You are on page 1of 9

Zat Warna Direk

Zat warna ini larut dalam air. Warnanya beraneka ragam, tetapi kurang cerah, ketahanan lunturnya kurang baik. Untuk memperbaiki ketahanan lunturnya dapat dilakukan proses iring dengan kation aktif. Zat warna direk kebanyakan digunakan untuk mencelup serat selulosa. Zat warna direk memiliki molekul besar sehingga affinitasnya tinggi. Zat warna direk berikatan hidrogen dengan serat selulosa, untuk itu kedalam struktur zat warna direk dimasukan gugus-gugus yang mengandung atom kaya elektron seperti gugus amino (-NH2), ureido (-NHCONH-), asilamino (-NHCOCH3), lingkar aromatik hetero siklik dan gugus azo (-N=N-) sendiri, seperti contoh berikut

Cl Direct Red 65 Peran NaCl dalam Pencelupan Untuk memperbesar penyerapan zat warana direk selama pencelupan dapat dilakukan beberapa usaha yang salah satunya adalah menambahkan NaCl dalam larutan.NaCL sendiri berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna dalam kain. Prinsip kerja NaCl sendiri ialah mengurangi muatan negative pada serat dengan cara mengurangi ionisasi dalam proses penculapan yang akhirnya mengurangi kelarutan yang akibatanya mendorong zat warna untuk menyerap lebih baik.

Proses Iring Proses iring adalah proses yang membantu pada proses pencelupan kain, yang dilakukan setelah kain dicelup dengan zat warna. Zat yang digunakan dalam proses siring ialah zat pemiksasi kationik, diamana cara kerjanya sendiri ialah, zat warna direk dalam serat berikatan dengan zat pemiksasi sehingga ukuran zat warna menjadi besar dan akibatnya tahan luntur hasil pencelupan menjadi lebih baik.

ENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA DIREK


Posted on Juli 12, 2011 by evi gustami PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA DIREK

Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan. Zat warna direk tersebut juga zat warna substantive karena dapat terserap baik oleh selulosa, atau zat warna garam karena dalam pencelupannya. Beberapa jenis zat warna direk dapat mencelup serat-serap protein. Congo Red yang yang ditemukan oleh Bottiger pada tahun 1884, merupakan zat warna direk yang pertama kali dikenal orang. Sebelum tahun 1884 serat selulosa dicelup dengan zat warna mordan atau indigo dan zat warna lainnya yang sejenis. Cara pemakaian kedua zat warna tersebut diatas, rumit dan mahal, sedangkan zat warna direk, murah dan mudah pemakaiannya, meskpun ketahanan terhadap cucian, sinar, akali dan lainlainnya bernilai kurang. Struktur kimia zat warna direk Kebanyakan zat-zat warna golongan ini merupakan senyawa azo yang mengandung gugusan sulfonat sebagai gugusan pelarut. Zat warna direk, dapat merupakan senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo atau tetraktis-azo. Diamazine Scarlet B (C.I Direct Red 118)

