan luar negeri, pemerintah mampu menaikkan pendapatan, investasi dan tingkat pekerjaan perekonomian.

BAGIAN KELIMA PEMBANGUNAN EKONOMI : UPAYA-UPAYA INTERNASIONALISME Bab 44 Peranan Perdagangan Luar Negeri Dalam Pembangunan Ekonomi
Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Peranan perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi cukup menonjol. Perdagangan luar negeri mempunyai arti yang sangat penting bagi Negara terbelakang tentang perlunya membangun, pengetahuan dan pengalaman yang memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana untuk melaksanakannya. Haberler berpendapat, Kesimpulan umum saya adalah bahwa perdagangan internasional telah memberikan sumbangan luar biasa bagi pembangunan Negara kurang berkembang di abad ke-19 dan 20 dan dapat diharapkan sumbangan tersebut akan sama di masa dating dan bahwa perdagangan bebas dengan sedikit perbaikan atau penyimpangan tidak mendasar atau marginal adalah kebijaksanaan yang terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi. Manfaat Langsung Bila suatu Negara mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja dan dapat mengekspor komoditi yang diproduksi lebih murah itu untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan Negara lain dengan biaya lebih

rendah, maka Negara tersebut memperoleh keuntungan, dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan. Perdagangan internasional memperluas pasaran dan merangsang investasi, pendapatan dan tabungan melalui alokasi sumber daya dengan lebih efisien, seperti dikemukakan oleh J.S. Mill, dimana Perluasan pasar akan menghasilkan sejumlah ekonomi internasional dan eksternal dan karenanya akan mengurangi biaya produksi. Perdagangan luar negeri juga membantu mengalihkan sector pangan (subsisten) ke sector uang karena pasar bagi produk pertanian meningkat dan pendapatan serta standar kehidupan kaum tani meningkat. Manfaat Tidak Langsung Dengan meluasnya pasar dan cakupan spesialisasinya, perdagangan internasional penemuan mendorong dan lebih banyak pemakaian mesin, mendorong buruh, pembaharuan, meningkatkan produktivitas

menurunkan biaya dan membawa kea rah pembangunan ekonomi. Selain itu, juga memperkenalkan kepada rakyat produk-produk baru dan menarik, serta mendorong mereka untuk bekerja lebih giat menabung dan menghimpun modal teknis, efisien. Pandangan Yang Berlawanan Prebisch, Singer dan Myrdal berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri justru memperlambat pembangunan Negara terbelakang. Terdapat tiga kiat (argument) dalam menyokong pandangan bahwa perdagangan internasional menghambat pembangunan. Satu, dampak negative pergerakan modal internasional; Dua, demonstration effect bagi pemuasan atas keinginan-keinginan manajer dan baru, mengundang dan pemasukan modal luar negeri dan membangkitkan gagasan baru, kemampuan keterampilan, bakat-bakat kewiraswastaan, mendorong persaingan yang sehat dan mencegah monopoli yang tidak

internasional yang merugikan; dan Ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdagangan barang (Comodity terms of trade). Prebisch mengasumsikan bahwa kemampuan mengimpor atau imbangan pendapatan (income terms of trade) merupakan factor penentu pertumbuhan ekonomi Negara terbelakang dan terms of trade merupakan sarana paling penting bagi penyaluran keuntungan produktivitas dari Negara pusat ke Negara pinggiran. Singer berpendapat bahwa pembukaan Negara terbelakang untuk perdagangan luar negeri dan investasi cenderung menghambat pembangunan karena maksud dan tujuan investasi adalah untuk membuka sumber bahan makanan baru bagi rakyat dan bagi mesin-mesin Negara industri, yang tidak akan menguntungkan Negara terbelang karena tiga sebab, yaitu : (i) Negara investor memperoleh bagian yang lebih besar dari efek multiplikasi kumulatif investasi asing dalam bentuk mengalirnya keuntungan yang lebih besar ke Negara asal; (ii) Spesialisasi tadi mengalihkan Negara terbelakang ke jenis kegiatan yang (iii) kurang memungkinkan tumbuhnya kemajuan treknologi ekonomi eksternal dan internal; Hal itu memperburuk imbangan dagang (terms of trade) Negara terbelakang. Menurut Fredie Mehta, imbangan dagang bukanlah factor penentu pembangunan ekonomi yang paling penting. Meskipun keuntungan produktivitas tidak beralih ke Negara terbelakang dalam bentuk produk manufaktur dengan harga rendah, namun beralih kepada mereka dalam bentuk perbaikan produk, penemuan produk dan diversifikasi produk. Negara terbelakang sebenarnya telah memetik keuntungan dari investasi luar negeri. Sebagai suatu langkah kebijaksanaan, Prebisch menganjurkan proteksi, sementara Singer menyarankan pemanfaatan modal asing secara lebih baik. Tidak ada bantahan terhadap saran Singer, tetapi anjuran Prebisch dikritik secara tajam. Myrdal menyangsikan apakah Negara terbelakang mempunyai cukup kekuatan monopoli atau monopsony untuk memperbaiki imbangan dagang mereka melalui pengenaan pajak ekspor atau impor. Bahkan jika

mereka mempunyai kerja sama monopolistic, keuntungannya akan bersifat sementara karena hal itu dapat ditiadakan dengan tindakan balasan atau dengan perubahan di dalam nilai elastisitas permintaan dan penawaran. Langkah kebijaksanaan ini lemah karena tidak menekankan arti penting promosi ekspor, substitusi impor dan tindakan moneter dan fiscal untuk memperbaiki terms of trade.

Bab 45 Kebijaksanaan Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi

Pengaturan perdagangan luar negeri merupakan prinsip dasar dari kebijaksanaan perdagangan. Karena tanpa suatu peraturan yang ketat, suatu Negara terbelakang tidak dapat memulai pembangunan ekonominya. Proteksi kemudian menjadi sesuatu yang perlu dalam rangka menaikkan tingkat pembentukan pendapat modal, mengembangkan apakah Negara industrialisasi terbelakang atau dan harus menggeser mengikuti ketidakseimbangan neraca pembayaran. Akan tetapi ada berbagai beda mengenai kebijaksanaan perdagangan yang restriktif suatu kebijaksanaan

perdagangan yang liberal. Myrdal berpendapat bahwa pembatasan impor di Negara terbelakang hanyalah sekedar pergeseran permintaan impor beberapa komoditi kepada yang lainnya dan pada umumnya kepada barang-barang yang dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi. Pembatasan impor tidak berarti pengurangan jumlah keseluruhan impor. Karena itu pembatasan impor dan subsidi ekspor mereka tidak mengurangi jumlah keseluruhan perdagangan dunia. Pada tempat lain, Myrdal menyatakan lebih tegas bahwa saran agar Negara terbelakang pada saat ini, yang sering dikemukakan tanpa beralasan, hendaknya menjauhkan diri dari perdagangan luar negeri adalah sama halnya dengan menghentikan kebijaksanaan pembangunan mereka. Peraturan secara ketat perdagangan luar negeri mereka adalah sesuatu yang perlu tetapi peraturan ini pada umumnya tidak akan mengurangi perdagangan dunia. Selanjutnya dia percaya bahwa Negara terbelakang mempunyai dasar-dasar rasional untuk meminta Negara-negara maju meliberalisasikan perdagangan mereka secara sepihak. Mereka perlu menjadi pedagang-pedagang bebas yang kokoh tetapi tetap mempertahankan hak mereka sendiri untuk memberikan subsidi ekspor dan membatasi impor. Dan mereka mempunyai argument yang kuat untuk melawan setiap orang yang menyebut sikap mereka ini secara logika tidak konsisten. Pandangan lain dikemukakan oleh Meier dan Baldwin yang menyatakan bahwa kebijaksanaan perdagangan yang bersifat proteksi akan mengganggu pola optimum perdagangan dunia dan dapat mengarah pada praktek produktif yang tidak ekonomis dan merintangi arus modal asing. Pada sisi lain, kebijaksanaan perdagangan liberal dapat menjadi suatu kekuatan yang sangat

penting

dalam

menentukan

pada

tingkat

mana

suatu

Negara

akan

membangun. Dengan demikian suatu Negara terbelakang yang tidak memanfaatkan keuntungan dari perdagangan internasional hanya akan mengabdikan kemiskinannya. Argument ini didasarkan pada praduga bahwa penerapan kebijaksanaan proteksi selalu menuju autarki. Tetapi kebijaksanaan protektif yang dirancang dengan baik mengarah pada pemanfaatan penuh sumber-sumber daya yang menganggur sehingga mengembangkan dan menganekaragamkan Akan tetapi, perekonomian, jika Negara yang akhirnya harus menuju memilih pada antara pengembangan perdagangan luar negeri. terbelakang pembangunan ekonomi dan perdagangan luar negeri, ia akan selalu memilih yang pertama. Dan kebijaksanaan perdagangan tampil menjadi cara yang paling mudah untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Sebagaimana Nurkse bilang, Jika masalahnya adalah masalah merangsang kesempatan kerja, maka penghentian impor merupakan metode yang sangat sederhana. Bilamana masalahnya adalah mengumpulkan pajak bagi pendapatan pemerintah, tarif tidaklah sulit untuk diberlakukan dan telah sangat popular di beberapa Negara kurang berkembang. Bilamana proteksi diperlukan bagi industry yang basru berdiri (infant industries), pembatasan impor adalah lebih mudah lagi daripada peningkatan dana untuk membayar subsidi langsung kepada industry-industri yang diproteksi.

Bab 46 Peranan Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi Pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat

pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun modal overhead ekonomi dan dalam menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin tetapi juga keterampilan teknik. Ia membuka daerah-daerah terpencil dan menggarap sumber-sumber baru yang belum dimanfaatkan.

Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga ditanggung modal asing. Selanjutnya, modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerja sama dengan perusahaan asing. Ia meniadakan problem neraca pembayaran dan menurunkan tekanan inflasi. Modal asing membantu memodernisasi masyarakat dan memperkuat sector Negara maupun sector swasta. Penggunaan modal asing dengan demikian penting untuk mempercepat pembangunan ekonomi Negara-negara terbelakang. Analisa biaya-keuntungan bantuan luar negeri menghasilkan implikasi kebijaksanaan tertentu. Syarat bantuan lunak menaikkan biaya riil bagi Negara donor. Bantuan bersyarat menurunkan biaya riil pada donor. Pada waktu yang sama, bantuan bersyarat menaikkan beban pembayaran kembali bagi penerima dan mengurangi keuntungan riil bantuan. Karena itu disarankan agar Negara kurang maju penerima bantuan sejauh mungkin lebih menekankan pada bantuan tak bersyarat. Analisa biaya dan keuntungan riil menekankan agar Negara maju meringankan syarat bantuan kepada Negara kurang maju. Mereka harus mengatur bantuan sedemikian rupa sehingga padanan hibah per unit nilai bantuan meningkat ketimbang turun. Argument ini menjadi semakin kuat dari adanya kenyataan bahwa sejumlah Negara kurang maju mempunyai kewajiban utang (pokok dan bunga) yang sangat tinggi dan mereka menemui kesulitan untuk membayar kembali utang mereka yang menumpuk.

47 PENANAMAN MODAL ASING SWASTA


SIFAT Pada peralihan abad ini : Sebagian besar dalam bentuk investasi tidak langsung kepada negara terbelakang Investasi langsung hanya untuk bidang produksi ekspor Sebagian besar investasi swasta merupakan investasi langsung Terpusat pada eksploitasi bahan mentah

Sejak Perang Dunia Kedua :

Pada saat perekonomian lepas landas : Investasi lebih banyak ditujukan untuk manufaktur

KELEBIHAN INVESTASI LANGSUNG a. Investasi langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi dan organisasi yang mutakhir ke negara terbelakang b. Hal ini akan mendorong perusahaan lokal untuk menginvestasikan sendiri lebih banyak pada industri pendukung atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing. Perusahaan asing mendorong perusahaan lokal dengan cara : Secara langsung : membantu perkembangan perusahaan lokal dengan tenaga manusia, uang dan bahan serta memberikan latihan dan pengalaman kepada personil. Secara tidak langsung : menciptakan permintaan bagi jasa-jasa tambahan. c. Investasi langsung mempunyai keuntungan tambahan, karena investasi langsung dapat mengembangkan industri itu sendiri. Sebagian besar laba ditanamkan kembali ke dalam pengembangan, modernisasi atau pembangunan industri terkait. d. Investasi asing swasta disalurkan kepada penggunaan yang logis dan produktif. Karenanya ia menambah kapasitas produksi negara peminjam modal. e. Kemungkinan negara peminjam untuk lari sangat kecil, beban neraca pembayaran selama depresi juga sangat kecil. f. Pada tahap awal pembangunan, investasi langsung juga meringankan beban neraca pembayaran negara terbelakang. Karena, tenggang waktu antara pengoperasian perusahaan baru dan perolahan laba itu lama. Laba investasi langsung kurang membawa tekanan pada neraca pembayaran. g. Investasi langsung mengalir ke sektor pertanian dan industri pengolahan yang memproduksi barang-barang primer untuk ekspor, hal ini akan membantu meringankan posisi neraca pembayaran negara terbelakang. h. Pada akhirnya investasi langsung akan mengalir ke negara berkembang dan mendorong pengusahanya untuk menanamkan modalnya di negara terbelakang lain. Akan tetapi jika dilihat dari suku bunga, investasi portfolio memang lebih baik daripada investasi langsung karena ia tidak memerlukan biaya yang lebih besar. HAMBATAN PADA INVESTASI ASING SWASTA 1. Kecilnya pasar domestik yang menyebabkan Rate of Return pada modal rendah 2. Kekurangan fasilitas dasar seperti transpor, tenaga dan keperluan umum lainnya, sistem perbankan dan kredit, dan buruh terampil. 3. Pembatasan pada pembayaran laba dan repatriasi modal, atau kekhawatiran akan penolakan semuanya sekaligus.

4. Ancaman pengambilalihan, nasionalisasi, atau pemilikan oleh negara dan reservasi jenis industri tertentu bagi perusahaan domestik. 5. Pengaturan perusahaan asing secara ketat untuk tujuan nasional dengan menetapkan pagu penghasilan, dengan diskriminasi pajak laba, dan dengan mewajibkan perusahaan asing untuk melatih dan mempekerjakan sejumlah tertentu buruh lokal tidak hanya pada posisi biasa tapi juga pada posisi eselon tinggi. 6. Pengendalian devisa yang ketat dan khususnya keruwetan dan kelambatan administratif yang berkaitan dengan pengendaian alat tukar. 7. Kekhawatiran diskriminasi pada pengadilan lokal karena perbedaan konsepsi hukum. 8. Ketidakstabilan politik dan ekonomi, perang dingin dan kecendrungan sosialis di negara terbelakang menyebabkan ketidak menentuan dan kekurangyakinan investor. PEMBENARAN Akan tetapi negara terbelakang mempunyai alasan tersendiri untuk membenarkan rintangan terhadap modal asing tersebut, diantaranya : - Mencerminkan rasa kebangsaan dalam kebangkitan kembali - Adanya kekhawatiran akan penghisapan ekonomi dan dominsai politik masa lampau. - Menyebabkan hilangnya kemerdekaan ekonomi pada hampir semua negara Afro-Asia dan menurunkan derajat bangsa tersebut pada status jajahan. Hal ini melahirkan perekonomian tiga-muka bagi negara peminjam dengan segala konsekuensi buruknya. Modal asing mengarah pada pengurasan sumber daya alam negara pengimpor modal dalam rangka menguntungkan dan memperkaya negara induk. Investasi asing langsung hanya mengarah pada industri pengolhana yang mengabaikan industri dasar dan industri berat, dengan demikian mengarah pada pembangunan perekonomian yang berat sebelah Pada investasi langsung, dana dalam bentuk modal dan peghasilan ditransfer ke negara induk, tapi tidak dimanfaatkan untuk pembangunan negara pengutang. Hal tersebut diatas menyebabkan negara terbelakang lebih menaruh kepercayaan keada modal asing swasta. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENDORONG INVESTASI ASING SWASTA a. Adanya stabilitas politik dan keamanan harta dan jiwa. Akan lebih baik jika disertai dengan penyediaan fasilitas asuransi jiwa dan kekayaan. b. Pemerintah negara terbelakang harus memberikan informasi yang jelas kepada perusahaan asing mengenai ruang lingkup kesempatan investasi. c. Pemerintah negara peminjam modal bisa menurunkan biaya produksi perusahaan asing dengan menyediakan fasilitas dasar yang memadai.

d. Negara terbelakang harus memberikan fasilitas bagi pengalihan laba, deviden, bunga dan pinjaman pokok dengan mem perhatikan posisi neraca pembayaran sendiri. e. Adanya jaminan keamanan modal. Adanya jaminan bahwa pemerintah negara terbelakang tidak akan menasionalisasikan perusahaan asing selama periode waktu tertentu. f. Rangsangan pajak merupakan daya tarik yang kuat bagi pengusaha bisnis. Rangsangan pajak negara pemberi pinjaman dapat berupa : Sistem kredit pajak Perjanjian bilateral antara negara pemberi pinjaman dengan negara peminjam untuk menghapuskan pajak ganda Penghapusan semua pajak atas pendapatan bisnis yang diperoleh di luar negeri Izin untuk meniadakan biaya investasai modal asing sebagai pengeluaran perusahaan Pembebasan pajak bagi perusahaan asing selama periode tertentu setelah investasi awal Rabat pembangunan pada investasi modal baru Rabat pada laba yang tidak dibagi Kelonggaran penyusutan tambahan pada investasi baru

Negara pengimpor modal juga bisa mengambil langkah-langkah perpajakan tertentu, yaitu :

g. Menerapkan sistem usaha patungan yang mendorong bagi pemasukan modal ke negara terbelakang. h. Pada kondisi dimana perusahaan tidak dapat berkembang sedangkan permintaan terhadap outputnya tinggi, maka sangat dianjurkan untuk menempuh kebijakan perluasan yang dialihkan. Kebijakan ini bertujuan mengalihkan proses pembuatan suatu barang ke negara terbelakang secara bertahap. i. j. Investasi yang menguntungkan tidak akan tercipta jika tidak ada fasilitas bagi arus masuk modal asing. Memberikan pembebasan bea masuk bagi pabrik dan peralatan serta bahan mentah yang diperlukan oleh suatu industri asing baru.

