You are on page 1of 5

PEMBAGIAN ZAKAT

Pertanyaan Terdapat dua versi mengenai masalah uang zakat yaitu: 1. Zakat mal hanya diberikan kepada 8 (delapan) asnaf saja, tidak boleh diberikan kepada lembaga, organisasi dan sebagainya. 2. Zakat mal bolh dipergunakan untuk kepentingan organisasi, lembaga dan sebagainya. Pertanyaan yang kami ajukan adalah sebagai berikut: 1) Manakah di antara dua pendapat tersebut yang mendekati kebenaran ? 2. Bolehkah uang infaq santri dipergunakan untuk operasional Masjid? (honor dan lainnya) 3) Bolehkah panitia zakat fitrah diberi upah dengan uang infaq masjid? Jawaban Pertanyaan tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan ayat 60 Q. Surat at-Taubah. Maka sebelum menjawab pertanyaan terebut, kami kutipkan terlebih dahulu Q. Surat at-Taubah ayat 60 tersebut beserta penjelasannya agar dapat difahami dengan baik.

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Penjelasan: Pada ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat adalah delapan jenis, menurut ulama yang membedakan antara fakir dan miskin, atau tujuh jenis, jika tidak dibedakan antara fakir dan miskin. Sebagian besar ulama fiqh berpendapat bahwa fuqara dan masakin adalah dua jenis yang berbeda, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai pengertiannya. Sebagian di antara mereka berpenddapat bahwa faqir itu lebih parah dibandingkan dengan miskin. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa miskinlah yang lebih parah dibandingkan dengan fakir. Muhammad Abduh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa fakir dan miskin adalah dua jenis dengan sifat yang sama. Keduanya adalah lawan dari kaya. (Lihat Rasyid Ridla, Tafsir al-Manar V: hlm. 490). Jika fakir dan miskin

2 sifatnya sama, maka keduanya dapat dikategorikan dalam satu kelompokatau satu jenis. Dengan demikian, maka yang berhak menerima zakat ada tujuh jenis, yaitu: 1. Orang-orang fakir dan orang-orang miskin. Dalam ayat tersebut di atas mereka disebutkan pada nomor pertama, karena mereka termasuk orang-orang yang sangat memerlukan pertolongan. memang di antara mereka ada yang berterus terang lalu meminta bantuan kepada orang lain, tetapi ada yang menyembunyikan kemiskinannya sehingga orang lain yang tidak mengerti menyangkanya orang kaya, sebagaimana disebutkan dalam Q. Surat alBaqarah ayat 273:

Artinya: Berinfaqlah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi,orang yang tidak tahu menyangka mereka orang yang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu mengenal mereka dengan sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta kepada orang lain secara mendesak desak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui. Karena itulah, mereka perlu mendapatkan prioritas dalam pembagian zakat. 2. Panitia atau pengurus zakat. Mereka berhak menerima zakat bukan karena fakir atau miskin, melainkan karena mereka diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. menurut peraeturan Islam, zakat harus dipungut oleh negara. Karena itu, negara harus membentuk panitia zakat yang betugas mengumpulkan dan membagiakan zakat kepada yang berhak menerimanya. Sekalipun demikian, pengurus zakat ini berhak untuk menolak menerima bagian zakat karena tidak memerlukannya. Nabi sendiri pernah menolak permintaan Fadl bin Abbas dan Muthalib bin Rubaiah agar keduanya diangkat menjadi amil zakat sehingga dapat memperoleh bagian zakat. Nabi pada saat itu bersabda:

Artinya: Sesungguhnya shadaqah itu tidak halal bagi Muhammad dan bagi keluarga Muhammad karena ssesungguhnya shadaqah itu adalah kotoran manusia. (HR Ahmad) (Lihat Rasyid Ridla: Tafsir al-Manar X: Hlm. 494). Demikianlah sikap Rasulullah terhadap keluarganya sebagai pendidikan agar mereka mau berusha mencari rizqi dengan tidak menurunkan harga diri. 3. Orang-orang yang dijinakkan hatinya. Sebagian besa ulama berpendapat bahwa orang-orang yang dijinakkan hatinya ada dua macam: Pertama, orang-orang Islam yang lemah imannya, misalnya mereka yang tinggal di perbatasan musuh yang selalu terombang-ambing

3 atau mereka yang baru masuk Islam, sekalipun mereka tergolong kaya sehingga mereka tidak kembali lagi menjadi kafir dan memusuhi Islam. Kedua, orang-orang yang belum masuk Islam, mereka dijinakkan hatinya dengan diberi zakat atau shadaqah dengan maksud agar mereka mau masuk Islam atau minimal tidak memusuhi Islam. Ini pernah dilakukan oleh Rasulullah saw ketika menaklukkan Makkah. Pada saat itu, Nabi saw memberikan keamanan kepada Shafwan bin Umayyah, orang yang benci kepada Nabi Muhammad saw, dan memberikan waktu empat bulan untuk berfikir dan mempertimbangkan untuk masuk Islam. Pada waktu terjadi perang Hunain, dia bergabung dengan tentara Islam. Setelah peperangan tersebut selesai dan dimenangkan oleh pasukan Islam, Nabi saw memberinya ratusan unta dan akhirnya Shafwan masuk Islam. Dalam suatu riwayat, ia pernah menyatakan sebagai berikut:

