You are on page 1of 20

PROPOSAL RENCANA PENELITIAN TIM PENELITI (RPTP)

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KARET ALAM SEBAGAI BAHAN ADITIF PENGUAT JALAN ASPAL DAN BETON UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS JALAN DAN PEMAKAIAN KARET ALAM DALAM NEGERI MINIMAL 10%
DIPA APBN TAHUN ANGGARAN 2010

Oleh : Nelly Rahman Ary Achyar Alfa Henry Prastanto Arief Ramadhan Adi Cifriadi Liliek Agus Alam

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN Bekerja sama dengan BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KARET BOGOR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009

LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Pengembangan dan implementasi karet alam sebagai bahan aditif penguat jalan aspal dan beton untuk meningkatkan kualitas jalan dan pemakaian karet alam dalam negeri minimal 10% : . Penggunaan karet padat untuk penguat jalan aspal . Pemanfaatan serbuk vulkanisat sebagai aditif : beton . Uji gelar jalan aspal berkaret : Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor : Jalan Salak No. 1 Bogor 16151 Telpon (0251) 319817 Faksimili (0251) 324047 : T.A. 2010 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Bogor : Baru : : : : : : : Dr. Nelly Rahman III C Peneliti Muda Jabar, DKI, Jateng/DIY, Jatim, Sumut, Sumsel 280 hari 2010 Rp. 261.000.000,- (Dua Ratus Enam Puluh Satu Juta Rupiah)

2. Judul Sub Kegiatan

3. Unit Kerja 4. Alamat Unit Kerja 5. Diusulkan Melalui DIPA 6. Status Kegiatan 7. Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan 8. Lokasi 9. Jangka Waktu 10. Tahun Anggaran 11. Biaya

Mengetahui Kepala Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor

Penanggung Jawab RPTP

Dr. Ir. Uhendi Haris, M.Si NIK. 110700204 Mengesahkan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Dr. Nelly Rahman NIK. 110700353

Dr. Moch. Syakir NIP : 080.069.578

Ringkasan RPTP 1. Judul RPTP : Pengembangan dan implementasi karet alam sebagai bahan aditif penguat jalan aspal dan beton untuk meningkatkan kualitas jalan dan pemakaian karet alam dalam negeri minimal 10% : Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. : Jalan Salak No.1 Bogor 16151 : Baru : Dr. Nelly Rahman : Dalam Renstra Badan LITBANG Pertanian dicantumkan perlunya

2. 3. 4. 5. 6.

Unit Kerja Alamat Unit Kerja Status Kegiatan Penanggung Jawab Justifikasi

upaya berkelanjutan mempertahankan dan meningkatkan peran komoditas pertanian melalui penerapan teknologi sebagai uapaya meningkatkan mutu, efisiensi, dan daya saing, saat ini, Indonesia sebagai produsen karet alam kedua di dunia mengekspor hampir 90% dari total produksinya dalam bentuk karet mentah, sementara pemakaian dalam negeri hanya sekitar 10% saja. Resesi ekonomi dunia dan bangkrutnya industri otomotif dunia berakibat pada penurunan harga karet yang sangat signifikan serta kelebihan karet alam dunia dalam jumlah besar. Pengembangan industri barang jadi karet dan pemanfaatan karet alam dalam negeri diyakini dapat menjadi solusi yang berarti untuk menyerap kelebihan pasokan tersebut dan diharapkan pula dapat memberikan kontribusi terhadap stabilitas harga sampai pada tingkat yang memadai. Salah satu pemakaian karet alam yang diyakini dapat menyerap dalam jumlah besar adalah untuk peningkatan mutu dan pengeresan jalan serta sebagai campuran beton konstruksi bangunan agar lebih baik. Pengembangan teknologi penggunaan karet alam untuk prasarana transportasi yang telah diperoleh pada skala laboratorium sangat tepat bila dikembangkan lebih lanjut mengingat pesatnya pembangunan jalan dan bangunan saat ini. Upaya untuk memodifikasi aspal dan beton untuk meningkatkan mutunya dengan zat aditif sudah banyak dilakukan antara lain : untuk ketahanan deformasi terhadap temperatur, modulus resilien, fleksibilitas, dan ketahanan usang. Aditif yang banyak dipakai selama ini adalah polimer sintetis, lateks sintetis, dan serbuk vulkanisat dari ban bekas. Penggunaan karet alam dalam bentuk lateks atau karet padat sebagai aditif masih terbatas karena terdapat beberapa kelemahan, seperti : kadar air lateks pekat masih tinggi, lateks mudah menggumpal ketika dicampur aspal dan agregat, jenis lateks dan formula kompon yang digunakan belum tepat. Penelitian skala lab sudah berhasil menemukan teknik produksi, jenis lateks yang tepat, formula kompon lateks, dan serbuk limbah vulkanisat sebagai bahan aditif aspal dan beton beserta uji kinerja dan studi kelayakan ekonomi. Implementasi inovasi ini dilapangan perlu dilakukan lebih lanjut dan diyakini dapat memberikan kontribusi terhadap maslah-masalah diatas.

