You are on page 1of 33

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa.

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan, akan lebih mengutamakan upayaupaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dasar pandangan baru dalam pembangunan kesehatan ini disebut Paradigma Sehat. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia.

Menurut L. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan.

Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor 2, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proprorsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di negara-negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada penelitian.

Selanjutnya Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

Pendidikan kesehatan diharapkan dapat merubah perilaku menjadi perilaku yang mendukung kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Mengingat pentingnya fungsi perencanaan pendidikan kesehatan, pendidik kesehatan diharuskan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang perencanaan.

Dalam makalah ini kami akan mengangkat topik mengenai pengaruh perilaku dalam masalah kesehatan keluarga. Serta peran pendidikan kesehatan dalam membentuk suatu perilaku yang mendukung kesehatan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Mengetahui konsep dan bentuk perilaku 2. Mengetahui pengaruh perilaku dalam masalah kesehatan keluarga. 3. Mengetahui program pendidikan kesehatan

II.

PEMBAHASAN

Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan

perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni : a. Respondent Respons atau Reflexive Respons Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-

perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.

Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang dan sebagainya.

b. Operant Respons atau Instrumental Respons Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforcer karena

perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat

respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut : a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponenkomponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan - tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masingmasing komponen tersebut. d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk 2 macam, yakni : a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk

diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana.

Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt behaviour.

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tandatanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktorfaktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron.

Neuron memindahkan energi-energi didalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan dan perabaan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya

merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern dan ekstern.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.

Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni : - Perilaku sehubungan dengan peningkatan ddan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya. - Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. - Perilaku sehubungan dengan pencarian penngobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya). - Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

Perilaku ini antara lain mencakup : - Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. - Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya. - Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. - Perilaku sehubungan dengan rumah yang seehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya. - Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.

Klasifikasi Perilaku Kesehatan menurut Skinner terbagi atas : 1. Perilaku Pencegahan (preventif) 2. Perilaku Penyembuhan (kuratif) 3. Perilaku pemulihan (rehabilitatif) 4. Perilaku peningkatan kesehatan (promotif) 5. Perilaku yang berhubungan dengan gaya hidup sehat (life styles), seperti perilaku makan, olahraga, merokok dan sebagainya. 6. Perilaku yang berhubungan dengan lingkungan

Sedangkan klasifikasi perilaku kesehatan menurut Karl and Cobb (1966) terbagi atas:

1. Preventive Health Behavior Semua aktivitas yang diambil seseorang yang percaya bahwa dirinya sehat, bertujuan untuk mencegah atau mendeteksi penyakit pada stadium asimptomatik. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah

penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

2. Illness Behavior Semua aktivitas yang diambil seseorang yang mempunyai persepsi bahwa dirinya sakit, untuk mendefinisikan status kesehatannya dan mencari pengobatan yang cocok. Termasuk disini kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usahausaha mencegah penyakit tersebut.

3. Sick-role Behavior Semua aktivitas yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Ada beberapa model dan teori mengenai perilaku kesehatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Health Belief Model 2. Model Komunikasi/persuasi (McGuire 1964) 3. Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajsen 1980)

4. Transteoritic Model (bertahap) 5. Preceed Model Lawrance Green (1980)

Preceed Model dari Lawrence Green Konsep : Merencanakan program-program pendidikan kesehatan yang mengarah pada upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada mengembangkan teoritis. Menganalisa kebutuhan kesehatan komunitas dengan lima tahap diagnosis yang berbeda yaitu : Sosial, Epidemiologi, Perilaku, Pendidikan,

Administrasi/Kebijakan.

Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan

( Blum - Green )

Keluarga secara klasik adalah sekelompok orang yang diikat dalam tali perkawinan, darah atau adopsi, terdapat dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan lainnya dalam tanggung jawab social masing-masing (suami dan istri, ibu dan suami, antara saudara kandung) serta menciptakan dan menjaga budaya yang diyakini secara kolektif.

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah keluarga, dan sebaliknya. Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik (menyeluruh) terhadap fungsi-fungsi keluarga. Pendekatan keluarga adalah suatu proses yang mengembangkan kemampuan keluarga untuk

berbuat dan bertindak atas keputusan yang berdasarkan informasi atau pengetahuan menyangkut pengasuhan kepada anggotanya, dengan menggunakan sumber dayanya sendiri atau dengan jalan mengakses sumber daya lainnya.

