You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN Dalam pelayanan bimbingan dan konseling di butuhkan suatu alat yang di namakan Instrumen tes BK II.

Instrument tes Bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting karena instrument tes ini dapat membantu memperlancar pendidikan. Instrument tes ini, sangat banyak kegunaannya yaitu salah satunya dapat membantu guru pembimbing dan guru mata pelajaran dalam mengklasifikasikan siswa. Instrument ini bagi guru pembimbing agar dapat mengetahui potensi siswa, kemudian guru dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan potensi siswa tersebut. Instrument ini juga sangat berguna dalam penempatan dan penyaluran siswa yang tepat di sekolah. Dalam instrument bimbigan dan konseling, terdapat dua jenis alat yang umum digunakan oleh guru pembimbing. Yaitu instrumen tes dan instrument NonTest. Sosiometri dan inventori adalah contoh dari instrument non-tes. Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial siswa. Melalui sosiometri kita memperoleh data tentang susunan hubungan antar individu, struktur hubungan antar individu dan arah hubungan sosial. Sosiometri mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Bimbingan dan Konseling. Sosiometri bermanfaat untuk merencanakan program yang kontruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu. Sosiometri juga bermanfaat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah penyesuaian diri dalam kelompok. Di setiap kelas atau kelompok selalu ada seorang (pihak) yang terkucil. Entah itu karena dia menarik diri dari pergaulan dikelompoknya atau dia dikucilkan oleh teman-temannya. Untuk itu dengan sosiometri, guru Bimbingan dan Konseling dapat melihat siswa-siswa yang terkucil di kelas tertentu.1 Tetapi dalam penggunaan sosiometri tetap terdapat kelemahankelemahannya. Pada saat angket sosiometri diisi oleh siswa, terkadang siswa memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan pekerjaan, tetapi lebih atas dasar rasa simpati dan antipati.
1

Sudrajat Akhmad, M.Pd, Instrumen Penilaian Penyelenggaran Bimbingan Dan Konseling, 2006

Jawaban dari setiap siswa dalam mengisi angket sosiometri sangat sulit dijamin kerahasiaannya, karena siswa cenderung saling menanyai pilihannya. Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah-Sekolah sering menggunakan instrumen sosiometri karena untuk mengetahui interaksi sosial yang ada di dalam kelas tertentu dan juga memudahkan dalam melakukan pengelompokan dan identifikasi masalah.

BAB II SOSIOMETRI
A. Pengertian Sosiometri

Sosiometri adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid (I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985 ). Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individudengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masinganggota kelompok yang bersangkutan ( Depdikbud, 1975 ). Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang ( Bimo Walgito, 1987 ). Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10 50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (WS. Winkel,1985). Sosiometri adalah suatu alat yang dipergunakan mengukur hubungan sosial siswa dalam kelompok (Dewa Ktut Sukardi, 1983). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. B. Macam Sosimetri Tes Sosiometri ada dua macam , yaitu :2 1. Tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu (criterium) bersama-sama dengan teman-teman yang dipilih. 2. Tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.

http://bit.ly/GCqkD9

Tes sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di institusi-institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok,sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui jaringan hubungan sosial pada umumnya saja. C. Ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri , yang terikat pada situasi pergaulan sosial atau kriterium tertentu. 1. Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil (4-6 orang) dalam rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan. 2. Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan pertama, kedua, dan ketiga. Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan masing-masing siswa terhadap kegiatankegiatan tertentu dalam hal pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometriditerapkan lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda). Ada kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang lain untuk belajar bersama di kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk pergi piknik bersama. Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai banyak teman, beberapa teman atau sama sekali tidak mempunyai teman.

3. Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua. 4. Pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya sesuai dengan pilihanpilihan siswa. 5. Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai. menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis. 6. Tenaga kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang studi, wali kelas, dan tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang akan dilakukan. D. Kegunaan Sosiometri Sosiometri dapat dipergunakan untuk : 1. Memperbaiki hubungan insani. 2. Menentukan kelompok kerja 3. Meneliti kemampuan memimpin seseorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu. 4. Mengetahui bagaimana hubungan sosial / berteman seorang individu dengan individu lainnya. 5. Mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu. 6. Menemukan individu mana yang diterima / ditolak dalam kelompok sosial tertentu.