48 PENANAMAN MODAL ASING NEGARA


ARTI PENTING Investasi asing negara untuk mempercepat pembangunan ekonomilebih penting daripada modal asing swasta. Investasi asing swasta : Hanya mampu menyelesaikan sebagian kecil saja masalah kebutuhan uang negara yang begitu besar Tidak mau terlibat dalam masalah pengeluaran sosial seperti bidang pendidikan, kesehatan masyarakat karena dalam jangka panjang tidak memberikan keuntungan langsung. Mensyaratkan adanya jasa pelayanan umum pokok di negara terbelakang. Padahal modal yang diperlukan untuk penyediaan jasa tersebut sangat besar dan tidak mungkin dilaksanakan oleh pihak modal swasta, hal ini hanya dapat dilakukan dengan dasar pinjaman negara. Bantuan asing yang mengalir ke negara terbelakang dalam bentuk : Pinjaman Bantuan

Hibah

LEMBAGA PEMERINTAH Dibawah strategi pembangunan internasional PBB setiap negara maju diharapkan memberikan sekurangkurangnya 1% dari Produk Nasional Brutonya sebagai bantuan kepada negara berkembang selama dekade pembangunan (1970 dan 1980). Amerika Serikat : Program USAID, mencakup hibah dan pinjaman pembangunan jangka panjang. a. Hibah diberikan untuk pemebrantasan malaria dan cacar, pendidikan tinggi, pembangunan peternakan, latihan kejuruan, produksi tanaman, pembangunan masyarakat dan lainnya. b. Pinjaman dapat dibayarkan kembali dalam bentuk rupiah dan dolar dalam jangka waktu 40 tahun, dengan kelonggran 10 tahun pertama membayar bunga 2% per tahun dan 3% untuk tahun-tahun berikutnya. Program Public Law 480 (Pangan untuk Perdamaian), pemerintah Amerika Serikat menyediakan sejumlah besar beras, gandum, jagung, kapas, susu bubuk dan komoditi pertanian lainnya untuk negara terbelakang. Sebagian dari supply berbentuk sumbangan dan sisa dibayar dengan mata uang setempat. Sebagian dana Public Law 480 disediakan untuk pinjaman sektor swasta kepada : a. Perusahaan Amerika atau cabangnya yang beroperasi di negara tuan rumah atau perusahaan pribumi yang berafiliasi dengan perusahaan Amerika b. Perusahaan pribumi negara tuan rumah yang tidak mempunyai afiliasi dengan perussahaan Amerika, tetapi mempermudah penyaluran produk pertanian Amerika. Bank Eksim, bertujuan meningkatkan ekspor Amerika Serikat dan untuk tujuan ini bank tersebut memberikan kredit dan jaminan ekspor. Korps Perdamaian, bertujuan untuk mengirim para remaja Amerika Serikat sebagai Duta Perdamaian ke daerah pedesaan diberbagai negara terbelakang untuk menyebarkan bantuan teknis kepada petani mengenai semua hal kehidupan pedesaan. Inggris : Menyediakan fasilitas kredit berjangka waktu 25 tahun dengan tigkat suku bunga 5 sampai 6%, biasanya didahului dengan periode bebas bayar 5 sampai 7 tahun untuk pinjaman pokok dan bunga. Republik Federal Jerman : Mendirikan Kreditanstalt for Wiederanf Bank (Bank Pembangunan)

Kanada : Memberikan bantuan meliputi hibah, pinjaman jangka menengah atas dasar semi komersil untuk 10-20 tahun dengan bunga 6% dan pinjaman jangka panjang melalui program pembangunan khusus. Soviet : Sebagian besar bantuan yang diberikan dalam bentuk pinjaman dengan suku bunga sanagt rendah yaitu 2 % dengan jangka waktu paling lama 12 tahun. Bantuan juga diberikan di sektor industri, pertambangan dan energi.

BADAN REGIONAL DAN ORGANISASI DUNIA Bank Pembangunan Asia : Didirikan oleh negara-negara anggota ECAFE, guna memberikan pinjaman kepada negara terbelakang Asia Tenggara untuk membiayai proyek pembangunan. Tujuannya adalah meminjamkan dana dan memberikan bantuan teknis kepada anggota negara berkembang dan untuk membantu perkembangan pertumbuhan ekonomi dan kerja sama dikawasan Asia. Dana Pembangunan Asia : memberikan pinjaman lunak, khususnya kepada negara kecil dan negara kurang maju dikawasan Asia. International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) : bertujuan untuk membiayai proyek pembangunan negara terbelakang. Berorientasikan proyek, keuangannya hampir selalu dikaitkan dengan pengeluaran untuk tujuan investasi khusus ketimbang disediakan untuk memenuhi kebutuhan umum negara peminjam untuk modal atau impor. International Finance Corporation (JFC) : Didirikan untuk mengatasi ketidakluwesan IBRD Dapat memberikan pinjaman kepada perusahaan swasta tanpa persetujuan atau jaminan dari negara anggota. Berhak membeli saham dan obligasi perusahaan swasta Berwenang untuk menjual investasinya pada pasar modal swasta untuk menaikkan tambahan dana.

International Development Association (IDA) : Didirikan untuk menyediakan biaya pembangunan kepada negara kurang maju dengan syaratsyarat yang tidak memberati neraca pembayaran negara penerima dibandingkan dengan pinjaman konvensional. Diberikan dalam jangka waktu 50 tahun, bebas bunga, 10 tahun periode bebas bayar, biaya administrasi 0,75 % ditarik setiap tahun. United Nation Development Program (UNDP) dan Special United Nation for Economic Development (SUNFED) : Dikelola oleh PBB Bertujuan untuk menyingkirkan kemacetan dan rintangan-rintangan lainnya yang menghambat kemajuan negara atau wilayah. Tidak memberikan pinjaman, tapi bantuan teknis dalam bentuk penyediaan jasa tenaga ahli dan peralatan serta fasilitas latihan bagi personal di luar negeri. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN JUMLAH BANTUAN LUAR NEGERI BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI 1. Tersedianya dana. Negara-negara maju seharusnya menyediakan cukup modal surplus untuk diekspor. 2. Daya serap negara penerima. Daya serap mencakup semua hal dimana kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan, untuk mengubah struktur perekonomian, dan untuk mengalokasikan kembali sumber, dibatasi oleh kurangnya faktor-faktor penting, problem kelembagaan atau organisasi yang tidak sesuai. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap : Beberapa jenis kapasitas tidak terpakai, peluang bagi perbaikan teknologi Rencana pembangunan yang terancang baik Beberapa sumber keuangan domestik Administrator negara dan bisnis yang mampu melaksanakan proyek secara tepat guna Pemerintah yang kuat dan bersatu yang didukung rakyat Masyarakat yang lentur yang sudah mengalami perubahan budaya dan berkemauan untuk Tingkat pendidikan yang tinggi dan sistem pendidikan yang efektif Rakyat yang keranjingan akan teknologi dan pembangunan

dan tepat daya

beralih mata pencarian dari pertanian ke industri

3. Tersedianya sumber-sumber. 4. Kemampuan negara penerima untuk membayar kembali.

Syarat agar mampu membayar adalah bahwa sistem fiskal mampu menghimpun dana yang diperlukan, dan terjadi transformasi yang mengalihkan sumber ke jalur-jalur yang meningkatkan ekspor atau menurunkan impor. 5. Kemauan dan usaha si negara penerima untuk membangun. BANTUAN ATAU PERDAGANGAN Belakangan ini negara kurang maju berpendapat bahwa perdagangan lebih penting daripada bantuan dalam mempercepat pembangunan mereka. BAB. 49. Perencanaan Ekonomi PENGERTIAN PERENCANAAN EKONOMI Perencanaan adalah teknik , cara untuk mencapai tujuan untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh badan Perencanaan Pusat. Professor Lewis menunjukkan 6 pengertian perencanaan : 1. Menghubungkan istilah itu dengan penetuan letak geografis faktor, bangunan tempat tinggal, bioskop dan semacamnya. 2. Memutuskan uang apa yang akan dipergunakan pemerintah di masa depan, seandainya ia mempunyai uang yang dapat dibelanjakan. 3. Ekonomi di mana masing-masing satuan produksi (atau perusahaan) hanya mwmakai sumber manusia, bahan dan peralatan yasng dialokasikan ke sana melalui kuota dan menjual produknya semata-mata kepada orsng atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat. 4. Setiap penentuan sasaran produksi oleh pemerintah, apakah itu untuk perusahaan negara atau perusahaan swasta. 5. Sasaran ditetapkan untuk perekonomian secara keseluruhan dengan maksud untuk mengalokasikan semua buruh, devisa, bahan mentah dan sumber lainnya negara ke berbagai bidang perekonomian. 6. Perencanaan kadang dipakai untuk menggambarkan sarana yang dipergunakan pemerintah untuk memaksakan sasaran-sasaran yang ditetapkan sebelumnya kepada perusahaan swasta. Salah satu definisi yang paling populer adalah yang dikemukakan Dickison yang mengartikan perencanaan sebagai pengambil keputusan utama ekonomi tentang apa dan berapa banyak, bagaimana, bila dan di mana akan diproduksi, serta buat apa dialokasikan, oleh badan pengambil keputusan yang berwenang atas dasar pengamatan menyeluruh terhadap sistem perekonomian sebagai satu kesatuan. Walaupun tidak ada kebulatan pendapat, namun perencanaan ekonomi sebagaimana difahami oleh sebagian besar ahli ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan

sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dala jangja waktu tertentu. Kebutuhan Perencanaan di Negara Terbelakang Salah satu tujuan penting perencanaan di negara terbelakang adalah utnuk meningkatkan laju pembangunan ekonomi. Ada dua metode yang terbuka bagi negara terbelakang : 1. Pembangunan terencana dengan mengimpor modal dari luar negeri yang oleh Zweig disebut industrialisasi yang disangga. 2. Dengan tabungan wajib yang ia sebut industrialisasi swasembada. Mekanisme pasar di negara terbelakang belum lagi sempurna. Untuk menghapuskan pasar yang tidak sempurna, mobilisasi dan pemanfaatan sumber-sumber tersedia yang tidak efisien serta didalam, menetukan jumlah dan komposisi investasi, kekakuan struktural, maka mekanisme pasar perlu disempurnakan melalui perencanaan. Lebih lanjut, kebutuhan perencanaan di negara terbelakang didorong oleh keperluan menghapuskan pengangguran dan pengangguran tersembunyi yang tersebar luas dalam perekonomian seperti itu. Demi pembangunan ekonomi yang tepat, negara terbelakang memerlukan pembangunan sekotr pertanian dan industri, pembentukan overhead sosial dan ekonomi, pengembangan sektor perdagangan luar negeri dan domestik dengan cara yang harmonis. Semua ini memerlukan investasi serentak di berbagai sektor yang hanya mungkin dilakukan melalui perencanaan pembangunan. Perumusan Rencana dan Syarat-syarat Perencanaan yang Berhasil Perumusan dan keberhasilan suatu rencana memerlukan hal-hal sebagai berikut : 1. Komisi perencanaan. 2. Data statistik. 3. Tujuan. 4. Penetapan sasaran dan prioritas. 5. Mobilisasi sumber. 6. Keseimbangan dalam rencana. Harus ada keseimbangan antara tabungan dan investasi, antara penawaran barang yang tersedia dan permintaan atas barang tersebut, antara kebutuhan tenaga kerja dan penyediaannya, dan antara permintaan atas barang impor dan devisa yang tersedia. 7. Administrasi yang efisien dan tidak korup. 8. Kebijkasanaan pembangunan yang tepat. Prof. Lewis mencatat unsur-unsur utama kebijaksanaan pembangunan dimaksud sebagai berikut : a. Penyelidikkan potensi pembangunan; survei sumber nasional, penelitian ilmiah, penelitian pasar;

b. Penyediaan prasarana secara memadai (air, tenaga, angkutan dan perhubungan) apakah oleh badan usaha negara atau swasta; c. Penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang memadai untuk menjamin ketrampilan yang diperlukan; d. Perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian, khususnya peraturan yang berkaitan dengan hak atas tanah, perusahaan dan transaksi dagang; e. Bantuan untuk menciptakan pasar yang lebih banyak dan lebih baik; f. Menemukan dan membantu pengusaha yang potensial, baik dalam negeri maupun luar negeri; g. Peningkatan sumber yang lebih baik, baik swasta maupun negara. 9. Ekonomi dalam administrasi. 10. Dasar pendidikan. 11. Teori konsumsi. Menurut Prof. Galbraith, satu syarat penting perencanaan pembanguan modern adalah bahwa ia mempunyai teori konsumsi. 12. Dukungan masyarakat. Perencanaan dengan Komando (Direction) dan Perencanaan dengan Ransangan (Indocument) Prof. Lewis menggambarkan perbedaan antara perencanaan dengan komando dan perencanan dengan ransangan dalam rangka mobilisasi sumber bagi pencapaian rencana. Perencanaan dengan Komando Perencanaan dengan komando merupakan bagian integral dari masyarakat sosialis seperti Uni Soviet. Perencanaan tidask menghendaki adanya liberalisme. Yang merencanakan, mengatur dan memerintahkan pelaksanaan rencana sesuai dengan sasaran dan prioritas yang telah ditentukan sebelumnya. Kekurangan perencanaan komando : 1. Sistem perencanaan ini berkaitan dengan rezim birokratis dan totaliter. 2. Perencanaan dengan komando selalu tidak memuaskan karena sistem ekonomi saat ini sangat rumit. 3. Perencanaan dengan komando selalu tidak luwes. 4. Pemenuhan sasaran berdasarkan sistem perencanaan ini akan menjadi pekerjaan yang sulit. 5. Perencanaan dengan komando menimbulkan apa yang disebut Lewis kecendrungan pemaksaan 6. Perencanaan dengan komando merupakan kegiatan yang mahal. Perencanaan dengan Ransangan

Perencanaan dengan ransangan merupakan perencanan demokratis. Ia berarti merencanakan dengan cara memanipulasi pasar. Tidak ada keharusan, tetapi ajakan. Ada kebebasan usaha, kebebasan konsumsi dan kebebasan produksi. Tetapi kebebasan ini tunduk pada pengendalian dan pengaturan pemerintah. Sejumlah kesulitan yang dapat membuatnya kurang berhasil bila dibandingkan dengan sistem perencanaan komando. (i) Dinyatakan bahwa ransangan yang ditawarkan mungkin tidak memadai bagi produsen dan konsumen untuk bertindak seperti yang diinginkan oleh pemerintah. Hal demikian menganggu rencana pemerintah. (ii) (iii) Karena pelaksanaan rencana secara aktual diserahkan pada kekuatan pasar, maka Demikian pula, langkah moneter dan fiskal saja tidak cukup meransang pembangunan kelebihan atau kelangkaan pasti akan timbul. ekonomi terencana umpama dengan menaikkan laju pembentukkan modal. Kesimpulan Apakah suatu negara harus menerapkan metode perencanaan dengan komando atau perencanaan dengan ajakan tergantung sepenuhnya pada sistem pemerintah yang ada. Negara sosialis akan sepenuhnya menerapkan perencanaan dengan komando. Pada sisi lain, ekonomi kapitalis akan menganut teknik perencanaan dengan ajakan. Namun demikian kedua teknik perencanaan tersebut saling melengkapi. Masing-masing tidak dapat diletakkan di dalam ruang-ruang yang terpisah atau tertutup rapat. Keduanya diperlukan pada saat yang sama dan dapat dipratekkan di negara terbelakang. Pemerintah sendirian tak akan mampu membangun perekonomian di negara seperti ini. Ia tidak hanya kekurangan uang tetapi juga sumber administrasi. Karenanya ia membimbing sektor swasta untuk bekerja dan mengembangkan diri menurut petunjuk dan pengawasannya. Untuk itu, ransangan dapat diberikan dalam bentuk subsidi dan pembebasan pajak. Tabungan, investasi, konsumsi dan produksi dapat diarahkan ke arah yang benar. Pemerintah dapat memperoleh sumber melalui keuangan defisit, pinjaman dan perpajakkan. Ia juga dapat mendirikan industri dasar dan industri berat dan menyediakan overhead sosial ekonomi. Dengan demikian jalan yang paling baik bagi negara terbelakang ialah pemaduan kedua teknik perencanaan tersebut secara serasi. Perencanaan Keuangan dan Perencanaan Fisik Perencanaan keuangan adalah teknik perencanaan alokasi sumber-sumber dalam bentuk uang sementara perencanaan fisik berkenaan dengan alokasi sumbere dipandang dari segi manusia, bahan dan peralatan. Perencanaan Keuangan