Di dalam keluarga terjadi interaksi dan komunikasi antara ayah, ibu, dan anak yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan. Ditanamkannya perilaku hidup yang bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat. Selanjutnya, keluarga yang sehat akan membentuk masyarakat, desa dan kelurahan sehat, kecamatan sehat, kabupaten dan kota sehat, provinsi sehat dan bangsa sehat. Bangsa yang sehat, yang memiliki derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, akan meningkatkan produktivitas bangsa tersebut. Oleh karena itu, keluarga yang sehat adalah investasi suatu bangsa bagi pembangunan sumber daya manusianya yang produktif.

Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.

Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda

dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama.

Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.

Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni : a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.

c. Penerapan pengatahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur didalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi.

Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun caracara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

Keluarga sehat berkaitan erat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS di Rumah Tangga. Beberapa permasalahan kesehatan seperti Diare dapat dicegah bila masyarakatnya dapat menerapkan perilaku sehat, dengan cuci tangan pakai sabun, minum air yang dimasak dan memanfaakan sarana kesehatan lingkungan dengan baik. Demam Berdarah dapat dicegah bila masyarakat melakukan 3 M plus yaitu menguras, menutup, mengubur, plus membasmi sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk dan menciptakan lingkungan sehat yang bebas dari jentik nyamuk. Malaria dapat dicegah jika seluruh anggota keluarga di daerah endemis malaria menggunakan kelambu pada saat tidur. Gizi Buruk dapat dideteksi secara dini dan dicegah bila bayi dan balita selalu dibawa ke Posyandu setiap bulan. Kematian bayi dapat dicegah bila ibu melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Penyakit jantung dan hipertensi dapat

dicegah bila masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yaitu berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan makan makanan yang tinggi serat. Sehingga dengan meningkatkan kesadaran akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, sekaligus meningkatkan investasi bangsa.

Sebagai tindak lanjut dari pembangunan kesehatan kelompok terdapat pembangunan yang mengarah pada pembangunan kesehatan keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya. Di tingkat individu/perorangan kegiatan pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan di rumah (home nursing). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kebutuhan kesehatan seseorang yang diberikan pengawasan dan perawatan yang

berkelanjutan dapat terpenuhi. Untuk terpenuhinya kebutuhan kesehatan tersebut sangat dibutuhkan peran tenaga kesehatan seperti pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya untuk mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku kondusif ini mengandung berbagai dimensi seperti perubahan perilaku, pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa tujuan dilakukannya penyuluhan kesehatan adalah untuk memperoleh perubahan tingkah laku atau perilaku seseorang, kelompok dan masyarakat kearah keadaan kesehatan serta

mempertinggi nilai atau derajat tingkah laku sehat yang ada selain itu mampu menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab atas keadaan kesehatan dirinya dan masyarakat yang berorientasi pada partisipasi secara konstruktif serta berguna, dalam membantu seseorang, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan identitas, harga diri, rasa solidaritas yang erat terhadap bermasyarakat.

Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Menurut Azwar (2006), pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan bangsa.

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Azwar membagi menjadi 3 macam, yaitu: 1).Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari.

2).Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata contohnya adalah posyandu.

3).Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

Dari batasan pendidikan kesehatan tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan); proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain); output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi berikut ini:

1). Perubahan perilaku Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau dari perilaku negatif ke perilaku positif.

2). Pembinaan perilaku Terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan.

3). Pengembangan perilaku Terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Menurut penyebab terbentuknya, pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu : a). Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi Pendidikan meningkatkan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, dan

pengetahuan

masyarakat

tentang pemeliharaan

peningkatan kesadaran, bentuknya berupa penyuluhan kesehatan. b). Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling Ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka

mempu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Bentuknya seperti polindes, pos obat desa, dan sebagainya. c) Pendidikan kesehatan dalam faktor reenforcing Bentuk pendidikan kesehatan adalah dalam bentuk pelatihan bagi toga, toma, dan petugas kesehatan sendiri.

