You are on page 1of 5

Evolusi Manusia Modern dan Manusia Purba

Disusun oleh :

Ayu Septyani (06091009006)

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya
2011

Bisakah

manusia modern atau sekarang akan kembali ke jaman purba? Dari pertanyaan

tersebut kita pasti berpikir apakah bisa kembali atau tidak. Jika keadaan sekarang ini disebut modern, lalu apakah kita yang hidup saat ini dikategorikan sebagai manusia modern?. Kita memenuhi satu tanda khas dari manusia modern, yakni ciri luar dari manusia modern. Ciri luar itu berkaitan dengan dengan keterlibatan kita dalam urbanisasi, pendidikan, politikisasi, industrialisasi, dan komunikasi massa. Juga ditandai dengan terlepasnya individu-individu dari jaringan-jaringan keluarga dekat; orang semakin impersonal dalam berhubungan dengan orang lain. Sebagai manusia modern, seseorang harus memenuhi cirri-ciri itu, dalam yang berkaitan dengan semangat, cara merasa, cara berpikir, dan cara bertindak modern. Pada kenyataannya manusia modern saat ini sepertinya tidak berpikir panjang lagi dan bertindak modern tetapi seolah-olah kembali jadi manusia purba. Tindakan yang dilakukan kadang diluar nalar seseorang. Banyak hal-hal yang dapat memjadikan manusia modern akan kembali menjdi manusia modern berdasarkan dari beberapa segi, yaitu: a. Segi Sosial Dari segi social, maraknya peristiwa tawuran maupun bentrokan yang terjadi sekarang ini, menunjukkan potret buram mental anak bangsa. Kaum elite dan terpelajar banyak yang terjebak dalam dinamika arus yang membutakan pikiran sehat mereka. Masyarakat pun masih banyak yang memilih menggunakan cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Alhasil, bogem mentah pun di tujukan ke arah saudara setanah air yang dipikirnya adalah lawan mereka. Kehidupan modern yang disanjung-sajung sebagai era kemajuan ilmu pengetahuan, terlihat nihil di lapangan. Banyak pikiran manusia yang tidak bekerja sempurna dalam memecahkan masalah karena tertutupi emosi sesaat. Masyarakat sekarang ini menjunjung tinggi pola pikir siapa yang kuat, dia yang menang dengan makna yang telah bergeser dari makna sebenarnya, yakni banyak orang yang masih berpikir bahwa arti kuat itu hanya merujuk pada kekuatan tubuh, lewat adu otot. Padahal sejatinya, kata kuat sekarang ini itu lebih relevan dengan artian kuat pemikirannya dengan mengeluarkan ide-ide baru yang mampu mengguncang dunia dengan temuan-temuan brilian.

Hal tersebut lantaran otot lebih dikedepankan dari pada akal. Sehingga yang terlihat, yakni manusia modern sekarang ini seperti memerankan kembali kehidupan manusia purba. Di mana tidak ada yang namanya musyawarah dalam memecahkan masalah, asal pukul, serta sulit untuk membedakan mana yang benar dan salah. Padahal, sejatinya manusia sekarang merupakan manusia yang jauh lebih cerdas dibanding manusia purba. Hal itu terbukti dengan banyaknya alat-alat canggih yang dirangkai dari tangan terampilnya. Namun, banyak kecerdasan manusia sekarang ini yang disalahgunakan sehingga yang kemudian muncul adalah pertanyaan mengenai sistem pendidikan kita. b. Segi Kebudayaan Makanan

Susunan genetik manusia zaman sekarang pada dasarnya sama dengan manusia purba, namun pola makannya sudah jauh berubah. Obesitas yang menurut para pakar kesehatan sudah menjadi epidemik atau masalah, kini menjadi masalah yang semakin besar di negara-negara lain. Banyak penyakit yang dikaitkan dengan obesitas seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker. Para pakar ini menganjurkan olah raga dan pola makan yang lebih baik untuk mengatasi masalah ini. Namun pola makan seperti apa yang mereka anggap paling tepat yaitu pola makan manusia purba. Pola makan yang sehat adalah yang terdiri dari daging tidak berlemak, biji-bijian, sayur mayur dan buah-buahan, tidak mengkonsumsi zat kanji, gula, susu maupun kacang-kacangan. Susunan genetik manusia zaman sekarang pada dasarnya sama dengan manusia purba, namun pola makannya sudah jauh berubah. Diet manusia modern yang terdiri dari gula, kanji, daging sapi dan makanan yang diproses adalah yang terkait dengan gangguan-gangguan seperti obesitas, darah tinggi, penyakit jantung dan kanker. Ia menganjurkan orang untuk makanan lebih banyak sayur-sayuran, buah-buahan dan ikan. Selain itu kurangi lemak jenuh, garam dan gula. Jadi pola makan manusia modern kembali ke pola makan manusia purba untuk menjadi lebih sehat lagi.

