You are on page 1of 32

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 6 & 7: PROSES PENELITIAN & DESAIN EKSPERIMEN

Kelompok 2: 1. 2. 3. 4.
5.

Aji Cahya Nusantara Arras Bianda Sukma Dian Pristin Nursliana Istika Dewi Anindita M. Arif Nugroho Wahyu Rusdiana Rizky Anggraini

F0210011 F0210032 F0210052 F0210054 F0210091 F0210101 F0210121

6.
7.

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

BAB 6: PROSES PENELITIAN DESAIN PENELITIAN Setelah mengidentifikasi variabel dalam suatu situasi masalah dan mengembangkan kerangka teoritis, langkah berikut adalah mendesain penelitian sehingga data yang diperlukan dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi. Gambar: Proses Penelitian
1 PENGAMATAN Mengidentifikasi minat bidang penelitian yang luas

3 DEFINISI MASALAH Menentukan masalah penelitian

2 PENGUM -PULAN DATA AWAL Wawancara, Survei literatur

4 KERANGKA TEORETIS Mengidentifikasi dan menguraikan variabel dengan jelas

5 PENELITIAN HIPOTESIS

6 DESA IN PENE LITIA N ILMA H

7 PENGUM -PULAN ANALISIS, DAN INTER-

PRETASI DATA

8 DEDUKSI Hipotesis diterima? Pertanyaan penelitian terjawab?

Tidak

Ya

9 Penulisan Laporan

10 Presentasi laporan

11 Pengambilan keputusan manjerial

Gambar: Desain Penelitian


RINCIAN STUDI Tingkat Intervensi Penelitian Eksplorasi Deskripsi Pengujian Hipotesis PENGUKURAN

PERNYATAAN MASALAH

Tujuan Studi Eksplorasi Deskripsi Pengujian Hipotesis

Jenis Investigasi Membuktikan: Hubungan kasual Korelasional Perbedaan kelompok, peringkat, dsb

Konteks Studi Direncanakan Tidak direncanakan

Pengukuran dan Ukuran Definisi operasional Item (ukuran) Skala Kategori sandi

ANALISIS DATA

Feel for data Goodness of data Pengujian hipotesis

Unit Analisis (Populasi yang Diteliti) Individu Pasangan (Dyads) Kelompok Organisa-si Mesin

Desain Sampel Probabilitas/nonprobabilitas Ukuran sampel (n)

Horizon Waktu Satu kali (one-shot) atau lintas bagian (cross sectional) Longitudinal

Metode Pengumpulan Data Pengamatan Wawancara Kuesioner Pengukuran fisik Unobtrusive

TUJUAN STUDI: EKSPLORATIF, DESKRIPTIF, PENGUJIAN HIPOTESIS (ANALITIS DAN PREDIKTIF), ANALISIS STUDI KASUS Studi mungkin bersifat eksploratif atau deskriptif, atau dilakukan untuk menguji hipotesis. Studi kasus merupakan penyelidikan studi yang dilakukan dalam situasi organisasi lain yang mirip, yang juga merupakan metode pemecahan masalah, atau untuk memahami fenomena yang diminati dan menghasilkan pengetahuan lebih lanjut dalam bidang tersebut. Sifat studientah eksploratif, deskriptif, atau pengujian hipotesisbergantung pada tahap peningkatan pengetahuan mengenai topik yang diteliti. Studi Eksploratif Studi eksploratif (explaratory study) dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Dalam kasus tersebut, studi awal yang ekstensif perlu dilakukan untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena situasi, dan memahami apa yang terjadi sebelum kita membuat sebuah model dan menyususn desain ketat untuk investigasi menyeluruh. Intinya, studi eksploratif dilakukan untuk memahami dengan lebih baik sifat masalah karena mungkin baru sedikit studi yang telah dilakukan dalam bidang tersebut. Sejumlah studi kualitatif (sebagai lawan dari data kuantitatif yang dikumpulkan melalui kuesioner, dan sebagainya) di mana data diperoleh melalui pengamatan wawancara, adalah eksploratif dalam sifatnya. Bila data menyingkapkan beberapa pola yang terkait dengan fenomena perhatian, teori pun dikembangkandan hipotesis dirumuskan untuk pengujian lebih jauh. Studi eksploratif juga dilakukan ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak informasi untuk menyusun kerangka teoretis yang kukuh. Misalnya, jika ingin menyelidiki faktor penting yang memengaruhi kemajuan wanita dalam organisasi, studi sebelumnya mungkin menunjukkan bahwa wanita

semakin meningkat dalam kualitas, seperti ketegasan, kemampuan bersaing, dan kemandirian. Singkat kata, studi eksploratif penting untuk memperoleh pengertian yang baik mengenai fenomena perhatian dan melengkapi pengetahuan lewat pengembangan teori lebih lanjut dan pengujian hipotesis. Studi eksploratif dapat dilakukan dengan mewawancarai orang-orang dan melalui kelompok fokus. Misalnya, jika sebuah perusahaan produsen kosmetik ingin memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai apa saja yang menimbulkan daya tarik emosi bagi produk dan membujuk orang untuk membeli kosmetik, beberapa kelompok fokus bisa dikumpulkan untuk membahas isu terkait. Studi eksploratif ini akan memberikan informasi awal yang diperlukan untuk melakukan studi mendalam mengenai persoalan tersebut kemudian. Studi Deskriptif Studi deskriptif (descriptive study) dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu yang situasi. Misalnya, studi mengenai sebuah kelas dalam hal presentase anggota yang berada dalam tahun senior dan junior mereka, komposisi gender, kelompok usia, jumlah semester yang tersisa sebelum kelulusan, dan jumlah mata kuliah bisnis yang diambil, bisa dianggap bersifat deskriptif. Tujuan studi deskriptif, karena itu adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industry, atau lainnya. Studi deskriptif yang menampilkan data dalam bentuk yang bermakna, dengan demikian membantu untuk (1) memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu, (2) memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi tertentu, (3) memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, dan/atau (4) membuat keputusan tertentu yang sederhana (seperti berapa banyak dan jenis orang seperti apa yang sebaiknya ditransfer dari satu departemen ke lainnya).

