You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara dengan pemerintah berbentuk republik

dan negara yang berbentuk kesatuan berdasarkan UUD 1945. Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan murni atau pure separation of powers, melainkan partial separation of powers atau pembagian kekuasaan, dengan sentral berada pada pemerintah Indonesia, hal ini tercermin dari dimilikinya sebagian kekuasaan yudikatif dan kekuasaan legislatif oleh presiden (eksekutif). Kekuasaan yang dimiliki eksekutif dalam bidang yudikatif meliputi pemberian grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan Mahkamah Agung Indonesia serta abolisi dan amnesti dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan kekuasaan eksekutif dalam bidang legislatif meliputi menetapkan Perpu dan Peraturan Pemerintah. Sistem pemerintahan Indonesia sering disebut sebagai "sistem pemerintahan presidensial dengan sifat

parlementer". Setelah Kerusuhan Mei 1998 yang berujung pada lengsernya Presiden Soeharto, reformasi besar-besaran segera dilakukan di bidang politik.

B.

Tujuan Dan Kegunaan Penyelenggaraan kuliah Politik Indonesia ini dimaksudkan untuk

memberikan wawasan dan pemahaman secara lebih proporsional tentang intereaksi dan dinamika politik yang berlangsung di Indonesia. Wawasan dan pemahaman secara lebih proporsional diperlukan mengingat pemahaman warga negara Indonesia tentang politik Indonesia rentan. Bias pertama, wawasan dan

pemahaman yang dimiliki pada dasarnya adalah endapan dari hasil sosialisasi politik yang sarat dengan misi indoktrinasi. perlu diingatkan bahwa pejabat negara adalah juga pelaku politik yang mempermudah dirinya berpolitik dengan cara melakukan indoktrinasi. Dari segi ini, politik Indonesia hanya akan kelihatan sisi baiknya. Pejabat negara tidak pernah kelihatan salahnya ketika sedang berpolitik. Bias yang kedua, justru sebaliknya, mencitrakan politik Indonesia adalah cerita tentang segala keburukan. Politik hadir sebagai masalah yang harus

diperbincangkan, bahkan diperdebatkan. Biasanya narasi politik yang minim ini didapatkan dari akumulasi berita-berita di media massa. Wawasan dan pemahaman yang proporsional ini diperlukan untuk memperkuat pemahaman tentang ketahanan nasional.

BAB II PEMBAHASAN
A.POLITIK INDONESIA A1. Proses reformasi Proses reformasi dalam kancah politik Indonesia telah berjalan sejak 1998 dan telah menghasilkan banyak perubahan penting. Diantaranya adalah pengurangan masa jabatan menjadi 2 kali masa bakti dengan masing-masing masa bakti selama 5 tahun untuk presiden dan wakil presiden, serta dilaksanakannya langkah-langkah untuk memeriksa institusi bermasalah dan keuangan negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang fungsinya meliputi: melantik presiden dan wakil presiden (sejak 2004 presiden dipilih langsung oleh rakyat), menciptakan Garis Besar Haluan Negara (GBHN), mengamandemen UUD dan mengesahkan undang-undang. MPR beranggotakan 695 orang yang meliputi seluruh anggota DPR yang beranggotakan 560 orang ditambah 132 orang dari perwakilan daerah yang dipilih dari masing-masing DPRD tiap-tiap provinsi serta 65 anggota yang ditunjuk dari berbagai golongan profesi. DPR, yang merupakan institusi legislatif, mencakup 462 anggota yang terpilih melalui sistem perwakilan distrik maupun proporsional (campuran). Sebelum pemilu 2004, TNI dan Polri memiliki perwakilan di DPR dan perwakilannya di MPR akan berakhir pada tahun 2009. Perwakilan kelompok golongan di MPR telah ditiadakan pada 2004. Dominasi militer di dalam pemerintahan daerah perlahan-lahan menghilang setelah peraturan yang baru melarang anggota militer yang masih aktif untuk memasuki dunia politik

A2. Sejarah Politik Indonesia - Masa prakolonial - Masa kolonial (penjajahan) - Masa Demokrasi Liberal - Masa Demokrasi terpimpin - Masa Demokrasi Pancasila - Masa Reformasi Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :

Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut : 1. Masa prakolonial (Kerajaan) rendah dan terpenuhi Pemeliharaan nilai disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan SDA melimpah atas bawah nampak hanya sesama penguasa kerajaan - kerajaan raja, pangeran dan keluarga kerajaan

sangat rendah sangat kuat karena berkaitan dengan perang loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang 2. Masa kolonial (penjajahan) rendah dan tidak terpenuhi sering terjadi pelanggaran ham melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah atas bawah tidak harmonis harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi penjajahan, politik belah bambu (memecah belah) dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat sangat rendah bahkan tidak ada sangat besar loyal kepada penjajah stabil tapi dalam kondisi mudah pecah 3. Masa Demokrasi Liberal tinggi tapi sistem belum memadani penghargaan HAM tinggi baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial dua arah, atas bawah dan bawah atas - disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator - ideologis angkatan sumpah pemuda tahun 1928 sangat tinggi, bahkan muncul kudeta militer dikuasai oleh sipil loyak kepada kepentingan kelompok atau partai - instabilitas 4. Masa Demokrasi terpimpin

tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas Penghormatan HAM rendah abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju atas bawah berperan solidarity makers, ideolog, nasakom tokoh kharismatik dan paternalistik rtisipasi massa - dibatasi militer masuk ke pemerintahan loyal kepada negara - stabil 5. Masa Demokrasi Pancasila Penyaluran tuntutan awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi Pemeliharaan nilai terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM sistem terbuka atas bawah - nampak intelek, pragmatik, konsep pembangunan teknokrat dan ABRI awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI loyal kepada pemerintah (Golkar)

6. Masa Reformasi tinggi dan terpenuhi Penghormatan HAM tinggi disesuaikan dengan Otonomi daerah dua arah, atas bawah dan bawah atas

nampak, muncul kebebasan (euforia) - pragmatik sipil, purnawiranan, politisi - tinggi - dibatasi harus loyal kepada negara bukan pemerintah - instabil

Era Presiden Soekarno Demokrasi Parlementer (1950-1959) Parlemen memainkan peranan yang dominan Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi sangat tinggi Partai baru hidup bebas dengan sistem multipartai Pemilu 1955 dilaksanakan sangat demokratis Hak-hak dasar masyarakat sangat dikurangi Partai besar mempunyai surat kabar. Demokrasi Terpimpin (1959-1966) Mengaburnya sistem kepartaian, terbentuknya DPR-GR, peranan legislatif lemah Penghormatan hak dasar melemah, presiden menyingkirkan lawan-lawan politik Kebebasan pers meredup, beberapa media yang dibredel, Sentralisasi kekuasaan dominan dalam hubungan pusat daerah. Era Presiden Soeharto Demokrasi Pancasila (1966-1998), Kekuasaan kepresidenan pusat dari seluruh proses politik, Rotasi kekuasaaan politik hampir tidak pernah terjadi, Rekruitmen politik tertutup, Pemilu dilakukan lima tahun sekali Partai politik dibatasi, Hak-hak dasar manusia dibatasi.

Era Pasca Soeharto Demokrasi Era Transisi (1998-sekarang), Kepala negara dan kepala daerah dipilih lagsung, Sistem presidensial dengan multipartai, Kebebasan pers, kebebasan berorganisasi, dan kebebasan berpendapat, Lembaga perwakilan terdiri dari DPR dan DPD, Lembaga pengadilan diawasi komisi yudisial, Munculnya komisikomisi negara.

A3. PETA POLITIK INDONESIA Hampir di setiap pemilihan umum demokratis di Indonesia memunculkan kejutan dan perubahan dalam peta politik kewilayahan. Pada pemilu pertama di tahun 1955, banyak perkiraan yang dilakukan oleh pelaku dan pengamat politik ternyata keliru. Herbert Feith (Pemilihan Umum 1955 di Indonesia, 1957) mengungkapkan, tokoh-tokoh dari berbagai aliran politik sama-sama dikejutkan oleh hasil pemilihan umum itu. Empat puluh empat tahun kemudian, ketika pemilu demokratis kembali digelar, banyak yang memperkirakan Golkar akan tamat seiring dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru. Bagaimanapun, timbul-tenggelamnya kekuatan partai membekaskan jejak pada wilayah yang pernah dikuasainya. Di Jawa, perubahan komposisi nasionalisagama cenderung dinamis. Sementara di luar Jawa, penetrasi kekuatan Orde Baru mengubah peta politik menjadi lebih permanen. Warna politik nasionalis masih tetap kental di luar Jawa walaupun kekuasaan Orde Baru tumbang. Meski demikian, tetap ada kantong-kantong wilayah (enclave) yang memiliki karakter kuat. Sebagian wilayah yang ditinggalkan oleh Masyumi, misalnya, tetap memiliki ciri sebagai basis massa Islam ketika pemilu kembali dilaksanakan secara bebas. Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, Riau, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Kalimantan Selatan cenderung memiliki keseimbangan politik aliran-nasionalis yang lebih stabil.