Dalam tahun 1887 Green membuat primulin yang merupakan zat warna direk dengan inti tiazol. Inti zat warna direk lain yang penting adalah ftalosianin yang pada umumnya akan memberikan warna biru kehijau-hijauan. Teori pencelupan dengan zat warna direk Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada pencelupanm dengan zat warna direk. Apabila atom, hydrogen dari gugusan hidroksil tersebut diganti dengan gugusan asetil, maka serat tak dapat dicelup dengan zat warna direk lagi. Hal tersebut disebabkan karena gugusan hidroksil dalam molekul selulosa dapat mengadakan ikatan hidrogenk dengan gugusan-gugusaon hidroksil ; amina dan azo dalam molekul zat warna. Pada umumnya zat warna direk merupakan senyawa diazo yang mengandung beberapa gugusan sulfonat. Oleh meyer dikemukakan bahwa substantivitas zat warna direk hanya terdapat pada molekul-molekul yang berbentuk memanjang sehingga dapat terletak lurus di permukaan serat. Peristiwa dikhroisma merupakan salah satu bukti bahwa zat warna direk memang terletak pada permukaan molekul-molekul serat yang terorientasi sejajar dengan sumbu serat. Maka senyawa azo yang berbentuk trans lebih substantive dari pada senyawa cis. Kemudian Hodgson dan Mardsen menambahkan, selain molekul tersebut harus linear, maka inti-inti aromatiknya harus pula terletak pada satu bidang. Misalnya senyawa Benzopur-purin 4B adalah substantive, tetapi senyawa isomernya dengan inti dimetil, benzidina tidak substantive. Shcirm berpendapat bahwa substantivitas disebabkan oleh suatu sistem ikatan rangkap yang berkoyugasi yang kemudian oleh Hodgson dan Marsden dengan teori resonansi dimana inti-inti aromatiknya harus terletak pada suatu bidang. Peter dan sumber menegaskan bahwa substantivitas tidak hanya disebabkan oleh terjadinya ikatan hydrogen antara zat warna dan selulosa, tetapi jenis ikatan Van der Waals jgua memegang peranan pentingh. Lead menguatkan teori diatas dengan menyimpulkan bahwa afinitas ditimbulkan oleh reaksi bolak-balik antara elektron-elektron di dalam sistem konyugasi lanjut dengan atom-atom hydrogen dari gugusan hidroksi molekul selulosa. Isoterm zat warna direk Afinitas sesuatu zat warna direk mudah diamati dengan menggambarkan kurva isotherm penyerapan, yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar azat warna yang tercelup dida alam serat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada suhu yang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan larutan sesuatu zat dalam sistem cairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus Nernst. Jenis isotherm yang kedua isotherm langmuir, yaitu yang kerap kali dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat tertentu yang aktif dan terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabila tempat-

tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhenti meskipun konsentrasinya dalam larutan ditambah. KURVA ISOTERM LANGMUIR Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (gr/liter) Df = Konsentrasi zat warna dalam serat (gr / kg). Kemudian isotherm yang ketiga yang juga banyak dipergunakan dalam pencelupan dalam isotherm Freundlich. Isotherm tersebut tidak mempunyai batas penempatan molekul-molekul zat warna dalam molekul serat, dan dapat dituliskan dalam suatu rumus atau bentuk kurva seperti pada gambar 28. Beberapa zat warna direk akan mengikuti isotherm Freundlich, karena ikatan hydrogen dan Van der Waals yang memungkinkan zat warna direk terserap oleh selulosa secara praktis tidak terbatas jumlahnya. KURVA ISOTERM FREUNDLICH Df = k (Ds)X Dimana : Df = konsentrasi zat warna dalam serat Ds = konsentrasi zat warna dalam larutan x k = pangkat suatu bilangan pecahan = suatu konstanta

Pengaruh elektrolit Pada pokoknya penambahan elektrolit kedalam larutan celup zat warna direk adalah memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda. KURVA PENGARUH ELEKTROLIT Zat warna direk A kurang peka terhadap elektrolit dari pada zat warna B. selulosa di dalam larutan mempunyai muatan negatif pada permukaannya, sehingga anion zat warna direk akan tertolak. Elektrolit yang ditambahkan berfungsi akan mengurangi atau menghilangkan muatan negatif, tersebut, hingga pada jarak yang cukup dekat molekul-molekul zat warna akan teratrik karena gaya-gaya Van deer Wals atau ikatan hydrogen yang telah dapat bekerja dengan baik. Maka dapat disimpulkan bahwa zat-zat warna dengan gugusan sulfonat yang banyak akan lebih mudah ditolak serat dari pada yang sedikit.