7.

Tujuan

: Pemanfaatan aditif penguat jalan aspal dan beton berbasis karet alam padat sebagai bentuk diversifikasi produk untuk mengurangi impor aditif sintetis dan meningkatkan konsumsi karet alam domestik
4

8.

Keluaran

: (1)

9. 10. 11.

Lokasi Kegiatan Jangka Waktu Besarnya Dana

Jenis karet padat yang layak digunakan sebagai bahan aditif penguat jalan aspal dan beton. (2) Bahan pembantu kompatibilitas aspal dan karet (3) Bahan pembantu kompatibilitas untuk bahan tambal jalan (4) Teknologi formulasi kompon dan produksi bahan aditif aspal dan beton berbasis karet padat : Jabar/Banten, DKI, Jateng/DIY, Jatim, Sumut, Sumsel, Kalsel : 280 hari : Rp. 261.000.000,- (Dua Ratus Enam Puluh Satu Juta Rupiah)

SUMMARY
5

1.

Title

2. 3. 4.

Implementation Unit Location Objectives

5.

Description of the Project

6.

Expected output of the year Duration Budget proposed

: Development and implementation of Natural Rubber as Additive in Asphalt and Concrete to Increase of Road Quality and Domestic Consumption of Natural Rubber about 10% : Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor (Bogor Research Station for Rubber Technology) : Jalan Salak No.1 Bogor 16151 West Java, Indonesia : Utilization of solid natural rubber additive for asphalt and concrete road as product diversification for minimize synthetic additive import and increase domestic natural rubber consumption : 1. Utilization of solid natural rubber for strengthen asphalt road 2. Utilization vulcanizate scrap as additive of concrete 3. Rubberized Asphalt Road Application : Solid Natural Rubber type, compatibilizer, compound formulation technology, quality of rubberized asphalt road : 280 days : Rp. 261.000.000,-

7. 8.

Abstrak
Dalam Renstra Badan LITBANG Pertanian dicantumkan perlunya upaya berkelanjutan mempertahankan dan meningkatkan peran komoditas pertanian melalui penerapan teknologi sebagai uapaya meningkatkan mutu, efisiensi, dan daya saing, saat ini, Indonesia sebagai produsen karet alam kedua di dunia mengekspor hampir 90% dari total produksinya dalam bentuk karet mentah, sementara pemakaian dalam negeri hanya sekitar 10% saja. Resesi ekonomi dunia dan bangkrutnya industri otomotif dunia berakibat pada penurunan harga karet yang sangat signifikan serta kelebihan karet alam dunia dalam jumlah besar. Pengembangan industri barang jadi karet dan pemanfaatan karet alam dalam negeri diyakini dapat menjadi solusi yang berarti untuk menyerap kelebihan pasokan tersebut dan diharapkan pula dapat memberikan kontribusi terhadap stabilitas harga sampai pada tingkat yang memadai. Salah satu pemakaian karet alam yang diyakini dapat menyerap dalam jumlah besar adalah untuk peningkatan mutu dan pengeresan jalan serta sebagai campuran beton konstruksi bangunan agar lebih baik. Pengembangan teknologi penggunaan karet alam untuk prasarana transportasi yang telah diperoleh pada skala laboratorium sangat tepat bila dikembangkan lebih lanjut mengingat pesatnya pembangunan jalan dan bangunan saat ini. Upaya untuk memodifikasi aspal dan beton untuk meningkatkan mutunya dengan zat aditif sudah banyak dilakukan antara lain : untuk ketahanan deformasi terhadap temperatur, modulus resilien, fleksibilitas, dan ketahanan usang. Aditif yang banyak dipakai selama ini adalah polimer sintetis, lateks sintetis, dan serbuk vulkanisat dari ban bekas. Penggunaan karet alam dalam bentuk lateks atau karet padat sebagai aditif masih terbatas karena terdapat beberapa kelemahan, seperti : kadar air lateks pekat masih tinggi, lateks mudah menggumpal ketika dicampur aspal dan agregat, jenis lateks dan formula kompon yang digunakan belum tepat. Penelitian skala lab sudah berhasil menemukan teknik produksi, jenis lateks yang tepat, formula kompon lateks, dan serbuk limbah vulkanisat sebagai bahan aditif aspal dan beton beserta uji kinerja dan studi kelayakan ekonomi. Implementasi inovasi ini dilapangan perlu dilakukan lebih lanjut dan diyakini dapat memberikan kontribusi terhadap maslah-masalah diatas. Dalam penelitian ini dilakukan usaha penelitian mengenai kesesuaian berbagai jenis karet padat yang telah ditemukan teknologi produksinya pada penelitian terdahulu. Pada penelitian ini juga akan diamati pengaruh formulasi kompon lateks terhadap karakter aspal berkaret. Penelitian T.A 2010 ini merupakan kegiatan tahun pertama. Tujuan yang ingin dicapai pada tahun ini adalah melakukan pengamatan pengaruh jenis karet padat yang digunakan sebagai aditif terhadap karakter aspal dan semen beton berkaret. Selain itu penelitian ini juga bertujuan mengamati pengaruh bahan bantu kompatibilitas serta pengaruh formulasi kompon yang digunakan. Guna mencapai tujuan yang diinginkan, penelitian ini diawali dengan tahap persiapan, meliputi koordinasi dan pembagian tugas diantara tim peneliti, penyiapan alat dan bahan percobaan, serta koordinasi dengan mitra lembaga / instansi tempat pelaksanaan sebagian penelitian. Lembaga / instansi mitra tersebut diantaranya adalah kebun percobaan Ciomas, Pabrik Lateks Pekat milik PTP Nusantara 8 di Kebun Cikumpay, Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Dirjen Bina Marga Departemen PU, Balai Jembatan dan Perlengkapan Jalan serta Balai Perkerasan Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan Departemen PU, serta beberapa industri barang jadi lateks. Selain itu di akhir tahun penelitian 2010 akan dilakukan implementasi berupa uji gelar jalan aspal berkaret di jalan lingkup puslit karet.
7

