You are on page 1of 13

MULTIKULTURAL DAN KONFLIK SOSIAL DI TARAKAN DAN JUGA STRATEGI PENYELESAIANNYA

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya (SSBI) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing: Dr. Arifin

1. 2.

Agus Achmad Hanief Dani Wahyudi

(0911253001) (0911253007)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan tema konflik sosial di tarakan ini dapat berjalan tanpa halangan yang berarti, dari awal hingga akhir. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam pembuatan makalah kami ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga makalah ini terbentuk sedemikian rupa, meskipun kami sadar mungkin didalamnya banyak terdapat kesalahan. Akhir kata, kami berharap kontribusi kecil kami yang tertuang dalam makalah ini bukan saja bermanfaat bagi kami, selaku penulis. Tetapi juga bagi mahasiswa lain pada umumnya dalam memperkaya pengetahuan tentang pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana cara penanggulangannya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Khawatir jadi korban salah sasaran sekitar 30.000 warga Tarakan bebondong-bondong ke tempat pengungsian. Sebagian dari mereka terdiri dari orang tua, perempuan, dan anakanak yag sekolahnya ditutup akibat konflik Tarakan. Di Batalyon 613 Raja Alam saja ada sekitar 15 atau 16 ribuan pengungsi kata Kepala Dinas Kesehatan Tarakan dr. Khaerul. Tempat-tempat pengungsian antara lain : Bandara Juwata, Markas Yonif 613 Raja Alam, Kompi C Yonif 613 Raja Alam, Mapolres Tarakan, Lanal Tarakan, SD 029. Sampai sejauh ini dilaporkan korban tewas mencapai 6 orang. Presiden SBY meminta para tokoh adat dan agama untuk turun ke lapangan menyelesaikan masalah konflik Tarakan. Langkah terpadu dilakukan aparat beserta Kepala Daerah dan tokoh masyarakat untuk mencegah meluasnya kekerasan menjadi tragedi yang pernah terjadi di Sampit, satu dekade silam.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat diambil kesimpulan atau rumusan masalah sebagai berikut : 1) Apa yang melatar belakangi terjadinya konflik sosial di tarakan? 2) Bagaimana kronologi lengkap terjadinya konflik ditarakan?

3) Bagaimana penanganana konflik sosial di tarakan? 4) Bagaimana strategi penyelesaian konflik sosial yang terjadi di tarakan?

BAB II PEMBAHASAN
A. Terjadinya konflik sosisal di Tarakan Penanganan tegas dan cepat mulai dilakukan aparat keamanan dalam mengembalikan kondisi Tarakan menjadi kondusif. Kemarin, setelah mendapat instruksi langsung dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah pejabat penting seperti Wakapolri, Gubernur Kaltim, Wakapolda Kaltim, Ketua DPRD Kaltim, Pangdam VI Mulawarman, bupati wali kota beberapa daerah se-Kaltim, para tokoh adat, dan sejumlah pejabat penting lainnya melakukan rapat koordinasi di VIP Bandara Juwata Tarakan. Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak mengatakan, tanggal 27-29 September kemarin menjadi Hari Kelabu untuk provinsi Kalimantan Timur. Pasalnya, peristiwa seperti di Tarakan belum pernah terjadi di Kaltim. Meskipun pernah terjadi, semua bisa diselesaikan secara hukum. Tidak sebesar ini, kata Awang Farouk. Gubernur mengatakan, persoalan ini sebenarnya bukan persoalan antar suku, namun murni tindak kriminal. Dengan begitu, penyelesaiannya pun harus ditempuh dengan jalur hukum. Dengan begitu, tidak ada istilah menang atau kalah. Dua-duanya menang karena rakyat kembali berdamai, tuturnya. Untuk itu, Awang meminta agar kelompok warga yang bertikai dapat melucuti senjata tajam mereka dengan menyerahkannya kepada pihak kepolisian. Mulai kemarin, memang jumlah pasukan pengamanan di Tarakan terus bertambah. Seluruh aparat kepolisian dari polres-polres se-wilayah utara, diterjunkan ke Tarakan. Seperti Polres Bulungan, Nunukan, Malinau, dan Berau. Juga ada Batalyon Infanteri Yonif 613 Raja Alam,