Penyelenggaraan kuliah Politik Indonesia ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman secara lebih proporsional tentang intereaksi dan dinamika politik yang berlangsung di Indonesia. Wawasan dan pemahaman secara lebih proporsional diperlukan mengingat pemahaman warga negara Indonesia tentang politik Indonesia rentan terhadap bias. Bias pertama, wawasan dan pemahaman yang dimiliki pada dasarnya adalah endapan dari hasil sosialisasi politik yang sarat dengan misi indoktrinasi. Buru-buru perlu diingatkan bahwa pejabat negara adalah juga pelaku politik yang mempermudah dirinya berpolitik dengan cara melakukan indoktrinasi. Dari segi ini, politik Indonesia hanya akan kelihatan sisi baiknya. Pejabat negara tidak pernah kelihatan salahnya ketika sedang berpolitik. Bias yang kedua, justru sebaliknya, mencitrakan politik Indonesia dalah cerita tentang segala keburukan. Politik hadir sebagai masalah yang harus diperbincangkan, bahkan diperdebakan. Biasanya narasi politik yang minir ini didapatkan dari akumulasi berita-berita di media massa. Wawasan dan pemahaman yang proporsional ini diperlukan untuk memperkuat pemahaman tentang ketahanan nasional. Untuk mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam mempersiapkan diri dengan membaca referensi pendukung perkuliahan. Dengan kesiapan ini pertemuan yang diselenggarakan seminggu sekali akan lebih banyak berisi diskusi atau perdebatan dari pada kuliah konvensional. Lebih dari itu, salah satu dari mahasiswa diminta untuk melakukan presentasi tentang topiktopik yang akan disajikan dalam perkuliahan dengan mengacu pada bacaan tersebut. Atas dasar persiapan presentasi dan diskusi kelas dalam pembahasan topik yang dipresentasikan ini mahasiswa mengembangkannya lebih lanjut ke dalam makalah. Pengetahuan mahasiswa tentang politik Indonesia diharapkan bisa tersaji dan tercermin dalam karya-karya tulisnya. Ada sejumlah makalah yang harus ditulis untuk dijadikan sebagai dasar penilaian mahasiswa. Makalah-makalah tersebut bisa ditulis dengan mengacu pada pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa, namun disajikan dari perspektif politik.

A4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU POLITIK.

1. Lingkungan sosial politik tak langsung (sistem politik, ekonomi, budaya) 2. Lingkungan sosial politik langsung (keluarga, agama, sekolah) 3. Struktur kepribadian, tercermin dalam sikap individu sbb.: a. sikap fungsi kepentingan b. sikap fungsi penyesuaian diri c. sikap fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri (proyeksi, idealisasi, rasionalisasi, identifikasi dengan aggressor).

PERILAKU POLITIK:

Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan politik yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi-fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat. Pemerintah dan masyarakat adalah kumpulan manusia. Manusia yang melakukan kegiatan pada dasarnya dapat dibagi dua, yakni warga negara yang memiliki fungsi pemerintahan (pejabat pemerintahan), dan warga negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan tetapi punya hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi pemerintahan (politik) tersebut. Namun fungsi pemerintahan maupun fungsi politik biasanya dilaksanakan oleh struktur tersendiri, yaitu supra struktur politik bagi fungsi-fungsi pemerintahan dan infra struktur politik bagi fungsi-fungsi politik.