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu: 1). Berdasarkan aspek kesehatan, dikelompokkan menjadi: a) Pendidikan kesehatan pada aspek promotif, sasarannya adalah kelompok orang sehat. Derajat kesehatannya adalah dinamis oleh karena itu meskipun seseorang telah dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina lagi kesehatannya. b) Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan, dan ini mencakup tiga upaya atau kegiatan yaitu : (1) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention), sasarannya adalah kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (high risk). Misalnya: kelompok ibu hamil, para pekerja seks, dan sebagainya. Tujuannya agar tidak terkena penyakit. (2) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), sasarannya adalah para penderita penyakit kronis. Misalnya: asma, diabetes militus, dan sebagainya. Tujuannya agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi tidak parah. (3) Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention), sasaranya adalah kelompok pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya agar mereka segera pulih kembali kesehatannya.

2). Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaannya Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat, dan

dikelompokkan menjadi: pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga), pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja, pendidikan di tempat-tempat umum.

3). Berdasarkan Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan Dimensi tingkat pelayanan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut : a) Promosi kesehatan (health promotion), Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dengan peningkatan gizi, kebiasaan hidup sehat dan sebagainya. b) Perlindungan khusus (specific protection), Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi. c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment). Dikarenakan rendahnya pengetahauan dan kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan maka sering sulit mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini. d) Pembatasan cacat (disability limitation). Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit

maka sering tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas sehingga dapat mengakibatkan orang bersangkutan cacat. e) Rehabilitasi (rehabilitation), setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang orang menjadi cacat sehingga diperlukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang malu untuk kembali ke masyarakat dan masyarakat tidak mau menerima mereka.

Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu: 1). Metode pendidikan individual (perorangan), bentuk pendekatannya, antara lain a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Akhirnya klien tersebut berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b) Wawancara (interview), wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2). Metode pendidikan kelompok, metode ini dibagi menjadi dua: a) Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang metode yang digunakan ceramah dan seminar. b) Kelompok kecil, apabila peserta kurang dari 15 orang, metode yang digunakan adalah diskusi, curah pendapat (brain storming), kelompok kecil (buzz group), memainkan peran (role play).

3). Metode pendidikan massa Metode pendidikan (pendekatan) cocok untuk mengkomunikasikan pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dan bersifat umum. Pada umumnya bentuk pendekatannya tidak langsung, metode yang cocok adalah: ceramah umum (public speaking), pidato atau diskusi melalui media elektronik, tulisan di majalah atau koran, dan sebagainya.

Perencanaan program merupakan kegiatan utama dalam usaha kesehatan masyarakat. Sejalan dengan dinamika masyarakat, kontribusi pendidik kesehatan yang unik dalam struktur perencanaan ini tertuju pada tercapainya dua tujuan, kekompakan (cohesiveness) dalam instansi dan kekompakan dalam masyarakat. Usaha-usaha dalam perencanaan seringkali berfokus pada dua tujuan tersebut.

Luasnya pengertian sehat yang menjadi subjek dan objek upaya kesehatan, menyebabkan pelaksanaan berbagai upaya kesehatan telah sangat membutuhkan adanya perencaan. Dalam pelaksanaannya, banyak pengaturan yang diperlukan, tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, tetapi menyangkut masalah kemasyarakatan secara keseluruhan. Mengingat pentingnya fungsi perencanaan pendidikan kesehatan, pendidik kesehatan diharuskan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang perencanaan.

Program dan pelayanan kesehatan di dalam pelaksanaannya menuntut partisipasi masyarakat sasaran. Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.

Langkah-langkah dalam perencanaan pendidikan kesehatan adalah sbb : 1. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran. Hal ini bertujuan menentukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diajarkan. Kriteria yang diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan belajar yang telah diidentifikasikan. Perilaku yang akan diajarkan selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.