Keuangan merupakan kunci pokok perencanaan ekonomi. Jika keuangan tersedia secara memadai, sasaran fifik gampang dicapai. Di dalam perencanaan keuangan pembiayaan ditetapkan dalam bentuk uang dan perkiraan dibuat atas dasar berbagai hipotesa yang menyangkut pertumbuhan pendapatan nasional, konsumsi, impor dan sebagainya, untuk menutup pembiayaan tersebut melalui perpajakan, tabungan dan peningkatan penguasaan uang cash. Perencanaan keuangan mempunyai berapa keterbatasan, yakni : 1. Tindakan memobilisasi sumber keuangan melalui perpajakan dapat berpengaruh buruk pada kecendrungan menabung. 2. Di negara terbelakang terdapat banyak sekali sektor nonuang di bidang pangan (subsisten) dan sedikit sekali sektor uang yang terorganisasi. Jadi, ada keseimbangan diantara kedua sektor tersebut. Ini akan mengakibatkan kelangkaan di dala penawaran dan kenaikan inflasioner pada harga. Akibatnya, sarana fifik jadi terganggu. 3. Ada kemungkinan penawaran dapat ditingkatkan melalui impor, tetapi hal demikian akan kian mempersulit neraca pembayaran (negara terbelakang). 4. Agar berhasil perencanaan keuangan harus bebas dari segala kemacetan, khususnya kenaikkan inflasioner pada harga. Perencanaan jenis ini lebih tepat dipergunakan pada perencanaan sektoral ketimbang pada perencanaan menyeluruh. 5. Perencanaan keuangan tidak sesuai untuk negara terbelakang, yang berarti tidak saja akan kehilasngan pendapatan potensial tetapi juga merupakan ancaman bagi sifat pembangunan sosial yang berimbang karena perencanaan ini tidak dapat menyediakan lapangan yang memadai pada tingkat upah rata-rata dibandingkan dengan kenaikan penduduk dan dengan demikian meningkatkan ketimpangan di antara mereka yang beruntung memperoleh pekerjaan dan mereka yang belum mendapatkan pekerjaan dan pendapatan. Perencanaan Fisik Perencanaan fisik adalah suatu usaha menjabarkan usaha pembangunan dalam arti alokasi faktor dan hasil produk sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan. Keseimbangan fifik hanya dapat dicapai melalui penilaian yang tepat pada hubungan antara investasi dan output. Koefisien investasi dengan demikian dapat dihitung. Koefisien ini menunjukkan jumlah investasi dan juga komposisi investasi tersebut daklam artian berbagai barang yang dibutuhkan dalam rangka memperoleh kenaikan output suatu produk dengan jumlah tertentu. Didalam perencanaan fisik, taksiran menyeluruh dibuat berdasarkan sumber nyata yang tersedia seperti bahan mentah, tenaga kerja dan sebagainya, dan bagaimana sumber tersebut diperoleh sehingga tidak muncul kemacetan selama pelaksanaan rencana tersebut. Perencanaan fisik mempunyai keterbatasan tertentu, yakni :

1. Sebagian besar masalah utama ekonomi terletak pada langkanya data statistik dan informasi yang berkenaan dengan sumber fisik yang tersedia. 2. Masalah lain adalah bagaimana membuat keseimbangan anatara berbagai bagian perekonomian. 3. Kelangkaan fisik seperti itu, pasti mengakibatkan tekanan inflasioner lewat kenaikan harga. 4. Bagi negara terbelakang, perencanaan fifik tanpa perencanaan keuangan selalu merupakan negasi bagi perencanaan. Kesimpulan Apakah suatu negara terbelakang harus menerapkan teknik perencanaan keuangan atau perencanaan fisik? Jawab atas pertanyaan ini tergantung pada struktur politik negara. Negara sosialis seperti Rusia, menerapkan perencanaan fisik, karena di sana tidak ada milik swastadan semua sumber menjadi milik negara, keuangan tidak pernah menjadi penghambat. Kekurangan keuangan untuk melaksanakan proyek investasi menggambarkan adanya kekurangan sumber-sumber fisik atau keputusan alokasi untuk menggunakan sumber-sumber lain dalam perekonomian nasional. Sisi keuangan dalam perencanaan di negara soisalis hanyalah merupakan suatu alat akuntansi sosial. Ia adalah alat untuk menjabarkan nilai input dan output dalam artian uang guna menghitung biaya, laba, pendapatan dan harga. Bagi negara kapitalis, sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, perencanaan keuangan sama pentingnya dengan perencanaan fisik. Keduanya saling melengkapi, dan konsistensi satu sama lain. Agar perencanaan efektif, keduanya dibutuhkan bersama-sama. Sebagaimana ditunjukkan Mahalanobis dalam konsep Kerangka Rencananya, sasaran fisik produksi harus diseimbangkan dalam artian kuantitas fisik bahan mentah, peralatan, energi, transportasi dan sebagainya, dan juga dalam artian tenaga kerja dan arus uang. Pendapatan akan tercipta di dalam proses produksi itu sendiri sedang penawaran ditempuh melalui operasi pasar. Perencanaan menghendaki agar pendapatan agar berimbang dengan pengeluaran, tabungan berimbang dengan investasi, dan penawaran dan permintaan tiap-tiap barang dan jasa harus berimbang dalam artian uang untuk menghindarkan kenaikan inflasioner pada harga atau pergeseran yang tak diinginkan pada harga. Perencanaan fisik dan perencanaan keuangan merupakan sisi yang berbeda dari realitas yang sama. Jadi di dalam perencanaan pembangunan kedua teknik tersebut perlu disatupadukan. Sasaran fisik harua berimbang dalam artian sumber keuangan yang tersedia, sementara sumber keuangan yang lebih besar harus dimobilisasi dalam rangka memenuhi sasaran fisik unutk mempercepat derap pembangunan. PERENCANAAN PERSPEKTIF DAN PERENCANAAN TAHUNAN Kata perencanaan perspektif mengacu pada perencanaan jangka panjang di mana sasaran jangka panjang ditentukan lebih dulu, misal, untuk jangka waktu 15, 20 atau 25 tahun. Rencana perspektif, menurut Komisi Perencanaan India, adalah cetak biru pembangunan yang harus dilaksanakan dalam

jangka waktu yang lebih panjang. Tetapi, rencana perspektif bukan berarti satu rencana untuk keseluruhan jangka waktu 15 atau 20 tahun tersebut. Tujuan pokok rencana perspektif adalah untuk meletakkan landasan bagi rencana pendek, sehingga masalah-masalah yang ahrus diselesaikan dalam jangka waktu yang sangat panjang dapat dipertimbangan dalam perencanaan jangka pendek. Kelemahan Perencanaan Perspektif Perencanaan untuk periode tertentu adalah penting pada mulanya karena ia mendorong rakyat dan pemerintahan bergerak pada jalur yang telah ditentukkan di dalam rencana perspektif. Tapi ia bukannya tanpa kelemahan serius tertentu, yakini : 1. Rencana seperti ini tidak luwes karena penyesuaian diri yang diinginkan dan diperlukan terhadap perubahan yang tak terduga atau perbaikan atas kesalahan tidak dapat dilakukan, dan adaptasi yang dilakukan akan cendrung terjadi mendadak di sela periode-periode rencana. Jadi, secara administratif, perencanaan perspektif tidak efektif. 2. Kewajiban merevisi rencana, bila tidak ada ketentuan formal untuk itu, dapat mempunyai pengaruh yang melemahkan semangat. PERENCANAAN INDIKATIF DAN PERENCANAAN IMPERATIF Perencanaan jenis ini tidak bersifat wajib tetapi luwes. Perencanaan di negara sosialis sebagaimana diketahui bersifat menyeluruh di mana badan perencanaan sampai menentukan hal-hal detil seperti jumlah yang akan diinvestasikan pada masing-masing sektor, penetapan harga produk dan faktor, dan jenis serta kuantitas produk yang akan diproduksi. Sistem perencanaan Perancis terhindar dari semua persoalan seperti itu karena dalam pelaksanaan reencana nasional didasarkan pada prinsip desentralisasi. Ia dikenal sebagai perencanaan lunak atau indikatif, yang berbeda dengan perencanaan imperatif atau perencanaan menyeluruh. Perencanaan indikatif adalah ekonomi campuran ala Perancis dan sama sekali berbeda dengan tipe perancangan yang berlaku pada ekonomi campuran lainnya di dunia. Perencanaan indikatif telah diterapkan di Perancis sejak Rencana Monnet 1947-50. Di dalam sistem Perencanaan Perancis itu, sektor negara mencakup sektor-sektor dasar seperti batu bara, semen, baja, transportasi, bahan bakar, pupuk, peralatan pertanian, elektronik, pariwisata, dan sebagainya. Pada sektor ini, pemenuhan sasaran produksi dan investasi bersifat wajib . di samping itu, ada tindakan poko tertentu yang dianggap penting bagi kehidupan sektor dasar dan karenanya langsung ditangani negara. Tindakan pokok tersebut adalah : (i) (ii) (iii) (iv) (v) Pengembangan penelitian ilmiah dan teknis termasu tenaga atom, Penurunan biaya melalui program jangja panjang dan rasionalisasi, Spesialisasi dan pengelompokkan kembali perusahaan industri, Organisasi pasar produk pertanian, Rekonversi perusahaan lama dan penggantian tenaga pensiun

Perencanaan imperatif semua kegiatan dan sumber perekonomian berjalan menurut komando negara. Ada pengawasan menyeluruh oleh negara terhadap faktor produksi. Keseluruhan sumber dipakai semaksimal mungkin dalam rangka memenuhi sasaran rencana. Tidak ada kedaulatan konsumen di dalamnya. Konsumen mendapatkan barang-barang disesuaikan dengan kebiksanaan pemerintah. Apa dan berapa banyak harus diproduksi semuanya diputuskan oleh manajer perusahaan atau pabrik atas komandi komisi perencanaan atau penguasa perencanaan pusat. Karena kebijaksanaan dan keputusan pemerintah biasanya kaku, produksi tidak dapat diubah dengan mudah. Jika ada kemacetan dalam memenuhi sasaran produksi pada suatu tahap, kemacetan itu berpengaruh buruk pada semua sektor produksi terkait. Jika manajer industri tidakmelaksanakan rencana produksi sebagaimana mestinya, produksi merosot dan merusak seluruh proses produksi dalam perekonomian. Perencanaan seperti itu kini dilakukan di China dan Rusia. PERENCANAAN DEMOKRATIS DAN PERENCANAAN TOTALITER Perencanaan demokratis mengandung arti perencanaan di dalam negara demokratis. Dasar ideologi perencanaan demokratis adalah filsafat pemerintahan demokratis. Rakyat dilibatkan dalam setipa langkah perumusan dan pelaksanaan rencana. Perencanaan demokratis menghormati lembaga milik swasta. India adalah contoh khas percobaan penerapan perencanaan demokratis. PERENCANAAN TETAP (FIXED) DAN PERENCANAAN BERUNTUN (ROLLING) Prof. Myrdal adalah ahli ekonomi pertama yang menganjurkan perencanaan beruntun bagui negara terbelakang, dalam bukunya Indian Economic Planning in Its Broader setting. Didalam perencanaan beruntun, setiap tahun disusun dan dilaksanakan tiga rencana baru, yakni : 1. Rencana untuk tahun yang sedang berjalan yang meliputi anggaran belanja tahunan dan anggaran devisa. 2. Rencana untuk sejumlah tahun, katakanlah tiga, empat atau lima. Rencana ini diubah setiap tahun sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Ia memuat sasaran dan teknik yang akan diikuti selama masa rencana bersama dengan hubungan harga dan kebijaksanaan harga. 3. Rencana perspektif untuk 10, 15 atau bahkabn lebih lama lagi diajukan setiap tahun di mana tujuan yang semakin luas dituangkan dalam kerabgka pembangunan masa depan diramalkan di dalamnya. Keunggulan. Konsep perencanaan beruntun tersebut dirancang untuk mengatasi kekakuan yang dijumpai pada perencanaan tetap lima tahun. Kekurangan. Tidaklah mungkin mencapai sasaran yang telah ditetapkan di dalam rencana dalam jangka waktu yang ditetapkan. Revisi yang seringkali dilakukan juga menyulitkan keseimbangan yang tepat dalam perekonomian. Juga, bila rencana direvisi terus-menerus, ia menciptakan ketidakmenentuan ekonomi pada sektor swasta dan sektor negara.

Perencanaan Tetap Perencanaan tetap meletakkan dengan pasti sasaran dan tujuan yang perlu dicapai selama periode rencana. Untuk tujuan ini sasaran fisik ditetapkan bersama-sama dengan pembiayaan keseluruhan. Perencanaan di Rusia dan India termasuk tipe tetap ini. Keunggulan. Perencanaan seperti ini mempunyai keunggulan tertentu dibandingkan perencanaan beruntun. Salah satu keunggulan tipe perencanaan ini adalah bahwa untuk mencapai tujuan yang telah diletakkan di dalam rencana harus ditetapkan sasaran dan prioritas secara ketat. Kelemahan : - Melahirkan kevakuman, sering suatu repelita dimulai sesuai dengan jadwal tetapi rencana sebenarnya dilaksanakan sesudah selang waktu 1-2 tahun kemudian. - Sistem perencanaan tetap juga bisa lalai memperhitungan perubahan-perubahantak terduga yang dapat saja menimpa perekonomian selama jangka waktu repelita. - Tidak cocok untuk diterapkan pada proyek-proyek besar yang tidak hanya padat modal, tetapi juga membutuhkan masa persiapan sepuluh sampai lima belas tahun, seperti proyek-proyek lembah sungai. - Masalah kemiskinan dan pengangguran tidak dapat diatasi dalam jangka waktu lima tahun. - perencanaan sangat tidak merata dan tidak seimbang. Kesimpulan. Kekurangan-kekuranga perencanaan tetap tadi tidak sedemikian seriusnya sampai memaksa orang untuk lebih menyukai perencanaan beruntun. Kelangkaan fisik dan keuangan tetap akan timbul pada jenis perencanaan apappun. Kelangkaan bukanlah milik khas perencanaan tetap. Kelangkaan dapat dihadspi dan diatasi secara berangsur-angsur melalui sejumlah rencana tetap. Proyek dengan masa persiapan yang panjang daspat juga diselesaikan dalam 2 atau 3 rencana. Semua masalah dsn proyek jangka panjang sebenarnya merupakan bagian dari perencanaan perspektif yang termuat pada setiap dokumen rencana lima tahun. Rencana lima tahun yang sedsng berjalan merupakan proyeksi dan kelanjutan dari rencana-rencana sebelumnya dan ia menghasilksan rencana berikut. Dengan demikisan semua masalah jangka panjang perekonomian dapat diatasi melalui serangkaian rencana tetap. PERENCANAAN DI DALAM KAPITASLISME DAN SOSIALISME Perencanaan di bawah kapitalisme tidak dissndsrkan pada rencana yang terpusat a9central planA) dengan tiadanya sentra rencana maka alat-alat produksi bisa dimiliki secara privat. Produksi juga dilaksanakan oleh perusahaan swasta. Maka tidak ada perencanaan menyeluruh di dalam kapitalisme. Perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah hanya tersedia dalam lingkup terbatas. Untuk mengekang pamrih pribadi demi pelayanan masyarakat secara keseluruhan, dan untuk melengkapi sistem harga serta menjamin agar sistem ini bekerja secara efisien. Tiga fungsi untuk capaian sistem ekonomi kapitalis :

1. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga agar permintaan agregat tidak terlalu kecil atau terlalu besar sehingga terhindar dari resesi dan inflasi. 2. Ia mencegah pemusatan monopoli. 3. Pemerintah mengambil langkah-langkah bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam bentuk kesehatan masyarakat, tamam umum, jalan raya, jembatan, museum, kebun binatang, pendidikan, pengendalian banjir dan sebagainya. Semua kegiatan pemerintah tidak dikoordinasikan oleh rencana terpusat apapun. Jadi perencanaan di dalam kapitalisme dibatasi pada kegiatan pemerintah yang sifatnya mengatur sedemikian rupa untuk menghindarkan resesi atau inflasi, untuk mencegah pemusatan monopoli, untuk menaikkan standar kehidupan rakyat, dan untuk menciptakan kondisi demi kelancaran fungsi mekanisme harga dengan kadar persaingan yang memadai. Perencanaan di dalam Sosialisme Perencanaan di dala sosialisme didasrkan pada rencana yang terpusat. Ada penguasa atau badan perencanaan pusat yang merumuskan suatu rencana bagi keseluruhan. Kekuasaan ekonomi secara penuh terpusat di tangan badan tersebut. Ia menetapkan tujuan, prioritas dan sasaran rencana. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah diletakkan dalam rencana selama jangka waktu yang ditetapkan ia mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber ekonomi dengan komando dan pengawasan secara terencana. Proses penentuan harga di bawah perencanaan sosialis tidak berjalan secara bebas tetapi bekerja di bawah pengawasan dan pengaturan badan perencanaan pusat. Kesimpulan. Perencanaan sosialis lebih unggul daripada perencanaan kapitalis. Penerapan perencanaan di bawah kapitalisme gagal menghasilkan efisdiensi ekonomi, gagal menghindarkan pemborosan sumber, gagal menegah prktek monopolistik hingga gagal mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesejahteraan, dan gagal menghindarkan boom dan daerah-daerah kumuh. Ini dibuktikan oleh pengalaman semua negara kapitalis. Pada sisi lain, perencanaan sosialis memberikan efisiensi ekonomi yang lebih tinggi karena alatalat produksi tidak kepada kekuatan pasar. Malahan, ia diawasi dan diatur oleh badan perencanaan dengan cara yang paling efisien. Selain itu tercipta kesejahteraan yang lebih besar karena kesnjangan hampir tidak ada. Rencana yang terpusat bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa yang bermanfaatsecara sosial. Karena badan perencana memiliki, mengawasi dan mengatur semua alat produksi dan distribus maka setiap warga digaji sesuai dengan kecakapan, pendidikan dan latihanhya, sehingga dengan demikian mengurangi ketidaksamarataan. Akhirnya, dibawah perencanaan sosialis, badan perencanaan mampumenghindarkan kecendrungan deflasioner dan inflasoiner melalui koordinasi yang lebih baik terhadap kegiatan berbagai satuan produksi dan memungkinkan penggunaan sumbersumber yang tersedia dengan sepenuhnya. PERENCANAAN YANG DISENTRALISASIKAN DAN YANG DIDESENTRALISASIKAN

