Professional Documents
Culture Documents
BAB II
DASAR TEORI
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.
2.1.1 Undercut dan Overlap Sebagian besar kegagalan berasal dari struktural las karena merupakan sumber diskontinuitas atau cacat. Cacat pengelasan yang paling mudah kita lihat yaitu dengan inspeksi visual, yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah ini. Cacat ini biasanya disebabkan karena kelebihan arus pada pengelasan busur listrik. Kelebihan arus menyebabkan lebar zona logam meleleh tetapi tidak cukup mengelas logam fusi untuk menggantikan kesenjangan kecepatan tinggi juga meninggalkan kesenjangan buruk diisi dengan fusi mengelas logam dan menghasilkan cacat ini. Untuk menghindari underkat dan overlap, tukang las dan las inspektur harus memperhatikan pangkuan mengelas awal untuk melihat apakah pengaturan saat ini adalah tepat. Posting inspeksi pengelasan bisa rumit karena tukang las dapat menutupi cacat ini dengan menjalankan satu putaran lagi menggunakan elektroda pengelasan lebih rendah dan arus yang rendah. Undercut dan overlap berbahaya karena terjadi tegangan dan pengurangan luas penampang dan tegangan konsentrasi dari bentuk takik.
2. 1.2. Underfill dan Incomplete Penetration Cacat las yang lain adalah gabungan underfill dan penetrasi yang tidak lengkap seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 di bawah ini. Underfill lebih mudah untuk dideteksi dan diperbaiki. Penetrasi yang tidak lengkap juga terlihat pada tukang las dan inspektur memiliki akses ke sisi belakang bersama. Masalah muncul ketika pengelasan struktur tertutup atau struktur dengan ruang terbatas sehingga inspektur tidak dapat melihat kualitas pengelasan di belakang pinggir atau internal bagian dari struktur tertutup. Kenyataan ini harus dipertimbangkan secara hati-hati dalam desain dan prosedur fabrikasi persiapan. Jika mungkin, berikan akses internal seperti lubang untuk memungkinkan tukang las untuk melakukan 2-sisi las, terutama ketika bergabung dengan tebal pelat.
2.1. 3. Incomplete Fusion Arc welding terkonsentrasi menggunakan busur listrik dengan suhu tinggi untuk mencairkan kedua logam dan pengelasan elektroda. Ini meleleh dan elektroda logam campuran dan sekering bersama-sama ke kawah lasan yang kemudian ikatan
4
logam dasar yang bersebelahan. Jika arus pengelasan ditetapkan terlalu rendah, suhu leleh yang ideal tidak dapat dicapai dan logam tidak mencair sepenuhnya. Selanjutnya, bahan renggang las tidak memadai dan kesenjangan antara logam dasar yang bersebelahan tidak benar terisi. Ini akan meninggalkan lubang kosong di dalam atau di luar sendi las seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.4 Diagram Alat Las Listrik Jumlah panas (energi) yang mengalir pada logam yang dilas, ditentukan oleh resistansi antara elektroda, amplitudo dan durasi saat pengelasan. Jumlah energi yang dipilih agar disesuaikan dengan sifat-sifat lembaran material, dengan ketebalan, dan jenis elektroda. Penerapan yang energinya terlalu sedikit tidak akan melelehkan logam atau akan membuat weld miskin. Sedangkan penerapan energi yang terlalu banyak akan mencairkan logam terlalu banyak pula sehingga logam akan berlubang atau terjadi keretakan. Jadi untuk menghasilkan energi yang mengalir pada lembaran logam bisa tepat, hendaknya pengaturannya juga disesuaikan agar mendapatkan weld yang sempurna. 2.2.1 Cara mengelas titik Empat tahap waktu dalam satu siklus pengelasan titik adalah: 1. Waktu tekan, yaitu waktu pada saat logam dijepit dengan 2 elektroda sebelum arus listrik dialirkan. 2. Waktu las, yaitu waktu ketika logam dijepit dan dialiri arus listrik tegangan rendah agar temperatur logam naik dan memaksanya menjadi satu. Lamanya berkisar antara 3-30 Hz. 3. Waktu tenggang, yaitu waktu dimana arus telah dihentikan tetapi penekanan masih dipertahankan. 4. Waktu penutup, yaitu waktu dimana logam yang sudah dingin dilepaskan dan diganti dengan benda kerja yang baru yang akan dilas.
Gambar 2.5 Spot Welding Process Untuk pengaturan panas pada tembaga elektroda yang melewati arus listrik melalui workpieces. Panas yang dihasilkan tergantung pada hambatan listrik, konduktivitas termal logam, dan waktu yang diterapkan saat pengelasan. Panas yang dihasilkan dinyatakan oleh persamaan: E=I2xRxt di mana E adalah energi panas, I adalah arus, R adalah hambatan listrik dan t adalah waktu yang saat diterapkan.