Di bawah ini contoh situasi yang memerlukan studi deskriptif: Seorang manajer bank ingin mendapatkan profil orang-orang yang mempunyai pembayaran pinjaman yang belum dilunasi selama 6 bulan atau lebih. Hal tersebut meliputi rincian rata-rata usia, penghasilan, sifat pekerjaan, status pekerjaan penuh/paruh waktu, dan semacamnya. Hal tersebut akan membantunya untuk memperoleh informasi lebih lanjut untuk memutuskan kebijakan yang tepat mengenai jenis nasabah yang sebaiknya tidak lagi diluluskan pinjamannya di masa depan. Data kualitatif yang diperoleh dengan mewawancarai orang mungkin membantu memahami fenomena pada tahap eksploratif studi, sedangkan data kuantitatif dalam hal frekuensi, atau mean dan standar deviasi, adalah penting untuk studi deskriptif. Pengujian Hipotesis Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menelaah varians dalam variabel terikat atau untuk memperkirakan keluaran organisasi. Analisis Studi Kasus Studi kasus meliputi analisis konstekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus yang bersifat kualitatif adalah berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa lalu. Hal tersebut juga berguna dalam memahami fenomena tertentu, dan menghasilkan teori lebih lanjut untuk pengujian empiris. Tinjauan Tujuan Studi Tidak sulit untuk melihat bahawa dalam studi eksploratif, peneliti pada dasarnya berminat untuk menyelidiki faktor-faktor situasional untuk memperoleh pengertian mengenai karakteristik fenomena yang diteliti. Studi deskriptif tidak

dilakukan jika karakteristik atau fenomena yang tampak dalam sebuah situasi diketahui eksis, dan seseorang ingin mampu menjelaskan secara lebih baik dengan memberikan riwayat mengenai faktoe terkait. JENIS INVESTIGASI : KAUSAL VERSUS KORELASIONAL Studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah disebut studi kausal (causal study). Jika peneliti berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah, studi tersebut disebut studi korelasional (correlational study). Contoh : Pertanyaan studi kausal:

Apakah merokok menyebabkan kanker Apakah merokok dan kanker berkaitan ATAU

Pertanyaan studi korelasional:

Apakah merokok, minuman keras, dan menguyah tembakau berhubungan dengan kanker? Jika ya, mana dari hal tersebut yang paling berkontribusi pada varians variabel terkait ?

TINGKAT INTERVENSI PENELITI TERHADAP STUDI Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja mempunyai keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah kausal atau korelasional. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari faktor yang memengaruhi efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan adalah menyusun kerangka teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisisnya untuk menghasilkan temuan. Dalam studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti mencoba untuk memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi tersebut pada variabel terikat yang diteliti.

Contoh : INTERVENSI MINIMAL Seorang administraor rumah sakit ingin menelaah hubungan antara dukungan antara dukungan emosi yang dirasakan dalam sistem dan stres yang dialami oleh staf perawat. Dengan kata lain ia ingin melakukan sebuah studi korelasi. Dalam kasus ini, di samping menyebarkan kuesioner kepada para perawat, peneliti tidak mengintervensi aktivitas normal dalam rumah sakit. Dengan kata lain, intervensi peneliti adalah minimal. INTERVENSI SEDANG Peneliti ingin menunjukan bahwa jika perawat memperoleh dukungan emosi, hal tersebut akan benar-benar menyebabkan mereka mengalami lebih sedikit stres. Disini peneliti memanipulasi tingkat dukungan emosi pada tiga kelompok perawat di tiga bangsal. Untuk satu kelompok, peneliti akan memastikan bahwa sejumlah teknisi lab dan dokter membantu dang menghibur perawat ketika mereka menghadapi peristiwa yang menimbulkan stres. Di bawah aturang serupa, untuk kelompok perawat yang kedua di bangsal lain, peneliti hanya menentukan bagi mereka jumlah dukungan emosi yang sedang dan hanya memperkerjakan teknisi lab, tidak termasuk dokter. Bangsal ketiga dibiarkan beroperasi tanpa dukungan emosi apapun. Disini peneliti tidak hanya mengumpulkan data , tetapi juga bermain bersama atau memanipulasi peristiwa normal dengan secara sengaja mengubah tingkat dukungan emosi yang diterima oleh perawat. INTERVENSI BERLEBIH Peneliti tersebut ingin memastikan bahwa faktr asing (extraneous factors) tersebut yang mungkin memengaruhi hubungan sebab-akibat dikendalikan. Jadi, ia mungkin memilih tiga kelompok mahasiswa kedokteran, menempatkan mereka dalam ruangan berbeda, dan menghadapkan mereka dengan tugas serupa yang menimbulkan stres. Misalnya meminta mereka menyerahkan rincian per menit, prosedur operasi dalam melakukan operasi pasien yang tidak merespon pada

kemoterapi, dll. Meskipun mereka semua dikenakan pertanyaan intensif yang sama, kelompok pertama mungkin mendapat bantuan dari dokter yang bersangkutan dan membantu ketika mahasiswa terhambat. Dalam kelompok kedua, seorang dokter hanya memberikan bantuan jika kelompok memintanya. Di kelompok ketiga, tidak ada dokter yang hadir dan memberikan bantuan. Tidak hanya dukungan dimanipulasi, tapi bahkan situasi dimana eksperimen diadakan adalah artfisial karena peneliti menarik subjek keluar dari lingkungan normlanya dan menempatkannya dalam keadaan yang benar-benar berbeda. Disini, peneliti telah mengintervensi secara maksimal keadaan normal, peserta, dan tugas mereka. SITUASI STUDI: DIATUR DAN TIDAK DIATUR Studi korelasional selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan kebanyakan studi kausal yang ketat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur. Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan (field study). Studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama, di mana karyawan berfungsi secara normal disebut eksperimen lapangan (field experiment). Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan pembuatan sebuah lingkungan yang artfisial dan teratur, di mana semua faktor asing dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama dipilih secara seksama untuk merespon stimuli tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab experiment). Contoh: STUDI LAPANGAN Seorang manajer bank ingin menganalisi hubungna antara tingkat suku bungan dan pola deposito bank nasabah. Ia mencoba menghubungkan keduanya dengan membagi deposito ke dalam jenis rekening yang berbeda saat suku bungan berubah.