Dilihat dari sudut pelaksanaan, perencanaan dapat dibedakan menjadi perencanaan yang disentralisasikan pusat. Pada sisi lain, perencanaan yang didesentralisasikan mengacu pada pelaksanaan rencana dari bawah. Rencana dirumuskan oleh badan perencanaan pusat setelah berkonsultasi dengan berbagai administratif negara. Rencana pusat ini menggabungkan rencana negara-negara bagian, dan rencana negara bagian menggabungkan rencana tingkat desa dan distrik. Perencanaan yang didesentralisasi lebih unggul daripada perencanaan disentralisasi dalam hal yang menyangkut kebebasan ekonomi dan fleksibilitas perekonomian. Tetapi ketergantunagn pada mekanisme pasar dapat menimbulkan kelangkaan atau kelebihan produksi barang dan jasa. Perencanaan yang desntralisasi memberikan keterpaduan perekonomian sedsngkan perencanaan yang disentralisasi memberikan kebebasan ekonomi dan ransangan kepada perekonomian pasar. PERENCANAAN KOREKTIF DAN PERENCANAAN PEMBANGUAN Didalam perekonomian kapitalis timbul sejumlah penyesuaian (maladjustment). Bila pemerintah merencanakan dan menerapkan bebrbagai langkah fiskal, moneter dan pengawasan langsung untuk memperbaiki kesalahan tersebut, maka tindakan ini disebut perencanaan korektif. Perencanaan pembanguan dimaksudkan untuk membangun perekonomian secara keseluruhan. Ia mencakup penerpasn sistem pemilihan yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan pembanguan lainnya yang layak. Untuk itu, ia smapai batas tertentu mengandalkan pada mekanisme pasar. Di bawah perencanaan pembangunan pemerintah merumuskan rencana pembanguan bagi perekonomian secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan mempertimbangkan semua agregat ekonomi yang paling penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan transaksi luar negeri. Ia juga mengamati hubungan-hubungan sektoral di dalam keseluruhan kerangka perekonomian. Perencanaan pembangunan terutama dikaitkan dengan kegiatan pembangunan negara terbelakang. PERENCANAAN DALAM PEREKONOMIAN CAMPURAN Perekonomian campuran adalah gabungan antara dua sistem ekonomi, kapitalisme dan sosialisme. Ia merupakan sistem yang bebas dari kejelekan kapitalisme dan sosialisme tetapi menyatupadukan segi-seginya yang baik. Itulah mengapa ia dikenal sebagai perekonomian campuran yang merupakan jalan tengah emas antara kapitalisme dan sosialisme. Lewat perencanaan, kelebihan perekonomian sosialis dikembangkan dan kekurangan kapitalisme dicoba untuk diubah. Perencanaan di dalam perekonomian campuran tidak bersifat menyeluruh seperti dalam pengertian perencanaan sosialis. dan perencanaan yang didesentralisasikan. Di bawah perencanaan yang disentralisasikan, keseluruhan proses perencanaan suatu negara berada di bawah badan perencanaan

Didalam perekonomian campurab ada sektor swasta dalam mana perorangan mengelola sendiri apa yang mereka miliki, biasanya di bidang peternakan, industri dan perdagangan eceran. Sektor yang didasarkan pada prinsip koperasi juga ada dalam perekonomian campuran. Ia biasanya dijumpai di bidang peternakan, perusahaan susu, jual beli dan manufakturing kecil. Perencanaan dalam suatu perekonomian campuran dimaksudkan untuk memberikan semua kekbebasan yang dikenal di dalam kapitalisme seperti kebebasan konsumsi, kebebasan produksi, kebebasan bekerja, kebebasan memiliki dan sebagainya. Tujuan akhir perencanaan dalam perekonomian campuran adalah untuk membuang kejelekan kapitalisme dan memajukan kesejahteraan maksimum rakyat. Untuk melindungi pekerja dari penghisapan kapitalis, pemerintah menerbitkan undang-undang perburuhan dan menetapkan upah minimum, jam kerja dan sebagainya. Perencanaan di negara terbelakang terutama didasarkan konsep perekonomian campuran. Tujuan utama perencanaan seperti itu adalah untuk menaikan laju pertumbuhan perekonomian, berdasarkan berbagai keterbatasan faktor yang ada di negara tersebut. Untuk itu, perencanaan dalam suatu perekonomian campuran mendambakan suatu laju pembentukkan modal yang tinggi melalui berbagai tindakan moneter dan pengawasan fiskal, melalui bantuan luar negeri, pengawasan devisa secara menyeluruh dan perlindungan tarif dan melalui investasi negara dan swasta supaya perekonomian berkembang pada arah yang stabil. Jadi, perencanaan di dalam suatu perekonomian campuran menekankan betapa penting tindakan tegas pemerintah di dalam mengatasi hambatan yang ada terhadap pertumbuhan ekonomi tanpa memerlukan integrasi terpusat yang melebihi kemampuan birokrasinya, dan memupuk kerjasama yang seerat-eratnya antara dunia usaha swasta dan pemerintah. Perencanaan di dalam suatu perekonomian campuran dihadapkan pada sejumlah masalah, yakni : 1. Ada nonkerjasama antara dua sektor. 2. Perencanaan pada perekonomian campuran menyangkut perluasan sektor negara yang dengan demikian memerlukan pengeluaran negara yang besar. 3. Sektor negara merupakan beban berat bagi rencana keuangan, pengawsan birokratis menyebabkan inefisiensi. MODEL-MODEL PERENCANAAN Suatu model perencanaan adalah rentetan persamaan matematis yang dipergunakan dalam mempersiapkan rencana pembangunan ekonomi. Suatu model perencanaan merinci hubungan antara variabel endogen dan variabel eksogen dan bertujuan menjamin konsistensi rencana pembangunan ekonomi yang diajukan. Model perencanaan yang dimaksudkan untuk menghasilkan serangkaian tindakan yang secara optimal berimbang, dikenal sebagai saran model, yang dapat membantu badan perencanaan dalam penyusunan rencana sebenarnya.

Model perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis : agregat, multisektor dan desentralisasi. Model agresif mengikuti garis optimal perumbuhan agregat-agregat ekonomi seperti pendapatan, tabungan, konsumsi investasi dan sebagainya. Model Harrod Domar dan model dua-jurang adalah termasuk jenis ini. Model Dua Sektor dan Empat Sektor Mahalanobis termasuk kedala jenis ini. Selanjutnya model linear programming atau optimising juga merupakan model perencanaan multisektor. Model yang didesentralisasi mengandung variabel sektor atau variabel tingkat proyek yang dipakai untuk mempersiapkan model masing-masing sektor atau proyek. Model itu sangat berguna pada tahap-tahap awal pembanguna ekonomi negara,tatkala informasi yang tersedia hanya menyangkut beberapa sektor atau proyek saja. Kegunaan model perncanaan pada pembuatan rencana yang sebenarnya adalah : a. Memberikan kerangka pengawasan terhadap konsistensi sasaran rencana yang tertukis. b. Memberikan kerangka bagi penentuan sasaran yang sebenarnya. c. Memberikan kerangka penilaian dan pemilihan proyek. d. Memberikan pengertian yang mendalam mengenai struktur perekonomian serta dinamikanya guna menunjang keputusan kebijaksanaan yang lebih baik.

BAB. 50 Harga Bayangan Kebutuhan Mmengenai Harga Bayangan Di negara terbelakang, mekanisme harga tidak bekerja secara sempurna. Harga pasar tidak mencerminkan dengan tepat kelangkaan, laba (benefits), dan biaya relatif. Hal ini disebabkan dengan persaingan sempurna sama sekali tidak ada; perubahan struktural tidak dianggap pada perubahan harga, faktor kelembagaan tidak menunjang keberadaan ekuilibrium pasar produk, buruh, modal dan devisa; dan harga tidak dapat menggambarkan dan menyalurkan pengaruh-pengaruh langsung dan tidak langsung di sisi permintaan dan sisi penawaran. Pasar tidak berada pada ekuilibrium sebagai akibat kekakuan struktural. Buruh tidak dapat dipekerjakan sepenuhnya karena langkanya faktor pembantu lain. Tingkat suku bunga tidak menggambarkan dengan sebenarnya arti modal bagi perekonomian. Dengan neraca pembayaran terus-menerus mengalami disekuilibrium, yang tidak tergambar pada kurs resmi. Untuk mengatasi persoalan ini, para ahli ekonomi menganjurkan digunakannya harga bayangan dalam pengalokasian sumber dalam perencanaan pembangunan, untuk mengevaluasi proyek dan sebagai alat proramming.

Makna Harga Bayangan Harga bayangan mencerminkan nilai intrinsik atau nilai yang sebenarnya dari faktor atau produk. J. Tinbergen mendefinisikannya pertama sekali daitahun 1954 sebagai berikut : Harga Bayangan adalah harga yang menunjukkan intrinsik atau nilai yang sebenarnya dari faktor atau produk dalam arti harga ekuilibrium. Harga tersebut mungkin berbeda di berbagai saat, berbagai daerah dan berbagai pekerjaan (dalam hal buruh). Ia mungkin menyimpang dari harga pasar. Pada 1958 Tinbergen mendefinisikan harga bayangan sebagai harga yang sama dengan nilai intrinsik dan yang akan terjadi jika : a. Pola investasi yang dibahas benar-benar dilaksanaka. b. Ekuilibrium benar-benar terjadi pada pasar yang baru saja disebutkan (i.e: pasar buruh, modal, devisa). Definisi ini jelas dan lengkap, tetapi tidak berbicara apa-apa mengenai tingkah-laku harga akunting dalam perjalanan waktu. Penentuan Harga Bayangan 1. Metode Ekuilibrium Umum Ekuilibrium ditentukan untuk semua faktor dengan mengambil penawaran dan permintaan terakhir. Untuk ini, data-data dari berbagai macam sektor perekonomian dikumpulkan dan harag akunting dari setiap faktor dinyatakan dalam lambang-lambang aljabar, kemudian dijumlahkan untuk keseluruhan pereokonomian. 2. Metode Ekuilibrium Parsial Menurut metode ini, harga bayangan untuk modal, buruh dan devisa ditentukan secara terpisah. a. Penentuan Harga Akunting Modal Hasil sosial atas modal yang dipergunakan pada sektor =

Rumus yang tepat bagi peehitungan suku bunga adalah :

R = Di mana R adalah suku bunga bayangan, G adalah laju pertumbuhan Sv adalah laju tabungan para penerima laba, Py adalah sumbangan laba pada keseluruhan pendapatan, dan Sw adalah laju tabungan penerima upah. Misalkan G = 5 persen, Sv = 25 persen, dan Sw = 5 persen, maka suku bunga bayangan.

R =

= 16,6 persen

b. Penentuan Harga Tenaga Buruh Penentuan harga bayanga tenaga buruh merupakan masalah yang sulit karena buruh mempunyai efisiensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu harga bayangan buruh tidak dapat disamaratakan, baik antara buruh terdidik dan tidak terdidik maupun antara berbagai macam buruh yang terdidik. c. Penentuan Kurs Devisa Bagi negara terbelakang yang mengalami kesulitan dalam neraca pembayaran, kurs devisa bayangan merupakan hal yang penting. Suatu ekuilibrium tiruan dapat diperoleh dalam neraca pembayaran dengan menetapkan kurs devisa bayangan yang lebih tinggi daripada kurs devisa resmi. Dalam suatu rencana pembangunan optimum, kurs akunting devisa akan sama besar dengan biaya marginal penerimaan devisa melalui ekspor maupun dengan biaya marginal penghematan devisa melalui subsitusi impor. Dalam banyak hal, yang pertama mungkin lebih mudah diestimasi sebab di negara terbalakang relatif hanya terdapatbeberapa ekspor yang potensial sekurang-kurangnya dalam waktu dekat.untuk ini maka bobot diletakkan pada biaya mata uang asing pada proyek. Jika misalnya kurs akunting mata uang asing adalah 50 persen lebih tinggi dari nilai pasarnya, pengaruh netto suatu proyekpada neraca pembayaran harus diberi bobot 0,5 sebagai tambahan terhadap pengaruh itu pada pendapatan nasional. Hal ini sama dengan melihat seluruh biaya devisa dan penerimaan devisa dengan harga 1,5. Menurut Dr. Little, Israel merupakan satu-satunya negara sedang berkembang dimana harga akunting devisa ini diestimasi melalui cara ini. Tidak setiap proyek harus diberi bobot yang sama karena komponen mata uang asing pada masing-masing proyek tidak sama. Kesulitan-kesulitan Harga Bayangan 1. perhitungan harga bayangan mengandaikan atau mensyaratkan adanya data tetapi data yang memadai tidak begiru gampang tersedia di negara-negara terbelakang. 2. untuk menetapkan nilai intrinsik suatu faktor atau produk menghendaki adanya ekuilibrium penuh disemua pasar. 3. asumsi tentang ekuibilirium pekerjaan penuh di dalam keseluruhan perekonomian membuat konsep harga bayangan menjadi tidak menentu. 4. kesulitan lai timbul dalam kaitannya dengan dimensi waktu. Konsep harga bayangan bersifat statis dan tanpa unsur waktu, karena harga bayangan dipergunakan untuk mengatasi kesulitan yang terdapat di dalam evaluais dan perencanaan proyek tatkala harga faktor berubah-rubah sepanjang waktu. Semua input dan output dalam hal seperti ini dinilai berdasarkan harga bayangan tetap.

5. jika harga bayangan dihitung menurut dafinisi Quayyum, diperlukan perhitungan produktivitas marginal faktor oleh pemerintah dan penggunaan sistem subsidi dan perpajakan sedemikian rupa sehingga menyamakan harga penawaran faktor-faktor dengan nilai produktivitas marginalnya. 6. kesulitan praktis lain yang timbul adalah kesulitan mempergunakan harga bayangan pada perekonomian di mana perusahaan-perusahaan swasta membeli input dan menjual output pada harga pasar. 7. harga penentuan harga bayangan sangat sulit pada proyek-proyek yang bersifat substitusi dan komplementer. 8. seringkali harga jasa seperti listrik dan angkutan diatur oleh pemerintah, dan tidak ditetapkan berdasarkan biaya alternatif sosial (social opportunity costs). 9. Prof. Myrdal di dalam Asian Drama-nya menganggap harga bayangan sebagai konsep yang sama sekali tidak nyata, utama untuk negara-negara terbelakang di AsiaSelatan, karena seperti diakui, harga-harga tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti konsep abstrak dan metafisika ini tidak dapat membantu memecahkam masalah-masalah teoritis dan praktis yang dihadapi para perencana Asia Selatan. Manfaat Harga Bayangan 1. Dalam Evaluasi Proyek Harga bayangan dipergunakan untuk mengevaluasi dampak suatu proyek pada pendapatan nasional yang juga disebut sebagai dampak eksternal. 2. Dalam kebijaksanaan Pemerintah (publik) Sukses perencanaan pembangunan tergantung pada bekerjanya secara tepat kebijaksanaan pemerintah. Harga bayangan adalah harga intrinsik yang jika penentuannya tepat dapat menjadi dasar berhasilnya suatu rencana dalam batas-batas tertentu. 3. Di dalam perencanaan (Programming) Harga bayangan mempunyai arti paling di dalam penyusunan program (perencanaan). Perencanaan adalah pergerakan perekonomian dengan cara yang terpadu, taat asas, dan masuk akal. Tujuan utamanya ialah untuk memaksimasi pendapatan nasional sepanjang waktu.