Chricodine G akan tercelup tua meskipun tidak dengan penambahan elektrolit, sedangkan pada Chlorazol Sky Blue FF akan hanya memberikan penodaan saja. Tetapi apabila kita tambahkan garam kedalam larutan celup maka chlorazol Sky Blue FF juga akan memberikan celupan dengan warna tua. Pengaruh Suhu Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada shuhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Apabila suhu dinaikan maka jumlah zat warna yang terserap pada waktu singkat akan besar sehingga mencapai harga tertentu, kemudian berkurang kembali KURVA PENGARUH SUHU Peristiwa tersebut akan menyebabkan perubahan ketusan warna bila pencelupan dilakukan pada suhu mendidih kemudian larutan dibiarkan mendingin kembali. Pengaruh perbandingan larutan Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan. Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan. Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula. Pengaruh pH Zat warna direk biasa dipergunakan dalam larutan netral. Penambahan alkali mempunyai pengaruh menambah penyerapan. Meskipun demikian kerap kali dipergunakan soda abu hingga 3 & untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai atau untuk memperbaiki ke larutan zat warna. Ketahanan dan Sifat-sifat Zat Warna Direk

Zat warna direk pada umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap pencurian sedangkan ketahanannya terhadap sinar adalah sedang, kecuali ada beberapa yang mempunyai nilai cukup atau baik. Demikian pula zat warna direk kurang tahan terhadap oksidasi dan akan rusak oleh reduksi. Zat warna direk mempunyai sifat yang berbeda-beda didalam kerataan pada waktu pencelupan. Whittaker melakukan uji kapiler yakni untuk menggolongkan zat warna berdasarkan tinggi rendahnya benang viskosa yang tenroda oleh larutan zat warna, benang yang ternoda tinggi akan lebih sukar mendapat hasil celupan yang rata. Kemudian uji kapiler tersebut diikuti dengan uji yang menggunakan berbagai suhu celup, yaitu mencelup delapan buah contoh uji ke dalam larutan 2% sabun, 10% garam Glauber dan 0,5% zat warna pada 30 menit. Zat warna yang mempunyai afinitas yang besar terhadap serat akan memberikan kerataan yang baik pada suhu yang rendah. Boulton dan Reading mengemukakan cara uji waktu setengah celup yakni mengukur waktu yang dibutuhkan oleh serat-serat dalam pencelupan untuk menyerap setengah dari jumlah zat warna yang terserap dalam keadaan setimbang. Uji ini dipergunakan untuk menentukan kapasitas sesuatu zat warna untuk memberikan celupan yang rata. Zat-zat warna yang memiliki waktu setengah celup yang kecil akan memberikan hasil celupan yang rata. Lemin, Vickers dan vickerstaff menarik kesimpulan bahwa kecepatanpencelupan suatu zat warna dapat dipergunakan sebagai patokan untuk memilih zat-zat warna yang dapat icampur bersamasama. Dengan demikian zat warna direk dapat digolong-golongkan sebagai berikut : Golongan A : Yakni zat warna yang muda bermigrasi : maka akan mempunyai daya perata yang tinggi. Pada permulaan pencelupan mungkin diperoleh pencelupan yang tidak rata. Tetapi hal ini mudah diatas yaitu dengan pndidihan yang lebih lama. KURVA KECEPATAN PENCELUPAN PADA BEBERAPA ZAT WARNA DIREK Golongan B : Yakni zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga penyerapan harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bola pada permulaan pencelupan zat warna memberikan hasil celupan yang tidak rata, maka sukar akan memperbaikinya.

Golongan C : Yakni zat warna dengan daya perata yang rendah tetapi mempunyai daya tembus yang baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit. Ppenetrasinya dapat diatur dengan menaikan suhu larutan celup. Car pemakaian zat warna di rek Zat warna direk golongan A Pertama-tama zat warna dipestakan dengan air dingin dan zat pembahasa nonion atau anipn; kemudian ditambahkan air yang mendidih sambil diaduk. Sebelum dituang ke bejana celup yang berisi air, larutan induk disaring lebih dahulu. Apabila air agak sadah maka dapat ditambahkan kedalamnya zat penghilang kesadahan misalnya calgon atau soda abu sebanyak 1 3 %$ dari berat bahan. Penambahan garam dapur kedalam larutan celup untuk warna muda memerlukan 5 % garam dapur dari berat bahan, warna sedang memerlukan 10% sedangkan warna tua memerlukan 20%. Bahan dari selulosa setelah mengalami proses pengelantangan, dimasukan kedalam larutan celup pada suhu 40 500C. Kemudian suhu dinaikkan hingga mendidih dalam waktu 30 40 menit, dan diteruskan dalam pendidihan selama 1 jam. Pad aumumnya pencelupan rata ; apabila belum rata pencelupan dapat diteruskan dalam pendidihan selama beberapa menit. Zat warna direk golongan B Cara pencelupan zat warna golongan ini seperti pada zat warna golongan A, hanya penambahan elektrolit diberikan bagian per bagian. Zat-zat aktif permukaan misalnya Lyogen DK dapat ditambahkan untuk mengurangi kepekaan zat warna terhadpa elektrolit dan membantu mengatur kecepatan penyerapan. Zat warna direk golongan C Pencelupan zat warna golongan ini harus dimulai pada suhu yang rendah dan tidak dengan penambahan elektrolit. Penaikan suhu harus idlakukan dengan perlahan-perlahan kemudian diteruskan dalam pendidihan selama 1 jam. Penambahan elektrolit mempengaruhi sedikit ketuaan warna dan ditambahkan setelah larutan celup mendidih. Untuk tandingan warna hendaknya dipilih zat warna dari golongan yang sama dan mempunyai kecepatan penyerapan yang sama pula. Kurva dari suhu dan penyerapan akan membantu dalam tandingan warna ini. Cara pemakaian zat warna direk pada suhu tinggi

