You are on page 1of 5

Fungsi lembaga perbankan sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana

membawa konsekuensi pada timbulnya interaksi yang intensif antara bank sebagai pelaku usaha dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. Dari sisi pihak yang memiliki kelebihan dana, interaksi dengan bank terjadi pada saat pihak yang kelebihan dana tersebut menyimpan dananya pada bank dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sementara dari sisi pihak yang memerlukan dana interaksi terjadi pada saat pihak yang memerlukan dana tersebut meminjam dana dari bank guna keperluan tertentu. Interaksi antara bank dengan konsumen pengguna jasa perbankan (selanjutnya disebut dengan nasabah) dapat pula mengambil bentuk lain pada saat nasabah melakukan transaksi jasa perbankan selain penyimpanan dan peminjaman dana. Bentuk transaksi lain tersebut seperti misalnya jasa transfer dana, inkaso, maupun safe deposit. Dalam perkembangannya, nasabah pun dapat memanfaatkan jasa bank untuk mendapatkan produk lembaga keuangan bukan bank, seperti produk asuransi yang dikaitkan dengan produk bank (bancassurance) dan reksadana. Terhadap pola pola interaksi antara nasabah dan perbankan tercipta suatu pola yang menjadi kebiasaan antara nasabah dan bank. Bank sebagai sebuah badan usaha menerapkan pola pelayanan menjadi standarisasi pelayanan terhadap nasabah dalam melakukan usahanya. Dimana Nasabah sebagai penikmat dari jasa yang diberikan bank, menikmati jasa dan menjadi nasabah bank. Terhadap hal ini pengaturan terhadap segala ketentuan baik perbankan sebagai penyedia layanan maupun nasabah sebagai penikmat jasa dinikmati. Pemerintah sebagai regulator dan pengawas sektor usaha menerapkan sebuah kebijakan dan meletakkan daya paksa atas kebijakan tersebut. Kebijakan ini mengatur hubungan pola interaksi yang terjadi antara nasabah dengan bank. Ketika hubungan interaksi ini tercipta antara bank dan nasabah, dimana kedua belah pihak menetapkan diri untuk tunduk dan taat kepada peraturan dalam hubungan antara kedua belah pihak serta secara otomatis tunduk kepada produk kebijakan pemerintah sebagai regulator, maka hubungan yang tercipta adalah hubungan hukum antara pihak, yaitu pihak perbankan dan pihak nasabah itu sendiri. Perbankan merupakan agen kepercayaan masyarakat sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, dalam hal ini bank menjalankan fungsinya

tersebut didasarkan pada asas kepercayaan. Namun demikian, walaupun hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabahnya didasarkan pada prinsip kepercayaan, dalam hubungan yang demikian intensif antara bank dengan nasabah mungkin saja terjadi friksi yang apabila tidak segera diselesaikan dapat berlanjut menjadi sebuah sengketa. Sengketa yang terjadi di antara nasabah dengan pihak bank biasanya berawal dari ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian secara finansial pada nasabah yang dimungkinkan hal tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian dari pihak bank. Jika ketidakpuasan tersebut disampaikan pada pihak bank itu merupakan hak nasabah dan bank mempunyai kewajiban untuk menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan oleh nasabah. Namun di sisi lain terkadang ada bank yang kurang memperhatikan pengaduan nasabah atau bahkan mengabaikan pengaduan nasabah tersebut. Hubungan yang ideal, adalah hubungan yang saling memahami, dan saling menghormati. Sama seperti halnya jika anda memilih menikah dengan seseorang, tentu anda telah menyeleksi sebelumnya seperti apa calon pasangan anda. Dan setelah menikah, tentu anda menginginkan hubungan yang saling mendukung, saling menguatkan, dan saling mengingatkan jika ada yang salah. Dan untuk bisa melakukan hubungan yang saling menguatkan tersebut, antara suami dan isteri harus tranparan, tak ada yang ditutupi, serta penuh tanggung jawab. Nasabah berfungsi sebagai pembeli, Posisi ini digambarkan sebagai sebagai pemilik dana, dan ingin menyetor dana ke Bank. Perhatian Tertuju kepada pemilihan bank yang dapat dipercaya, dan sebelumnya mencari informasi sebanyak-banyaknya, untuk memilih akan berhubungan dengan Bank yang mana. Karena sebagai pemilik dana, nasabah berfungsi sebagai pembeli surat berharga Bank. Karena uang yang disimpan di Bank, sebagai gantinya anda akan menerima surat berharga dalam bentuk sertifikat Deposito, buku Tabungan, maupun buku Giro. Jadi, seperti halnya pembeli, nasabah harus meneliti dan hati-hati dalam memlilih Bank. Dari sisi pemberian kredit dari Bank kepada nasabah, maka kondisi diatas menjadi terbalik. Pihak Bank dalam hal ini sebagai pembeli surat berharga dari masyarakat. Dan nasabah sebagai penjual surat berharga. Nasabah datang ke Bank membawa kelengkapan dokumen dan menandatangani Surat Pengakuan