Brigade Infanteri (Brigif) Bulungan Cakti, Brimob Polda Kaltim, Brimob Kelapa Dua Mabes Polri, dan Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dari Makassar. Khawatir jadi korban salah sasaran sekitar 30.000 warga Tarakan bebondong-bondong ke tempat pengungsian. Sebagian dari mereka terdiri dari orang tua, perempuan, dan anak-anak yag sekolahnya ditutup akibat konflik Tarakan. Di Batalyon 613 Raja Alam saja ada sekitar 15 atau 16 ribuan pengungsi kata Kepala Dinas Kesehatan Tarakan dr. Khaerul. Tempat-tempat pengungsian antara lain : Bandara Juwata, Markas Yonif 613 Raja Alam, Kompi C Yonif 613 Raja Alam, Mapolres Tarakan, Lanal Tarakan, SD 029. Sampai sejauh ini dilaporkan korban tewas mencapai 6 orang. Keenam korban adalah : 1. Abdullah Salim pada Senin malam (26/9/2010) 2. Ahmad pada Selasa malam (28/9/2010) 3. Amin pada Selasa malam (28/9/2010) 4. Iwan pada Rabu pagi (29/9/2010) 5. Uding pada Rabu pagi (29/9/2010) 6. Supari pada Rabu pagi (29/9/2010) Presiden SBY meminta para tokoh adat dan agama untuk turun ke lapangan menyelesaikan masalah konflik Tarakan. Langkah terpadu dilakukan aparat beserta Kepala Daerah dan tokoh masyarakat untuk mencegah meluasnya kekerasan menjadi tragedi yang pernah terjadi di Sampit, satu dekade silam.

B. Kronologi terjadinya konflik sosial di tarakan Kronologi kerusuhan di Tarakan 26 September 2010 malam yang melibatkan kelompok suku Bugis dan suku Tidung menurut kacamata Polri sebagai berikut. Minggu sekitar pukul 22.30 WITA Sdr Abdul Rahmansyah warga Juanta Permai sedang melintas di Perum Korpri Jl Seranai III, Juata Kec Tarakan Utara, Kota Tarakan. Secara tiba-tiba dikeroyok 5 orang tidak dikenal sehingga Abdul Rahmansyah luka-luka di telapak tangan. Selanjutnya Abdul Rahmansyah pulang ke rumah untuk meminta pertolongan dan diantar pihak keluarga ke RSU Tarakan berobat. Senin 27 September 2010, pukul 00.30 WITA, Abdullah (56) ayah Abdul Rahmansyah beserta 6 orang keluarga dari Suku Tidung berusaha mencari para pelaku pengeroyokan dengan membawa senjata tajam berupa mandau, parang dan tombak.

Mereka mendatangi sebuah rumah yang diduga sebagai rumah tinggal satu diantara pengeroyok di Perum Korpri Jl Seranai III, Juata, Tarakan Utara Kota Tarakan. Penghuni rumah yang mengetahui bahwa rumahnya akan diserang segera mempersenjatai diri dengan senjata tajam berupa badik dan parang. Kemudian terjadilah perkelahian antara kelompok Abdullah (warga Suku Tidung) dengan penghuni rumah tersebut (kebetulan warga Suku Bugis Latta). Akibatnya Abdullah meninggal dunia terkena sabetan senjata tajam. 30 menit kemudian terjadi penyerangan di Perum Korpri Jl Seranai III, Tarakan Utara, Kota Tarakan yang dilakukan sekitar 50 orang dari Suku Tidung bersenjata mandau, parang dan tombak. Terjadi pengrusakan terhadap rumah milik Noodin (Warga Suku Bugis Letta). Pukul 05.30 WITA terjadi lagi aksi pembakaran rumah milik Sarifuddin (Warga Suku Bugis Latta), Warga Perum Korpri Jl. Seranai Rt 20 Kel Juata Permai, Tarakan Utara. Pukul 06.00 WITA, sekitar 50 orang warga Suku Tidung mencari Bapak Asnah (Warga Suku Bugis Latta), namun berhasil diamankan anggota Brimob. Pukul 10.00 WITA, massa kembali mendatangi rumah tinggal Noodin (Warga Suku Bugis Latta) dan langsung membakarnya. Selanjutnya terjadi aksi pengrusakan terhadap 4 sepeda motor yang berada di rumah Noodin. Pukul 18.00 WITA, terjadi pengeroyokan terhadap Samsul Tani (Warga Suku Bugis), Warga Memburungan Rt 15 Kec Tarakan Timur, Kota Tarakan. Pukul 20.30 WITA hingga 22.30 WITA bertempat di Kantor Camat Tarakan Utara berlangsung pertemuan yang dihadiri untur Pemda setempat seperti Walikota Tarakan, Sekda Kota Tarakan, Dandim Tarakan, Dirintelkam Polda Kaltim, Dansat Brimob Polda Kaltim, Wadir Reskrim Polda Kaltim serta perwakilan dari Suku Bugis dan Suku Tidung. Hasil pertemuan adalah sebagai berikut : 1. Sepakat untuk melihat permasalahan tersebut sebagai masalah individu. 2. Sepakat untuk menyerahkan kasus tersebut kepada hukum yang berlaku. 3. Segera temukan pelaku. 4. Seluruh kegiatan pemerintahan dan perekonomian berjalan seperti biasa. 5. Elemen masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama mendukung upaya penegakkan hukum. 6. Mengatasi akar permasalahan secara tuntas. 7. Tidak menciptakan pemukiman yang homogen. 8. Seluruh tokoh elemen masyarakat memberikan pemahaman kepada warganya agar dapat menahan diri. 9. Peranan pemerintah secara intern terhadap kelompok etnis.