Kata Kunci : Jalan aspal dan jalan beton, aditif karet, bahan kompatibilias aspal dan karet

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk di Indonesia yang secara otomatis diikuti meningkatnya perkembangan ekonomi sehingga berdampak bertambahnya lalu lintas baik jumlah, beban maupun kecepatannya. Oleh karena itu diperlukan perkerasan jalan yang dapat memenuhi kriteria tersebut yaitu perkerasan yang dapat menahan beban kendaraan sehingga perkerasan tahan terhadap terjadinya deformasi, antara lain alur, gelombang dan lainnya. Banyak faktor penyebab kerusakan jalan tersebut, salah satunya diperkirakan mutu aspal yang kurang sesuai untuk penggunaan perkerasan jalan tersebut. Oleh karena itu aspal perlu ditingkatkan mutunya. Untuk meningkatkan mutu aspal, saat ini banyak bermacammacam bahan aditif aspal. Zat aditif yang umum digunakan berupa polimer, baik polimer sintetik maupun polimer alam. Polimer yang ditambahkan biasanya berupa lateks atau serbuk ban bekas atau serbuk vulkanisat karet lain. Beberapa studi memperlihatkan bahwa aneka jenis karet padat berupa remahan karet atau limbah vulkanisat seperti serbuk ban bekas, dan dalam bentuk lateks, terutama yang berasal dari bahan sintetis, telah lama digunakan sebagai bahan bantu dalam kegiatan pengaspalan jalan (Riggle, 1992; Carlson and Zhu, 1999; Lulusi dan Yusria, 1999; (http://www. kimpraswil.go.id). Bagi Indonesia penggunaan karet alam sebagai aditif jalan aspal dan beton akan lebih menguntungkan karena selain merupakan komoditas asli Indonesia, ketersediannya juga berlimpah karena Indonesia merupakan produsen utama karet alam. Sama dengan karet atau polimer sintetis, aplikasi karet alam sebagai aditif juga dapat dilakukan dalam bentuk lateks atau dalam bentuk padat berupa serbuk limbah vulkanisat. Dibandingkan dengan aplikasi dalam bentuk lateks, aplikasi karet alam sebagai aditif dalam bentuk padat relatif lebih sulit, karena relatif sulit bercampur homogen dengan aspal dan apalagi dengan semen. Penambahan dalam bentuk serbuk limbah vulkanisat juga kurang menguntungkan karena hanya akan lebih meningkatkan fleksibilitas dan daya redam jalan aspal dan beton. Serbuk limbah vulkanisat demikian diprediksi lebih sesuai jika digunakan sebagai bantalan peredam kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas jalan dan bangunan, serta untuk meningkatkan kekuatan beton bangunan (Riggle, 1992). Penelitian ini bertujuan untuk mendayagunakan pemakaian karet alam sebagai aditif untuk memodifikasi jalan aspal dan beton agar dihasilkan jalan aspal dan beton yang lebih
8

