You are on page 1of 10

FUNGSI DAN PERANAN GINJAL

KELOMPOK IX

03009009 Alvian Reza 03009019 Angelia Elisabeth M 03009029 Arini Damayanti 03009039 Ayu Rizkyah 03009049 Brilly Bagus Dipo 03009059 Debora Indah Angelia 03009069 Dhimas Akbar

03009079 Erwin James Sagala 03009089 Finesukma AM 03009099 G Aiko Sulistyowati 03009109 Heidi Angelika Anggaria 03009119 Indah Realita 03009129 Kevin Ayala 03009229 M.Agung Santara

Jakarta 9 Februari 2010

PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS Tn.Reno tidak mau mengikuti saran dokter untuk melakukan ESWL tetapi malah berobat ke paranormal dengan jamu 3 tahun kemudian sering sakit kepala dan pada pemeriksaan dokter, tekanan darah 180/100 dan laboratorium test fungsi ginjal mengalami gangguan. Tn. Reno menderita urolithiasis dengan komplikasi hipertensi setelah menderita 3 tahun. Suatu pagi, kelopak mata Tn.Reno bengkak seperti habis menangis. Oleh dokter dikatakan adanya oedem. Akhirnya karena berobat tak teratur, Tn.Reno dirawat di ICU karena mengalami asidosis dan anemia. PEMBAHASAN Ginjal Secara garis besar, ginjal mempunyai 4 fungsi (1,2): 1. Homeostasis
a. Mempertahankan keseimbangan air, yang penting untuk mempertahankan

osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) CES yang sesuai. Peran ini penting untuk mempertahankan stabilitas volume sel dengan mencegah sel membengkak atau menciut akibat masuk atau keluarnya air secara osmosis.
b. Mengatur jumlah dan konsentrasi elektrolit cairan (Na+. CL-, K+, H+, HCO3-, CO2+,

Mg+, SO43-, PO44-). Bahkan fluktuasi minor pada konsentrasi sebagian elektrolit ini

dalam Cairan Ekstra Sel dapat menimbulkan pengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ di CES dapat menimbulkan disfungsi jantung yang fatal.
c. Mempertahankan volume plasma, sehingga sangat berperan dalam pengaturan

jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O. 2. Ekskresi
a. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa, dengan menyesuaikan

pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin.


b. Mengekskresikan/mengeliminasikan sisa-sisa metabolisme (urea, asam urat, dan

kreatinin). Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak. 3. Hormonal
a. Mengeluarkan komponen asing lainnya. Misalnya :obat, food additives dan materi

non nutrisi eksogen yang lain yang masuk ke dalam tubuh.


b. Memproduksi erythropoetin. Suatu hormon yang menstimulasi produksi sel darah

merah.
c. Memproduksi renin. Suatu enzimatik hormon yang mentriger suatu rangkaian reaksi

yang penting pada konservasi garam oleh ginjal 4. Metabolisme Mengubah vitamin D dalam bentuk aktif (Calcitriol). Vitamin D penting untuk penyerapan Ca2+ dari saluran pencernaan. Kalsium sebaliknya memiliki banyak fungsi homeostatik

Peranan Ginjal dalam Homeostasis (3) Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus. Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas protein menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman, proses ini yang dikenal sebagai filtrasi glomerulus. Proses ini merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin Pada saat filtrat melalui tubulus,zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan kedalan plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat- zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Secara umum, zat-zat yang perlu disimpan oleh tubuh akan secara selektif direabsorpsi, sedangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan dan perlu dieliminasi akan tetap berada di urin. Proses yang ketiga,sekresi tubulus, yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam tubulus ginjal. Cara pertama zat berpindah dari plasma ke lumen tubulus adalah melalui filtrasi glomerulus. Namun hanya 20 % dari plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman. 80 % sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen kedalam kapiler peritubulus. Beberapa zat mungkin secara diskriminatif dipindahkan dari plasma di kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Sekresi tubulus menyediakan suatu mekanisme yang dapat lebih cepat mengeliminasi zat-zat tertentu dari plasma dengan mengekstrasi lebih banyak zat tertentu dari

80 % plasma yang tidak difiltrasi di kapiler peritubulus dan menambahkan zat yang sama ke jumlah yang sudah ada di dalam tubulus akibat proses filtrasi.