Selasa 28 September 2010 pukul 11.30 WITA, telah diamankan 2 orang yang diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan Abdullah yaitu 1. Sdr BAHARUDIN alias BAHAR (20 Thn), berperan pelaku penebas parang. 2. Sdr BADARUDIN alias ADA (16 Thn), berperan membantu. Namun pada Selasa malam (28 September 2010) pukul 20.21 WITA, terjadi lagi bentrokan warga dan aksi pembakaran terhadap rumah milik H SANI (salah seorang tokoh Suku Bugis Latte Pinrang. Massa yang diperkirakan berjumlah 300 orang melakukan aksi tersebut yang mengakibatkan 1 (satu) rumah terbakar, 2 (dua) korban meninggal dunia atas nama: PUGUT (37) dan MURSIDUL ARMIN, dan 4 luka-luka. Mabes Polri telah mengirimkan 172 personil Brimob dari Kelapa dua untuk memback up ke Polres Tarakan. Pasukan telah diberangkatkan pukul 04.00 WIB dari Bandara Soekarno Hatta tiba di Tarakan pukul 07.30 WITA. (divhumas Polri) (Tribunnews). C. Penanganan serta bentuk penyelesaian konflik yang terjadi di tarakan Penanganan kasus konflik sosial di Kota Tarakan, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu, menjadi model nasional yang bisa menjadi contoh sejumlah daerah apabila mengalami hal yang sama. Hal itu mengemuka pada ajang Rapat Kerja Gubernur se-Indonesia , di Makasar, Selasa, (19/10) pada saat Mendagri, Gamawan Fauzi, Menkopolhukam, Djoko Suyanto dan Menkokesra, Agung Laksono sebagi pembicara yang berkaitan dengan sinergi pemerintah pusat dan daerah untuk mengantisipasi atau menangani konflik sosial yang akhir-akhir ini cukup memprihatinkan. Pemprov Kaltim dinilai mampu meredam konflik sosial di Tarakan dengan cepat dan mengisolir keadaan sehingga tidak meluas dengan kejadian yang lebih besar dan yang lebih penting Peran Gubernur, Dr H Awang Faroek Ishak mampu memainkan perannya sebagai wakil pemerintah pusat di daerah untuk mengorganisir sejumlah pihak, dalam upaya meredam konflik secepat mungkin. Gubernur Awang dibantu jajaran Polda Kaltim, Korem 091/ASN dan Kodam VI Mulawarman, tokoh masyarakat, pemuka agama dan seluruh elemen yang terkait mampu memberikan pencerahan dan pengertian pada warga yang berkonflik untuk saling berdamai, karena pada dasarnya hal itu tidak menguntungkan semua pihak. Sementara itu, Awang Faroek mengatakan apa yang dilakukan di Tarakan beberapa waktu lalu merupan kerja semua pihak bukan hanya gubernur, walikota atau aparat keamanan atau tokoh