tahan usang (ageing) dan lebih tahan terhadap deformasi temperatur, serta memiliki modulus resilien dan fleksibilitas yang lebih baik. Arahan Presiden mengenai pembangunan jalan tol sepanjang 600 km hingga tahun 2011 membuka peluang pemanfaatan aditif jalan aspal dan beton berbasis karet alam. Aspal dan beton yang ditambah aditif karet dikenal dengan nama aspal dan beton karet, yang mana teknologinya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1970an. Pada aspal dan beton karet terdahulu yang digunakan sebagai aditif adalah karet sintetis berupa karet padat atau lateks, serta limbah ban bekas yang mengandung sekitar 20%-50% karet alam. Dalam penelitian ini akan diamati pengaruh karet alam sebagai aditif aspal dan semen beton terhadap peningakatan mutu jalan. Karet alam yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa karet padat. Pada penelitian akan memperbaiki kelemahan dari penelitian-penelitan aspal berbasis karet padat sebelumnya dengan memilih bahan kompatibilias yang sesuai pada aspal/beton dan karet. Penelitian ditargetkan selesai dalam waktu 3 tahun, dimulai pada TA 2010 dan selesai pada TA 2012, dengan keluaran akhir berupa aditif penguat jalan aspal dan beton berbasis karet alam dilengkapi dengan paket teknologi produksinya dan implementasi di lapangan. 1.2. Dasar Pertimbangan Sebagai bahan aditif dalam jalan aspal dan beton, karet alam memiliki keunggulan karena merupakan komoditas asli Indonesia dan ketersediaannya berlimpah, Indonesia merupakan produsen karet alam dengan areal terluas di dunia yaitu lebih dari 3,6 juta ha, walau hanya merupakan produsen kedua dunia dengan produksi pada tahun 2005 sebesar 2,276 juta ton (Ditjenbun, 2006; IRSG, 2006). Namun hampir keseluruhan produknya di ekspor ke berbagai negara, dan hanya sekitar 7% - 10% yang di konsumsi di dalam negeri, yang mana 90% diantaranya digunakan untuk keperluan industri ban kendaraan. Pada tahun 2005 Indonesia hanya mengkonsumsi sekitar 330 ribu ton karet, 111 ribu ton diantaranya merupakan karet sintetis. Dibanding Malaysia yang konsumsi perkapita karet alamnya mencapai 14,36 kg dan Thailand 3,41 kg, konsumsi perkapita Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 0,57 kg. Karet alam yang termasuk kelompok karet untuk penggunaan umum, merupakan komoditas yang memilliki potensi besar untuk dikembangkan ke arah agroindustri karena beragamnya produk yang dapat dihasilkan dari komoditas tersebut. Penggunaan karet alam sebagai bahan baku barang jadi karet (BJK) mampu menghasilkan produk dengan kuat tarik dan daya pantul tinggi, elastisitas dan daya cengkeram baik, serta kalor timbul yang rendah. Daya lekatnya yang cukup pada berbagai permukaan, juga menyebabkan karet alam
9

berpotensi digunakan sebagai bahan perekat. Karakter seperti yang dimiliki karet alam tersebut sangat diperlukan oleh bahan tambah (aditif) aspal dan semen beton pada penggunaannya sebagai bahan perkerasan konstruksi. Sama dengan karet atau polimer sintetis, aplikasi karet alam sebagai aditif juga dapat dilakukan dalam bentuk lateks atau dalam bentuk padat berupa crumb rubber atau serbuk limbah vulkanisat. Serbuk limbah vulkanisat diprediksi lebih sesuai jika digunakan sebagai bantalan peredam kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas jalan dan bangunan, serta untuk meningkatkan kekuatan beton bangunan (Riggle, 1992). Agar juga berfungsi sebagai penguat, serbuk limbah vulkanisat perlu diaktivasi, agar antar molekulnya dapat saling berikatan, sehingga akan lebih memberikan efek penguatan. Pada serbuk limbah vulkanisat yang telah tervulkanisasi, proses aktivasi dapat dilakukan dengan cara terlebih dulu diperlakukan dengan bahan kimia khusus dalam proses penyerbukannya, agar diperoleh serbuk karet yang dapat kembali saling berikatan dalam aplikasinya. Aspal dan semen beton merupakan material yang biasa digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan. Dibanding aspal, beton memiliki beberapa kelebihan sifat fisik jika digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dan jembatan, namun aplikasi aspal relatif lebih mudah dan sederhana. Sifat fisik tersebut antara lain sifat kekakuan dan kekuatan yang tinggi sehingga lebih mampu menahan beban yang lebih besar, serta sifat keawetan (durability) yang memungkinkan biaya perawatan yang lebih rendah. Namun kedua material tersebut juga memiliki kelemahan yaitu kurang tahan terhadap panas dan curah hujan, serta elastisitasnya relatif rendah. Mutu perkerasan konstruksi dengan menggunakan kedua material tersebut dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan aditif yang mampu meningkatkan kekuatan, fleksibilitas dan ketahanan usang (ageing). Selama ini aditif yang telah banyak digunakan adalah polimer sintetis, berupa remahan atau serbuk dan berupa lateks. Dengan karakter yang dimilikinya serta ketersediaannya yang berlimpah, karet alam juga berpotensi digunakan sebagai bahan aditif yang ditambahkan pada aspal dan semen beton untuk memperbaiki sifat perkerasan jalan atau jembatan.

