You are on page 1of 8

Deskripsi Teori

Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct yang menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar variabel yang disusun secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun perencanaan penelitian. Oleh karena itu, teori yang dideskripsikan harus memenuhi unsur-unsur berikut: 1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian; 2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian;
3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan memaknai

data atau fakta yang telah dikumpulkan; 4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan membantu mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut; 5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga konsep dan wawasannya menjadi lebih mendalam dan bermakna; 6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasikan secara baik; 7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi (content validity), teori akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi operasional. Dari definisi operasional tersebut akan melahirkan indikator-indikator, dan dari indikator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.

Langkah-langkah Mendeskripsikan Teori

Pemenuhan unsur-unsur di atas teori-teori dikemukakan adalah teori yang relevan sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis). Deskripsi teori dapat pula dimanfaatkan dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betulbetul telali teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Mengingat betapa besarnya peranan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur penyusunan landasan teori perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi antara lain bukubuku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi dan tesis. Tujuan yang utama dalam melakukan kajian pustaka ini antara lain ialah: a) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan penelitian yang diajukan. b) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan permasalahan yang orisinil atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain. c) Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti akan memahami apa yang seharusnya dilakukan, bukan melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa konsep yang jelas. d) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang atau ahli lain, sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi. e) Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga hipotesisnya memiliki landasan teoretis yang kuat. f) Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran yang diajukan. Dengan demikian, peneliti yang membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan pemikiran yang kuat. g) Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya, dan akan terhindar serta tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. 2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan defini operesional varaibel. 3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka teorinya dalam susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan

hipotesis penelitian. Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi penelitian, tetapi muncul berdasarkan landasan teori.

Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi: I. II.
III.

Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel penelitian yang akan dianalisis; Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah dipublikasikan; Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian teori.

Kerangka Teori dan Hipotesis Dalam menyusun kerangka pemikiran anda perlu dipahami dengan baik tentang Teori dan Hipotesis

Menurut Kerlinger (2000), theory is a set of interelated construct or concept, definition, and proposition that presents a systematic view of phenomena by specifying relations among variables with the purpose of explanation and predicting the phenomena. Teori merupakan sekumpulan pemikiran atau konsep, definisi atau usulan yang saling berkaitan untuk menjelaskan suatu fenomena tertentu dengan cara menspefikkan hubungan antar berbagai peubah.

Wiersma (1986), theory is generalization or series of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner

Teori adalah generalisasi atau seri generalisasi di mana kita mencoba menjelaskan suatu fenomena dengan cara yang sistematis.

Babbie (1989), theory is a systematic explanation for the observed facts and laws that relate to a particular aspect of life

Teori suatu penjelasan yang sistematis terhadap suatu fakta yang diamati dan hukum yang berhubungan dengan aspek kehidupan tertentu.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan. Hasil dari kerangka berfikir, meliputi: 1. Perumusan masalah. 2. Latar belakang masalah. 3. Pendekatan terhadap masalah. 4. Cara mengatasi masalah.

5. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi masalah. 6. Hipotesa diajukan jika sudah ditetapkan akar masalah dan cara mengatasi masalah. 7. Desain penelitian: metode dan cara pengumpulan data yang akan dilakukan untuk mendukung hipotesa yang diajukan. 8. Teknik pengolahan data disesuaikan dengan pendekatan yang dilakukan.
9. Penarikan kesimpulan harus tetap konsisten dengan apa yang tertera/tercantum dalam data,

inkonsistensi penarikan kesimpilan akan menghasilkan antithesa alias penelitian yang amburadul.

Kesalahan-kesalahan dalam Pembentukan Kerangka berfikir Kerangka berpikir sebenarnya dibuat untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam berargumentasi (fallacy). Beberapa contoh kesalahan ini antara lain:
a) "Inconsistent" sikap yang membenarkan semua pendapat yang pada kenyataannya

jelas-jelas berbeda.
b) "Incomprehensive" Pengetahuan yang partial terhadap hal-hal tertentu akan

menyebabkan kesalahan dalam mengambil kesimpulan.


c) "Out-of-context"(kadaluarsa) pengetahuan yg diambil harus dikaji terlebih dahulu

/disesuaikan dagn masa sekarang sebelum mengambil kesimpulan


d) "Generalization" Ini serupa dengan pepatah "Karena nila setitik rusak susu

sebelanga". Tidak mengambil kesimpulan dari suatu sampel yg tidak jelas/tdk random
e) "Double-standard" Si A yang beragama Kristen bilang "Islam adalah agama palsu

karena Nabinya berpoligami". Seharusnya si A tahu bahwa Nabi-nabi yang diakui dalam agamanya sendiri berpoligami. Atau si B yang mengutuk pembunuhan orangorang tak bersalah sebagai perbuatan terorisme, tapi di lain waktu si B tidak mengutuk pembunuhan serupa malah melabelnya sebagai "collateral damage". Dengan menggunakan standard yang sama, pembunuhan orang-orang tak bersalah akan selalu dikutuk sebagai tindakan terorisme, tidak peduli siapa korban dan siapa pelakunya.
f) "Straw-man" menyerang argument yang sudah diubah bentuknya (biasanya dicampur