10

Ini merupakan studi lapangan di mana manajer bank hanya melihat saldo dalam berbagai jenis rekekning dan mengaitkannya dengan perubahan suku bungan. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang tidak diatur tanpa intervensi terhadap rutinitas kerja yang rutin. EKSPERIMEN LAPANGAN Hubungan sebab-akibat antara tingkat suku bungan dan insentif yang ditawarkan kepada nasabah untuk menyimpan dan mendepositokan uang di bank. Hanya dalam seminggu, ia mengiklankan suku bunga tahunan untuk sertifikat deposito baru yang diterima selama seminggu tersebut dalam cara berikut: suku bungan akan menjadi 9% di satu cabang, 8% di lainnya, dan 10% di cabang ketiga. Di cabang ke empat, suku bungan tetap tidak berubah pada 5%. Hal di atas akan menjadi eksperimen lapangan karena tidak ada kecuali suku bungan yang dimanipulasi, dengan semua kegiatan terjadi dalam lingkungan kerja yang normal dan alami. EKSPERIMEN LAB Banker mungkin ingin menentukan hubungan kausal antara suku bunga dan tabungan watak tabungan. Karena hal tersebut, ia ingin merencanakan sebuah lingkungan buatan dan menelusuri hubungan sebab-akibat. Ia merekrut 40 mahasiswa bisnis tingkat akhir dan kurang lebih berusia sebaya. Ia membagi mereka ke dalam empat kelompok dan memberi masing-masing chip seharga $ 1,000, yang dapat digunakan untuk membeli kebutuhan atau berhemat untuk masa depan, atau kedua-duanya. Ia memberi mereka insentif dan bunga simpanan 6% untuk kelompok 1, 8% untuk kelompok 2, 9% untuk kelompok 3, dan membiarkan bunga rendah 1% untuk kelompok 4. Manajer tersebut telah membuat suatu lingkungan laboratorium buatan dan memanipulasi suku bunga tabungan. Ia juga memilih subjek dengan latar belakang yang mirip dan tidak asing pada hal keuangan.

11

UNIT ANALISIS: INDIVIDUAL, PASANGAN, KELOMPOK, ORGANISASI, KEBUDAYAAN Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulka selama tahap analisis data selanjutnya. Jika, misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita memerhatikan ndividu karyawan organisasi dan harus menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan motivasi mereka. Jika kita mempelajari perilaku pembelian, kita harus mengumpulkan data dari, katakanlah, 60 individu, dan menganalisa datanya. Jika kita ingin mempelajari dinamika kelompok, kita mungkin perlu mempelajari, katakanlah, enam atau lebih kelompok, dan kemudian menganalisisndata yang dikumpulkan dari pengujian terdapa pola dalam tiap kelompok. Jika kita ingin mempelajari perbedaan budaya antarbangsa, kita harus mengumpulkan data dari berbagai negara dan mempelajari pola budaya yang berlaku dalam setiap negara. Contoh: INDIVIDU SEBAGAI UNIT ANALISIS Direktur keuangan di sebuah perusahaan ignin mengetahui berapa banyak staf yang tertarik untuk menghadiri seminar 3 hari mengenai membuat keputusan investasi yang tepat. Untuk tujuan tersebut, data akan dikumpulkan dari setiap anggota staf dan unit analisis individu. PASANGAN SEBAGAI UNIT ANALISIS Seorang manajer ingin mengidentifikasi jumlah karyawan dalam tiga departemen organisasi yang berada dalam hubungan pembimbingan, dan kemudian menemukan apa saja manfaat yang dirasakan bersama dari hubungan semacam itu. Disini, setelah pasangan pembimbing dan yang dibimbing diidentifikasi, persepsi besama mereka dapat diperoleh dengan memperlakukan tiap pasangan sebagai satu unit. Karena itu, jika manajer menginginkan data dari sampel 10 pasangan, ia harus berurusan dengan 20 individu, sepasang setiap waktu. KELOMPOK SEBAGAI UNIT ANALISIS

12

Seorang manajer ingin melihat pola penggunaan Sistem Informasi (SI) yang baru diterapkan oleh personalia produksi, penjualan, dan operasi. Dalam hal ini, tiga kelompok personalia terlibat dan informasi mengenai jumlah waktu SI digunakan oleh setiap anggota dalam masing-masing kelompok, serta isu relevan lainnya akan dikumpulkan dan dianalisis. DIVISI SEBAGAI UNIT ANALISIS Procter dan Gamble ingin melihat mana dari divisi berbeda ini (sabun, kertas, minyak, dan sebagainya) yang mencetak laba lebih dari 12% selama tahun ini. Dalam hal ini, laba tiap divisi akan dipelajari dan informasi dikumpulkan melewati berbagai unit geografis divisi. Karena itu, unit analisis adalah divisi, si tingkat mana data kaan dijumlahkan. INDUSTRI SEBAGAI UNIT ANALISIS Seorang specialis survei pekerjaan ingin melihat proporsi tenaga kerja yang dipekerjakan oleh industri perawatan kesehatan, utilitas, transportasi, dan manufaktur. Dalam kasus ini, peneliti harus menjumlahkan data yang berkaitan dengan tiap subunit yang termasuk dalam tiap industri dan melaporkan proporsi tenaga kerja yang dipekerjakan pada tingkat industri. NEGARA SEBAGAI UNIT ANALISIS Direktur keuangan sebuah perusahaan multinasional ingin mengetahui laba yang dihasilkan selama 5 tahun terakhir oleh tiap cabang di Inggris, Jerman, Prancis, dan Spanyol. Adalah mungkin dalam kasus ini terdapat banyak kantorregional dari cabang di setiap negara. HORIZON WAKTU : STUDI VERSUS LONGITUDINAL Studi Cross Section Sebuah studi dapat dengan data yang hanya sekali dikumpulkan mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan tertulis. Studi semacam itu disebut studi one shot atau cross sectional. Contoh : data dikumpulkan oleh para broker selama bulan april dan juni tahun lali untuk mempelajari pendapata mereka mengenai pasar saham yang