1.3.Tujuan a. Tujuan Jangka Pendek


10

Tujuan yang ingin dicapai dalam jangka pendek adalah melakukan pemilihan jenis karet padat sebagai aditif pada jalan beraspal dan jalan beton, pemilihan bahan kompatibilitas karet padat dengan aspal dan semen, serta optimasi disain formula kompon karet padat yang sesuai sebagai aditif pada aspal dan semen beton, lengkap dengan bahan bantu untuk pembuatan dan aplikasinya. b. Tujuan Jangka Panjang Sebagai tujuan akhir, adalah memperoleh paket teknologi produksi aditif aspal dan semen beton berbasis karet padat untuk perkerasan jalan dan konstruksi dan implementasinya di lapangan 1.4.Keluaran yang diharapkan Diperolehnya prototipe aditif penguat jalan aspal dan beton berbasis karet padat dengan formulasi kompon yang sesuai. Keluaran tahunan berupa informasi mengenai kemampuan jenis karet padat tertentu sebagai aditif aspal dan semen beton dalam uji coba skala lapang. 1.5.Perkiraan Manfaat dan Dampak Keberhasilan pemanfaatan karet alam padat sebagai aditif aspal dan beton untuk perkerasan jalan dan konstruksi merupakan bentuk diversifikasi penggunaan karet alam. Keberhasilan penguasaan teknologi tersebut, yang dapat diproduksi secara sederhana dan ekonomis, diharapkan menghasilkan material yang mampu bersaing dengan material impor sejenis dari polimer sintetis. Keberhasilan pemanfaatan karet alam padat sebagai aditif juga akan menghemat devisa dan meningkatkan nilai tambah karet alam, yang secara tidak langsung akan meningkatkan konsumsi domestik karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA Karet alam yang dikenal dalam perdagangan adalah karet padat hasil penggumpalan getah atau lateks kebun, yaitu hasil sadapan dari pohon karet Hevea brasiliensis. Getah karet atau cairan seperti susu hasil sadapan pohon karet disebut lateks kebun, berupa sistem koloid yang sangat kompleks yang terdiri dari hidrokarbon karet, karbohidrat, protein, lipid, karoten, garam-garam, mineral, enzim dan berbagai bahan lain (Gills dan Soeharto, 1976). Karet padat adalah fasa karet setelah penggumpalan lateks yang disebut bahan olahan setengah jadi, seperti crumb rubber/SIR, sheet, krep; dan karet setelah pematangan /
11

Sifat dan Jenis Karet Alam

vulkanisasi yang disebut barang jadi karet / vulkanisat, seperti ban, alas kaki, bantalan jembatan, dsb. Partikel karet alam dalam lateks merupakan elastomer dari monomer isopren, dengan bobot molekul sekitar 106 dan struktur molekul hampir 100% cis. Keteraturan geometrinya yang sangat tinggi menambah kekuatannya pada saat diregangkan karena terjadi kristalisasi dengan tingkat yang relatif tinggi, sehingga mampu menyalurkan gaya-gaya, bahkan melawannya jika dikenai beban statis maupun dinamis. Struktur demikian menyebabkan karet alam memiliki keuletan, elastisitas, daya lekat, daya redam dan kestabilan suhu yang relatif baik dibanding karet sintetis (Blown dan Hepburn, 1982; Tangpakdee et al., 1998; www.irrdb.com/irrdb/NaturalRubber/Properties.htm). Sifatnya yang demikianlah yang menyebabkan karet alam mampu meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas jalan aspal dan Vulkanisasi Karet alam Karet dalam keadaan mentah tidak dapat dibentuk menjadi barang jadi karet karena tidak kuat dan mudah teroksidasi. Agar dapat dibentuk menjadi produk yang kuat dan tahan oksidasi, karet terlebih dulu diproses menjadi kompon karet, lalu divulkanisasi dengan cara pemanasan. Kompon adalah campuran karet (baik karet alam mapun karet sintetik) dengan bahan-bahan kimia yang komposisinya tertentu dan cara pencampurannya dilakukan dengan gilingan pada suhu tertentu. Bahan kimia kompon terdiri dari bahan pemvulkanisasi, pemercepat, pengaktif, pengisi, antioksidan, pewarna, aktif permukaan, dan lain sebagainya. Kompon karet padat disusun berdasarkan perbandingan bobot kering bahan kimia terhadap 100 bobot karet mentah. Sifat fisik barang jadi yang dihasilkan tergantung pada mutu bahan baku yang digunakan, susunan kompon, dan proses vulkanisasinya. Oleh karena itu, susunan kompon disesuaikan dengan jenis produk yang akan dihasilkan. Parameter kritis selama vulkanisasi adalah waktu yang diperlukan untuk memulai reaksi, laju, dan lamanya proses pembentukan ikatan silang (Honggokusumo, 1994). Vulkanisasi merupakan proses pematangan campuran karet mentah dengan belerang disertai pemanasan pada suhu tinggi agar karet memiliki sifat yang lebih elastis dan lebih kuat. Menurut Morton (1987), vulkanisasi adalah suatu proses perubahan sifat karet yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Karet yang semula bersifat termoplastik, memiliki kekuatan tarik, modulus, viskositas, kekerasan, dan daya pantul yang rendah, perpanjangan putus dan pampatan tetap yang tinggi, serta bersifat lunak, menjadi vulkanisat karet dengan sifat-sifat yang berlawanan dari sifat asalnya. Barang jadi/vulkanisat karet yang sudah tidak
12