Pakaian Potret manusia purba ini sebenarnya sudah lama bahkan sudah ada sebelum peradaban

manusia itu sendiri ada. Di dalam potret manusia purba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan potret kehidupan kita sekarang ini, misalnya pada kehidupan manusia purba membutuhkan

makan, butuh perlindungan berupa pakaian, butuh tempat tinggal yang nyaman. Salah satunya pakaian yang dibutuhkan oleh manusia purba. Tetapi bahan yang digunakan sebagai pakaian berupa kulit binatang, daun yang bisa dijadikan pelindung, dan kulit pohon. Tidak sama dengan manusia modern sekarang yang bahan bakunya dari berbagai macam bahan salah satunya sutra. Pola pakaian yang dipakai oleh manusia purba masih sangat sederhana karena mereka hanya menutupi organ vital saja pada bagian dada dan bagian bawah badan. Ternyata pola pakaian manusia purba itu sekarang banyak digunakan oleh manusia atau masyarakat modern sekarang. Akibat berkembangnya zaman, pola pakaian juga berkembang sampai akhirnya seperti mengulang ke zaman purba. Pakaian yang digunakan sekarang sudah tidak lagi memperdulikan norma agama, norma adat, norma kesusilaan, maupun norma social. Apa yang mereka pakai sesuai dengan hati mereka sendiri padahal pakaian tersebut tidak pantas untuk dipakai. Sama halnya dengan manusia purba yang di zaman itu tidak mengenal yang namanya rasa malu sehingga mereka tidak akan merasa canggung saat memakai pakaian tersebut. Pakaian yang digunakan pada zaman purba tersebut juga merupakan kebudayaan dari zaman itu. Jadi wajar apabila zaman itu mereka memakai pola pakaian yang fulgar. Sekarang zaman sudah modern tetapi pola pikir manusia hamper sama dengan manusia purba yang memakai pakaian yang tidak sesuai. Mengumpulkan makanan

Mengumpulkan makanan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada zaman purba untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka akan mengumpulkan makanan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Kegiatan tersebut sama dengan apa yang dilakukan manusia modern saat ini, mereka juga mengumpulkan makanan untuk kebutuhan hidup. Kebutuhan ini biasanya disalahgunakan oleh manusia yang tidak punya pikiran yang panjang. Mereka hanya mengumpulkan makanan untuk kebutuhan sendiri tanpa memikirkan orang lain. Berbeda dengan manusia purba yang masih memikirkan kerabatnya untuk makan. c. Segi Agama Manusia purba juga mengenal kepercayaan sama halnya dengan manusia modern seperti sekarang ini. Yang membedakan pada saat itu manusia purba mengenal kepercayaan melalui roh-roh yang tidak pernah terlihat tetapi ada, melalui roh-roh penunggu gunung, batu, pohon, dan

lain sebagainya. Manusia purba menyembah roh-roh tersebut, meminta pertolongan serta mengagumi roh-roh tersebut. Melalui upacara-upacara tertentu manusia purba mewujudkan bentuk kepercayaannya. Sedangkan manusia modern dengan berkembangnya pemikiran, nalar yang logis sudah dapat memilih kepercayaan yang benar. Tetapi kadang kala manusia mengalami maslah yang akan membuat kepercayaan mereka goyah dan akan mengikuti kepercayaan seperti manusia purba. Misalnya persugihan, untuk mendapatkan uang atau barang apapun kadang kala manusia mempercayai pohon atau tempat yang mereka anggap ada roh-roh yang bisa membantu mereka.

d. Segi Ekonomi Dengan hancurnya pusat ekonomi dunia, maka secara otomatis dan sistematis akan berimplikasi pada roda ekonomi seluruh dunia. Salah satu logika sederhana dalam kasus ini adalah beredarnya mata uang kertas (mata uang palsu) yang kemudian tidak lagi berfungsi sebagai alat pembayaran akibat hancurnya negara yang mengeluarkan mata uang tersebut. Dengan kehancuran dollar, maka implikasinya juga akan merembet kepada mata uang-mata uang negara lainnya. Dengan demikian, setiap orang (di negara manapun) yang saat itu masih memegang mata uang kertas tak ubahnya seperti anak-anak yang bermain dengan mata uang kertas mainan, yang tak laku untuk digunakan sebagai alat pembayaran atas barang atau jasa riil yang diinginkannya. Dalam kondisi seperti itu, pemenuhan kebutuhan manusia hanya akan terjadi dengan cara jual beli yang paling adil; barter! Atau dengan menggunakan mata uang yang memiliki nilai intristik yang adil; emas dan perak!. Sama halnya dengan zaman purba, mereka menggunakan barter untuk berinteraksi. Tidak ada uang seperti sekarang ini. Mereka menggunakan bahan makanan untuk hidup.

You might also like