adat, tokoh masayarakat dan pemuka agama, namun berkat dukungan seluruh masyarakat, terutama pihak-pihak yang berkonflik. "Saya memberikan apresiasi sangat tinggi atas kesadaran dan bantuan semua pihak yang mampu secara bersama meredam kerusuhan atau konflik sosial itu sehingga Kota Tarakan kembali aman dan damai sebagai salah satu prasyarat mutlak lancarnya pembangunan," ujarnya. Menurut dia, dalam penyelesaian konflik tersebut, pemerintah bersama seluruh jajaran terkait berupaya cepat, tepat, tegas, terpadu dan tuntas dengan melibatkan semua pihak yang terlibat hingga ke lapisan terbawah. Selama ini kata Awang, Kaltim terus mengedepankan upaya damai dalam menyelesaikan berbagai hal yang kemungkinan berkembang jadi konflik antara kelompok. Upaya itu dengan membentuk Forum Komunikasi Persaudaraan Antar Masyarakat Kaltim (FKPM-KT) yang di dalamnya terdiri dari sejumlah tokoh adat dan etnis di daerah. Selain itu, juga membentuk Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) yang di dalamya terdiri dari sejumlah pemuka agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta melibatkan berbagai organisasi lain sehingga mampu menangani atau mengantisipasi kemungkinan konflik sosial. "Kita juga terus menggelorakan semboyan, "Dimana Bumi Dipijak, Di Situ Langit di Junjung" dan Warga Pendatang Menghormati Adat dan Budaya Warga Asli dan sebaliknya Warga Asli Juga Menghargai Adat dan Budaya Warga Pendatang sehingga mampu hidup berdampingan secara damai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia," demikian Dr H Awang Faroek Ishak. Strategi penyelesaian konflik DEFINISI KONFLIK Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihakpihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing. Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes). Situasi yang terjadi ketika ada

perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Definisi lain yaitu sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK Menghindar Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi Mengakomodasi Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama. Kompetisi Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan. Kompromi atau Negosiasi Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.

Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

TINGKAT KONFLIK (LEVELS OF CONFLICT) Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam empat tingkatan: A. Konflik dalam diri individu itu sendiri Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload jitu dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia harus membuat keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik. Perspektif di bawah ini mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan Thomas V. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for Management: 1. Appriach-approach conflict, yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah satu di antara beberapa alternatif yang sarna baiknya. 2. Avoidance-avoidance conflict, yaitu keadaan dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di antara beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya. 3. Approach-avoidance conflict, merupakan suatu situasi dimana seseorang terdorong oleh keinginan yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara simultan selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri. 4. Multiple aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi dimana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict. B. Konflik interpersonal, yang merupakan konflik antara satu individual dengan individual yang lain. Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emotional, bahkan merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam hal hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu sendiri C. Konflik intergrup Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugastugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan integrup harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensidisfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul. D Konflik interorganisasi Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara perusahaan-perusahaan swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan dengan isu yang lebih besar lagi,

contohnya persetisihan antara serikat buruh dengan perusahaan. Dalam setiap kasus, potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili organisasi secara keseluruhan, bukan hanya subunit internal atau group.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dalam penyelesaian konflik tersebut, pemerintah bersama seluruh jajaran terkait berupaya cepat, tepat, tegas, terpadu dan tuntas dengan melibatkan semua pihak yang terlibat hingga ke lapisan terbawah. Kaltim terus mengedepankan upaya damai dalam menyelesaikan berbagai hal yang kemungkinan berkembang jadi konflik antara kelompok. Upaya itu dengan membentuk Forum Komunikasi Persaudaraan Antar Masyarakat Kaltim (FKPM-KT) yang di dalamnya terdiri dari sejumlah tokoh adat dan etnis di daerah. Selain itu, juga membentuk Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) yang di dalamya terdiri dari sejumlah pemuka agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta melibatkan berbagai organisasi lain sehingga mampu menangani atau mengantisipasi kemungkinan konflik sosial. B. Saran Seharusnya bagi para warga pendatang baru,haruslah menghormati semboyan seperti berikut ini,"Dimana Bumi Dipijak, Di Situ Langit di Junjung" dan Warga Pendatang Menghormati Adat dan Budaya Warga Asli dan sebaliknya Warga Asli Juga Menghargai Adat dan Budaya Warga Pendatang sehingga mampu hidup berdampingan secara damai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
www.bangkaposcomjakarta.com Labels: DEFINISI KONFLIK, LEVELS OF CONFLICT, STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK www.konfliktarakan.com

You might also like