terpakai dapat menjadi limbah yang bermasalah bagi lingkungan untuk penguraianny karena bersifat irreversible. Hasil-Hasil Penelitian Terkait Beberapa studi memperlihatkan bahwa aneka jenis karet padat berupa remahan karet atau limbah vulkanisat seperti serbuk ban bekas, dan dalam bentuk lateks, terutama yang berasal dari bahan sintetis, telah lama digunakan sebagai bahan bantu dalam kegiatan pengaspalan jalan (Riggle, 1992; Carlson and Zhu, 1999; Lulusi dan Yusria, 1999; (http://www. kimpraswil.go.id). Karet padat atau limbah vulkanisat biasanya ditambahkan dalam bentuk serbuk halus berukuran sekitar 40 mesh, sedangkan dalam bentuk lateks digunakan lateks dengan kadar karet kering (KKK) setinggi mungkin, biasanya sekitar 50% 60%. Khusus sebagai aditif aspal, BPP Bogor serta Puslitbang Jalan dan Jembatan Departemen PU telah lama melakukan penelitian pemanfaatan karet padat, limbah ban dan lateks pekat biasa sebagai aditif, sedangkan penelitian sebagai aditif semen beton belum ada masih terbatas pada uji coba serbuk vulkanisat (Soeseno, 1987; Iriansyah, 1991; Puslibang Jalan dan Jembatan, 1999). Tetapi pada penelitian terdahulu tersebut belum dilakukan kajian pengaruh jenis lateks dan pengaruh jenis karet padat atau limbah vulkanisat terhadap kemampuannya sebagai aditif. Pengetahuan mengenai karet dan lateks telah dimiliki oleh BPTK Bogor, yaitu lembaga yang memiliki madat di bidang karet dan teknologi karet. Telah banyak penelitian mengenai teknologi proses dan pengembangan produk karet dan lateks. III. METODOLOGI / PROSEDUR 3.1.Pendekatan (Kerangka Pemikiran) Penelitian yang akan dilakukakan merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimental skala laboratorium yang terdiri dari beberapa tahap dengan percobaan terapan dan lapangan. Ditinjau dari jenis dan adopsi teknologinya, penelitian ini merupaka gabungan antara penelitian dasar dan terapan. Penelitian ini terdiri atas tiga kegiatan, diantaranya mengenai penelitian jenis karet padat yang sesuai untuk dimanfaatkan sebagai aditif jalan aspal, penelitian tentang pemanfaatan limbah serbuk vulkanisat sebagai aditif jalan beton, dan kegiatan implementasi pembuatan jalan aspal berkaret. Secara umum kegiatan penelitian (a) dan (b) merupakan percobaan skala laboratorium yang terdiri dari beberapa tahap, sedangkan kegiatan penelitian (c) merupakan kegiatan uji
13

coba pada skala yang lebih besar untuk memvalidasi kesesuaian jenis karet padat tertentu sebagai aditif aspal. Rancangan penelitian yang dipilih adalah ekperimental murni sekali waktu mengingat sifat penelitian yang cenderung merupakan suatu penelitian ekplorasi hasil terbaik dengan beberapa metode yang harus dicoba. Ditinjau dari jenis dan adopsi teknologinya, penelitian ini merupaka gabungan antara penelitian dasar dan rintisan. Oleh karena itu pentahapan dalam penelitian ini bersifat fleksibel, dan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan diperlukan kemampuan penafsiran hasil pengujian dan pengamatan setiap tahap yang menentukan 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Secara umum penelitian ini merupakan lanjutan pengkajian dan pengamatan mengenai karakter beberapa jenis karet padat dengan formulasi kompon tertentu, dalam uji coba pemanfaatannya sebagai aditif aspal untuk perkerasan jalan. Jenis karet padat yang diamati adalah karet konvensional, karet spesifikasi teknis, dan karet hasil modifikasi. Kemudian untuk kegiatan penelitian tentang pemanfaatan limbah serbuk vulkanisal sebagai aditif beton diamati jenis bahan pembantu kompabilitas campuran beton dengan serbuk vulkanisat. Keberhasilannya sebagai aditif jalan aspal dan beton dicirikan oleh kemampuannya meningkatkan ketahanan konstruksi perkerasan (jalan, jembatan atau bangunan konstruksi lain) terhadap perubahan temperatur, pengusangan, serta peningkatan modulus resilien dan fleksibilitasnya. road map berikut. Bahan dan Metode Pelaksanaan Penelitian Prosedur Pelaksanaan Guna mencapai sasaran yang ditetapkan dalam penelitian ini, ruang lingkup kegiatan tahun berjalan dibatasi pada uji coba model pemakaiannya sebagai aditif aspal dan semen beton untuk perkerasan. Bahan baku yang digunakan adalah jenis karet padat yang paling sesuai sebagai aditif diantara karet konvensional, karet spesifikasi teknis, dan karet hasil modifikasi. Pelaksanaannya memerlukan tenaga yang memiliki pengetahuan kimia, teknologi kimia dan teknologi sipil jalan aspal dan beton. Percobaan yang berkaitan dengan perkerasan jalan, jembatan dan konstruksi lain dilakukan dengan bekerjasama dengan instansi atau industri terkait. Peta jalannya penelitian secara lengkap disajikan dalam bentuk diagram