13

bergelojak. Data yang berkaitan dengan penelitian khusus tersebut belum dikumpulkan sebelumnya, juga tidak akan dikumpulkan lagi dari para broker tersebut untuk penelitian ini. Tujuan studi dalam contoh di atas adalah untuk mengumpulkan data yang berkaitan dalam rangka menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian. Pengumpulan data pada satu batas waktu sudah memadai. Contoh diatas merupakan desain cross section Studi Longitudinal Namun pada kasus tertentu, seorang peneliti ingin memperlajari fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Maka disini studi longitudinal adalah suatu studi yang mengumpulkan data pada dua batas waktu berbeda. Contoh : seorang manajer pemasaran tertarik untuk menelusuri pola penjualan produk tertentu di empat wilayah Negara berbeda pada basis tiga bulan selama 2 tahun ke depan. Karena data yang dikumpulkan beberapa kali untuk menjawab persoalan serupa (menelusuri pola penjualan), maka studi ini masuk dalam kategori longitudinal. Studi longitudinal pasti akan diperlukan jika seorang manajer ingin mengamati factor tertentu misalnya, penjulan, efektivitas iklan dan lain sebagainya selama satu periode waktu untuk menilai peningkatan atau menditeksi kemungkinan hubungan kausal (promosi penjualan dan data penjualan actual). Meskipun lebih mahal studi longitudinal memberikan sejumlah wawasan yang baik. TINJAUAN UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN Pada bagian ini menyimpulkan pembahasan mengenai isu desain dasar yang terkait dengan tujuan studi, jenis investigasi, tingkat intervensi peneliti, keadaan studi, unit analisis dan horizon waktu. Peneliti akan membuat keputusan yang tepat untuk dibuat dalam design studi berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat ketetatan yang diinginkan, dan pertimbangan biaya. Design penelitian yang ketat mungkin akan menuntut biaya lebih tinggi adalah jika hasil studi sangat penting untuk membuat keputusan krusial yang mempengarui kelangsungan organisasi atau

14

keberadaan sebagaian besar anggota sistem. Baik sekali untuk memikirikan persoalan keputusan design penelitian bahkan saat kerangka teoritis disusun.

BAB 7: DESIGN EKSPERIMENT Desain eksperimen terbagi atas dua kategori : eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan buatan atau diatur, disebut eksperimen lab, dan eksperimen yang

15

dilakukan dalam lingkungan alami dimana kegiatan sehari-hari berlangsung, dikenal sebagai eksperimen lapangan. EKSPERIMEN LAB Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, jika hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan terikat ingin dibuktikan dengan jelas, maka semua variabel lain yang mungkin mencemari atau mengacaukan hubungan tersebut harus dikontrol dengan ketat. Dengan kata lain, kemungkinan pengaruh variabel lain pada variabel terikat harus diperhitungkan sedemikian, sehingga pengaruh kausal yang sebenarnya dari variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat dapat ditentukan. Perlu pula untuk memanipulasi variabel bebas sehingga tingkat pengaruh kausalnya dapat dibuktikan.Kontrol dan manipulasi paling baik dilakukan dalam situasi buatan (laboratorium), di mana pengaruh kausal dapat diuji. Jika kontrol dan manipulasi dilakukan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat dalam suatu situasi buatan, kita mempunyai desain eksperimen laboratorium, yang dikenal juga sebagai eksperimen lab. Karena kita menggunakan istilah kontrol dan manipulasi, mari kita menelaah apa arti dua konsep tersebut. KONTROL Ketika kita merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, adalah mungkin bahwa suatu faktor, katakanlah A, juga memengaruhi variabel terikat Y. Dalam hal tersebut, adalah mustahil untuk menentukan tingkat di manaY hanya terjadi karena X, karena kita mengetahui seberapa besar total variasi Y disebabkan oleh kehadiran faktor A. Misalnya, seorang manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia ingin menyelenggarakan pelatihan khusus bagi para sekretaris yang baru direkrut untuk membuat situs Web, untuk membuktikan kepada direktur (atasannya), bahwa pelatihan tersebut akan menyebabkan mereka berfungsi secara lebih efektif. Tetapi, beberapa sekretaris baru mungkin berfungsi lebih efektif dibanding lainnya, sepenuhnya, atau sebagian karena pengalaman sementara mereka dengan Web.Dalam hal ini, manajer tidak dapat membuktikan bahwa pelatihan khusus menyebabkan efektivitas lebih tinggi, karena pengalaman

16

sementara beberapa sekretaris sebelumnya dengan Web merupakan faktor yang mencemari.Jika pengaruh sebenarnya dari pelatihan pembelajaran ingin dinilai, maka pengalaman pembelajar sebelumnya harus dikontrol.Hal tersebut dapat dilakukan dengan tidak memasukkan mereka yang telah mempunyai pengalaman dengan Web ke dalam eksperimen.Inilah yang kita maksudkan ketika kita mengatakan kita harus mengontrol faktor pencemar (contaminating factor), dan nanti kita melihat bagaimana hal tersebut dilakukan. MANIPULASI YARIABEL BEBAS Dalam rangka menguji pengaruh kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, diperlukan manipulasi tertentu.Manipulasi secara sederhana berarti bahwa kita membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai dampak pada variabel terikat.Misalnya, kita ingin menguji teori bahwa keluasan pengetahuan mengenai berbagai teknologi manufaktur disebabkan oleh rotasi karyawan pada semua pekerjaan di lini produksi dan dalam departemen desain, selama periode 4 mingguan. Kemudian kita dapat memanipulasi variabel bebas, "rotasi karyawan," dengan merotasi satu kelompok pekerja produksi dan menempatkan mereka ke semua sistem selama periode 4 mingguan, merotasi hanya sebagian kelompok pekerja yang lain selama 4 minggu (yaitu, hanya menunjukkan sebagian teknologi manufaktur kepada mereka), dan membiarkan kelompok ketiga meneruskan apa yang mereka lakukan saat ini, tanpa rotasi khusus. Dengan mengukur keluasan pengetahuan masing-masing kelompok sebelum dan sesudah manipulasi (disebut juga "perlakuan"), menjadi mungkin untuk menilai tingkat pengaruh yang disebabkan oleh perlakuan fadi, setelah mengontrol faktor-faktor yang mencemari. Jika pengetahuan yang luas benar-benar disebabkan oleh rotasi dan penempatan, hasil akan menunjukkan bahwa kelompok kedua mempunyai peningkatan terendah dalam keluasan pengetahuan, kelompok kedua menunjukkan beberapa kemajuan signifikan, dan kelompok pertama mengalami hasil yang tertinggi! Mari kita melihat contoh lain mengenai bagaimana hubungan kausal dibuktikan dengan memanipulasi variabel bebas. Katakanlah kita ingin menguji