Hutang, untuk diserahkan kepada Bank, sebagai kontra garansi bagi Bank yang akan memberikan dananya kepada nasabah. Karena Bank akan menjual dananya, maka Bank harus melakukan pembelian, oleh karena itu harus melakukan prinsip kehati-hatian. Sebagai pembeli, Bank harus tahu, seperti apa nasabah yang dibidiknya, dan dalam hal ini Bank akan melakukan penilaian, antara lain dengan menggunakanFive Cs of Credit yaitu: Character, Capacity, Capital,Condition dan Collateral. Bank sebagai suatu lembaga atau institusi yang melakukan kegiatan di bidang keuangan telah menunjukkan peranan yang cukup penting dalam melayani berbagai kepentingan masyarakat di Indonesia saat ini. Berbagai produk bank telah berkembang untuk memenuhi tuntutan perkembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Menurut ketentuan UU Perbankan Indonesia No. 7 1992, Bank adalah suatu badan usaha dan mempunyai kegiatan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dana masyarakat serta memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Bank dengan berbagai produknya telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya di bidang keuangan. Mengingat kebutuhan akan jasa perbankan semakin meningkat, maka penulis merasakan betapa pentingnya pemahaman masyarakat akan di sisi lain. Kedua hal tersebut yang hanya dapat terlaksana jika bank berkemampuan melindungi dana masyarakat secara baik. Oleh karenanya bank harus mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat global. Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank, mereka berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Pelanggaran terhadap berbagai aturan yang berlaku, termasuk kerahasiaan bank, maka akan dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998. Jaminan ditegakkannya peraturan-peraturan perbankan dimuat pasal 50 yang mengancam dengan hukuman penjara 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah). Pasal 50 tersebut merupakan jaminan bagi masyarakat. Berkat jaminan ini, semua bank tidak dapat berkelit untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya,

terutama yang berkenaan dengan pemantauan keadaan terhadap suatu bank oleh Bank Indonesia, yang mewakili pemerintah untuk melindungi dana masyarakat sekaligus menjaga agar bank dalam keadaan sehat. Bank Indonesia dapat menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimuat dalam penjelasan resmi Pasal 52, yang antara lain berbunyi : Sanksi a. b. c. d. e. f. Penyampaian Penurunan Larangan turut Pembekuan Pencabutan izin teguran-teguran tingkat serta kesehatan dalam administratif dalam pasal ini dapat berupa :

Denda tertulis; bank; kliring; kegiatan; usaha.

Namun, pada dasarnya hubungan hukum antara bank dan nasabah didasarkan pada perjanjian baku yang formatnya telah dibuat sepihak oleh bank, sehingga dalam pelaksanaannya hanya berpihak pada bank saja, karena bank selalu menerapkan prudential banking. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlindungan hukum terhadap nasabah bank terjadi karena faktor bank itu sendiri serta para pihak yang terkait dalam hal ini Bank Indonesia dan juga lembaga penjamin konsumen, sedangkan kendalakendala yang mempengaruhi perlindungan hukum terhadap konsumen selaku nasabah bank terjadi karena faktor konsumen itu sendiri selaku nasabah dan juga dari pelaku usaha dalam hal ini adalah Bank. Dalam kondisi yang demikian bank belum memberikan perlindungan hukum yang maksimal terhadap nasabah.

You might also like