Peta Jalan (Road Map)


14

Penelitian dan Pengembangan : (Penelitian Pasca Panen Pertanian, Peningkatan Daya Saing) Kegiatan : Pengembangan dan Implementasi Karet Alam Sebagai Bahan Aditif Penguat Jalan Aspal dan Beton untuk Meningkatkan Kualitas Jalan dan Pemakaian Karet dalam Negeri Minimal 10% (2010 2012)
Sub Kegiatan :

Penggunaan karet padat untuk penguat jalan aspal


2010-2011 Output : Teknologi pencampuran beberapa jenis karet padat dengan aspal dan informasi kesesuaian produknya sebagai aditif jalan aspal 2012 Output : Informasi karakter aspal beraditif polimer untuk perkerasan jalan

Sub Kegiatan 2 : Pemanfaatan serbuk vulkanisat sebagai aditif beton 2010-2011 2012 Output : Output : Teknologi pencampuran limbah serbuk vulkanisat Informasi karakter semen beton beraditif dengan agregat beton dan informasi kesesuaian karet untuk bahan beton produknya sebagai aditif jalan beton Sub Kegiatan 3 : Uji gelar jalan aspal berkaret 2010-2011 Output : Kualitas jalan dari jenis karet padat yang sesuai sebagai aditif aspal untuk bahan perkerasan 2012 Output : Aditif penguat aspal berbasis karet alam dengan formulasi kompon yang sesuai

Beberapa percobaan yang berkaitan dengan analisis / pengujian karet pdat dilakukan di Laboratorium Analisis dan Pengujian (LAP) Karet - Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor. Kegiatan pengujian aspal dan beton bercampur aditif sebagai penguat jalan aspal dan beton berbasis karet dilakukan pada lembaga penelitian / pengelola jalan atau perguruan tinggi yang memiliki sarana pengujian, sedangkan kegiatan uji coba pemanfaatan aditif dilakukan di beberapa industri pengolahan aspal milik mitra yang memiliki sarana pengolahan yang representatif. Persiapan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi koordinasi dan pembagian tugas diantara tim peneliti, serta penyiapan alat dan bahan percobaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan perubahan dan kinerja selama proses dan analisis laboratorium terhadap parameter penentu keberhasilan penelitian. Pada akhir penelitian akan dilakukan pelaporan hasil penelitian, meliputi pelaporan untuk setiap bagian dari kegiatan
15

dan pelaporan akhir dari seluruh kegiatan. Secara keseluruhan, rangkaian kegiatan penelitian yang dimulai pada tahun 2010, dapat diselesaikan pada akhir tahun 2012. Tahap persiapan Persiapan penelitian diawali dengan koordinasi dan pembagian tugas. Pengadaan bahan dan sarana penelitian.

Pemilihan jenis karet padat Jenis karet padat yang digunakan sebagai bahan aditif jalan aspal adalah karet konvensional (RSS dan krep), karet spesifikasi teknis (SIR 20), karet modifikasi. Jenis bahan pembantu kompabilitas untuk campuran serbuk vulkanisat dan agregat dalam beton meliputi : basa kuat (NaOH), Oksidator (hipoklorit), dan lignin. Pengamatan karakter aditif penguat aspal dan beton berbasis lateks alam pada uji coba skala lab atau atau skala model Jenis mutu karet yang sesuai sebagai aditif aspal dan beton untuk perkerasan akan dioptimasi pengaruhnya pada skala percobaan yang lebih besar, yaitu skala model atau semi pilot Uji coba karet padat sebagai aditif aspal direncanakan dilakukan bekerjasama dengan Balai Besar Jalan Wilayah IV Direktorat Bina Marga, PT. Hutama Prima atau lembaga lain sejenis Uji coba serbuk vulkanisat sebagai aditif semen beton direncanakan dilakukan bekerjasama dengan Balai Jembatan dan Pelengkap Jalan, atau lembaga lain sejenis

IV. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAA 3.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan No 1 2 3 4 5 Nama / Jabatan Fungsional Dr. Nelly Rahman / Peneliti Muda Dr. Ary Achyar Alfa / Peneliti Utama L. Agus Alam, BSc / Peneliti Madya Adi Cifriadi, MSi. /Peneliti Pertama Henry Prastanto, Jabatan Dalam Kegiatan Penanggung Jawab Kegiatan Pelaksana kegiatan Pelaksana kegiatan Pelaksana kegiatan Pelaksana Uraian Tugas Mengkoordinir kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan Membantu mengkoordinir dan pelaksanaan kegiatan Membantu mengkoordinir dan pelaksanaan kegiatan Membantu mengkoordinir dan pelaksanaan kegiatan Membantu mengkoordinir dan Instansi / Balai BPTK BPTK BPTK BPTK BPTK
16