17

pengaruh penerangan terhadap tingkat produksi pekerja di antara operator mesin jahit.Untuk membuktikan hubungan sebab-akibat, kita terlebih dahulu harus mengukur tingkat produksi semua operator selama periode 15 hari dengan jumlah penerangan yang biasa saat mereka bekerjamisalnya lampu 60 watt. Kita kemudian ingin membagi kelompok 60 operator ke dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari 20 anggota, dan sementara membiarkan satu subkelompok terus bekerja di bawah kondisi yang sama seperti sebelumnya (lampu elektrik 60 watt), kita dapat memanipulasi intensitas lampu untuk dua subkelompok lainnya dengan membuat satu kelompok bekerja dengan lampu 75 watt dan lainnya dengan lampu 100 watt. Setelah tiap kelompok yang berbeda bekerja dengan berbagai kadar penerangan lampu selama 15 hari, total produksi tiap kelompok selama 15 hari bisa dianalisis untuk melihat jika perbedaan antara produksi praeksperimen dan post-eksperimen antarkelompok berkaitan langsung dengan intensitas penerangan yang diberikan kepada mereka. Bila hipotesis kita bahwa penerangan yang lebih baik meningkatkan tingkat produksi benar, maka subkelompok yang tidak mengalami perubahan penerangan (disebut kelompok kontrol), seharusnya tidak ada kenaikan dalam produksi dan dua kelompok lain seharusnya menunjukkan kenaikan, dengan kelompok yang mempunyai penerangan tertinggi (100 watt) menunjukkan kenaikan lebih besar dibanding kelompok yang menerima penerangan 75 watt. Dalam kasus ini, variabel bebas dan penerangan telah dimanipulasi dengan memberikan derajat perubahan yang berbeda kepada kelompok yang berbeda.Manipulasi variabel bebas juga disebut perlakuain (treatment), dan hasil perlakuan disebut pengaruh perlakuan (treatment effect). Mari kita mengilustrasikan bagaimana variabel X dapat dikontrol dan dimanipulasi dalam situasi lab melalui Contoh 7.1. Contoh 7.1. Katakanlah seorang pengusaha pemilik sebuah toko mainan agakkecewa dengan jumlah tiruan "Kura-kura ninja" (sangat laris) yang dihasilkan oleh para pekerjanya, yang diberi upah per jam.la berpikir apakah membayar mereka per

18

satuan akan meningkatkan tingkat produksi'. Tetapi, sebelum melaksanakan sistem upah per satuan output, ia ingin memastikan bahwa pergantian ke sistem bam akan benar-benar mencapai tujuan. Dalam kasus seperti tersebut, peneliti pertama-tama ingin menguji hubungan kausal dalam suatu situasi lab, dan jika hasilnya memuaskan, melakukan eksperimen lebih lanjut dalam situasi lapangan. Dalam mendesain eksperimen lab, peneliti terlebih dulu harus memikirkan faktor-faktor yang mungkin akan memengaruhi tingkat produksi pekerja, dan kemudian mencoba mengontrolnya. Selain upah satuan, pengalaman kerja sebelumnya juga mungkin memengaruhi tingkat produksi karena kemahiran dengan pekerjaan membuat orang lebih mudah meningkatkan tingkat produksi mereka. Dalam beberapa kasus, di mana pekerjaan sangat berat dan memerlukan kekuatan otot, perbedaan gender mungkin memengaruhi produktivitas. Katakanlah bahwa untuk jenis pekerjaan produksi yang dibahas sebelumnya, usia, gender, dan pengalaman masa lalu merupakan faktor yang akan memengaruhi tingkat produksi karyawan. Peneliti perlu mengontrol ketiga variabel tersebut.Mari kita melihat bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Anggap saja peneliti bermaksud untuk mengatur empat kelompok yang masing-masing terdiri dari 15 orang, untuk eksperimen lab satu digunakan sebagai kelompok kontrol, dan tiga lainnya diberi tiga manipulasi upah yang berbeda. Sekarang, variabel yang mungkin berdampak pada hubungan sebab-akibat bisa dikontrol dengan dua cara: entah dengan menyesuaikan kelompok atau lewat randomisasi. Konsep ini akan dijelaskan sebelum kita melangkah lebih jauh. MENGONTROL VARIABEL "PENGGANGGIT YANG MENCEMARI Memadankan Kelompok Satu cara untuk mengontrol variabel "pengganggu" (nuisance) atau yang mencemari adalah dengan memadankan atau menjodohkan (matching) berbagai kelompok dengan memilih karakteristik yang mengacaukan dan secara sengaja menyebarkannya ke semua kelompok. Misalnya, jika ada 20 wanita di antara 60 anggota, maka di tiap kelompok akan ditempatkan 5 wanita, sehingga pengaruh

19

gender disebarkan dalam keempat kelompok. Demikian pula, faktor usia dan pengalaman bisa disesuaikan ke semua kelompok, sedemikian hingga tiap kelompok mempunyai campuran orang yang mirip dalam hal gender, usia, dan pengalaman, Karena faktor yang diduga mencemari disebarkan ke semua kelompok, kita dapat mengatakan bahwa variabel X sendirian menyebabkan variabel Y, jika begitulah hasil studi. Namun, dalam hal ini kita tidak yakin bahwa kita telah mengontrolsemua faktor pengganggu, karena kita mungkin tidak menyadari semuanya.Taruhan yang lebih aman adalah randomisasi. Randomisasi Cara lain untuk mengontrol variabel pencemar adalah menempatkan 60 anggota secara acak (yaitu, tanpa penentuan sebelumnya) ke dalam empat kelompok. Yaitu, setiap anggota akan mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk ditempatkan pada salah satu dari keempat kelompok tadi. Misalnya, kita dapat mengundi nama semua 60 anggota ke dalam sebuah topi, dan mengambil nama mereka. 15 nama pertama yang ditarik bisa ditempatkan pada kelompok pertama, 15 kedua pada kelompok dua, dan seterusnya, atau orang pertama yang diambil dapat ditempatkan pada kelompok satu, dan orang kedua yang diambil ke kelompok kedua, dan seterusnya. Dengan demikian, dalam randomisasi, proses di mana orang ditarik (yaitu, setiap orang mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk ditarik) dan penempatan mereka dalam kelompok mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun) adalah acak. Dengan menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, kita akan mendistribusikan variabel pengacau di antara kelompok secara sama. Yaitu, variabel usia, gender, dan pengalaman sebelumnyavariabel yang dikontrolakan mempunyai probabilitas yang sama untuk didistribusikan di antara kelompok. Proses randomisasi secara ideal akan memastikan bahwa tiap kelompok diperbandingkan dengan lainnya, dan bahwa semua variabel, termasuk pengaruh usia, gender, dan pengalaman sebelumnya dikontrol. Dengan kata lain, tiap kelompok akan mempunyai sejumlah anggota yang lebih berpengalaman yang bercampur dengan mereka yang kurang atau tidak berpengalaman. Semua kelompok akan mempunyai komposisi anggota