10

Persoalannya, siapakah yang sesungguhnya melakukan kegiatan politik, individu atau lembaga (struktur)? 1. Pendekatan kelembagaan (institutional approach): menyatakan bahwa yang melakukan kegiatan politik adalah lembaga/struktur, sedang individu yang menduduki jabatan di lembaga tersebut hanya menjadi pelaksana saja. Oleh sebab itu yang dipelajari adalah: perilaku politik lembaga-lembaga politik dan pemerintahan. 2. Pendekatan perilaku (behavior approach) justru meyakini bahwa individu-lah yang secara aktual melakukan kegiatan politik. Sedang perilaku lembaga politik pada dasarnya merupakan perilaku individu yang berpola tertentu. Jadi dibalik tindakan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan terdapat sejumlah individu yang membuat keputusan dan melakukan tindakan. Oleh sebab itu perlu dijelaskan latar belakang individu yang secara actual mengendalikan lembaga tersebut. Suatu tindakan/keputusan politik tidak hanya ditentukan oleh fungsi (tugas dan kewenangan) yang melekat pada lembaga tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh kepribadian individu yang membuat keputusan. A5. MODEL PERILAKU POLITIK Unit analisis: 1. Individu aktor politik (pemimpin, aktivis, warga negara biasa) 2. Aggregasi politik (klp kepentingan, birokrasi, parpol) 3. Tipologi kepribadian politik (pemimpin otoriter, machiavelist, democrat

11

A6. SISTEM POLITIK INDONESIA

Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, dimana Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Para Bapak Bangsa (the Founding Fathers) yang meletakkan dasar pembentukan Negara Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa,agama,dan budaya yang terbesar diribuan pulau besar dan kecil, di bawah paying Negara Kesatuan Republik (NKRI). Indonesia pernah menjalani system pemerintahan federal dibawah Republik Indonesia Serikat (RIS) selama tujuh tahun (27 Desember-17 Agustus 1950), namun kembali ke bentuk pemerintahan republic.
12

Setelah jatuhnya Orde Baru (1996-1997),pemerintah merespon desakan daerahdaerah terhadap system pemerintahan yang bersifat sangat setralistik, dengan menawarkan konsep otonomi daerah untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan. Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang mengatur kedudu dan tanggung jawab penyelenggara Negara;kewenanga,tugas dan hubungan antara lembaga-lembaga Negara (legislative,eksekutive dan yudikative).UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara A7.SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan tekanan. Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan keputusan Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh

13

lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional. Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper). Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik : 1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara. 2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. 3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang. 4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin

14

diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem. 5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif. 6. Kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah 15egara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak 15egara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini 15egara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada 15egara-negara berkembang. Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan pembangunan, yang terdiri dari 2 hal: a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti yang digunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau tradisionalistik. b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik

15

B. GEOPOLITIK INDONESIA B1. Konsepsi Geopolitik Indonesia Geopolitik berasal dari kata geo (kata Yunani, geo = bumi) dan politik (esensi politik kekuatan), geopolitik berarti kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan letak bumi sebagai wilayah hidup dalam menentukan alternatif kebijaksanaan untuk mewujudkan suatu tujuan. Geopolitik adalah politik yang tidak lepas dari pengaruh letak dan kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Politik dalam ketatanegaraan berdasarkan tiga hal, yaitu bagaimana menyatukan bangsa dan nusanya, bagaimana cara berpemerintahan dengan bangsa yang majemuk, dan bagaimana menyejahterakan bangsa dan rakyatnya. Tiga hal ini atas dasar tiga hal pokok pikiran dalam Pembukan UUD 1945, sebagai fundamen politik negara. Politik ketatanegaraan yang mendasarkan pengaruh geografis bumi maka yang penting adalah manusia yang hidup di atas bumi itulah berperan sebagai penentu terhadap bumi tempatnya berada, sehingga geopolitik adalah ilmu tentang pengaruh faktor-faktor geografis terhadap ketatanegaraan. Keadaan geografi dan demografi Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara merupakan negara kepulauan (negara maritim), dimana 65% terdiri atas lautan, sedang 35% terdiri atas daratan. Daratan terdiri atas 17.508 pulau maupun gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang seluruhnya 2.028.087 km. Pulau-pulau yang besar antara lain Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua), dan sekitar 6.044 di antaranya memakai nama. Wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km. Kepulauan Indonesia bertebaran sebelah menyebelah khatulistiwa, dengan ketentuan : Panjang wilayah mencakup khatulistiwa. Jarak terjauh utara-selatan 1.888 km. Jarak terjauh barat-timur 5.110 km.