Artinya: Demi Allah, Nabi saw telah memberikan hadiah kepadaku. Tadinya beliau adalah orang yang paling saya benci, tetepi setelah berkali-kali memberi hadiah kepadaku, beliau adalah orang yang paling saya cintai. (HR Muslim dan at-Tirmidzi dari Said bin al-Musayyab) 4. Untuk pembebasan perbudakan. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada masa permulaan Islam, yaitu masa Nabi saw masih sAngat dekat dengan masa Jahiliyyah yang diwarnai dengan perbudakan-perbudakan. Islam sebagai agama rahmat, sangat membenci terhadap perbudakan. Untuk itulah Islam menyediakan sebagian zakat untuk pembebasan perbudakan dan ternyata hasilnya sangat besar. Menurut Islam, pembebasn perbudakan adalah amal shalih yang sangat terpuji. Dalam suatu riwayat, pernah datang seseorang kepada Nabi saw menanyakan amal apakah yang mendekatkan diri kepad surga dan menjauhkan diri dari neraka? Rasulullah menjawab: bebaskanlah jiwa seseorang dan lepaskanlah budak. (Rasyid ridla, Tafsir alManar, X: hlm. 497). Membebaskan budak secara fisik mungkin lebih mudah, tetepi membebaskan diri dari perbudakan hawa nafsu lebih berat, padahal perbudakan hawa nafsu itulah yang paling berbahaya. 5. Orang yang dililit hutang Orang yang dililit hutang dan tidk mampu membayarnya berhak menerima zakat untuk melunasi hutangnya. Penerimaan zakat tersebut melalui baitul mal dan dapat pula langsung dari pemberi zakat. Mengapa orang yang dililit hutang berhak menerima zakat? karena mereka dapat menimbulkan masalah dalam masyarakat yang kadang-kadang mempengaruhi keamanan dan ketentraman masyarakat. Namun Islam melarang umatnya mengemis, sebab mengemis juga termasuk perbuatan yang harus ditiadakan. Rasulullah saw pernah melarang Qubaishah yang dililit hutang dari meminta-minta kepada orang lain, karena hutang telah terpenuhi. 6. Untuk kepentingan sabilillah. Dimaksudkan dengan sabilillah adalah semua amal perbuatan atau perjuangan yang tujuannya untuk memperoleh keridlaan Allah SWT seperti perang

4 atau jihad untuk membela agama Allah, menunaikan ibadah haji, membangun masjid dan memakmurkannya dan amal shalih lainnya yang bertujuan untuk memperoleh keridlaan Allah swt. Sabilillah memang sangat luas cakupannya. Al-Alusi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sabilillah mencakup para pejuang yang membela agama Allah, para hujjaj (orang yang menunaikan ibadah haji), orang yang mencari ilmu dan semua usaha dalam melaksanakan perintah Allah jika mereka benar-benar fakir atau miskin. Dalam suatu riwayat yang diterima dari Ibnu Umar, Ahmad dan Ishak , dijelaskan bahwa teks fi sabilillah bersifat umum, mencakup semua aspek kebaikan, hingga mengkafani mayat, membangun benteng, masjid dan sebagainya. (Lihat Rasyid Ridla, Tafsir al-Manar, X: hlm. 502). Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan sabilillah adalah semua amal shalih yang bertujuan untuk memperoleh keridlaan Allah swt, baik untuk kepentingan pribadi, seperti hajji dan mencari ilmu, atau juga kepentingan unum seperti pembangunan masjid, jihad dan sebagainya. 7. Orang -orang dalam perjalanan (Ibnu Sabil) Dimaksudkan dengan ibnu sabil adalah orang-orang yang berada dalam perjalanan atau sedang berada di luar daerah atau di luar negeri yang pada umumnya tidak mudah mengambil bekal dari tempat mereka berasal. Mereka berhak menerima zakat karena pada umumnya bekal dalam perjalanan itu sangat terbatas, seakan-akan mereka adalah orang miskin, meskipun mereka adalah orang kaya di daerahnya. Namun para ulama sangat berhati-hati dalam menetapkan perjalanan itu. Yang dimaksudkan dengan perjalanan adalah perjalanan yang tujuannya bukan untuk maksiat, misalnya perjalanan untuk berjudi atau untuk berbuat asusila dan sebagainya. Musyafir yang tujuannya adalah kemaksiatan tidak berhak menerima zakat. Namun pada zaman modern ini, masalah untuk mengambil bekal dari daerah asal tidak menjadi maslah melalui transfer uang. Maka jika alasannya adalah karena kesulitan mengambil uang atau bekal dari daerah asalnya, atau alasan miskin sementara tidak dapat diterima. Pada maa sekarang, mentransfer uang hanya memerlukan beberapa menit saja sudah sampai di tangan. Maka yang paling tepat alasannya bukan hanya karena kefakiran atau kemiskinan, melainkan untu mewujudkan ukhuwwah islamiyyah dan tolong menolong antar sesama muslim. Sehingga terjalinlah persaudaran yang kuat dan solid. Dari penjelasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Zakat mal bagian fi sabilillah dapat dipergunakan untuk kepentingan lembaga atau organisasi, misalnya untuk memberikan honorarium kepada guru, membangun masjid, perbaikan madrasah dan sebagainya asalkan untuk mencari keridlaan Allah swt. 2. Uang infaq baik dari santri atau dari wali murid atau dari sumber lain yang halal, misalnya infaq masjid dapat digunakan untuk kepentingan organisasi sebagaimana yang saudara penanya tanyakan. Bahkan boleh untuk upah panitia zakat fitrah sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur`an Surat al-Anfal ayat 6:

5 Artinya: ... Apa saja yang kamu infakkan pada jalan Allah (sabilillah) niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dirugikan. Pada ayat lain dalam Q. Surat al-Baqarah ayat 262 Allah berfirman:

Artinya: Orang-orang yang menginfakkan hartanya untuk kepentingan sabilillah (jalan Allah) kemudian mereka tidak mengiringi apa yang diinfakkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati Wallau alamu bish-shawab Sumber: SM-06-2002

You might also like