20

yang usia dan gendernya berbeda. Dengan demikian, randomisasi akan memastikan bahwa jika variabel tersebut be,nar-benar mempunyai. pengaruh yang mencemari atau mengacaukan, kita telah mengontrol pengaruh kekacauan tersebut (serta faktor lain yang tidak diketahui) dengan mendistribusikannya di antara kelompok. Hal ini dicapai karena jika kita memanipulasi variabel bebas upah satuan dengan sama sekali tidak menerapkan sistem upah satuan bagi satu kelompok (kontrol) dan memberikan upah satuan yang berbeda bagi tiga kelompok lain (eksperimen), kita dapat menentukan pengaruh kausal dari upah satuan terhadap tingkat produksi. Setiap kesalahan atau bias yang disebabkan oleh usia, gender, dan pengalaman sebelumnya kini didistribusikan secara sama di antara keempat kelompok. Pengaruh kausal apa pun yang ditemukan akan bebas dari pengaruh variabel yang mengacaukan. Untuk memperjelasnya, mari kita mengilustrasikan hal ini dengan beberapa figur aktual dalam label 7.1. perhatikan bahwa karena pengaruh pengalaman, gender, dan usia telah dikontrol dalam semua kelompok dengan secara acak menempatkan anggota ke dalam tiap kelompok, dan kelompok kontrol tidak menunjukkan peningkatan produktivitas, dapat disimpulkan dengan meyakinkan hasil tersebut bahwa persentase kenaikan dalam produksi merupakan hasil upah satuan (pengaruh perlakuan). Dengan kata lain, upah satuan adalah penyebab kenaikan jumlah mainan yang dihasilkan. Kita sekarang tidak dapat mengatakan bahwa hubungan sebab-akibat telah dikacaukan oleh variabel "pengganggu" yang lain, karena hal tersebut telah dikontrol melalui proses menempatkan anggota secara acak dalam kelompok. Dalam hal ini, kita mempunyai validitas internal (internal validity) atau keyakinan yang tinggi dalam hubungan sebab-akibat. Manfaat Randomisasi Perbedaan antara pemadanan dan randomisasi adalah bahwa dalam kasus pertama, individu secara sengaja dan sadar disesuaikan untuk mengontrol perbedaan antaranggota kelompok, sedangkan dalam kasus terakhir, kita berharap bahwa proses-randomisasi akan mendistribusikan ketidaksamaan antarkelompok

21

berdasarkan hukum distribusi normal. Dengan demikian, kita tidak perlu secara khusus merisaukan faktor pencemar apa pun yang diketahui atau tidak diketahui. Singkatnya, dibandingkan randomisasi, pemadanan mungkin kurang efektif, sebab kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin dapat mencemari hubungan sebab-akibat dalam situasi yang dihadapi, dan karena itu gagal memadankan beberapa faktor penting di seluruh kelompok ketika mengadakan eksperimen. Tetapi, randomisasi akan menyelesaikan masalah tersebut, karena semua faktor pencemar akan disebarkan ke seluruh kelompok. Selain itu, bahkan jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan, kita mungkin tidak mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut. Misalnya, jika gender adalah variabel pencemar, dan bila hanya ada dua wanita dalam empat kelompok desain eksperimen, kita tidak akan mampu memadankan semua kelompok yang berkaitan dengan gender. Randomisasi memecahkan dilema tersebut dengan baik. Dengan demikian, desain eksperimen lab melibatkan kontrol terhadap variabel pencemar melalui proses pemadanan atau randomisasi, dan manipulasi perlakuan.

Hubungan Sebab dan Akibat setelah Randomisasi


Pengaruh Perlakuan (% kenaikan produksi Kelompok Perlakuan Setelah system upah Satuan)

22

Kelompok eksperimen 1 Kelompok eksperimen 2 Kelompok eksperimen 3 Kelompok control (tanpa perlakuan)

$ 1,00 per satuan $ 1,50 per satuan $ 2,00 per satuan Upah per jam yang lama

10 15 20 0

VALIDASI INTERNAL Validasi internal mengacu pada keyakinan kita terhadap sebab dan akibat. Dengan kata lain, hal tersebut mewakili pertanyaan, Pada tingkat apa desain penelitian memungkinkan kita untuk mengatakan bahwa variabel bebas A menyebabkan perubahan variabel terikat B?Seperti kata Kidder dan Judd (1986), dalam penelitian dengan validas internal tinggi, kita relativ lebih bisa membuktikan bahwa hubungan adalah kausal, sedangkan dalam studi dengan validas internal rendah, kausalitas sama sekali tidak dapat disimpulkan. Dalam eksperimen lab dimana hubungan sebab dan akibat dibuktikan, validasi internal bisa dikatakan tinggi.