16

Terletak diantara 06 08 LU - 11 15 LS, dan di antara 94 45 - 141 05 Bujur Timur. Jumlah luas keseluruhan daratan pulau-pulau yang terpenting 1.849.731 km. Luas lautan dari seluruh wilayah. Persebaran penduduk tidak merata, ada yang padat (Jawa, Madura, dan Bali) dan ada pula yang sangat jarang (Irian Jaya). Kepulauan Indonesia yang terletak di wilayah bagian barat adalah daratan lebih menonjol, sedangkan di bagian timur lautan yang lebih dominan. Di samping itu pada umumnya wilayah Indonesia adalah subur, kecuali Kalimantan yang sebagian subur dan sebagian kurang, sedangakan Irian Jaya pada umumnya kurang subur, kecuali daerah dataran tinggi B2. Dasar Pengertian Geopolitik Timbulnya pengetahuan geopolitik berpangkal pada tinjauan para ahli pikir dan sarjana tentang peranan faktor geografis terhadap kehidupan makhluk dan kebudayaan. Bahwa keadaan alam di sekitarnya adalah penting untuk tiap makhluk hidup. Kehidupan harus menyesuaikan diri dengan keadaan alamiah. Manusia sebagai makhluk sosial budaya tidak hanya dikelilingi oleh situasi sosiokultural semata tetapi pada hakikatnya tergantung pula serta diliputi oleh situasi alamiah. Frederich Ratzel (1844-1904). Perintis aliran geopolitik ialah Frederich Ratzel, yang menyatakan dalam bukunya Political Geography (1897) bahwa negara merupakan organism yang hidup dan supaya dapat hidup subur dan kuat maka memerlukan ruangan untuk hidup, dalam bahasa Jerman disebut Lebensraum. Negara-negara besar, kata Ratzel mempunyai semangat ekspansi, militerisme, dan optimisme. Rudolp Kjellen (1864-1922). Geopolitik sebagai suatu istilah adalah singkatan dari Geographical Politic, yang dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu politik Swedia bernama Rudolp Kjellen pada 1900, dalam rangka mengemukakan
17

suatu system politik yang menyeluruh, meliputi demopolitik, ekonomopolitik, sosiopolitik, kratopolitik, termasuk juga geopolitik. Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen menegaskan bahwa negara adalah suatu organism yang dianggap sebagai prinsip dasar. Karl Haushofer (1869-1946). Geopolitik kemudian berubah artinya setelah dipopulerkan oleh Karl Haushofer seorang perwira tentara di kota Munchen, dengan mengarah ke ekspansionisme dan resialisme. Hal ini dapat dilihat dari rumusan Karl Haushofer : Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan demi kelangsungan hidup suatu organisasi negara untuk memperoleh ruang hidupnya (lebensraum). Konsep geopolitik yang dikembangkan oleh Karl Haushofer mencakup seluruh system politik pandangan Kjellen. Ajaran Pancasila. Konsep Karl Haushofer tidak dapat diterima oleh bangsa Indonesia, karena sangat bertentangan dengan filsafat hidup bangsa Indonesia. Sesuai dengan ajaran Pancasila, bangsa Indonesia merumuskan geopolitik sebagai berikut : Geopolitik adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi geografis suatu negara dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis tersebut untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan nasional dan penentuan-penentuan kebijaksanaan secara ilmiah berdasrkan realita yang ada dengan cita-cita bangsa. B3. Unsur Dasar Geopolitik Indonesia Geopolitik Indonesia sebagai fenomena atau gejala sosial harus dilihat sebagai gejala dinamis, yang selalu mengusahakan persatuan dan kesatuan. Persatuan merupakan suatu proses, yaitu usaha ke arah berastu untuk menjadikan keseluruhan kea rah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, atau dengan istilah lain sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat satu, yaitu mutlak tidak dapat terbagi dan terpisahkan dari yang lain. Dan sebagai gejala sosial yang dinamis,
18

geopolitik harus selalu berkembang terus yang konsisten dan relevan, dengan berlandaskan konsepsi dasar dan konsepsi pelaksana geopolitik Indonesia.

B4.