Tes Fungsi Ginjal Banyak masalah dapat mempengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut); yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. Serangkaian tes laboratorium yang mengukur tingkat unsur yang seharusnya diatur oleh ginjal dapat membantu menentukan penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada contoh air seni dan darah(4). Tes Urin 1. Clearence (penjernihan) Untuk menyatakan secara kuantitatif kecepatanekskresi suatu zat oleh ginjal sering diukur clerancenya. Tes Darah Urin Sifat-sifat fisik Urin (5) 1. Volume Pada dewasa,volume normal urin 600 ml 2500 ml. Banyak sedikitnya volume urin,tergantung oleh :

Intake air, intake air berlebih maka volume urin banyak.

Temperatur

Lingkungan,

bila

temperatur

panas,maka

tubuh

akan

berkeringat,sehingga volume urin berkurang.

Makanan / diet,contohnya kopi, teh, alkohol Keadaan mental dan fisik

2. Berat Jenis, pada urin normal 1.003 1.030 3. pH, pada urin normal 4,7 8,0 ; rata-rata : kurang dari 6,0. Urin menjadi lebih asam

pada keadaan : asidosis, demam dan intake protein tinggi (karena meningkatnya produksi fosfat dan sulfat hasil katabolisme protein). Urin menjadi alkalis pada keadaan : alkalosis, sesudah makan (alkaline tide) dan urin dibiarkan tanpa pengawet, sehingga urea dalam urin dipecah oleh enzim urease mikroorganisme sehingga terbentuk NH3 yang menyebabkan urin menjadi alkalis.
4. Warna urin

Berwarna kuning muda seperti warna bir. Bila volume urin menurun, warna urin menjadi lebih tua misalnya pada demam. Warna urin terutama disebabkan oleh urochrom. Pada penyakit hati terdapat pigmen empedu yaitu blirubin dalam urin, sehingga urin berwarna cokelat/kuning tua. Adanya darah/Hb dalam urin menyebabkan urin berwarna merah/hitam. Adanya met-Hb, asam homogentisat menyebabkan urin berwarna cokelat tua. Obat-obatan dapat memberi warna urin : hijau (metilen biru), cokelat (cascava), merah (rifampicin dan pyridium). Urin normal jernih. Bila pH alkalis Ca fosfat mengendap menyebabkan urin keruh, bila pH asam maka garam asam urat mengendap menyebabkan urin berwarna merah jambu.
5. Bau

Khas bau amoniak, selain itu dipengaruhi makanan misalnya pete, jengkol, asparagus menyebabkan urin bau metil merkaptan, sedangkan pada ketosis (DM) menyebabkan urin bau aseton 6. Kejernihan Pada urin normal kejernihannya adalah jernih.Bila mengandung fosfat, bakteri urin dapat menjadi keruh.

Komposisi urin Refleks miksi Refleks miksi terjadi ketika vesica urinaria terisi penuh sehingga menimbulkan keinginan buang air kecil. Vesica urinaria yang penuh akan memberi rangsangan ke corda spinalis melalui serat-serat efferen. Corda spinalis melalui antar neuron kemudian akan merangsang saraf parasimpatis yang menyebabkan vesica urinaria berkontraksi. Kontraksi dari vesica urinaria menyebabkan sphincter urethrae internum terbuka. Selain itu, corda spinalis juga akan menghambat neuron motorik, yang merupakan saraf simpatis, sehingga sphincter urethrae externum relaksasi. Hal ini menyebabkan urin dapat mengalir keluar tubuh. Asidosis metabolik Asidosis tubulus ginjal menunjukkan sekelempok gangguan eksresi ion hidrogen (H+) dan eksresi tubulus ginjal atau kehilangan bikarbonat (HCO3-) dalam urine, walaupun GFR yang memadai tetap dipertahankan. Hal ini menyebabkan asidosis metabolik. Terdapat tiga subtipe rta : rta tipe 1 ditandai dengan ganguan sekresi H+ pada tubulus distal,RTA tipe 2 ditandai dengan gangguan kapasitas reabsorpsi HCO3- ditubulus proksimal, dan RTA tipe 4