Gambar 2.6 Nugget hasil las titik Tembaga digunakan untuk elektroda karena memiliki resistansi rendah dan Konduktivitas termal tinggi dibandingkan dengan kebanyakan logam. Hal ini
menjamin bahwa panas yang dihasilkan bukan terletak pada elektroda melainkan akan terletak pada workpieces. 2.2.2 Bahan yang cocok untuk proses pengelasan Baja mempunyai tahanan listrik yang lebih tinggi dan konduktivitas termal yang lebih rendah daipada tembaga elektroda, ini membuat pengelasan relatif mudah. Baja karbon rendah adalah bahan yang paling cocok untuk pengelasan. Lebih tinggi kandungan karbon atau baja paduan cenderung membentuk Welds keras dan rapuh yang bisa pecah. Aluminium memiliki tahanan listrik dan konduktivitas termal yang paling dekat dengan tembaga. Namun, titik lebur aluminium itu jauh lebih rendah daripada tembaga, mungkin karena ini dibuat pengelasan. Tingkat yang lebih tinggi ini yang harus digunakan untuk mengelas aluminium karena resistivitas rendah.
2.3 Alat Elektroda yang digunakan dalam pengelasan titik sangat bervariasi dengan berbagai aplikasi. Setiap alat memiliki tujuan yang berbeda. Radius gaya elektroda digunakan untuk aplikasi panas tinggi, elektroda dengan ujung yang terpotong untuk tekanan tinggi, eksentrik elektroda untuk pengelasan sudut, offset eksentrik tips untuk menjangkau ke sudut-sudut dan ruang-ruang kecil.
2.4 Faktor Keamanan Spot Welding bisa sangat berbahaya dengan penggunaan dalam jumlah besar, dikarenakan panas. Selalu pastikan untuk menjepit elektroda dengan erat, melindungi mata dari cahaya yang kuat yang dilepaskan dalam proses pengelasan dan melindungi tangan anda karena benda bisa menjadi sangat panas selama pengelasan. Mengambil semua tindakan keselamatan yang diperlukan sebelum, selama dan sesudah proses pengelasan.
2.5 Cacat yang Mungkin Terjadi Pada Las Teknik dan prosedur pengelasan yang kurang baik dapat menimbulkan cacat pada las yang menyebabakan diskontunitas dalam las. Cacat yang umumnya dijumpai adalah: Peleburan tak sempurna, penetrasi kampuh tak memadai, porositas, peleburan yang berlebihan , masuknya terak dan retak-retak.
Jenis-jenis cacat yang biasanya dijumpai antara lain: 1. Retak (Cracks). 2. Voids. 3. Inklusi 4. Kurangnya fusi atau penetrasi (lack of fusion or penetration). 5. Bentuk yang tak sempurna (imperfect shape).
2.5.1
Retak Jenis cacat ini dapat terjadi baik pada logam las (weld metal), daerah pengaruh
panas (HAZ) atau pada daerah logam dasar (parent metal). Cacat retak dibagi atas: a. Retak panas (hot crack) Retak panas umumnya terjadi pada suhu tinggi ketika proses pembekuan berlangsung. b. Retak dingin (cold crack)
0
Retak dingin umumnya terjadi dibawah suhu 200 C setelah proses pembekuan. Bentuk retakan dapat dibagi menjadi: Retakan memanjang (longitudinal crack). Retakan melintang (transverse crack).
2.5.2
Voids (porositas) Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang
biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas yang terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula terbentuk akibat kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas seperti itu disebut: shrinkage porosity. Jenis porositas dapat dibedakan menurut pori-pori yang terjadi yaitu: Porositas terdistribusi merata. Porositas terlokalisasi. Porositas linier.
10
2.5.3
Inklusi Cacat ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk karena reaksi
gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti: terak, oksida, logam wolfram atau lainnya. Cacat ini biasanya terjadi pada daerah bagian logam las (weld metal).
2.5.4
Kurangnya Fusi atau Penetrasi Kurangnya Fusi Cacat ini merupakan cacat akibat terjadinya discontinuity yaitu ada bagian
yang tidak menyatu antara logam induk dengan logam pengisi. Disamping itu cacat jenis ini dapat pula terjadi pada pengelasan berlapis (multipass welding) yaitu terjadi antara lapisan las yang satu dan lapisan las yang lainnya. Kurangnya Penetrasi Cacat jenis ini biasanya terjadi bila logam las tidak menembus mencapai sampai ke dasar dari sambungan.
11
2.5.5
Bentuk Yang Tidak Sempurna Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang tidak baik ( tidak
sempurna ) seperti : undercut, underfill, overlap, excessive reinforcement dan lainlain. Morfologi geometri dari cacat ini biasanya bervariasi.