Implementasi Geopolitik Indonesia Pengaruh letak bumi pada posisi silang terhadap ketatanegaraan bagi bagsa

Indonesia mula pertama terasa penting dan mendesak dengan menyatukan nusa dan bangsanya dalam rangka usaha mengembangkan konsepsi ketahanan nasional atau geostrategic Indonesia, mengingat bangsa Indonesia yang terdiri atas beberapa suku bangsa dan beraneka budaya serta bermacam-macam agama, maka konsep geopolitik di Indonesia perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan bangsa dan negara. Konsep geopolitik Indonesia mengingat uraian mengenai perkembangan wilayah Indonesia dan unsur dasar geopolitik Indonesia, dapat diberi batasan yang sedikit berbeda dengan semula, namun intinya sama, sebagai berikut : Pengetahuan tentang segala sesuatu dengan memanfaatkan letak geografis negara kepulauan untuk kepentingan-kepentingan penyelenggaraan pemerintahan nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah yang menghormati ke-bhineka-an kehidupan nasional untuk mencapai tujuan negara. Batasan tersebut merupakan suatu ajaran tentang geopolitik Indonesia, maka perlu pelaksanaan dan penerapannya. Adapun pelaksanaan geopolitik Indonesia sejak wawasan nusantara diresmikan oleh MPR dengan TAP MPR nomor IV tahun 1973, yaitu meliputi empat aspek, perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya, perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu

19

kesatuan pertahanan dan keamanan. Di samping bangsa Indonesia melaksanakan empat aspek juga menerapkan wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia B5.Wawasan Nusantara Seperti telah dikemukakan sebelumnya, diperlukan suatu konsep geopolitik khusus untuk menyiasati keadaan/kondisi Negara Indonesia, yang terdiri dari belasan ribuan pulau dan terbentang sepanjang 3,5 Juta Mil. Konsep geopolitik itu adalah Wawasan Nusantara. Berbeda dengan pemahaman geopolitik negara lain yang cenderung mengarah kepada tujuan ekspansi wilayah, konsep geopolitik Indonesia, atau wawasan Nusantara, justru bertujuan untuk mempertahankan wilayah. Sebagai negara kepulauan yang luas, Bangsa Indonesia beranggapan bahwa laut yang dimilikinya merupakan sarana penghubung pulau, bukan pemisah. Sehingga, walaupun terpisah-pisah, bangsa Indonesia tetap menganggap negaranya sebagai satu kesatuan utuh yang terdiri dari tanah dan air, sehingga lazim disebut sebagai tanah air. Tujuan dari Wawasan Nusantara dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan nasional dan tujuan internal. Tujuan nasional dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 45. Pada UUD 45 dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan yang kedua, yaitu tujuan internal, adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah maupun sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia. Untuk mewujudkan integrasi tanah air serta mencapai tujuan Wawasan Nusantara di atas, maka dipakailah beberapa asas sebagai berikut:

20

1. Satu kesatuan wilayah; a. Satu wadah Bangsa Indonesia yang bersatu; b. Satu kesatuan tumpah darah dengan bersatunya dan dipersatukan segala anugerah dan hakekatnya. 2. Satu kesatuan negara; a. b. Satu UUD dan politik pelaksanaannya; Satu ideologi dan identitas nasional.

3. Satu kesatuan budaya; a. Satu perwujudan budaya nasional atas dasar Bhinneka Tunggal Ika; b. Satu tertib sosial dan tertib hukum. 4. Satu kesatuan ekonomi; a. Satu tertib ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan; b. Seluruh potensi yang ada atau yang dapat diadakan, diselenggarakan secara total untuk mewujudkan suatu kesatuan sistem pertahanan keamanan. Yang meliputi subyek, obyek dan metode. Perwujudan tanah air sebagai satu kesatuan, sudah sesuai dengan aspirasi dari falsafah Pancasila. Pelaksanaan Wawasan Nusantara akan terlihat hasilnya dengan terwujudnya suatu ketahanan nasional Indonesia. Ketahanan nasional Indonesia bersifat defensif serta melihat dan mawas ke dalam disertai usaha untuk membina daya, kekuatan serta kemampuan sendiri, meliputi segenap aspek kehidupan alamiah dan sosial. Dengan wawasan Nusantara, suatu ketahanan nasional dapat tercapai sesuai dengan kepribadian serta bentuk kepulauan Indonesia yang satu kesatuan dalam persatuan ini. Wawasan Nusantara merupakan sebuah konsep geopolitik yang paling tepat untuk negara Indonesia. Konsep geopolitik ini hendaknya terus diterapkan dan dikembangkan agar dapat mencapai tujuan-tujuan Wawasan Nusantara yang telah ditetapkan, yaitu mewujudkan kesejahteraan, ketenteraman dan keamanan bagi Bangsa Indonesia, dengan demikian ikut serta juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di dunia.
21

You might also like