2. Menentukan tujuan. Terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum merupakan tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan setiap pokok bahasan atau satuan bahasan tertentu dalam suatu bidang studi sedangkan tujuan khusus harus menggambarkan tingkah laku (perilaku) sasaran yang dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi materi dan ini merupakan perilaku yang dikehendaki oleh pasien. Untuk membantu dan mempermudah pemberi materimenentukan tercapai tidaknya tujuan, maka tujuan khusus harus jelas, rumusannya, konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Contoh :
A. Klien dapat

menunjukkan atau mendemontrasikan teknik

pemberian ASI dengan benar


B. Klien dapat mendemontrasikan injeksi insulin setelah diberikan

penyuluhan selama 15 menit (ada waktu yang jelas)


C. Klien dapat berjalan 5 langkah di sekitar tempat tidur (tujuan

belajar dapat diobservasi sementara aktivitasnya dapat diukur

D. Klien dapat berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya

tanpa menggunakan tongkat pembantu (terkandung bagaimanan perilaku ditampilkan)

3. Memilih Substansi atau Isi Materi yang Harus Dipilih Sumber yang dipilih hendaknya akurat, terbaru, didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya dan kemampuan, konsisten serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang mungkin untuk belajar

4. Memilih Stategi Belajar Memilih metode mengajar hendaknya sesuai dengan individu, cocok dengan materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagai faktor lain yang perlu dipertimbangkan

5. Memilih alat bantu mengajar Alat bantu mengajar sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai, oleh karena itu pilihla alat bantu secara hati-hati, lihat kembali kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu.

6. Membuat Rencana Evaluasi Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencaan pendidikan kesehatan misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi dan indikator apa yang akan dipakai dalam evaluasi itu.

Determinan perilaku kesehatan dan status penyakit dapat ditemukan untuk hampir semua penyakit melalui faktor resiko perilaku atau melalui faktor perilaku yang

mempengaruhi faktor resiko fisiologis, ataupun melaluo faktor perilaku yang mempengaruhi terapi dan prognosis.

Evaluasi adalah kegiatan yang didisain untuk menilai keberhasilan dengan cara membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apa yang sudah dicapai dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ada.

Evaluasi memerlukan monitoring reguler serta penentuan alat evaluasi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. 1. Kuantitatif Melalui survei masyarakat Memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi karena intervensi dan besarnya perubahan 2. Kualitatif Memberikan gambaran tentang program dan sasaran program Menggambarkan dinamika pelaksanaan program, sehingga berguna untuk menilai keunggulan dan kelemahan program program dapat direvisi Bermanfaat untuk mereplikasi program di tempat lain Observasi, wawancara, dokumen yang ada

Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut : Tetapkan tujuan evaluasi

Tetapkan indikator Tetapkan disain evaluasi Tetapkan pengumpulan data Tetapkan instrumen pengumpulan data Tetapkan uji statistik yang digunakan

Pelaksanaan evaluasi Manajemen evaluasi (pengumpulan data, supervisi, monitoring) Pengumpulan data Analisis &interpretasi data Pembuatan laporan dan advokasi perubahan

Pelaksanaan evaluasi dengan Problem Solving Cylce : Menetapkan masalah dan prioritas Menetapkan penyebab dan prioritas penyebab Menetapkan cara dan prioritas cara penyelesaian masalah Melaksanakan prioritas cara penyelesaian masalah Menilai hasil pelaksanaan cara penyelesaian masalah Menyusun saran tindak lanjut

III.

KESIMPULAN

1. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). 2. Terdapat hubungan antara perilaku, status kesehatan, dan kesehatan (Blum - Green ). 3. Langkah-langkah dalam perencanaan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut : A. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran. B. Menentukan tujuan. C. Memilih Sibstansi atau Isi Materi yang Harus Dipilih D. Memilih Stategi Belajar E. Memilih alat bantu mengajar F. Membuat Rencana Evaluasi 4. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
A. Tetapkan tujuan evaluasi B. Tetapkan indikator C. Tetapkan disain evaluasi D. Tetapkan pengumpulan data E. Tetapkan instrumen pengumpulan data F. Tetapkan uji statistik yang digunakan

pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2006. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Pustaka Pelajar : Yogyakarta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Rineka Cipta : Jakarta. Ilmu Kesehatan

Palestin, Bondan. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga.Diakses tanggal 25 Maret 2012. www. cerminkeluarga.com.

PENGARUH PERILAKU DALAM MASALAH KESEHATAN KELUARGA

Oleh: KELOMPOK 2 Shinta Nareswari Gigih Setiawan (0618011034) (0618011059)

Pembimbing : dr. A Zamahsjari Sahli, MKM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS PERIODE 19 MARET 2012 - 14 APRIL 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

You might also like