2.6 Daerah Terpengaruh Panas (HAZ) HAZ (Heat Affected Zone) adalah suatu daerah yang mengalami perubahan struktur akibat panas yang dihasilkan pada proses pengelasan. Bagian ini terdapat pada daerah disebelah daerah jalur pengelasan. Daerah HAZ ini dalam pengelasan memiliki peranan yang buruk karena pada daerah
12
HAZ ini memiliki struktur mikro yang berbeda dari daerah lainya pada logam dasar. Biasanya pada daerah HAZ memiliki kekerasan yang lebih besar dan biasanya diikuti dengan kekuatan tarik yang rendah sehingga pada daerah ini rentan akan beban tarik yang besar.
13
2.7.1 Uji Coba Tanpa Merusak Bahan ( Non Destructive Testing ) a. Pengujian Visual Pengujian visual adalah pemeriksaan lasan atau sambungan dengan memakai kaca pembesar, lampu sorot atau tidak memakai alat -alat bantu sama sekali. Adapun jenis pengujian ini terbatas hanya pada pemeriksaan bagian luar saja. Pengujian visual meliputi hal-hal sebagai berikut: b. Besar butir-butir las Bentuk butir-butir las Besar cembungan las Kejanggalan-kejanggalan las, retakan-retakan dan kerutan-kerutan las. Penampilan Pengujian Magnet Pengujian memakai magnet pada permukaan las atau dekat permukaan las yang rusak adalah dengan cara memakai medan magnet yang terbagi dan menyebar di atas permukaan lasan. Pengujian lasan dengan magnet dapat
14
dilakukan pada benda-benda yang mempunyai sifat magnet saja. Pengujian aliran listrik ( Eddy Current ) ini dapat dipakai untuk logam dan bukan logam. Alat ini dipakai terutama untuk mendeteksi bagian dalam retakan, lasan yang keropos dan paduan-paduan yang tak sempurna.
1. Pengujian Lengkungan Cara pengujian ini adalah dengan melengkungkan bahan, dalam hal ini merusak bahan itu sendiri, tapi pengujian ini dapat sekaligus mengukur keliatan, kepadatan las, tegangan tarik, dan kepadatan paduan.
2. Pengujian Pukul Prinsip pengujian ini adalah memukul dengan cepat suatu beban yang telah ditentukan pada permukaan suatu benda yang diuji. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya tegangan ( pukulan ) yang dapat ditahan oleh benda-benda kerja sebelum benda kerja itu patah.
3. Penguj ian Regang Percobaan regang bermaksud menentukan kekerasan dan keliatan lasnya. Benda-benda percobaan diletakkan di dalam suatu alas penarik. Benda -benda percobaan ditarik sampai patah atau pecah.
4.Pengujian Taktik Pukul Pengujian taktik pukul ini dipakai untuk mengetahui keliatan suatu lasan, tingkat kekenyalan paduannya, presentasi kadar teraknya dan kekeroposan lasan. Untuk keperluan pengujian, kedua ujung lasan diberi alur dan dalamnya biasanya 1/4' - 3/8'. Kemudian benda-benda kerja kita letakkan diatas dua penahan, dan dengan memakai palu yang besar kita pukulkan di tempat alur tali, kita buat sampai benda kerja patah, kemudian kita ukur bekas patahan tadi. Jika kerusakannya melebihi 2/16" besarnya, maka berarti lasannya tidak baik.
15
5. Pengujian Kekerasan Yang dimaksud dengan kekerasan adalah daya tahan suatu metal untuk menahan kepenyokan, luka, goresan, lecet-lecet atau rambatan, khusus pengelasan, angka kekerasan ini dapat dibaca dan diperhitungkan dari tabel. Ada empat cara pengujian kekerasan yaitu: Pengujian secara Brinell Pengujian secara Rockwell Pengujian secara Vickers Pengujian Shore Sleroscope 6. Pengujian Goresan Menggores atau mengasah metal untuk keperluan pemeriksaan dimaksud untuk mengetahui sejauh mana susunan paduan-paduan cairan las itu masuk ke dalam pengelasan dan juga untuk mengetahui bagaimana struktur lasan itu pada persambungan paduan lasan dan benda kerja. Dalam pengerjaannya, benda kena dan lasan dipotong kemudian diasah permukaannya sampai licin, permukaan yang sudah licin tersebut dioleskan dengan alumunium sulfat 10 20% setelah itu ditunggu beberapa menit sampai larutan kering. Kemudian benda kerja tersebut dicuci dengan air bersih dan biarkan sampai kering, baru diadakan pemeriksaan-pemeriksaan.
16
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Mulai Terima member part dari logistik Menginspeksi member part yang akan di rakit
Member part layak? Tidak Mengganti member part dengan stock yang tersedia
Ya
Selesai
17