BAB. 51 EVALUASI PROYEK DAN ANALISA HASIL ARTI Evaluasi proyek merupakan bagian integral setiap program pembangunan dala rangka menilai keberhasilan atau kegagalan dan menunjukkan cara-cara penyempurnaan lebih lanjut. Ia adalah proses untuk mengevaluasi tingkat hasil (rate of return) suatu proyek, profitabilitas sosial dan akibat sampingannya terhadap laju pertumbuhan penduduk, lapangan kerja, latihan buruh dan manajemen, dan terhadap laju reinvestasi. Tahap-tahap Evaluasi proyek mencakup empat tahapan : meninjau kembali keadaan sebelum proyek tersebut benarbenar dimulai; mengadakan penilaian pada proyek tengah dilaksanakan dalam rangka mengetahui seberapa jauh telah diselesaikan dan apa yang masih harus diselesaikan; menyarankan cara dan sarana memperbaiki pelaksanaan lebih lanjut dan menutup lubang-lubang kebocoran; dan terakhir mengevaluasi tujuan yang telah tercapai pada waktu proyek beroperasi sepenuhnya. Analisa Biaya Hasil Di dalam menilai proyek dari sudut pandang nasional maka metode yang paling tepat dan terkenal ialah analisa biaya-hasil (coct-benefit analysis). Analisa biaya hasil bermaksud menggambarkana dan mengkuantifikasikan keuntungan dalam artian satuan meneter pada umumnya. Fungsi obyektifnya ialah untuk menghitung hasil sosial netto (nett social benefits = NBS). Kriteria Analisa Biaya Hasil Kriteria Nilai Kini Netto,kriteria ini merupakan suatu kriteria penting yang dipergunakan dalam evaluasi proyek. Nilai Kini Netto (Net Present Value = NPV) adalah sama dengan nilai kini hasil dikurangi nilai kini dan biaya operasi dan pemeliharaan dikurangi pengeluaran sebelumnya. Kriteria ini juga dinyatakan sebagai kriteria nilai kini netto hasil, sehingga Net Present Value of Benefits = Gross Present Value of Benefits Gross Value of Costs. Suatu proyek dikatakan secara sosial menguntungkan jika NPVB > 0. Jika ada sejumlah proyek yang sama-sama menguntungkan maka proyek dengan nilai kini netto hasil yang tertinggi yang harus dipilih.

Akan tetapi penjelasan kriteria NPV dalam arti biaya hasil ini bagi evaluasi proyek tidak merupakan metode yang benar, karena metode ini manegabaikan horison waktu. Investasi modal memberikan hasil setelah selang beberapa waktu. Oleh karena itu, biaya dan hasil yang akan datang tidak dapat disamakan dengan hasil sekarang. Karena masyarakat mengutamakan nilai saat ini ketimbang nilai yang akan datang, maka perlu mendiskontokan biaya dengan hasil dari suatu proyek. Faktor diskonto ini dinyatakan sebagai :

dimana i adalah tingkat diskonto sosial dan t adalah periode waktu. Jadi, NPV =

Dimana B1, B2 ... Bn adalah rentetan hasil sekarang bruto dalam tahun 1, 2 ... n;C1, C2 ... Cn adalah rentetan biaya sekarang bruto dalam tahun 1, 2 ... n;i adalah tingkat diskonto sosial untuk gabungan tahun. 1. Hanya proyek-proyek dengan nilai-kini hasil yang melebihi nilia-kini biaya yang harus dipiih. Secara simbolik :

2. Semua proyek di mana rasio nilai-kini hasil terhadap nilai-kini biaya adalah lebih besar daripada satu. Dinyatakan dengan simbol:

Kriteria NPV tersebut dianggap sebagai rumus yang paling tepat bagi evaluasi proyek. Kriteria Tingkat Hasil Internal (Internal Rate of Return riteriaon). Kriteria ini mengacu kepada persentase tingkat penghasilan yang secara implisit terkandung di dalam arus hasil dan biaya proyek. Marglin mendefinisikan tingkat hasil internal (IRR) sebagai tingkat diskonto di mana nilai-kini penghasilan dikurangi biaya adalah sama dengan nol. Rumus perhitungan IRR ini adalah :

Di mana r adalah tingkat hasil internal. Dalam hal beberapa proyek sama-sama bersifat eksklusif maka proyek yang harus dipilih ialah proyek yang memiliki tingkat hasil internal tertinggi. Di dalam kenyataan, IRR tergantung pada tingkat diskonto sosial. Jika nilai-kini netto dari dua alternatif proyek dianggap tertentu (given), maka pilihan kedua proyek itu akan tergantung pada tingkat diskonto. Hal ini dilukiskan di dalam Gambar 51.1 dimana tingkat diskonto diukur dengan sumbu

horisontal dan NPV pada garis vertikal. Kurva AA1 menggambarkan investasi proyek A dan kurva BB1 investasi proyek B. IRR proyek B adalah lebih tinggi daripada IRR proyek A karena tingkat diskonto Or adalah lebih tinggi daripada Or1. Pada Or, IRR kedua proyek itu sama tinggi. Tetapi jika tingkat diskonto itu jatuh ke bawah, Or2, proyek A akan dipilih karena NPV-nya lebih tinggi sebesar ba. Memilih di antara dua proyek berdasarkan perubahan-perubahan di dalam tingkat diskonto tersebut dinamakan pemindahan (swiching) dan pemindahan kembali (reswitching).

Hubungan antara NPV dan IRR. Hubungan antara NPV dan IRR dilukiskan dalam Gambar 51.2 . jika NPV jatuh, tingkat diskonto naik dan suatu keadaan muncul jijka NPV menjadi negatif. Tingkat di mana NPV berubah dari positif menjadi negatif adalah IRR. Proyek yang akan dipilih ialah proyek yang IRR-nya lebih tinggi daripada tingkat diskontonya. Jadi kriteria yang benar untuk pemilihan suatu proyek adalah r > 1. Hal ini digambarkan dalam Gambar 51.2. di mana IRR diambil sebagai 10 persen dan tingkat diskonto sebesar 5 persen dalam hal proyek A. Proyek ini akan dipilih untuk dibangun selama besarnya NPV > 0 dan r (10%) > i (50%). Tingkat diskonto sosial itu merupakan premi yang ditaruh oleh masyarakat karena mengutamakan konsumsi sekarang daripada konsumsi mendatang. Hal ini dilukiskan dengan bantuan Gambar 51.3 di mana konsumsi sekarang C1 digambarkan dengan sumbu horisontal dan kosumsi mendatang C2 pada

sumbu vertikal C1C2 adalah garis batas transformasi atau kurva kemungkinan investasi.

Kesimpulan. Jadi di dalam mengevaluasi suatu proyek, kita harus menghitung dan membandingkan dengan keseluruhan hasil langsung dan biaya langsung totalnya. Jika diketemukan bahwa hasil yang diharapkan melebihi biaya, maka proyek tersebut bermanfaat untuk dilaksanakan dan sebaliknya. Untuk sampai kepada hasil dan biaya langsung agregat tersebut, pertama, data dikumpulkan dan diperhitungkan menurut jumlah fisik barang dan jasa yang diproduksi, kemudian kedua, menurut jumlah fisik barang dan jasa yang dikonsumsi, ketiga, nilai uang barang dan jasa dihitung atas dasar indeks harga di berbagai pasar yang menggambarkan bobot keadaan inflasioner dan deflasioner. Terakhir, di dalam menghitung biaya tahunan, harus diperhatikan daya tahan dari assets modal dan penyusutannya. Biaya tahunan dihitung dengan membagi biaya total dengan daya tahan yang diharapkan dari assets modal. Begitujuga hasil tahunan dihitung dengan menghitung nilai uang dari hasil langsung yang mengalir dari proyek dan menguranginya dengan biaya terkait proyek tersebut. Keterbatasan Analisa Biaya-hasil 1. Kesulitan Dalam Perkiraan Biaya. 2. Kesulitan di Dalam Perkiraan Hasil. 3. Tingkat Diskonto yang Bersifat Arbitrer. 4. Mengabaikan Gabungan Biaya dan Hasil.

5. Mengabaikan Biaya Alternatif (opportunity Cost). 6. Penyesuaian Terhadap Resiko dan Ketidakmenentuan. 7. Masalah Eksternalitas. Penggunaan Biaya-Hasil di Negara Sedang Berkembang Tiga keuntungan penggunaan analisa biaya-hasil ini bagi negara sedang berkembang : 1. Analsia demikian membantu mengurangi perbedaan efektivitas marginal tindakan alternatif untuk mencapai tujauan. Misalnya antara irigasi dan cara-cara lain untuk menigkatkan produksi pertanian. 2. Ia membantu di dalam menilai biaya pencapaian suatu tujuan dalam arti hasil/manfaat yang dikorbankan dalam kaitanya dengan tujuan lainnya. 3. Ia memiliki keuntungan politis dalam arti bagi suatu kelompok tertentu akan sulit untuk menganggu suatu proyek demi kepentingannya sendiri jika kelompok itu, bersama kelompok lain dalam masyarakat, telah dimintai persetujuannya pada saat penentuan kriteria perencanaan proyek. Penggunaan analisa biaya-hasil mengandung sejumlah kesulitan bagi negara terbelakang : (a). Didasarkan pada kondisi negara maju. (b). Kesulitan mendapatkan data. (c). Kesulitan dalam perkiraan biaya. Beberapa Saran Proyek seharusnya dinilai dalam kombinasi ketimbang secara sendiri-sendiri. Faktor-faktor langka yang dipergunakan harus dihitung sebagai hasil negatif sedang hasil-hasil positif yang ditimbulkan oleh investasi dalam proyek harus dianggap menambah produk nasional. Harus dilakukan perhitungan kurs devisa yang lebih tinggi ketimbang harga pasar dan penghitungan upah yang lebih rendah ketimbang upah pasar. Studi PBB menyebutkan faktor-faktor di bawah ini untuk dimasukkan di dalam prosedur evaluasi. 1. Perbedaan output pada berbagai waktu. Faktor ini terutama penting dalam hal proyek dengan masa tanpa-hasil yang panjang seperti proyek lembanh sungai. Karena proyek seperti itu memerlukan waktu panjang untuk dapat dipetik buahnya, maka di dalam evaluasi diperlukan adanya pengurangan dan penghitungan biaya dan harga masa depan. 2. Perbedaan dalam ragam komoditi yang diproduksi.teknik produksi yang berbeda menghasilkan kualitas produk yang berbeda pula. Teknik produksi skala kecil biasanya lebih fleksibel ketimbang teknik produksi dengan skala luas. Faktor ini menyebabkan evaluasi proyek menjadi agak sulit. 3. Dampak lokasi dan skala. Dalam rangka menyeleksi skala produksi yang optimum untuk suatu proyek tertentu, harus dilakukan suatu perkiraan tentang adanya kenaikkan permintaan pada berbagai waktu. Lebih jauh, ada kemungkinan timbulnya disekonomi tertentu karena pemusatan

yang berlebihan pada beberapa pabrik-pabrik berskala luas. Hanya beberapa saja dari dampak ini dapat dievaluasi secara kuantitatif. 4. Dampak nonpasar produksi berbeda dari proyek yang satu ke proyek yang lain. Penggunan teknologi maju dapat dilakukan di dalam mendidik buruh dan manajemen bagi industrialisasi dalam jangka panjang meskipun fakta ini tidak tercermin di dalam penghitungan harga akunting. Biaya dan manfaaat sosial yang misalnya membantu mengurangi pemborosan yang tidak diinginkan; harus juga dipertimbangkan.

5.2. PENGAWASAN DI DALAM PERENCANAAN

KEPERLUAN PENGAWASAN Pengendalian atau pengawasan merupakan bagian integral dari suatu perekonomian perencana. Tetapi sifat, kedalaman dan jenis tindakan pengawasan tergantung pada jenid perencanaan Negara yang bersangkutan. Perekonomian berencana terpusat mengandung pengawasan secara menyeluruh atas semua kegiatan ekonomi, dalam hal ini,produksi, konsumsi pertukaran dan distribusi, perdagangan dalam dan luar negeri, tabungan, investasi dan sebagainya. Dipihak lain, suatu perekonomian campuran mengenal pengawasan yang tidak menyeluruh dengan tujuan utama mengalokasikan sumber-sumber langka dengan cara yang tepat. Jenis-jenis Pengawasan Pengawasan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dikenal sebagai pengawasan fisik, mempengaruhi pilihan-pilihan konsumen dan produsen didalam perekonomian.Pengawasan seperti itu dilakukan melalui perizinan,penjatahan,pengendalian harga, bea ekspor, pengendalian devisa dan ekspor impor,kuota, otorisasi, penjatahan, devisa, pengendalian anti penimbunan, pengendalian monopoli, dan sebagainya. Pada pihak lain, pengawasan tidak langsung, dikenal sebagai pengawasan umum yang mempengaruhi harga dan pendapatan dan transaksi dalam perekonomian. Tujuan Pengawasan Fisik Tujuan pengawasan fisik adalah untuk menjamin alokasi secara tepat sumber-sumber langka demi stabilisasi harga. Perekonomian terbelakang merupakan perekonomian langka dimana persediaan

bahan makanan, bahan mentah,barang konsumen, modal, peralatan modal,fasilitas dasar , devisa dan sebagainya sangat terbatas. 1. Pengawasan terhadap Konsumsi Konsumsi dapat diatur dan dikendalikan melalui dua cara (i) dengan membatasi produksi barang-barang konsumsi langsung melalui alokasi bahan mentah,buruh dan kuota out-put dan (ii) dengan membatasi kebutuhan fisik barang-barang melalui pengawasan harga dan penjatahan.

2.

Pengawasan Investasi Dinegara terbelakang dana yang dapat diinvestasikan pada bidang-bidang yang tepat dan sangat langka.Metode pengendalian investasi yang lazim ditempuh ialah penetapan kuota, penerbitan izin dan otorisasi atas dasar prioritas.Dibidang bidang investasi yang memerlukan mesin, komponen dan bahan baku eks impor, diterapkan pengendalian dalam bentuk kuota impor, bea masuk, dan penjatahan devisa.

3.

Pengawasan Produksi Pengawasan produksi berkaitan erat dengan pengendalian investasi. Tetapi dalam kenyataan ada perbedaan diantara keduanya. Misalnya ada kemungkinan diperlukan pengendalian investasi pada bidang-bidang industry yang cendrung menggeser pekerja pengrajin tanpa mempengaruhi out put material secara mendasar.

4.

Pengawasan Impor Pengendalian impor dinegara terbelakang bertujuan menggeser impor barang-barang konsumen tidak penting kebarang modal , bahan baku dan suku cadang yang dapat memperbesar laju pertumbuhan industry. Jadi pengendalian impor dinegara terbelakang mempunyai dua cirri. Pertama, larangan impor komoditi non esensial tertentu. Kedua, izin umum atau khusus yang didasarkan pada satu beberapa criteria berikut: (a) Negara asal barang (b) derajat pentingnya (c) pagu moneter dan kuota impor tertentu (d) kewajiban-kewajiban khusus dan (e) alokasi internasional.

5.

Pengawasan Ekspor Kontrol terhadap ekspor berbagai macam produk dinegara terbelakang bergantung pada kondisi penawaran didalam negeri, perubahan permintaan produk baik didalam maupun luar negeri dan kebutuhan penghematan persediaan cadangan bahan mentah penting.Akan tetapi tujuan utama pengendalian perdagangan dinegra seperti itu adalah ( a) Untuk mendapatkan devisa yang lebih besar dari ekspor (b) untuk menjaga agar jumlah produk tetap tersedia untuk kepentingan konsumsi domestic ( c) untuk menerapkan standar mutu (d) Untuk memenuhi komitmen karena alokasi internasional dan (e) untuk memenuhi komitmen ekspor sesuai dengan perjanjian dagang dan terkahir untuk meningkatkan ekspor ke daerah-daerah mata uang keras (hard currency)

6.

Pengawasan Mata Uang Asing Pengendalian mata uang asing merupakan suatu metode mempengaruhi neraca pembayaran secara langsung. Negara terbelakang menderita kesulitan neraca pembayaran. Penerimaan ekspornya rendah karena mereka terutama mengekspor bahan mentah dan produk murah lain yang tunduk pada fluktuasi harga internasional dan perubahan-perubahan dalam permintaan. Bentuk lain dari pengendalian mata uang asing adalah system kurs ganda. Badan pengendali mata uang asing dapat menetapkan satu atau beberepa kurs untuk berbagai jenis transakasi internasional.Kur normal dapat dipergunakan untuk impor barang-barang penting dan kurs penalty untuk barang-barang nonesensial.

Keterbatasan Pengawasan Fisik Pengendalian atau pengawasan fisik sebagai diperbincangkan diatas, tidak begitu berhasil didalam menemukan permintaan dan penawaran barang dan jasa di gara seperti India. Pengawasan ini mengandung pada dirinya kesulitan-kesulitan yang tidak memungkinkannya mengendalikan tekanan inflasioner, tekanan neraca pembayaran dan alokasi barang dan jasa secara adil. Pengawasan terhadap konsumsi dalam bentuk pengendalian harga dan penjatahan dapat berhasil dinegara-negara yang pemerintahannya efisien. Pengendalian memerlukan penetapan berbagai macam harga tidak hanya pada berbagai tahapan produksi tetapi juga pada berbagai macam tempat . Pengendalian tidak dapat dilakukan secara terus menerus. Ia harus ditinjau kembali dan diperlonggar manakala penawaran membaik. Pengendalian juga membutuhkan koordinasi yang sempurna antara Pusat dan Negara Bagian

1.

Dibidang Produksi India memiliki system yang paling lengkap mengenai pengendalian fisik dalam bentuk izin, kuota, otorisasi,dll.Ada segudang peraturan dan prosedur yang rumit sehingga banyak sekali keterlambatan terjadi dalam pengambilan keputusan dipihak instansi pemerintah.Dikebanyakan Negara miskin perizinan lebih banyak menjadi penghambat dan merupakan keputusan yang tak dapat dijelaskan. Jika perizinan tidak dapat didaftar dengan cermat dan efisien, Negara itu lebih baik tidak mempergunakannya.

2.

Dibidang Impor Kebijaksanaan pengendalian impor melalui kuota atau izin impor juga memperbesar kemungkinan terjadinya kelambatan, korupsi dan keputusan-keputusan arbitrer. Seringkali industry-industri prioritas tidak mampu mengimpor input-input tepat pada waktunya karena keterlambatan pengurusan izin dan kuota. Dalam hal tertentu, kuota yang ditetapkan ternyata tidak memadai dibandingkan permintaan.