VALIDASI EKSTERNAL ATAU EKSPERIMEN LAB YANG DAPAT DIGENERALISASIKAN Sampai tingkat apa hasil temuan dalam situasi lab dapat ditransfer atau digeneralisasi pada situasi aktual organisasi atau lapangan? Dengan kata lain, jika kita menemukan hubungan sebab-akibat setelah mengadakan suatu eksperimen lab, dapatkah kita kemudian dengan yakin mengatakan bahwa hubungan sebab-akibat yang sama juga akan berlaku dalam situasi organisasi? Tugas dalam suatu organisasi jauh lebih rumit, dan mugkin terdapat beberapa variabel pengganggu yang tidak dapat dikontrol misalnya, pengalaman. Dalam hal tersebut, kita tidak bisa yakin bahwa hubungan yang terdapat dalam

23

sebab-akibat yang ditemukan dalam eksperimen lab belaku juga dalam situasi lapangan. Untuk menguji hubungan kausal dalam situasi organisasi, dilakukan eksperimen lab. Hal ini sekarang akan dibahas secara singkat. EKSPERIMEN LAPANGAN Adalah eksperimen yang digunakan dalam lingkungan alami dimana pekerjaan pekerjaan dilakukan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan perlakuan tertentu. Dengan demikian, dalam eksperimen lapangan meskipun mungkin mustahil untuk mengontrol semua variabel pengganggu karena anggota tidak dapat ditempatkan kedalam secara acak atau cocok, perlakuan tetap bisa dimanipulasi. Kelompok kontrol bisa diatur dalam eksperimen lapangan, yaitu bisa terdiri dari orang-orang yang bekerja palam beberapa pabrik dalam radius tertentu, atau dari regu berbeda dalam pabrik yang sama, atau lainnya. VALIDITAS EKSTERNAL Apa yang baru saja kita bahas dapat dianggap sebagai persoalan validitas eksternal versus validitas intenal. Validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil dari sebuah studi kausal pada situasi, orang, atau peristiwa lain. Dan validitas internal merujuk pada tingkat keyakinan kita pada pengaruh kausal (yaitu bahwa variabel X meyebabkan variabel Y). eksperimen lapangan mempunyai validitas ekternal yang tinggi (hasilnya dapat digeneralisasi pada situasi organisasi lainnya), dan validitas internal yang lebih rendah(kita tidak bisa yakin mengenai sampai tngkat apa variabel X sendirian menyebabkan variabel Y). Tetapi pada eksperimen lab berlaku kebalikannya, yaitu mempunyai validitas internal yang tinggi dan validitas eksternal yang lebih rendah. TRADE OFF ANTARA VALIDITAS INTERNAL DAN EKSTERNAL Dengan demikian terdapat trade-off antara validitas internal dan eksternal. Bila menginginkan validitas internal yang tinggi, kita sebaiknya bersedia menentukan validitas eksternal yang lebih rendah. Begitu pula sebaliknya. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS INTERNAL Ada tujuh ancaman utama pada validitas internal. Yaitu:

24

1. Pengaruh sejarah Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan variabel bebas dan variabel terikat mungkin muncul tanpa diduga sementara eksperimen dilakukan, dan sejarah peristiwa tersebut akan mengacaukan hubungan sebab akibat antra dua variabel, sehingga mempengaruhi validitas internal. Berikut ini adalah ilustrasi pengaruh sejarah dlam desain eksperimen Waktu (time-t):t1 Variabel bebas
Promosi penjualan terikat

t2

t3 variabel
Penjualan

Iklan petani susu

Varibel yang tidak terkontrol

2. Pengaruh maturasi Pengaruh maturasi merupakan sebuah fungsi dari proses-biologis dan psikologis- yang berlaku dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Ilustrasi pengaruh maturasi pada hubungan sebab akibat: Waktu (time-t):t1 Variabel bebas
Teknologi canggih Kenaikan efisiensi

t2

t3

25

Mendapatkan pengalaman dan melakukan pekerjaan lebih cepat

3. Pengaruh pengujian Seringkali untuk menguji pengaruh sebuah perlakuan, subjek diberi apa yang disebut pratest (prates: misalnya sebuah kuisioner singkat untuk mengungkapkan perasaan dan sikap mereka). Yaitu, pertama-tama dilakukan pengukuran variabel terikat (pratest), kemudian perlakuan diberikan, dan setelah itu tes kedua, disebut pascates(posttest), diadakan. Perbedaan antara skor prates dan pascates kemudian dihubungkan dengan perlakuan. Tetapi ketika responden diberi prates, hal tersebut mungkin memengaruhi respon mereka dalam pascates, yang akan berdampak merugikan terhadap validitas internal.

4.

Pengaruh Instrumentasi Pengaruh instrumentasi adalah ancaman lain untuk validitas internal. Hal tersebut bisa muncul karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara pratest dan pascatest, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya. 5. Pengaruh bias seleksi Ancaman pada validitas internal juga bisa berasal dari seleksi subjek yang tidak tepat dan tidak cocok untuk kelompok eksperimen kontrol. Bias tersebut dalam seleksi subjek dapat mencemari hubungan sebab-akibat dan juga merupakan ancaman untuk validitas internal. 6. Pengaruh regresi statistik

26

Pengaruh regresi statistik muncul jika anggota yang terpilih untuk kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat. 7. Pengaruh mortalitas Faktor pengacau lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas. Yaitu pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol, atau keduanya, saat eksperimen berlangsung. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS EKSTERNAL Sementara validasi internal memunculkan pertanyaan mengenai apakah perlakuan semata atau sejumlah faktor asing lainnya yang menyebabkan pengaruh, validitas eksternal mengangkat isu mengenai generalisasi temuan pada situasi lain. Misalnya, tingkat sampai mana situasi eksperimen berbeda dari situasi dimana temuan digeneralisasikan langsung berhubungan dengan tingkat ancaman terhadap validitas eksternal.

TINJAUAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS INTERNAL DAN EKSTERNAL Secara ringkas, terdapat tujuha faktor yang mempengaruhi validitas internal : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengaruh sejarah Maturasi Pengujian Instrumentasi Seleksi Regresi statistik

27

7.

Mortalitas

Untuk mengurangi bias karena faktor tersebut dapat dengan meningkatkan kecanggihan desain eksperimen. Namun hal itu tentunya mahal dan menghabiskan banyak waktu. Sedangkan ancaman terhadap validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan kondisi eksperimen sedekat mungkin dengan situasi dimana hasil eksperimen akan digeneralisasikan. JENIS DESAIN EKSPERIMEN DAN VALIDITAS INTERNAL Semakin singkat (hanya satu atau dua jam) rentang waktu eksperimen, semakin kecil kemungkinan terpengaruh sejarah, maturasi, dan moralitas. Berikut adalah beberapa desain yang umum digunakan beserta tingkat keandalannya terhadap tujuh faktor yang mencemari validitas internal : Desain Eksperimen Semu Sebuah desain dimana sejumlah studi hanya memberikan perlakuan kepada sebuah kelompok eksperimen dan mengukur pengaruhnya tanpa ada perbandingan antarkelompok ataupun keadaan sebelum dan sesudah perlakuan. Sehingga tidak nampak hubungan sebab-akibatnya. Jenis desain eksperimen semu Pra-tes dan Pasca-tes Desain Kelompok Eksperimen Pada suatu kelompok eksperimen (tanpa kelompok kontrol), dilakukan prates ,memberi perlakuan, kemudian mengadakan pascates untuk mengukur pengaruh perlakuan. Pengaruh perlakuan dapat diperoleh dengan menghitung selisih antara pascates dan prates (O2-O1). Dalam hal ini, pengaruh pengujian dan instrumentasi dapat mencemari validitas internal.