(disebut juga RTA distal hiperkalemik ),yang berkaitan dengan resistensi hipoaldosteronisme atau tubulus ginjal.RTA tipe 1 dan tipe 2 dapat diwariskan atau didapat sedangkan RTA Tipe 4 merupakan tipe yang didapat. RTA tipe 3 dahulu digunakan untuk menetapkan RTA distal pada anak-anak dengan bikarbonat yang berlebihan ,namun keadaan ini membaik sejalan bertambahnya usia sehingga istilah ini tidak lagi digunakan. Penyebab asidosis metabolik: 1. Kegagalan ginjal untuk mengekresi asam secara normal yang dibentuk tubuh. 2. Penumpukan asam metabolik ditubuh dalam jumlah yang berlebihan. 3. Asam metabolik yang diberikan secara intra vena 4. Penambahan asam metabolik melalui absorsi dari GI tract 5. Kehilangan basa dari cairan tubuh

kondisi spesifik penyebab asidosis metabolik: 1. Diare 2. Muntah-muntah 3. Uremia (ginjal gagal membuang asam dari tubuh sekalipun ?uojumlahnya normal) 4. Diabetes Mellitus

Asidosis pada gagal ginjal berat 2 bahan-bahan yang dibentuk secara teratur dari metabolime yaitu fosfat (grup anion dari asam fosfat) dan sulfat (grup anion dari asam sulfat) tidak dapat di ekskresi dengan baik melalui ginjal. Kedua bahan ini berasal dari proses pemecahan metabolik dari protein dan nukleoprotein, fosfat juga terdapat dalam bahan-bahan makanan. Konsentrasi kedus bahan ini akan meninggi dalam darah, keduanya akan menarik ion-ion hidrogen. Akibatnya konsentrasi ion hidrogen dalam darah akan meningkat dan fenomena ini dinyatakan dengan pH yang turun. Sistem buffer dalam darah akan bekerja berat untuk mengatasi kelebihan asam ini. Buffer utama adalah natrium bikarbonat. Natrium

bikarbonat ini akan di transformasi menjadi natrium sulfat atau fosfat dan CO2, akan banyak dikeluarkan melalui prnapasan. Adanya pH yang rendah, akan merangsang pusat pernapasan di medulla. Cara paru-paru mengatasi asidosis metabolik Apabila terjadi asidosis metabolik, pada ginjal, maka paru-paru akan melakukan hiperpnoe. Hiperpnoe adalah pernapasan dengan cara melakukan pernapasan yang dalam dan cepat. Cara ini akan membuat kadar H2CO3 turun bisa dikembalikan dengan seimbang. Anemia Penyebab anemia adalah multifaktoral, termasuk defisiensi produksi eritropoieten, faktor dalam sirkulasi yang tampaknya menghambat eritroietin, pemendekan waktu paruh sel darah merah, peningkatan kehilangan darah saluran cerna akibat kelainan trmbosit, dari hemodialisis atau sampel uji laboratorium. Namun defisiensi eritropoietin merupakan penyebab utama anemia. karena apabila kekurangan eritropoietin sehingga tidak memproduksi sel darah merah lalu terjadilah anemia.

Hipertensi

Vitamin D Vitamin D secara biologis inaktif saat pertama kali masuk ke dalam darah, baik dari kulit maupun saluran pencernaan. Zat ini harus diaktifkan oleh dua perubahan biokimiawi berurutan berupa penambahan dua gugus hidroksil (-OH). Reaksi yang pertama terjadi di hati dan yang kedua di ginjal. Hasil akhir adalah bentuk aktif vitamin D, 1,25-(OH)2-vitamin D3. Enzim-enzim ginjal yang berperan dalam reaksi kedua pengaktifkan vitamin D dirangsang oleh

HPT sebagai respons terhadap penurunan Ca++ plasma. Dengan tingkat yang lebih rendah, penurunan PO4++ plasma juga meningkatkan proses pengaktifkan tersebut.

Oedem 1. Oedem yang terlihat pada ginjal kronik dapat disebabkan oleh berbagai hal. Ginjal sering tidak dapat mengekskresikan natrium yang masuk melalui makanan dengan cepat, sehingga natrium akan akan tertimbun dalam ruang ekstraseluler dan menarik air. 2. Sebagai tambahan penderita gagal ginjal kronik, sering kehilangan lebih banyak albumin melalui urin dibandingkan dengan produksi albumin di dalam pada saat yang bersamaan. Jadi penderita ini akan menderita hipoalbuminemia, suatu faktor tambahan tetapi merupakan sebab yang sangat penting dari oedema.
3. Seringnya jantung yang mendapat beban yang berlebihan hanya dapat bekerja bila

tekanan pengisian atrium, ventrikel dan tekanan vena (venous pressure) meningkat, hal ini merupakan faktor tambahan yang dapat menimbulkan edema.

You might also like