3.

Dibidang Ekspor Kebijaksanaan pengendalian ekspor merupakan kebijaksanaan yang berhasil didalam mencapai tujuan utamanya mendapatkan penerimaan devisa yang lebih besar dan dengan demikian dalam mengurangi deficit neraca pembayaran

4.

Dibidang pengawasan Kurs Pengawasan mata uang asing di India dilakukan dengan sangat ketat. Pengawasan ini tidak memberikan kebebasan pada perusahaan swasta untuk membeli produk ,mesin dan bahan mentah dari Negara yang dipihnya. Mereka hanya dapat mengimpor dari Negara yang mata uangnya tersedia di Bank Sentral India. Kebijaksanaan pengawasan lalu-lintas devisa di India telah menimbulkan pasar gelap, tidak hanya pasar gelap dolar tetapi juga sterling. Bahkan lebih jauh, telah menciptakan korupsi.

53 ANALISA INPUT-OUTPUT

Input-Output merupakan teknik baru yang diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontief pada 1951. Teknik ini dipergunakan untuk menelaah hubungan antar industry dalam rangka memehami saling ketergantungan dan kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Teknik ini juga dikenal sebagai analisa antar industry. Menurut Profesor J.R Hicks input adalah sesuatu yang dibeli untuk perusahaan, sedang out put adalah sesuatu yang dijual oleh perusahaan. Input diperoleh, tetapi output diproduksi. Jadi input merupakan pengeluaran perusahaan, dan output merupakan penerimaannya. Jumlah nilai uang dari input merupakan biaya total suatu perusahaan suatu perusahaan dan jumlah nilai uang dari out put merupakan total penerimaan.

Ciri-ciri Utama Pertama, analisa input-output memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan ekuilibrium. Unsur ini tidak kita jumpai didalam analisa ekuilibrium parsial. Kedua, ia tidak memusatkan dirinya pada analisa permintaan tetapi pada masalah teknis produksi. Terkahir, analisa ini didasarkan pada penelitian empiris. Asumsi i. Keseluruhan perekonomian dibagi kedalam dua sector yaitu sector antarindustridan sektor permintaan akhir, yang masing-masing dapat dibagi kedalam subsector. ii. Output total tiap sector antar industry pada umumnya dapat dipergunakan sebagai input oleh sector industry lain, oleh sector itu sendiri dan oleh sector permintaan akhir. iii. iv. v. vi. vii. Masing-masing industri hanya memproduksi satu produk homogen. Harga, permintaan konsumen dan persedian factor adalah tertentu (given) Perbandingan antara hasil dan skala ( Return to scale) bersifat konstan. Didalam produksi tidak terdapat ekonomi dan disekonomi eksternal. Kombinasi input diterapkan dalam proporsi yang ditetapkan secara ketat. Proporsi input terhadap output senantiasa konstan. PENGGUNAAN MODEL INPUT-OUTPUT DALAM PERENCANAAN

Tabel input-output mengacu pada perekonomian secara keseluruhan dalam tahun tertentu. Ia menunjukan nilai arus barang dan jasa diantara berbagai sector produksi terutama arus antar industry. TAbel 53.1 Tabel-Input Output (Dalam arti Nilai) (Rupiah) Sektor pembelian Sektor Input ke pertanian (1) Pertanian Industri Nilai tambah* Output total atau Biaya Total 50 100 150 300 Input ke Industri (2) 150 250 100 500 Perekonomia n akhir (3) 100 150 0 250 Output Total atau Penerimaan Total 300 500 250 1050

Ada dua jenis hubungan yang menandakan dan mentukan cara suatu perekonomian bertingkah laku dan mengandung pola arus sumber tertentu. Keduanya ialah : (a) stabilitas atau keseimbangan internal masing-masing sector perekonomian dan (b) Stabilitas eksternal masing-masing sector atau hubungan antar sektoral. Profesor Leontief menyebut keduanya sebagai hubungan fundamental antara keseimbangan dan struktur. Jika dinyatakan secara matematik, keduanya dikenal sebagai persamaan keseimbangan dan persamaan structural Matrik koefisien teknik produksi untuk setiap tabel input out put dengan n sector akan terdiri dari nx unsure-unsur n. Karena didalam contoh kita ada dua sector , maka koefisien teknik 2 x 2 dari matriks tersebut secara simbolik disusun sebagai berikut : Tabel 53.2 Matriks Tekonologi A Pertanian Pertanian a11 Industri a11

a21 Industri a22

Dengan menggunakan persamaan (3) ( ajj = xij/xj) untuk menghitung ajj untuk tabel 53.1 inputoutput dua sector dalam contoh kita , kita memperoleh matriks teknologi sebagai berikut : Tabel 53.3 Matriks Koefisien Tekonologi A Pertanian Pertanian Industri 50/300 = 0,17 100/300 = 0,33 Industri 150/300 = 0,50 250/500 = 0,50

Koefisien input ini diperoleh dengan membagi masing-masing angka-angka dalam kolom pertama. Tabel 53.1 dengan total baris pertama, dan masing-masing angka dalam kolom kedua dengan baris kedua, dan sebagainya. MODEL INPUT-OUTPUT DINAMIS Sebegitu jauh kita telah mempelajari suatu model statis yang terbuka. Model tersebut menjadi dinamis manakala ia ditutup dengan mengaitkan bagian investasi dari tagihan akhir barang dengan output. Model input-output dinamis memperluas konsep penyeimbangan intersektoral pada batas waktu tertentu menjadi konsep penyeimbangan intersektoral sepanjang waktu. Model ini dengan sendirinya melibatkan konsep modal tahan lama. Model input output dinamis Leontief merupakan perampakan (generalisasi) model statis dan didasarkan pada asumsi-asumsi yang sama. Didalam model dinamis, output suatu waktu tertentu dianggap masuk didalam stok, dalam hal ini barang modal, dan sebaliknya stok tersebut didistribusikan diantara industry-industri. Keterbatasan Analisa Input-Out Put Analisa input-output mengandung beberapa kelemahan. Kerangka kerjanya didasarkan pada asumsi dasar Leontief mengenai konstannya koefisen input industry yang sebagaimana disebut diatas dipecah menjadi perbandingan anatara hasil terhadap skala dan teknik produksi, yang dua-duanya diasumsikan konstan. Asumsi yang pertama dapat diterapkan pada perekonomian yang stasioner, sedangan asumsi kedua dapat diterapkan dalam teknologi stasioner. Namun asumsi-asumsi ini tidak

sesuai dengan kenyataan. Keduanya tidak menggambarkan analisa antar industry yang bersifat dinamis bahkan dalam analisanya yang disebut model dinamis sekalipun. Keduanya tidak menceritakan apa-apa kepada kita tentang bagaimana koefisien teknik akan berubah sejalan dengan kondisi yang berubah. Keanekaragaman dalam penggunaan teknik produksi seperti itu menyebabkan asumsi tentang koefisien produksi yang tetap tersebut menjadi tidak realistis. Model input-output terlalu naf dan terbatas karena ia semata-mata menekankan pada sisi produksi perekonomian. Kesulitan lain timbul dalam hal permintaan akhir atau daftar barang (Bill of goods). Didalam model ini, pe,belian oleh pemerintah dan konsumen dianggap sebagai tertentu (given) dan diperlakukan sebagai daftar barangyang khas. Analisa input-output tidak mengenal mekanisme penyesuaian harga, sehingga membuat model ini menjadi tidak realistis.Model input-output berstandar pada persamaan yang sulit dicari.

Penggunaan Teknik Input-Output dalam Perencanaan Pengetahuan mendasar tentang koefisien arusdalam model statis dan tentang koefisien modaldalam model dinamis dua-duanya diperlukan bagi rencana pembangunan. Tabel input-output memperlihatkan kepada kita saling hubungan antara berbagai sector dari hubungan structural dari masingmasing sector. Atas dasar keterangan ini, penjabat perencana dapat menentukan pengaruh suatu perubahan dalam satu sector pada semua sector lain dalam perekonomian dan dengan demikian dapat menyusun rencana yang sesuai dengan itu. Dari segi perencanaan, model input-output dinamis lebih banyak punya daya tarik, ia membantu dalam menunjukan keseimbangan output yang bergerak. Analisa input-output juga dipergunakan untuk skonomi nasional. Model-model statis dan dinamis tersebut dapat diterapkan dalam mempersiapkan kerangka rencanadinegara terbelakang. Model input-output memberikan informasi yang perlu mengenai koefisien structural berbagai sector perekonomian selama suatu jangka waktu atau suatu waktu tertentu yang dapat dipergunakan untuk seoptimal mungkin mengalokasikan sumber-sumber ekonomi menuju cita-cita yang diinginkan.

Bab 55 KONSEP RASIO MODAL-OUTPUT


Pengertian Rasio modal output ada 2 macam:

1. Rasio modal output rata-rata (ACOR) Menunjukkan hubungan antara persediaan modal yang ada dan arus output lancar yang dihasilkan. Dengan kata lain ACOR menunjukkan segala sesuatu yang telah diinvestasikan pada masa lalu dan pada keseluruhan pendapatan. 2. Rasio modal output marginal atau inkremental (ICOR). Menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan output (Pendapatan) Y, yang dihasilkan dari kenaikan tertentu pada persedian modal, K. Dapat digambarkan sebagai K/Y.
R Modal K
Y

E
K

Output

Berdasarkan gambar kurva diatas: ACOR = KY/OY ICOR = ED/KD (=K/Y) Konsep rasio modal output dapat diterapkan tidak hanya pada perekonomian secara keseluruhan tetapi juga pada berbagai sektornya. Ada berbagai rasio modal output untuk berbagai sektor perekonomian, dimana pada sektor yang memakai teknik padat modal rasio modal outputnya akan menjadi tinggi dan sektor yang memakai teknik padat karya rasio modal outputnya akan rendah. Rasio Modal Output di Ekonomi Terbelakang Berbagai perkiraan rasio yang telah dibuat untuk negara terbelakang: -

Ahli yang ditunjuk PBB menggunakan rasio yang bergerak dari 2:1 s/d 5:1 Kurihara mengasumsikan rasio kira-kira 5:1 Singer pada model pembangunan ekonominya mengasumsikan 6:1 untuk non pertanian dan 4:1 utnuk pertanian dan rasio rata-rata 5:1 Rosenstein-Rodan memperkirakan rasio 3:1 dan 4:1 Lewis memperkirakan rasio 3:1 dan 4:1

HK Manmohan Singh, untuk negara maju rasionya 2,9:1 dan 4:1 sedang negara terbelakang 1,5:1 dan 2:1

Faktor-faktor yang Menentukan Rasio Modal Output 1. Tersedianya Sumber Alam 2. Pertumbuhan Penduduk
3. Jumlah Modal yang Diperlukan

4. Derajat dan Sifat Kemajuan Teknologi 5. Laju Investasi 6. Komposisi Investasi 7. Efisiensi Dalam Penanganan Jenis Peralatan Baru 8. Kualitas Keterampilan Manajerial dan Organisasional 9. Pola Permintaan 10. Hubungan Harga Faktor 11. Kebijaksanaan Ketenagakerjaan 12. Industrialisasi 13. Perluasan Pendidikan 14. Penggunaan Overhead Sosial dan Ekonomi 15. Pengaruh Ekspor dan Impor 16. Sifat Rasio Modal-Output Hal Rasio Modal Output Rendah atau Tinggi di Negara Terbelakang Alasan para ahli ekonomi tentang rasio modal output rendah di negara terbelakang adalah sebagai berikut: 1. Rasio antara modal yang ada terhadap pendapatan tahunan jauh lebih rendah karena tingkat akumulasi modal jauh lebih kecil (Profesor Lewis). 2. Sumber alam kurang/belumdimanfaatkan dan investasi modal tidak banyak yang dapat diharapkan menaikkan output. 3. Sumber prodiktif lainnya kurang dimanfaatkan dan kapasitas produktif rendah. 4. Banyak menggunakan metode produksi yang menghemat modal karena kurangnya modal dan melimpahnya buruh. 5. Penduduk tumbuh lebih cepat. 6. Pada tahap awal lebih memusatkan pada pembangunan pertanian dan industri padat karya lainnya.

7. Modal tidak sepenuhnya dimanfaatkan maka tingkat depresiasi menjadi rendah. Alasan para ahli ekonomi tentang rasio modal output tinggi di negara terbelakang adalah sebagai berikut: 1. Terjadi pemborosan dalam penggunaan modal. 2. Tingkat melek huruf dan pendidikan sangat rendah sehingga pengetahuan teknologi berkembang lamban. 3. Untuk menyedot sumber-sumber alam yang belum dan kurang tergali. 4. Sumber daya alam terbatas, modal dibutuhkan lebih tinggi untuk substitusi. 5. Pertumbuhan penduduk tidak cepat meningkat, modal akan banyak memberi hasil jika dipakai bersama degan jumlah buruh yang besar. 6. Perekonomian bergerak pada garis pembangunan ekonomi, pola permintaan berubah dimana diperlukan industri padat modal lebih banyak. 7. Tahap awal pembangunan dilakukan investasi modal yang besar. 8. Penggalakan penggunaan teknik padat karya yang dapat mengurangim output memerlukan penggunaan modal yang besar (Profesor Kurihara). 9. Suku bunga sangat tinggi. 10. Lokasi penempatan pabrik sangat jauh dari sumber bahan mentah, diperlukan investasi modal yang tinggi. 11. Sifat perekonomian negara terbelakang stagnan akibat investasi modal tertentu tidak dimanfaatkan pada awal pembangunan.

Keterbatasan Penggunaan rasio modal outpug sebagai alat untuk memperkirakan keperluan modal di negara terbelakang dikelilingi oleh sejumlah keterbatasan: 1. Tidak tersedianya data teknis mengenai biaya dan output sehingga tidak dapat dibuat kalkulasi rasio modal output yang tepat. 2. Tidak mungkin tetap konstan sepanjang periode rencana. 3. Dibatasi oleh kapasitas kurang dimanfaatkan atau berlebih dalam hal penggunaan sumber alam pada suatu perekonomian. 4. Tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk menentukan prioritas diantara berbagai sektor atau proyek dalam perekonomian.

5. Tidak mampu menerangkan mengenai investasi modal manusia yang diperlukan untuk mencapai laju pertumbuhan tertentu. 6. Adanya asumsi tidak adanya perubahan pada seni produksi pada umumnya. 7. Konsep rasio modal output didasarkan pada asumsi implisit bahwa jika modal meningkat persedian faktor-faktor pendukung juga meningkat. Pada negara terbelakang faktor pendukung amat langka, sehingga konsep tersebut tidak dapat diterapkan. 8. Kesulitan timbul dalam pengukuran modal dan output: a. Investasi negara yang direncanakan dan investasi swasta yang diharapkan semuanya dikelompokkan jadi input modal. b. Berbagai pembatasan dan pengawasan langsung menghambat harga menyesuaikan permintaan dan penawaran. c. Kekhususan, heterogenitas, komplementaritas dan indivisibilitas modal di Asia Tenggara tidak memungkinkan pengelompokan demikian. 9. Selama masa depresi, semua kenaikan modal akan diikuti oleh penurunan pada output. 10. Tidak dapat digunakan konsep rasio modal output keseluruhan yang terdiri dari dari rasiorasio sektoral dalam mengestimasi dengan tepat untuk menguji konsistensi rencana pembangunan. Rasio modal output sebagai alat perencanaan akan memberikan hasil yang lebih berarti dalam jangka panjang dibandingkan dalam jangka pendek. Arti Penting dalam Perencanaan Rasio modal output merupakan konsep penting dan berguna bagi perencanaan ekonomi di negara terbelakang. Terutama pada saat memriksa konsistensi antara sasaran pertumbuhan pendapatan nasional dengan modal tambahan yang akan mungkin terkumpul dari tabungan investasi asing yang sedang berjalan.Jadi rasio modal output dipakai untuk menentukan laju pertumbuhan suatu perekonomian. Selain itu letak penting rasio modal output adalah pada penyelesaian problem arus investasi bantuan asing yang begitu besar. Karena rasio tabungan pendapatan domestik di negara terbelakang rendah, maka untuk mencapai laju pertumbuhan yang lebih tinggi diperlukan bantuan asing yang lebih besar, dengan menganggap rasio modal output konvensional sebesar 3:4. Jadi konsep rasio modal output merupakan alat bermanfaat guna menyorot pentingnya modal didalam perencanaan pembangunan, membantu dalam menguji konsistensi laju pertumbuhan yang diinginkan dan sumber sumber yang ada di negara terbelakang.

