You are on page 1of 5

1.

Sejarah pembangunan ekonomi membantu kita untuk memahami bagaimana pembangunan ekonomi secara lebih baik, hal ini memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui latar belakang dan ponsadi pembangunan ekonomi secara lebih spesifik, sehingga mampu

merencanakan pembangunan ekonomi dimasa yang akan datang dengan bekal pengetahuan secajarah tersebut. Akhir-akhir ini ilmu ekonomi dan pembangunan ekonomi sering merupakan tema sentral dalam berbagai pembicaraan atau kegiatan ilmiah para cendekiawan. Tingginya intensitas kegiatan ilmiah cendekiawan di bidang ekonomi dan pembangunan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari permasalahan sosial yang merupakan tantangan zaman. Artinya, setiap suatu kebijaksanaan dierapkan, berbarengan dengan itu muncul pula permasalahan baru. Masalah-masalah yang mendesak dan menanti pemecahan para pakar ekonomi, menurut kurt Dopfer dalam buku Economics in The future, antara lain adalah: kemiskinan masal, kemakmuran yang tidak seimbang, kepincangan-kepincangan ekonomi regional yang selalu meningkat, ketidakseimbangan dalam perkembangan penduduk, pemakaian tak rasional sumber-sumber alam yang tidak dapat dipulihkan, dan prosesproses produksi dan konsumsi yang tidak disesuaikan dengan daya dukung lingkungan yang terbatas.

2. Teori pembangunan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi tidak hanya mengenai pembangunan saja, meainkan kompatibel dengan beberapa teori lain yaitu teori-teori sosial dan teori kependidikan. Para pakar (cendekiawan) ilmu sosial mempunyai perhatian besar pada masalah penerapan ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan seperti ilmu ekonomi, guna memecahkan berbagai masalah sosial. Misalnya, masalah kemiskinan dan korupsi besar pengaruhnya pada pembangunan, dan merupakan topic menarik bagi para pakar ilmu sosial. Masalah kemiskinan dan korupsi, apabila didekati oleh satu disiplin ilmu saja, tidak mungkin membuat

rekomendasi pemecahan masalah. Yang perlu adalah pendekatan interdisipliner untuk mengadakan penelitian, yang kemudian menyusun rekomendasi terpadu untuk mengatasinya. Masalah kemiskinan, selain merupakan tema peka untuk dibicarakan, juga dianggap masalah sementara yang akan terpecahkan dengan adanya pembangunan ekonomi. Kemiskinan, tidak langsung pemecahannya ditangani oleh sarjana-sarjana ekonomi. Ahli-ahli ilmu sosial merasa keberatan apabila harus berpikir ekonomis dalam model-model abstrak. Ahli ilmu sosial hanya sampai pada anjuran agar para teknokrat ekonomi lebih manusiawi dalam pendekatan, sehingga menomersatukan pemerataan ekonomi, serta lebih banyak menyusun perencanaan dari bawah keatas, dan tidak dari atas ke bawah. Masalah lain dari ilmu-ilmu sosial dalam memecahkan kemiskinan ialah masih banyaknya ahli ilmu sosial yang mengoper begitu saja metodologi dari barat. Padahal yang diperlukan adalah teori-teori yang relevan bagi Indonesia, mampu menerangkan keserbaenakan kebudayaan Indonesia. Belakang ini ilmu ekonomi menemukan pendekatan baru, yaitu yang menekankan pada produksi barang-barang yang paling dibutuhkan oleh simiskin atau mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan kebutuhan dasar, merupakan pendekatan yang dipakai secara resmi oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO). Versi lain dari pendekatan pada produksi barang-barang yang paling dibutuhkan oleh si miskin adalah pendekatan sumber daya manusia. Dalam model ini ditonjolkan sumber daya baru, yaitu lembega-lembaga sosial di luar sumber daya tradisional yang sudah dikenal, yaitu sumber daya fisik, modal, dan sumber daya manusia dan teknologi. Jika ada pendekatan lama, modal dan teknologi dianggap srbagai yang paling setrategis (Hidayat 1979). Ahli-ahli ekonomi kelembagaan mengajukan enam asumsi (Bruno S., 1978), yaitu: a) Perekonomian merupakan satu subsistem dari system sosial budaya secara keseluruhan.

b) Lembaga memegang peranan pentingdalam kehidupan ekonomi. c) Kekuasaan dan pertentangan merupakan elemen sentral dalam

perekonomian dan dalam masyarakat. d) pembangunan ekonomi adalah evolusioner.