Kelompok Kelompok eksperimen

Skor prates O1

Perlakua n X

Skor pascates O2

28

Kelompok eksperimen dan Kontrol Hanya dengan Pasca-tes Sejumlah desain eksperimen direncanakan dengan kelompok eksperimen dan kontrol, yang pertama diberi perlakuan dan yang terakhir tidak. Pengaruh perlakuan dilihat dari perbedaan hasil (O1-O2). Randomisasi dapat mengatasi kemungkinan bias yang timbul karena hanya melihat perbedaan hasil dua kelompok. Jika kedua kelompok tidak ditempatkan secara acak,mortalitas (keluarnya individu dari kelompok) dan hubungan sebab akibat. Kelompok Kelompok eksperimen Kelompok kontrol Perlakuan X Skor pascates O1 O2 bias seleksi (perbedaan rekrutmen orang yang membentuk kedua kelompok) akan mengacaukan

Desain Eksperimen Murni Desain eksperimen, yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, dan merekam informasi sebelum dan sesudah kelompok eksperimen tersebut diberi perlakuan disebut desain eksperimen ex post facto. Pra dan Pascates Desain Kelompok Eksperimen dan Kontrol Ketika dua kelompok (eksperimen dan kontrol) sama-sama mengalami prates dan pascates, perbedaannya hanya yang pertama diberi perlakuan dan yang kedua tidak, pengukuran perbedaan hasil akhir akan menunjukkan pengaruh netto dari perlakuan. Meski mungkin kita dapat mengontrol faktor yang mencemari, mortalitas bisa menjadi masalah dalam desain ini terutama bila eksperimennya berlangsung lama. Desain Empat Kelompok Solomon Sebagai desain yang dinilai paling komprehensif dan paling sedikit memiliki masalah validitas internal, desain empat kelompok solomon

29

(solomon four group design) membutuhkan dua kelompok eksperimen dan dua kelompok kontrol untuk eksperimen. Dimana dua diantaranya (eksperimen+kontrol) diberi prates dan pascates, sedangkan lainnya hanya pascates. Desain Empat Kelompok Solomon dan Ancaman Terhadap Validitas Internal Kelompok 1. Eksperimen 2. Kontrol 3. Eksperimen 4. Kontrol Skor Prates O1 O3 X Perlakuan X Skor Pascates O2 O4 O5 O6

Subjek telah dipilih dan ditempatkan secara acak ke dalam kelompok. Hal ini menghilangkan regresi statistik dan bias seleksi. Jika O3 dan O4 tetap sama, membuktikan bahwa sejarah, maturasi, pengujian, instrumentasi, regresi statistik, dan mortalitas tidak mempunyai dampak. Sedangkan jika O2 dan O3 sama, maka validitas internal tidak terhalang oleh pengaruh pengujian. Yang terakhir, jika O6, O1, dan O3 mempunyai skor mirip, maka pengaruh maturasi dan sejarah bukan merupakan suatu masalah. Pengaruh perlakuan (E) bisa dinilai dengan : E = (O2-O1) E = (O2-O4) E = (O5-O6) E = (O5-O3) E = [(O2-O1) (O4-O3)] Jika semua E mirip, hubungan sebab-akibat sangat valid. Desain eksperimen empat kelompok Solomon menjamin validitas internal maksimum, menyingkirkan banyak hipotesis saingan. Namun perlu ketelitian mendesain studi, waktu, serta biaya yang tinggi. Studi Buta Berganda

30

Studi buta dilakukan untuk menghindari bias saat ketelitian dan keketatan ekstrem diperlukan, seperti pada proses penemuan obat baru. Studi eksperimen merupakan yang paling tidak bias karena tidak ada gangguan perlakuan dalam hal apapun. Baik peneliti maupun subjek studi tidak mengetahui yang sebenarnya (studi buta berganda). Desain Ex Post Facto Dalam desain ini, tidak ada manipulasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan, namun subjek yang telah diberi dan tidak diberi stimulus, dipelajari. Penilaian terhadap pengaruh perlakuan pun tidak semata-mata dilakukan setelah perlakuan, namun jauh setelah itu. Beberapa desain eksperimen lain yaitu seperti desain yang sepenuhnya acak, desain blok acak, desain kuadrat Latin, dan desain faktorial. SIMULASI Alternative eksperimen lapangan dan lab yang saat ini dipergunakan dalam penelitian bisnis adalah simulasi. Simulasi yang menggunakan teknik membangun model untuk menentukan pengaruh perubahan, dan simulasi berbasis computer menjadi popular dalam simulasi bisnis. Simulasi dapat dianggap eksperimen yang dapat dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus yang sangat dekat mewakili lingkungan alami dimana biasannya kegiatan berlangsung. Dalam pengertian tersebut, simulasi berada diantara eksperimen lab dan lapangan, sejauh lingkungan diciptakan secara artificial tetapi tidak jauh berbeda dari realitas.

ISU ETIS DALAM PENELITIAN DESIGN EKSPERIMEN Adalah tepat pada titik ini untuk membahas secara singkat sedikit dari banyak isu etis yang terlibat dalam melakukan penelitian, yang beberapa di antaraanya sangat relevan untuk mengadakan eksperiman lab. Praktik berikut dianggap tidak etis

31

1. Mendesak orang untuk berpartipasi dalam eksperimen dengan paksaan atau menggunakan tekanan sosial. 2. Memebrikan tugas kasar dan mangajukan pertanyaan yang merendahkan dan mengurangi harga diri mereka. 3. Tidak menjaga privasi dan rahasia informasi yang diberikan oleh peserta. 4. Tidak menjelaskan prosedur yang berlaku dalam eksperimen 5. Menimbulkan stress fisik dan mental bagi peserta.

32

You might also like