Bab 56 PEMILIHAN TEKNIK

Pengertian Pemilihan teknik mengacu pada berbagai jenis kombinasi untuk proyek atau perusahaan tertentu. Suatu kombinasi yang dipilih menunjukkan jenis tekniknya. Bagi negara terbelakang jenis teknik yang terbuka adalah antara teknik padat karya dan padat modal, antara industri ringan dan industri berat serta antara pertanian dan industri. Pemilihan teknik tersebut diatas tujuannya adalah untuk memilih teknik mana yang lebih efisien dengan mengingat proporsi faktor yang ada, dimana teknik efisien berusaha meminimkan biaya dari suatu output tertentu atau memaksimalkan output dari input tertentu. Proses perkembangan teknologi

Prof. Kuznets menemukan beberapa pola nyata pada pertumbuhan teknologi: 1. Penemuan Ilmiah atau penyempurnaan didalam pengetahuan teknis. 2. Perbaikan (invention) yaitu mempergunakan pengetahuan yang sudah ada untuk tujuan yang lebih bermanfaat. 3. Inovasi yang berarti penerapan suatu perbaikan pada produksi ekonomis. 4. Penyebaran hasilperbaikan yang diiringi dengan penyempurnaan. Keberhasilan melewati tahap berurutan evolusi teknologi ini memerlukan empat faktor: 1. Ada kondisi yang diperlukan bagi peningkatan pengetahuan ilmiah. 2. Setiap tahap memerlukan investasi modal yang besar dan tenaga buruh yang terampil. 3. Inovasi memerlukan keterampilan dan kewirasawastaan yang dapat memanfaatkan penemuan-penemuan secara menguntungkan. 4. Penyebaran inovasi tergantung pada keinginan orang untuk menerapkan proses dan produk baru itu untuk produksi massal.

Dinegara terbelakang syarat-syarat yang disebutkan Prof. Kuznets tidak terpenuhi karena: 1. Fasilitas pendidikan an penelitian tidak memadai. 2. Buruh terampil dan wiraswasta sangat langka. 3. Tingkat pendapatan, konsumsi dan tabungan sangat rendah. 4. Pasarnya sangat kecil. Teknik Padat-Karya Pada teknik ini, peningkatan output dengan menaikkan produktifitas buruh per unit modal dan yang bersifat rendah modal.Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Modal K O L L1 Q

Q1 Buruh

Gambar 56.1 Teknik Padat Karya Output (isoquant Q) diproduksi dalam perekonomian dengan mempekerjakan modal (OK) dan buruh (OL). Dengan teknik baru, jumlah modal yang sama (OK) dan memakai buruh yang lebih banyak (LL1) dapat memproduksi output yang lebih besar (isoquant Q1). Teknik Modern Padat-Modal Teknik ini sangat kental dengan pemakaian teknologi.Menurut Galenson dan Leibenstein, keberhasilan pembangunan ekonomi, khususnya ditengah keterbelakangan yang mencolok, sebaian besar tergantung pada penerapan teknologi modern dalam skala yang sebesar mungkin. Hal ini tergambar dalam gambar berikut ini. Teknik ini menggunakan modal lebih banyak (OK) dibandingkan dengan buruh (OL). Tingkat output lebih tinggi dengan anggapan isoquant Q2 lebih tinggi dari isoquant Q1 pada gambar 56.1
Modal K Q2 O L Buruh

Gambar 56.2 Teknik Padat Modal Keterbatasan teknik Padat Modal 1. - Pengangguran dan kelangkaan modal yang berat. - Memerlukan biaya tinggi dan sejumlah besar modal. 2. Impor pabrik dan peralatan yang mahal dan kesulitan purna jual (reparasi, pemeliharaan dan suku cadang). 3. Impor yang besar menyulitkan neraca pembayaran. 4. Penyedian tenaga teknis dan manajerial berketrampilan tinggi yang saling melengkapi tidak tersedia. 5. Pasar yang kecil yang hanya memerlukan pengembangan perusahan kecil.

6. Latar belakang sosio-ekonomi dan geografi yang berbeda, teknologi dikembangkan untuk mengatasi kelangkaan buruh. 7. Perbedaaan yang besar antara teknik lokal dan teknik impor menimbulkan ktidakpuasan sosial dan ketentraman yang mengikuti industrialisasi dengan penerapan teknoligi maju. 8. Adanya sumberdaya, sarana angkutan dan perhubungan, tenaga yang sangat terlatih dan sejumlah besar pelayanan terkait. Teknologi yang tepat suatu negara tergantung pada sumber, polanya, dan pasarnya. Karena penduduk yang relatif tidak terampil sulit untuk disulap menjadi tenaga berketerampilan tinggi dalam satu generasi tanpa melibatkan investasi sejumlah besar modal dalam latihan dan dalam peralatan (Yale Brozen)

Penggunaan Teknik Bekas Negara Maju Penggunaan teknis bekas negara maju meskipun sedikit murah dan dan intensitas modalnya rendah, tetapi dari segi pemeliharaan, ia memerlukan biaya tinggi. Teknologi yang tepat untuk negara berkembang yaitu teknologi menengah yang disebut teknologi biaya rendah atau teknologi relevan. Kerenanya dituntut agar memetik manfaat dari pengetahuan yang melimpah dibidang teknologi dari negara maju dan memodifikasi serta menerapkan teknik negara maju tersebut sesuai dengan keperluan dan daya serap sosial, ekonomi dan teknis mereka. Tuntutan tersebut mengharuskan agar didalam tahap awal pembangunan dipergunakan teknik padat karya dan teknik hemat modal, agar jumlah modal terbatas yang tersedia dapat tersebar merata dalam arti lebih banyak dapat memanfaatkan sumber manusia dan sumber lainnya. Menurut Prof. Schumacher teknologi tersebut diatas memerlukan pendekatan regional dalam pembangunan dan memerlukan empat syarat bagi keberhasilannya:
1. Bengkel kerja harus dibangun di tempat mayoritas rakyat tinggal.

2. Harus murah agar dapat dibangun dalam jumlah besar dan memerlukan modal yang tinggi dan impor. 3. Metode produksi harus sederhana. 4. Produksi sebagian besar harus bergantung pada bahan lokal dan untuk pemakaian lokal. Vakil dan Brahmanand menyarankan teknik-teknik berikut utnuk dipakai di negara terbelakang: 1. Dipelajari dengan mudah dan dalam waktu singkat. 2. Investasi awal yang kecil.

3. Mengurangi masa persiapan investasi. 4. Sedikit investasi di bidang buruh ahli dan terampil. 5. Menghemat sumber langka ketimbang buruh. 6. Menaikkan tingkat produksi dan menaikkan suplai mineral atau listrik. Teknik Padat Karya Versus Teknik Padat Modal Ciri umum negara terbelakang adalah kekurangan modal dan kelebihan buruh. Alasan yang mendukung teknik padat karya: 1. Alasan pekerjaan, melimpahnya tenaga kerja yang menganggur. 2. Pekerjaan meningkat melalui penggunaan teknik padat karya, teknik ini memeratakan pendapatan total yang tercipta lebih meluas ke seluruh masyarakat. 3. Alasan sumber laten, sangat kekurangan modal dan sumber kewiraswastaan. 4. Rendah impor, teknik padat karya hanya memerlukan alat dan peralatan lebih sederhana yang tidak perlu diimpor. 5. Untuk melawan tekanan inflasioner pada perekonomian sedang berkembang. 6. Banyak digunakan di desa-desa dan kota kecil. 7. Dapat menikmati keuntungan sistem desentralisasi dan terhindar dari dampak negatif sistem pabrik. 8. Timbulnya monopoli dan konsentrasi kekuatan ekonomi pada beberapa orang. Alasan yang mendukung teknik padat modal: 1. Akan mendatangkan pendapatan yang sebagian besar jatuh ke tangan pengusaha dimana mereka memiliki kecendrungan menabung lebih tinggi, sehingga dapat digunakan lagi untuk investasi. 2. Laju pertumbuhan jauh lebih cepat dan dalam jangka panjang akan tersedia lapangan pekerjaan yang lebih banyak. 3. Untuk menaikkan tempo pembangunan. 4. Dipilihnya teknik produksi yang sangat padat modal yang tidak cepat usang, sehingga modal lainnya dapat digunakan untuk pembentukan modal berikutnya. 5. Proses produksi lebih menguntungkan karena produktifitas naik lebih cepat dibandingkan dengan biaya sehingga memungkinkan ekonomi produksi skala luas. 6. Menghasilkan produksi barang yang bermutu dan menekan biaya. 7. Mempunyai dampak yang menjangkau jauh ke dalam proses pertumbuhan ekonomi.

8. Mendorong mempertinggi ketrampilan dan efisiensi dan membantu dalam latihan manajemen. 9. Untuk menyediakan overhead sosial ekonomi, investasimodal dalam jumlah besar. Dari kedua alasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik padat karya cenderung menaikkan produksi dan pekerjaan dalam perekonomian dan disisi lain teknik padat modal cenderung mempercepat laju pertumbuhan modal dan kemudia memaksimasi kapasitas produktif dan pekerjaan dalam jangka panjang. BAB 57 KRITERIA INVESTASI DIDALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Secara umum bahwa perusahaan swasta pada perekonomian didorong oleh prinsip maksimasi laba. Sering sekali keputusan investasi swasta dijatuhkan pada proyek-proyek yang tidak menunjang pembangunan ekonomi. Karena itu dirasakan bahwa hanya penguasa negara yang dapat mengambil keputusan mengalokasikan sumber daya investasi langka dan mempengaruhi arah investasi swasta kearah proyek yang berorientasi pembangunan. Untuk ini pilihan yang tersedia bagi penguasa Negara adalah antara teknik padat-modal tinggi dan padat modal rendah. Criteria Putaran (turn over) modal Criteria putaran modal dikenal dengan berbagai nama yaitu criteria laju putaran, criteria maksimisasi output terhadap modal (criteria padat modal minimum atau rasio modal output minimum). Criteria ini dikemukakan oleh JJ Polak dan NS Buchanan. Logika yang terkandung didalamnya adalah bahwa karena modal dinegara terbelakang adalah begitu langka maka teknik yang harus dipilih adalah yang menghasilkan output maksimum perunit modal yang dipergunakan. Dengan kata lain untuk memaksimalkan output, harus dipilih proyek investasi dengan tingkat putaran modal yang tinggi.( dari rasio modal output rendah). Proyek yang cepat menghasilkan dengan intensitas modal rendah memungkinkan pemakaian sumber modal langka secepat mungkin untuk kemudian diinvestasikan kembali ke proyek lain. Proyek seperti itu juga memberikan pekerjaan maksimum per sumber dinegara terbelakang. Menurut chenery, criteria utama bermanfaat dalam pemilihan anatara berbagai proyek dalam sector tertentu. Tetapi ada keterbatasan tertentu dalam criteria ini, yaitu:

1.

Kriteria ini mengabaikan unsur waktu

Proyek yang cepat menghasilkan yang dalam jangka pendek mempunyai rasio modal output rendah dapat mencapai rasio yang tinggi dalam jangka panjang. 2. Kriteria ini mengabaikan keuntungan suplementer yang mengalir dari suatu proyek

investasi. Proyek dengan rasio modal output yang tinggi mungkin dapat menghasilkan keuntungan tertentu bagi perekonomian sehingga melampaui biaya ekstra yang diperlukan proyek tersebut. 3. Pada industry tertentu seperti pertanian, rasio antara modal terhadap output kelihatannya

rendah. Jika modal kerja seperti pupuk juga dimasukkan kedalam investasi modal tetap, rasio tersebut sebenarnya bisa menjadi tinggi. 4. Semakin tinggi putaran, tingkat penyusutan modal bisa semakin tinggi tetapitingkat

outputtidak bisa semakin tinggi, oleh sebab itu Dr.K.N Prasad sebagai gantinya mengemukakan criteria tingkat putaran netto. 5. Argument maksimisasi pekerjaan yang terkandung pada konsep ini hanya dapat

dilaksanakan dengan baik dalam jangka pendek. 6. Kriteria ini tidak dapat dengan sendirinya berarti bahwa dengan pekerjaan yang meningkat total. Investasi padat karya dan hemat modal membuat

aka nada tambahan pada output output total. 7.

produktifitas buruh tetap rendah seperti biasanya tanpa menghasilkan tambahan pada pada

Penerapan teknik padat karya bahkan dapat mengurangi output, dengan demikian

mengharuskan penggunaan modal yang lebih besar. 8. Teknik seperti hal diatas sering menghasilkan produk dibawah standar karena produk

tersebut disubsidi oleh pemerintah dan memerlukan biaya social yang tinggi.

KRITERIA PRODUKTIFITAS MARGINAL SOSIAL Pertama kali dikemukakan oleh AE Kahn dan disempurnakan oleh Hollis B.Cheneri. criteria ini didasarkan pada pendekatan produkstivitas marginal konvensional. Semakin banyak modal yang digunakan pada suatu proyek dalam kombinasi dengan sejumlah input lainnya yang ada,

produk marginalnya setelah jangka waktu tertentu akan mulai menurun sampai produktivitas modal marginalnya pada berbagai pemakaian sama. Tujuannya adalah mengalokasikan sumber investasi yang terbatas dengan cara sedemikian rupa sehingga memaksimalkan output nasional. Chenery menyusun suatu rumus bagi pengukuran kuantitatif konsep PMS tersebut. Dia

membuat perigkat proyek-proyek investasi menurut urutan nilai sosialnya dan mempelajari pengaruhnya pada pendapatan nasional, neraca pembayaran dan bahan domestic serta bahan impor yang dipakai. Pemilihan proyek tergantung pada peringkatnya dan jumlah biaya dan dana yang tersedia. Dengan anggapan neraca pembayaran seimbang maka persamaan Chenery adalah: PMS = X + E L M- O/K Dimana X mewakili nilai pasar yang meningkat dari output dan E adalah nilai tambah dari output karena ekonomi netto eksternal, L biaya buruh, M biaya bahan, O biaya overhead termasuk penyusutan dan K adalah modal yang diinvestasikan. Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi (V-C)/K dimana V adalah nilai tambah social domestic sama dengan (X+E) dan C adalah biaya total factor yang sama dengan (L+M+O) Karena dinegara terbelakang devisa lebih berharga ketimbang mata uang domestic maka perbedaan besar antara nilai actual dan nilai resmi mata uang asing, dilihat dari mata uang local. Vhenery menggambarkan perbedaan ini dengan . Jika besar adalah nol berarti neraca pembayaran seimbang, positif menggambarkan surplus dan negatif menggambarkan defisit. Maka :

PMS = V-C/K + (aB1+B2)/K

Karena unsure-unsurnya sama maka aB1 merupakan dampak tahunan yang dibenarkan pada neraca pembayaran akibat pembayaran luar negeri sebelumnya dan B2 adalah dampak tahunan pada neraca pembayaran akibat pelaksanaan proyek. Jika B negatif berarti impor dan jika positif berarti ekspor. Untuk mempermudah rumus tersebut selanjutnya (aB1+B2) diganti dengan B sehingga dampak neraca pembayaran secara gabungan dan rumus akhirnya menjadi: PMS = V C/K + B/K

Dengan ini rumus chenery menghitung PMSdari sejumlah proyek investasi di italia dan yunani. Keterbatasan:
1. Tidaklah benar untuk mengatakan bahwa produkstivitas modal marginal pasti sama pada

semua pemakaian. 2. Produktivitas marginal modal dalam berbagai proyek disamakan atas dasar teknologi yang tidak memerlukan pengalokasian dana yang dapat diinvestasikan. 3. Criteria PMS hanya mempertimbangkan saat ini. Produkstifitas factor pada berbagai pemakaian tergantung pada hubungan antara biaya dan harga produk yang diproduksi dan ini pada gilirannya akan bergantung pada kondisi penawaran dan permintaan. 4. Criteria PMS itu tidak jelas dan tidak pasti sebab sulit untuk memperoleh penilaian yang bebar mengenai keuntungan dan biaya berbagai proyek masa kini maupun masa datang. 5. Salah satu kelemahan utama criteria PMS adalah bahwa criteria ini berkaitan dengan pengaruh investasi pada pendapatan nasional dan mengabaikan pengaruh multiplikasi investasi saat ini pada pendapatan masa mendatang.

KRITERIA PENGINVESTASIAN KEMBALI Kriteria ini dikemukakan oleh galenson dan leibenstein. Criteria ini juga dikenal sebagai criteria tingkat surplus atau hasil bagi investasi per kapita marginal atau produkstifitas netto per pekerja dikurangi konsumsi per pekerja. Galeinson dan lebeinstein menekankan maksimisasi output per kapita dimasa dating ketimbang di saat ini. Ini mungkin apabila tingkat tabungan dimasksimalkan kearah penginvestasian kembali pendapatan. Dalam menaikan proporsi modal terhadap buruh, potensi output perkapita dan surplus yang dapat diinvestasikan perkapita , galeinsin dan leibenstein lebih menyukai teknik padat modal meski untuk negara dimana modal langka dan buruh melimpah sekalipun. Proses produksi yang mempunyai rasio buruh modal yang tinggi menyebabkan sebagian besar pendapatan masuk ke laba dan hanya sebagian kecil yang masuk keupah. Dengan demikian sebagian besar dari pendapatan yang tergolong laba tersebut tersedia untuk diinvestasikan. Urbanisasi yang mengikuti industrialisasi melalui pendirian industry-industri padat modal akan mempengaruhi sejumlah factor social dan ekonomi lainnya termasuk pertambahan

penduduk. Selanjutnya proses produksi padat modal menunjukkan bahwa barang-barang modal mempunyai umur yang panjang. Oleh karena itu hanya sebagian kecil saja dari sumber investasi bruto yang akan dipergunakan untuk menggantikan barang modal yang sudah using dan selebihnya disediakan bagi pembentukan modal dimasa mendatang. Kritik terhadap criteria ini: 1. Hasil bagi penginvestasian kembali tersebut didasarkan pada asumsi bahwa konsumsi tetap konstan sepanjang masa. Namum asumsi demikian tidak dapat dipertahankan. 2. Criteria ini bersandar pada asumsi bahwa apapun yang diterima sebagai upah akan dipergunakan kembali untuk konsumsi dan apapun yang dibayarkan pada buruh akan diinvestasikan kembali. 3. Criteria ini bertentangan dengan asas produktifitas modal marginal. Begitu jumlah marginal dinaikkan dalam dosis yang berurutan, sesudah melampuai suatu titik produktifitasnya kembali menurun. 4. Anggapan bahwa proses padat modal tinggi mempunyai daya investasi kembali yang kuat tidaklah benar. Industry padat modal tinggi seperti besi dan baja tidak akan menghasilkan output sampai beberapa tahun tertentu dilewati. 5. Pemusatan industry padat modal skala besar dinegara terbelakang dihadapkan pada sejumlah kesulitan prktis. Karena kekurangan buruh terampil dan kemampuan kewiraswastaan, pengelolaan perusahaan besar secara efisien menjadi sulit. 6. Kriteria ini bersifat berat sebelah karena ia tidak mengkaji dampak neraca pembayaran pada investasi. 7. Otto eikensten berpendapat bahwa bagi investasi terencana dari pada tergantung pada kriteria penginvestasian kembali mungkin lebih baik menggunakan tindakan fiskal untuk mencapai suatu distribusi pendapatan yang akan menghasilkan tabungan yang memadai untuk tujuan investasi. 8. Kriteria ini mengabaikan pentingnya konsumsi malahan ia menyarankan pembatasan. 9. Penggunaan kriteria ini mengabaikan masalah pembagian pendapatan yang tidak merata dalam perekonomian seperti itu.