3. Proses Pembangunan Ekonomi membangun Bangsa yang independent atau interdependent dengan tujuan untuk membangun ekonomi bangsa termasuk juga dengan masalah-masalah yang dihadapi Negara-negara yang berkembang atau kelompok miskin dan ekonomi lemah dalam suatu Negara merupakan topik pembahasan dan kegiatan yang intensif. Clifford Geertz, dalam studinya, menggambarkan seorang antropolog yang tidak segan-segan meninjau peralatan analisis ilmu sejaran dan ekonomi, mencapai taraf tujuan. Konsepsi ekologi kebudayaan diterapkan dalam meneliti suatu ekosistem, perhatian ditunjukan pada inti pola kebudayaan masyarakat bersangkutan. Kaitan ilmu ekonomi dan sosiologi datang dari pihak sosiologi yang berusaha membentu ekonomi. Kalau ekonomi perhatiannya ditunjukkan kepada masalah rasionalitas ekonomi, maka sosiologi terlebih dahulu menyadarkan ekonomi, bahwa dalam praktek ekonomi ada rasionalis nonekonomi. SISTEM EKONOMI (PANCASILA) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI. Krisis lingkungan yang dirasakan akhir-akhir ini tidak sempat diramalkan oleh aliran-aliran teori ekonomi. Aliran pokok teori ekonomi tidak mengira akan terjadinya masalah-masalah penting seperti perusakan lingkungan dan langkanya sumber-sumber alam. Yang menjadi sasaran dalam pembangunan ekonomi adalah mewujudkan sistem ekonomi yang selaras dengan ekologi. Para ahli ekonomi institusional selalu mengeritik ruang lingkup teori ekonomi konversional. Ahli ekonomi institusional tetap bersikeras bahwa sistem ekonomi adalah bagian dari suatu sistem politik dan institusional yang luas. Dalam upaya mencari sitem ekonomi yang sesuai dan dapat diterapkan di Indonesia, mulailah

berbagai pihak mempertanyakan, bagaimanakah sistem ekonomi pencasila itu, suatu sistem yang dijiwai ideology pancasila,. Suatu sistem ekonomi yang merupakan usaha bersama dan yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan nasional. PEMBANGUNAN EKONOMI BANGSA INDONESIA (SUATU PENGALAMAN). Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan

pemerintah Orba adalah pembangunan model Rostow. Rostow merupakan gagasan tentang lima tahap pertumbuhan masyarakat menurut dimensi ekonominya yaitu : masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas, kedewasaan dan zaman konsumsi masa tinggi (Rostow, 1991). Masyarakat tradisi dicirikan dengan keterbatasan dengan berbagai sumberdaya, struktur sosial hirarkis, hubungan keluarga memegang peranan, dan orientasidi sector pertanian. Prasyarat untuk lepas landas dicirikan keruntuhan masyarakat tradisi tetap masuk invasi dari masyarakat lain berupa kegiatan manafuktur modern. Kemudian zaman konsumsi masa tinggi adalah fase dimana sector-sektor utama bergerak menuju barang-barang konsumsi yang tahan lama dan jasa-jasa, pendapatan perkepala, naik sehingga menguasai konsumsi yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan kebutuhan dasar makannya, perumahan dan sandang, kemudian jaminan sosial dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Kemudian jaminan kebutuhannya serba dewasa dan terpenuhi, Negara amerika dan Negara eropah telah mengalaminya.

DAFTAR PUSTAKA

Ace Partadiredja, Ekonomi Etik, Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar pada Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 23 Mei 1981. Bintoro Tjokroamidjoyo dan Mustopadidjoyo, Pengantar Pemikiran Tentang Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta, 1982, hal 21-58. Theodore M.Smith, Corruption Tradition and Change, Indonesia No. 11, April 1971, Cornell University.

You might also like