6 7 8 9 10 11 12

M.Eng/Peneliti Pertama Arief Ramadhan, STP /Peneliti Pertama Woro Andriani Tri Haryani Desi Kartika M. Ridwan PM PM

kegiatan Pelaksana kegiatan Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

pelaksanaan kegiatan Membantu mengkoordinir dan pelaksanaan kegiatan Membantu pelaksanaan kegiatan Membantu pelaksanaan kegiatan Membantu pelaksanaan kegiatan Membantu pelaksanaan kegiatan Membantu pelaksanaan kegiatan BPTK

BPTK BPTK BPTK BPTK Kontrak/ praktikan Membantu pelaksanaan kegiatan Kontrak/ praktikan

3.2. Jangka Waktu Kegiatan Kegiatan 1.Penggunaan karet padat untuk penguat jalan aspal
Persiapan

Bulan 6 7 8

9 10 11 12

x x x x x x x x x x x x x

Pelaksanaan Analisis data Evaluasi dan pelaporan 2.Pemanfaatan serbuk


vulkanisat sebagai aditif beton Persiapan

x x x x x x x x x x x x x

Pelaksanaan Analisis data Evaluasi dan pelaporan 3. Uji gelar jalan aspal berkaret
Persiapan

x x x x x x x x x x x x x

Pelaksanaan Analisis data Evaluasi dan pelaporan 3.3. Pembiayaan


No. 1. 2. 3 Komponen Biaya Belanja Pegawai Belanja Modal Belanja Barang a. Bahan b. Perjalanan

Jumlah (Rp000) 33.000,140.000,80.000,17

c. Operasional Total

8.000,261.000,-

DAFTAR PUSTAKA Alfa, A.A., A.M. Santosa dan I. Yuliasih. 2002. Pemanfaatan Karet Siklo Sebagai Binder Dalam Cat Oles (cold Paint) Marka Jalan. Pros Sem Nas V, Kimia Dalam Pembangunan. p.133-141.Direktorat Jendral Perkebunan. 2001. Statistik Perkebunan Indonesia : Karet. Jakarta. Blow, C.M. and Hepburn, C. 1982. Rubber Technology and Manufacture. Butterworths. London, p.407. BPS. 2005. Statistika Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Douglas D. Carlson and Han Zhu. 1999. Asphalt-Rubber An Anchor to Crumb Rubber Markets. In: www.p2pays.org/ref/26/25145.pdf Ditjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia : Karet. Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan Jakarta. Gapkindo, 2005. Indonesian Natural Rubber Statistic Yearbook 2005. Jakarta. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Lulusi dan Yusria (1999), Kinerja Aspal beton Bergardasi Senjang Menggunakan Lateks Sebagi Bahan Tambahan, Simposium II FSTPT, 2 Desember 1999, Lab, Transportasi dan Bahan Jalan Jur. Teknik Sipil ITS, Surabaya IRCA. 1985. Development of Liquid Natural Rubber. Final Report. Contract No 83-84, Unido Project No. UF/GLO/81/059. CIRAD. IRSG. 2006. Rubber Statistical Bulletin, International Rubber Study Group. Vol. 61 No.1, October 2006. Wembley, United Kingdom. Edward M. Petrie. 2005. Bitumen Additives for Adhesives and Sealants. In: www.special chem4adhesives.comindex.asp.

Riyajan, S. dan J. Sakdapipanich. 2004. Mechanism of Chemical Degradation of Deproteinized Natural Rubber (DPNR) Latex; Swelling effect of Rubber Particle on Chemical Degradation of DPNR Latex. Malaysian Chemical Progress 2004 Tangpakdee, J., M. Mizokoshi, A. Endo, dan Y. Tanaka. 1998. Novel Method for Preparation of Low Moleculer Weight Natural Rubber Latex. Rubb. Chem. & Tech. Vol. 71 (4), 795-802.
18

www.irrdb.com/irrdb/NaturalRubber/Properties.htm www.kimpraswil.go.id/itjen/buletin/16aspal%20beton.htm

ROADMAP TEKNOLOGI

19

ROAD MAP PENELITIAN


I ndustri pengaspalan jalan Jasa M arga

r s a P

Aditif aspal dan beton berbasis k aret alam padat


Tek n. pencam puran k aret al am padat - Aspal yang sesuai sebagai aditif skala sem i- pilot Tek n. pencam puran serbuk V ulk Agregat unt uk Beton Penelitian Jenis Aditif Karet Alam Padat untuk Jalan Aspal Penelitian Bahan Kompatibilitasuntuk Pencampuran Serbuk Vulkanisat Agregat untuk Beton

g n a b t i L

. n k e T

k u d o r P

2010

2011

2012

20

You might also like