Kesimpulan, terlepasvdari keterbatasan itu, kriteria penginvestasian kembali bermanfaat sebagai prakiraan awal dalam memacu laju pertumbuhan pendapatan pada suatu perekonomian terbelakang KRITERIA DERET WAKTU AK Sen mengemukakan kriteria deret waktu . kriteria ini berusaha memaksimalkan output dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan rasio modal output dan tingkat tabungan lintasan waktu dari dua detik (padat modal-padat karya) misalnya dapat digambarkan dan diketahui teknik mana yang mendatangkan hasil yang paling tinggi selama rentang waktu tertentu. Misalkan ada dua proyek H (padat modal) dan I (padat karya) dengan rentang waktu selama sepuluh tahun dan hasil total dari masing-masing proyek adalah 100 juta. Ditunjukkan oleh tabel.57.1

Periode (Tahun)

Proyeksi I (Padat Modal) Proyeksi II (PadatKarya) H (dlm jutaan) L (dlm jutaan) 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 11,5 12,0 12,5 13,0 100,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4,0 5,0 6,0 7,5 9,0 10,5 12,0 13,5 15,0 17,5 100,0

Hasil proyek H lebih kecil (42 Juta) dibanding dengan proyek L (51 Juta) selama enam tahun pertama, sementara pada empat tahun sisanya hasil proyek H naik lebih banyak ketimbang proyek L. Hasil itu naik dari 42m ke 58m pada proyek H dan turun dari 51 m ke 49 m pada

proyek L. Karena hasil total kedua proyek itu sama maka posisi keseluruhannya adalah posisi indifference. Hal yang penting adalah apakah kehilangan output sebelumnya akbibat melaksanakan proyek padat modal, dapat pulih kembali dalam periode waktu sepuluh tahun. Hal ini dijelaskan dengan bantuan diagram yang direproduksi oleh Sen. Kriteria deret waktu ini, dengan mempertimbangkan unsur waktu dalam menetukan teknikteknik produksi dalam suatu perekonomian terbelakang, menjadi lebih realistis ketimbang kriteria lainnya. Keterbatasan Sen sendiri menunjukkan tiga keterbatasan konsepnya yaitu: 1. Pengmabilan rentang waktu tertentu adalah arbitrer sifatnya. 2. Tidaklah mungkin mendapatkan deret waktu untuk keseluruhan waktu yang akan datang, oleh karena itu jangka waktu perencanaan harus ditetapkan dengan pasti. 3. Faktor-faktor seperti perubahan teknologi, tingkat upah, kecendruang mengkonsumsi, kesemuanya dapat berubah dan membuat ramalan investasi dan output masa datang tidak hanya sulit tetapi keliru.

BAB 58 PERENCANAAN EKONOMI DAN MEKANISME HARGA

Mekanisme harga adalah suatu sistem organisasi ekonomi dimana setiap individu dalam kedudukannya sebagai konsumen, produsen dan pemilik sumber mwlakukan kegiatan ekonomi. Sistem berkaitna dengan sistem perekonomian pasar bebas dimana faktor-faktor produksi dimiliki oleh swasta. Individu bebas memeilih pekerjaan apa saja untuk membelidengan harga yang ditemtukan oleh kekuatan pasar. Akhirnya mekanisme pasar menghasilkan efisiensi dan output secara maksimal melalui keseimbangan permintaan dan penawaran barang dan jasa. kekuatan

Mekanisme Harga Pada Ekonomi Berencana Mekanisme harga merupakan ciri khas ekonomi pasar bebas dan karena itu tidak mempunyai relevansi dengan ekonomi berencana. Dalam ekonomi berenacana berbagai unsur mekanisme harga-biaya dan laba semuanya direncanakan dan dikalkulasi oleh badan perencana sesuai dengan disainnya. Jadi dalam ekonomi berencana kalkulasi dalam ekonomi secararasional tidak akan mungkin karena tidak seperti dalam ekonomi bebas, mekanisme harga diatur dan diawasi. Berbagai asumsi yang menjadi dasar berkerjanya sistem harga tidak berlaku dalam perncanaan. Prof. Ludvig von Mises merupakan orang

pertama yang meyatakan bahwa perencanaan ekonomi pasti akan mengalami kegagalan tanpa adanya mekanisme pasar bebas. Pada sisi lain, taylor lerner dan lange dan banyak lainnya menunjukkan bekerjanya mekanisme harga dalam perencanaan ekonomi. Menurut Oskar Lange sistem kapitalis aktual bkannlah sistem persaingan murni, melainkan sistem dimana persaingan oligopoli dan monopolistik berlaku. Ini lebih memperkuat argumen para ahli ekonomi mengenai perencanaan ekonomi dan mekanisme harga dapat diubah dalam rangka memenuhi kebutuhan rencana nasional. Oleh karena lange tidak setuju dengan pendapat bahwa tanpa pasar yang kompetitif tidak akan ada metode yang praktis untuk menemukan harga yang benar. Dia sependapat dengan Tailor dan menegaskan bahwa penetuan harga akunting dengan metode trial dan eror didalam ekonomi perekonomian terencana hanya memerlukan pemecahan atas persamaan-persamaan yang berkaitan dengan konsumen dan manajer produksi. Alokasi sumber secara rasional dalam perencanaan ekonomi ditinjau dari sudut pasar yang kompetitif memerlukan adanya tiga syarat keseimbangan : 1. Produsen dan konsumen harus menyelaraskan penjualan dan pembelianya sedemikian rupa sampai dia tidak dapat lagi menambah pendapatannya atau kepuasannya. 2. Setiap harga harus sedemikian rupa sehingga penawaran dan permintaan tiaptiap komoditi adalah sama. 3. Pendapatan konsumen harus sama dengan penerimaan yang mereka peroleh dari penjualan jasa produkstif plus laba. Kesemua ini merupakan kondisi yang harus dipenuhi oleh fungsi parametrik dan harga, dengan jalan mana setiap individu menyesuaikan diri dengan harga pasar aktual melalui proses trial dan eror tadi. Proses ini berlangsung terus sampai syarat objektif keseimbangan dipenuhi dan keseimbangan final tercapai. Harga yang tercipta secara historislah sebenarnaya berlaku sebagai dasar bagi proses percobaan berikutnya. Untuk dapat memenuhi syarat obeketif dan subjektif tadi dalam ekonomi berencana, badan perencanan harus meletakkan dua aturan sebagai panduan bagi manajer pabrik :

a. Setiap manajer harus mengkombinasikan barang dan jasa produkstif sedemikian rupa sehingga biaya produksi rata-rata output tertentu menjadi minimum. b. Setiap manajer harus memilih skala output yang menyamakan biaya marginal dengan harga.

MEKANISME HARGA DALAM EKONOMI TERBELAKANG Karena mekanisme harga berkaitan erat dengan perekonomian maju dan pasar bebas, maka mekanisme harga tidak bekerja sebagaimana mestinya dalam perekonomian terbelakang. Para ahli berbeda pendapat mengenai peranan mekanisme harga dalam perencanaan pembangunan. Ada pandangan bahwa mekanisme harga tersebut harus dibiarkan bekerja demi kepentingan alokasi sumber secara efisien dan untuk memberikan rangsangan kepada rakyat. Sebagian besar ahli ekonmi berpendapat bahwa sistem harga tidak efektif dan tidak mendasar dan tidak relevan bagi pemecahan masalah-masalah rumit yang dihadapi negara terbelakang. Oleh karena itu negara harus melakukan pengawasan terhadap sistem pasar dan mengubahnya sesuai dengan sasaran rencana nasional. Negara harus memanfaatkan perencanaan pembangunan untuk meningkatkan dan memperkuat mekanisme pasar ketimbang menggantikannya dengan pengawasan secara menyeluruh. Menurut pandangan pertama, sistem pasar yang berfungsi dengan tepat akan merangsang efisiensi dan pertumbuhan ekonomi dalam berbagai cara. Tersedianya berbagai barang melalui pasar merangsang konsumen untuk bekerja lebih keras guna menginkatnkann pendapatan. Sistem pasar memberikan ransangan kepada pengusaha untuk berinovasi dan mengadakan perbaikan teknologi. Dengan demikian sistem pasar mambawa kearah akumulasi modal dan fisik . rakyat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk medapatkan upah yang tinggi dan menumpuk modal fisik untuk memperoleh laba yang tinggi.

Menrut pandangan kedua, bahwa mekanisme harga tidak bekerja sempurna karena perekonomian terbelakang karena perekonomian terbelakang tidak mengenal mekanisme harga. Sebagian besar perekonomian terdiri dari sektor nonmoneter diman rakyat terlibat dalam perdagangan barter. Mereka tidak mengetahui adanya sistem pasar. Akibatnya mekanisme harga tidak mampu mengalokasikan sumber yang efisien. Selanjutnya faktor kelembagaan tertentu menjadi penyebab terjadinya distorsi harga dan penghambat terjadinya mekanisme harga. Pasar produk, faktor, uang dan modal tidak terorganisasi dengan baik. Kebanyak petani

BAB 58 PERENCANAAN EKONOMI DAN MEKANISME HARGA

Mekanisme harga adalah suatu sistem ekonomi dimana setiap individu dalam kedudukannya sebagai konsumen, produsen dan sebagai pemilik sumber daya melakukan kegiatan ekonomi

BAB 54 LINEAR PROGRAMING Linear programing adalah teknik matematik untuk menemukan kepuasan optimum dengan mengendalikan kendala (constraints) tertentu, dalam bentuk ketidaksamaan linear. Masalah maksimisasi atau minimisasi itu juga disebut masalah optimisasi. Teknik dalam linear programing adalah sama dengan teknik yang digunakan dalam analisa input-output industri. Syarat syarat dan Perampakan (Generalisasi) 1. Suatu tujuan yang pasti. Bisa berupa maksimisasi laba atau pendapatan nasional atau pekerjaan atau minimisasi biaya. Ini dikenal dengan fungsi tujuan dan fungsi kriteria. 2. Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada proses produksi alternatif. Seperti : Mengkonsumsi sesuatu, menyimpan sesuatu, menjual sesuatu, membuang sesuatu, begini juga mengolah sesuatu dengan cara khusus. 3. Harus ada kendala konstrait atau hambatan terhadap masalahnya. 4. Ada variabel pilihan antara berbagai proses atau kegiatan produktif sehingga memaksisasi atau minimilisasi tujuan dan memenuhi semua kendala.. Asumsi 1. Badan pembuat keputusan dihadapkan pada kendala tertentu atau keterbatasan sumber tertentu. 2. Analisa ini mengansusmsi adanya proses produksi alternatif yang terbatas jumlahnya. 3. Adanya hubungan linear antara berbagai variabel yang mencerminkan adanya proporsi yang konstan antara input output di dalam suatu proses. 4. Harga dan output tertentu konstan. 5. Sumber yang dipakai semua yang dipakai perusahaan harus sama 6. Faktor kelembagaan di asumsikan konstan. Teknik Programming-Penerapan Dalam Perencanaan

Para pembuat rencana harus memutuskan apakah harus memakai teknik produksi padat karya atau padat modal tergantung pada pembiayaan. Contoh kita memproduksi barang Z. Tujuannya adalal memaksimisasi output dengan menggunakan input X dan Y. Ada 2 proses produk alternatif yang harus dipilih C ( padat modal) dan L (padat karya). Kendalanya adalah pengeluaran biaya MP yang konstan.yang ditunjukkan oleh gambar 54.1 Proyek tersebut dapat memprodusi dengan salah satu dari kedua teknik yang tersedia yaitu C dan L, dalam daerah yang digambarkan oleh segitiga Obd. Kurva isocost MP menyentuh isoquant I1 bds pada titik b pada garis proses OC, itu menunjukkan bahwa proyek tersebut akan menggunakan titik padat modal C dengan memakai 4 input Y dan dua unit X dan produksi 100 unit barang Z.

Y I 8 7 6 5 4 3 20 1 0 1 2 a 50 c 3 4 5P 6 7 8 X e b 100 d S S1 L I1 C

Input X per periode Gambar 54.1 Ambillah proyek lain yang tujuannya adalah memaksimisasi penerimaan dengan mengingat kendala tertentu terbatasnya kapasitas. Misalnya : produksi X dan Y tunduk pada kendala A, B, C, D. Kendala A membatasi produksi X sampai OA. Kendala B membatasi produksi Y sampai pada OB. Kendala C membatasi produksi X dan Y masing masing sampai dengan OC1 dan OC. Daerah OA TS RB menggambarkan

semua kombinasi X dan Y yang dapat diproduksi, dan tidak ada kemungkinan lain memproduksi suatu kombinasi pada titik manapun di luar daerah ini. Pemecahab aslinya dapat diperoleh dengan menarik garis isoprofit di dalam daerah kelayakan tersebut, sebab garis isoprofit menggambarkan semua kombinasi X dan Y yang menghasilkan laba yang sama pada perusahaan. Pemecahan optimalnya tergantung pada garis isoprofit tertinggi EF pada poligon (segi banyak ) OA TS RB, yaitu titik S. Diluar titik S tidak layak.

Y D E C B R S

A1

B1

T 0 A D1 F C1

Masalah perencanaan lain : misalkan pembuat rencana memberikan bobot 3 dan 8 unit barang. Sumber X1=2 dan X2=6. Misalnya produksi 1 unit X1 memakai C1 = 1 dan C2 = 2. Dan X2 memakai input C1 = 2 dan C2= 8. Dipecahkan dalam bentuk linear programming: Maksimisasikan 3X1 + 8X2 (R, dalam penerimaan), kendala X1 +2X2 dan 2X1 +8X2

dan di antara kuantitas ini tidak ada yang negatif. Pemecahan optimalnya adalah X1 = 2,X2=1/2 dan R = 7. Masalah kembaran adalah: Misalkan P1 adalah harga X1 yang dicari P2 dan harga X2 yang dicari. Minimilisasi 2P1 6 P2 (C adalah biaya), kendala P1+P2 , 2P1+8P2 dan diantara harga harga ini

tidak ada yang negatif. Pemecahan optimalnya adalah : P1=I1 P2=1/2 dan C= 7.kedua harga ini adalah harga bayangan. Namun karena semua nilai dihubungkan dengan kedua sumber itu maka nilai maksimum dari fungsi tujuan C harus sama dengan R, Karena C=R= 7.

Keterbatasan Linear Programming 1. Tidak mudahnya menetapkan fungsi tujuan tertentu . 2. Jika fungsi tujuan tertentu itu telah ditetapkan, tidak mudah menemukan kendal sosial, kelembagaan,finansial dan lain lain. 3. Berdasarkan tujuan tertentu dan sekumpulan datdak dapat. Maka mungkin kendala tersebut tidak dapat dinyatakan secara langsung sebagai ketidakamanan sosial. 4. Jika masalah tersebut diatasi yaitu populasi, harga dan sebagainya. 5. Hubungan antara input dan output tidak linear. 6. Adanya persaingan murni dalam produk dan pasar faktor. 7. Teknik linear programming didasarkan pada asumsi penerimaan konstan dalam perekonomian. Selanjutnya adalah teknik yang sangat matematis dan rumit. Pemecahan suatu masalah dengan linear programing memerlukan maksimisasi atau minimisasi variabel yang dispesifikasi dengan jelas. Dalam bentuk grafis garis AB menggambarkan P1 + 2P2 = 3 dan garis CD menggambarkan 2P1 + 8P2 =8. Pemecahan yang layak terletak pada suatu garis tebal AZD dalam gambar 54.3. Pemecahan optimalnya adlah pada titik Z dimana Isocost (garis putus) RK melewati titik potong AB dan CD. Y A R C O x 0 B K D Penggunaan Linear Programming Dalam Perencanaan Tetapi dalam praktek linear programming digunakan untuk memechakan sejumlah terbatas problem ekonomi di negara terbelakang. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga yang memadai untuk mengerjakan persamaan matematis untuk mengoperasikan alat hitung yang sangat mekanis. Fungsi dan tujuan yang dipakai pada studi seperti ini adalah maksimisasi pendapatan atau minimisasi biaya. Z

You might also like