E. Norma-norma Sosiometri Baik tidaknya hubungan sosial individu dengan individu lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu : 1. Frekwensi hubungan, yaitu sering tidaknya individu bergaul. makin sering individu bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Bagi individu yang mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini menunjukkan bahwa di dalam pergaulannya kurang baik. 2. Intensitas hubungan, yaitu intim tidaknya individu bergaul. Makin intim/mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik. Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam. 3. Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul. Makin banyak teman di dalam pergaulan pada umumnya dapat dinyatakan makin baik dalam hubungan sosialnya. Faktor popularitas tersebut digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk melihat baik tidaknya seseorang dalam hubungan atau kontak sosialnya. F. Manfaat Sosiometri dalam Bimbingan. Dengan mempelajari data sosiometri seorang konselor dapat :3 1. 2. Menemukan murid mana yang ternyata mempunyai masalah Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara murid-murid penyesuaian diri dalam kelompoknya. dengan penerimaan sosialnya. 3. 4. Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid Merencanakan program yang konstruktif untuk menciptakan iklim terhadap masalah pergaulan yang sedang dialami oleh individu tertentu. sosial yang lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu. 5. Cara untuk menciptakan suasana / iklim sosial yang baik : Membentuk kelompok belajar / kelompok kerja . Mempersatukan kelompok minoritas dalam klik di dalamsatu kelas. Menciptakan hubungan
3

Ibid

baik dan harmonis Membangun perasaan berhasil dan berprestasi. Hendaknya ditanamkan rasa bahwa kalau kompak, akan berhasil baik. G. Tahap-tahap Pelaksanaan Sosiometri
1. Tahap Persiapan. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.

Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan penyelenggaraan sosiometri. Mempersiapkan angket sosiometri. 2. Tahap Pelaksanaan. Membagikan dan mengisi angket sosiometri. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan benar
3. Tahap Pengolahan. Memeriksa hasil angket Mengolah data sosiometri

dengan cara menganalisa indeks, menyusun table tabulasi, membuat sosigram.

BAB III INVENTORI Manusia sepanjang hidupnya selalu mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut berlangsung dalam beberapa tahap yang saling berkaitan. Gangguan pada salah satu tahap dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan secara keseluruhan.Untuk mengidentifikasi masalah perkembangan, diperlukan pengukuran kuantitatif tentang tingkat-perkembangan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik adalah ITP (Inventori Tugas Perkembangan) yang dikembangkan oleh Sunaryo, dkk. Dengan alat ITP, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) dapat memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu peserta didik yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Berdasarkan hasil pengukuran ini, dapat disusun program bimbingan yang memungkinkan peserta didik dapat berkembang secara wajar, utuh dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. ITP mengukur tujuh tingkat perkembangan dan sebelas aspek perkembangan individu, merentang dari mulai usia tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Usia Perguruan Tinggi, dengan menggunakan kerangka pemikiran dari Loevenger.4 Ketujuh tingkat perkembangan individu tersebut adalah :
1. Impulsif, dengan ciri-ciri : (a) identitas diri terpisah dari orang lain; (b)

bergantung pada lingkungan; (c) beorientasi hari ini; dan (d) individu tidak menempatkan diri sebagai penyebab perilaku.
2. Perlindungan Diri, dengan ciri-ciri : (a) peduli terhadap kontrol dan

keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain; (b) mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik; (c) berfikir tidak logis dan stereotip; (d) melihat kehidupan sebagai zero-sum game; dan (e) cenderung menyalahkan dan mencela orang lain.
4

http://bit.ly/GBxhrM

3. Konformistik, dengan ciri-ciri : (a) peduli terhadap penampilan diri; (b)

berfikir sterotip dan klise; (c) peduli akan aturan eksternal; (d) bertindak dengan motif dangkal; (e) menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (f) kurang introspeksi; (f) perbedaan kelompok didasarkan ciri-ciri eksternal; (g) takut tidak diterima kelompok; (h) tidak sensitif terhadap keindividualan; dan (i) merasa berdosa jika melanggar aturan.
4. Sadar Diri, dengan ciri-ciri: (a) mampu berfikir alternatif; (b) melihat

harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi; (c) peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada; (d orientasi pemecahan masalah; (e) memikirkan cara hidup; dan (f) penyesuaian terhadap situasi dan peranan
5. Seksama, dengan ciri-ciri : (a) bertindak atas dasar nilai internal; (b)

Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan; (c) mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri; (d) peduli akan hubungan mutualistik; (e) memiliki tujuan jangka panjang; (f) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial; dan (g) berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis.
6. Individualistik, dengan ciri-ciri : (a) peningkatan kesadaran invidualitas;

