You are on page 1of 3

Bidang Politik Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak sekali mengalami perubahan dan

pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar melakukan pembenahan di dalam tubuh pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa jepang yang menduduki bangsa Indonesia setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945. Agenda pertama adalah menunjuk presiden dan wakil presiden serta mengesahkan dasar negara yaitu UUD Negara. Kemudian rapat terus berlanjut dengan agenda agenda yang lebih luas yaitu pembentukan alat-alat perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian wilayah RI atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan kurangnya pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya pemerintahan menjadi tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang telah di canangkan. Bidang sosial dan budaya Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan jepang, sehingga warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau penguasa. Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945.

Setelah kemerdekaan, bangsa ini berharap dapat hidup dengan damaid a n t e n t e r a m tanpa adanya ancaman dan intervensi, leb ih-lebih agresi d a n o k u p a s i , ya n g b e r s i f a t m i l i t e r t e r h a d a p k e d a u l a t a n b a n g s a i n i . N a m u n , d a l a m perjalanan sejarahnya, bangsa Indonesia telah mengalami banyak kerawanan disektor pertahanan-keamanan, seperti pemberontakan dalam negeri ( insurgency ),s e p a r a t i s m e ( separatism ), dan terorisme ( terrorism ). Contoh masing-masings e c a r a b e r t u r u t - t u r u t a d a l a h A n g k a t a n P e r a n g R a t u A d i l ( A P R A ) , D a r u l Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Semesta (PRRI/Permesta); Gerakan Aceh Merdeka (GAM),Republik Maluku Selatan (RMS), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM); serta Bom Bali I dan II, Bom J.W. Marriott, Bom Kuningan, dan Bom Istiqlal.Di saat bangsa Indonesia menghadapi banyak ancaman keamanan seperti di a tas,s e c a r a bersamaan, unsur aparatur negara yang secara langsung b e r f u n g s i menanganinya justru belum optimal karena dampak masalah di masa silam yangkelam, ketika Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sekarang disebutT e n t a r a N a s i o n a l I n d o n e s i a ( T N I ) b a n ya k c a m p u r t a n g a n t e r h a d a p u r u s a n politik dan bisnis serta menerapkan sistem pemerintahan represif. Padahal, hal itu bertentangan dengan konsep profesionalisme pertahanan-keamanan. Dan, kondisik e l a m i n i b e r p o t e n s i m u n c u l k e m b a l i d i era reformasi ketika tidak ditanganisecara serius. Apabila hal ini benar t e r j a d i , a k a n m e n y u l i t k a n u n s u r a p a r a t u r negara ini untuk dapat mengatasi kerawanan-kerawanan di atas.P r o s e s p e n a n g a n a n m a s a l a h i n t e r n a l tersebut, dalam p e r k e m b a n g a n n y a , mengalami pasang surut. Misalnya, ketidaktegasan dan ketidaksinkronan undang -u n d a n g y a n g m e n g a t u r k e t e r l i b a t a n T N I d a l a m p o l i t i k d a n b i s n i s . S a l a h s a t u dampaknya adalah lambannya penyelesaian praktik-praktik bisnis militer yang bermasalah. Di samping itu, masih banyak pula purnawirawan yang menduduki jabatan politik strategis dengan cara memensiunkan diri dan menjadi warga sipil. S e l a i n i t u , di era pascareformasi, ketika telah berlangsung upaya u p a y a menghilangkan represivitas militer, justru tercoreng dengan t e r j a d i n ya k a s u s pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Timor-Timur (1999), konflik Maluku(1999), dan pemberlakuan darurat militer Aceh (20032004).Proses penanganan masalah di atas membutuhkan keseriusan dan menjadi agenda prioritas. Namun, prioritas penanganan masalah pertahanan -keamanan di negara berkembang, termasuk Indonesia, seringkali terkalahkan oleh masalah masalahl a i n , s e p e r t i e k o n o m i , p o l i t i k , d a n b u d a ya . S e h i n g g a , s e l u r u h p e r h a t i a n d a n potensi, termasuk alokasi anggaran, lebih terfokus pada masalah-masalah tersebut,sementara isu pertahanan-keamanan dinilai sebagai isu sekunder karena kita tidak h i d u p d i z a m a n p e p e r a n g a n , m e l a i n k a n e r a g l o b a l i s a s i , d i mana pertumbuhanekonomi dan kemantapan politik dan demokrasi m e n j a d i i n d i k a t o r k u a t d a n tidaknya sebuah negara. Sebagai negara

berkembang yang sedang giat melakukan p e m b a n g u n a n , s e h a r u s n ya t i d a k m e n g a b a i k a n p e m b a n g u n a n s e k t o r pertahanan-keamanan ini

Indonesia

You might also like