"half-truth" atau "twisted-truth"). Misalnya si A menuduh "Al Qur'an merendahkan status wanita di bawah status laki-laki". Meskipun dalam Qur'an disebutkan "Laki-laki adalah pelindung/pemimpin kaum wanita" ini tidak berarti di dalam Islam status wanita itu lebih rendah dari status laki-laki karena masing-masing memiliki role yang berbeda dalam pandangan Allah SWT.
g) "Red-herring" mengalihkan subject sehingga bukan membahas argument yang tengah

didiskusikan, tapi argument lainnya. Misalnya, ketika si A ditanya tentang kontradiksi di dalam Bible, bukannya menjawab pertanyaan tsb, si A malah membawa tuduhan banyaknya kontradiksi di dalam Qur'an.
h) "Appeal to authority" Si A bilang ke si B "Argument anda pasti salah karena

berlawanan dengan pendapat seorang professor yang ahli dalam bidang ini". Si A sudah menshut-off the discussion hanya dengan merefer ke authority yang dipercayainya, tanpa menjelaskan argument si professor yang disebutnya tadi.
i) "Ad-hominem" (argument to the man): bukan argumentnya yang dibahas, tapi yang

diserang adalah pribadi lawan debat yang tidak berhubungan dengan argument yang didebatkan. Misalnya, "Pendapat si A itu sudah pasti salah karena si A itu tidak pernah sekolah di pesantren", atau "Ah, pendapat si B yang playboy kayak gitu kok dibahas!". Padahal logis tidaknya suatu argument tidak bisa ditentukan dari pribadi orang yang berargument. Dalam beargumentasi, yang harus dilihat adalah argumentnya, jangan diserang orangnya.

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 1992). Kerangka berfikir harus menjelaskan pertautan secara teoritis antar variable yang akan diteliti. Jadi harus dijelaskan hubungan antara variable independent dan variable dependen, dan jika ada kedudukan variable moderator dan intervening dalam penelitian. Kerangka berfikir perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variable atau lebih. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran dapat meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan berupa hipotesis. Kerangka berfikir yang baik adalah: 1. Variabel-variabel yang diteliti harus jelas
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus menjelaskan hubungan/pertautan antar variable

yang diteliti dan teori yang mendasari.


3. Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu

positif atau negative, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbale balik).
4. Kerangka berfikir tersebut dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian), sehingga

mudah dipahami.

Proses Kerangka Berfikir untuk Merumuskan Hipotesis:

HIPOTESIS Pengertian: Pernyataan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih mengenai suatu fenomena;

Fungsi : Sebagai pedoman dan memberikan arah penelitian;

Sumber hipotesis: Berasal dari teori: pemikiran deduktif Berasal dari pengalaman peneliti, dan fakta dari lapangan: pemikiran induktif;

KRITERIA HIPOTESIS

Dinyatakan dalam kalimat yg menyatakan hubungan dua variabel atau lebih;

Dilandasi oleh argumentasi yang kuat berdasarkan teori; Mendorong untuk dilakukan pengujian (testable); Disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas (concise); Konsisten dengan teori yang ada; Memiliki argumentasi yg jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Contoh: Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan mobilitas sosial

TIPE DAN BENTUK HIPOTESIS Hipotesis substantif vs Hipotesis statistik Hipotesis Nol (H0) vs Hipotesis Alternatif (H1)

H0: tidak ada perbedaan antara X dengan Y H1: ada perbedaan antara X dengan Y

Hipotesis Directional vs Hipotesis un-directional

H. directional: rata-rata prestasi belajar siswa yg diajar dg metode baru lebih baik dari pada metode konvensional; H. un-directional: ada perbedaan rata-rata prestasi siswa yg diajar dg metode baru dengan yg diajar dg metode konvensional

Hipotesis substantif disebut juga sebagai hipotesis penelitian; Hipotesis statistik merupapakan hipotesis dalam konteks perhitungan statistik

Penelitian Yang Tidak Memerlukan Hipotesis Penelitian dengan metode deskriptif, histories, filosofis, pelacakan, evaluasi, dan tindakan tidak memerlukan hipotesis. Penelitian yang hanya menggunakan satu variable boleh menggunakan atau tidak menggunakan hipotesis.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2026804-cara-membuat-danpengertian-deskripsi/#ixzz1p9a1NPLk

eecho.wordpress.com/2008/10/.../apa-itu-kerangka-berpikir / Kerangka berpikir adalah pola pikir yang diterapkan untuk mendapatkan gambaran /fokus perhatian sebuah penelitian. http://www.acehforum.or.id/kerangka-berpikir

You might also like