(b) kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan; (c) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain; (d) mengenal eksistensi perbedaan individual; (e) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan; (f) membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya; (g) mengenal kompleksitas diri; (h) peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
7. Otonomi; dengan ciri-ciri : (a) memiliki pandangan hidup sebagai suatu

keseluruhan; (b) bersikap realistis dan obyektif terhadap diri sendiri maupun orang lain; (c) peduli akan paham abstrak, seperti keadilan sosial.; (d) mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan; (e) peduli akan self fulfillment; (f) ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal; (g) respek terhadap kemandirian orang lain; (h) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain; dan (i) mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
9

Sedangkan sebelas aspek perkembangan individu yang diungkap melalui ITP mencakup : 5 1. landasan hidup religius, 2. landasaan perilaku etis, 3. kematangan emosional, 4. kematangan intelektual,
5. kesadaran tanggung jawab, 6. peran sosial sebagai pria atau wanita, 7. penerimaan diri dan pengembangannya,

8. kemandirian perilaku ekonomi, 9. wawasan dan persiapan karir,


10. kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan

11. persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. ITP untuk SD dan SLTP hanya mengukur 10 aspek, sebab aspek yang ke-11 belum sesuai. ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan yang harus dipilih oleh siswa. Setiap soal (kumpulan butir pernyataan) terdiri atas empat butir pernyataan yang mengukur satu sub aspek. Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang diperoleh pada setiap aspek. Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa (lihat tabel berikut). A. Tingkatan Inventori Tugas Perkembangan. 1. Tingkat sekolah dasar (ITP SD): Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 40 soal, yang 10 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa. 2. Tingkat SLTP (ITP SLTP): Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan.Yang diskor 40 soal, yang 10 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa. 3. Tingkat SLTA (ITP SLTA):
5

Ibid

10

Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang 11 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa. 4. Tingkat Perguruan Tinggi (ITP PT): Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang 11 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa. B. Bagaimana cara mengukur konsistensi (keajegan) jawaban siswa? Pada ITP SD dan ITP SLTP, terdapat 10 butir soal yang diduplikasi, sedang pada ITP SLTA dan ITP PT, terdapat 11 butir soal yang diduplikasi. Hasil duplikasi diletakkan di bagian akhir angket. Setiap soal duplikasi mewakili satu aspek perkembangan. Jawaban siswa dinyatakan konsisten bila jawaban untuk kedua soal itu sama. Semakin tinggi skor konsistensi, semakin tinggi pula tingkat keseriusan siswa menjawab angket.6 Proses penyekoran, penghitungan skor konsistensi, dan analisis hasil penyekoran dapat dilakukan secara manual. Namun, untuk jumlah siswa yang besar, cara ini akan memakan waktu, menimbulkan banyak kesalahan dan sangat membosankan. C. Analisis Tugas Perkembangan Analisis Tugas Perkembangan adalah perangkat lunak yang khusus dibuat untuk membantu anda mengolah ITP. Dengan ATP, identifikasi perkembangan siswa dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan menyenangkan. ATP menyediakan berbagai fasilitas untuk memudahkan Anda dalam melakukan analisis terhadap perkembangan peserta didik. Kemampuan-kemampuan tersebut antara lain:7 Pengolahan data mentah secara cepat. Pada komputer pentium 400 hanya dibutuhkan waktu satu detik untuk mengolah data 100 orang peserta.Analisis kelompok, yang terdiri atas: profil kelompok, grafik distribusi frekuensi untuk
6
7

Sumarno,Alim, M.Pd, Tes, Instrumen Afektif pada Pengembangan ALat Ukur, 2011 Ibid

11

setiap aspek, grafik distribusi frekuensi konsistensi, delapan butir tertinggi dan terendah.Analisis per individu, yang terdiri atas: profil individual, distribusi frekuensi nilai, delapan butir tertinggi dan terendah untuk individu tersebut. Visualisasi hasil pengolahan skor dalam bentuk grafik akan memudahkan dan mempercepat Anda dalam analisis. Manajemen data, terdiri atas pengelompokan siswa berdasarkan kriteria tertentu, dan penggabungan kelompok.

12

DAFTAR PUSTAKA Sudrajat Akhmad, M.Pd, Instrumen Penilaian Penyelenggaran Bimbingan Dan Konseling, 2006 http://eko13.wordpress.com/2008/06/13/sociogram/ http://eko13.wordpress.com/2008/03/22/inventori-tugas-perkembangan/
Sumarno,Alim, M.Pd, Tes, Instrumen Afektif pada Pengembangan ALat Ukur, 2011

13

You might also like