Pencelupan zat warna direk dengan suhu yang tinggi akan memperbaiki daya migrasi zat-zat warna direkgolongan B dan C, meskipun tidak dengan penambahan elektrolit. Beberpaa zat warna direk akan rusak dalam pendidihan yang lama, oleh karena sifat mereduksi molekul-molekul selulosa terutama pada suasana alkali. Oleh Butterworth zat warna direk ini digolongkan menurut kepekaannya terhadpa suhu pencelupan yang tinggi sebagai berikut : Golongan 1 : Yaitu zat warna direk yang stabil pada suhu celup antara 1200C 1300C dalam suasana netral dan tahan pula terhadpa suasana alkali. Table 11 CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 1
Nama Barang Colour Index :

Durazol Yellow 6 GChorazol Orange POBenzo C.1. Direct Yellow 46C.1. Direct Orange 1C.1. Purpurine 4 B Direct Red 2

Durazol Blue 8 G Golongan 2 :

C.1. Direct Blue 86

Yaitu zatwarna direk yang stabil pada suhu tinggi dalam suasana netral, tetapi akan rusak dalam suasana alkali. Tabel 12 CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 2
Nama Barang Colour Index

ChrysophenineDurazol Orange RIcyl Brown G C.1. Direct Yellow 12C.1. Direct Orange 48C.1. Direct Brown 3

Chlorazol Fast Red F C.1. Direct Red 1 Durazol Blue 4 R C.1. Direct Blue 67 Chilorazol Green G C.1. Direct Green 8 Chlorazol Black RF

C.1. Direct Black 4 Dalam pemakaian golongan ini, larutkan celup harus dijaga agar tetap netral. Oleh karena itu sebaiknya digunakan ammonium sulfat sebagai penyangga sebanyak 0,5 kg setiap 500 ltr. Larutan. Golongan 3 : Yaitu zat warna direk yang rusak pada suhu celup yang tinggi dalam suasana netral atau alkali. Contoh zat-zat warna direk golongan ini dapat dilihat pada table berikut : Tabel 13 CONTOH ZAT-ZAT WARNA DIREK GOLONGAN 3
Nama Barang Colour Index :

Chlorazol Fast Orange RDirazol Brilliant Red C.1. Direct Orange 26C.1. Direct Red 80C.1. BChlorazol Diazo Blue 3 G Direct Blue 138

Durazol Grey BG

C.1. Black 51

Kebanyakan zat-zat warna direk mempunyai penyerapan maksimum di bawah 1000C dan afinitasnya pada suhu tersebut sudah kecil lebih-lebih pada suhu diatas 1000C. Untuk memperoleh warna yang lebih tua dan rata maka bahan setelah dicelup pada suhu diatas 1000C, hendaknya larutan dibiarkan mendingin hingga suhu 85 900C untuk menambah besarnya penyerapan.
http://evgust.wordpress.com/2011/07/12/pencelupan-dengan-zat-warna-direk/

You might also like