You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Dalam struktur negara Republik Indonesia, alat-alat penegak hukum dijalankan oleh Lembaga Eksekutif yang terdiri dari Polisi dan Jaksa, Lembaga Yudikatif atau Kekuasaan Kehakiman oleh Badan Peradilan yang perannya dijalankan oleh Hakim, dan yang terakhir adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meskipun tidak disebutkan secara eksplisit sebagai alat penegak hukum namun telah dibentuk Undang-Undang sebagai institusi yang independen dengan tugas dan wewenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam makalah ini saya mengambil topik mengenai penyalahgunaan wewenang alat penegak hukum, salah satunya adalah wewenang jaksa. Kasus yang akan saya jelaskan adalah masalah Jaksa yang menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia diduga menerima dana dari Bank Indonesia untuk menyelamatkan para mantan petinggi Bank Indonesia yang dianggap terlibat skandal pengucuran dana Bantuan Likuiditas. Kasus ini mulai mucul sekitar bulan Oktober 2008. Hal yang akan saya kedepankan mengenai kasus ini adalah jika kasus ini telah terbukti benar apakah pantas seorang jaksa berbuat hal yang demikian, berarti jaksa tersebut telah melanggar wewenang dan tugasnya serta harus mendapat sanksi yang sesuai dengan Undang-Undang yang ada. Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supermasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakkan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebagaimana telah dikatakan pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaaan Kehakiman yang menyatakan bahwa Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, salah satunya adalah Kejaksaan Republik Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah yang dimaksud dengan Alat Penegak Hukum? 2. Apa saja tugas dan wewenang dari Alat Penegak Hukum? 3. Penyalahgunaan wewenang manakah yang melanggar kasus Jaksa Penerima Dana BI tersebut?
1

1.3 Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Alat Penegak Hukum, siapa saja lembagalembaganya, untuk mengetahui apa saja tugas dan wewenang masing-masing lembaga Alat Penegak Hukum dan untuk mengetahui tugas atau wewenang yang mana yang dilanggar oleh Jaksa Penerima Dana BI tadi. 1.4 Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri atas empat bab, dan masing-masing bab terdapat beberapa sub bab. Berikut adalah penjabarannya: BAB I : merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: merupakan bab pembahasan landasan teoritis yang terdiri dari teori-teori dan analisis kasus. BAB III BAB IV : merupakan bab penutup yang terdiri atas simpulan dan saran. : merupakan bab referensi dan daftar pustaka.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Alat Penegak Hukum Sebagaimana yang telah dikatakan pada bagian latar belakang, telah dijelaskan bahwa Alat Penegak Hukum itu adalah polisi, jaksa, hakim, advokat (pengacara) dan KPK. Dalam UU Hukum Acara Pidana yang mengatur pelaksanaan tata cara peradilan dalam lingkungan peradilan umum pada suatu/semua tingkat peradilan1 memberi batasan tentang beberapa istilah hukum. Istilah tersebut diantaranya adalah: Penyidik adalah pejabat polisi Negara RI atau pejabat negara sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi guna menemukan tersangka pelaku tindak pidana/pelanggaran. Penyelidik adalah pejabat polisi Negara RI (yang diberi wewenang oleh UU) untuk melakukan penyelidikan. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan menyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Jaksa adalah pejabat yang bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (melaksanakan putusan hakim). Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menuntut cara tertentu agar diperiksa dan diputuskan oleh hakim di sidang pengadilan. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh UU untuk mengadili dan menyatakan keputusan pengadilan (memutus perkara). Kepolisian adalah suatu kekuasaan yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat manapun untuk mengawasi anggota masyarakat agar tidak melanggar peraturan dan norma yang telah disepakati, sehingga dapat dicapai keadaaan tertib dan aman dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya peran polisi tersebut mendapat pengakuan Walter C. Reekless serta menempatkan keberadaan polisi sebagai syarat mutlak dari pendisiplinan suatu negara2.

1 2

UU NO. 8 Tahun 1981 Walter C. Reekless adalah pakar kepolisian dan penjelasan tersebut terdapat di dalam bukunya yang berjudul The Crime Problem

Berdasrkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat menyebutkan Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang ini, selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (1) Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan. Meskipun KPK tidak disebutkan secara eksplisit sebagai Penegak Hukum, namun keberadaan KPK sebagai pengak hukum telah terdapat dalam penjelasan umum UU tentang KPK No. 32 Tahun 2002 dinyatakan untuk melakukan penegakan hukum secara luar biasa khusus dalam pemberantasan tindak pidana korupsi yang selama ini mengalami berbagai hambatan. Pembentukan KPK berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 merupakan amanat pasal 43 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan tugas dan wewenang melakukan koordinasi dan supervisi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2.2 Tugas dan Wewenang masing-masing Lembaga Alat Penegak Hukum 1. Kepolisian Kepolisian RI memegang peranan penting sebagai alat penegak hukum. Dalam praktiknya, mereka ditugaskan untuk mengawasi dan mencegah kejahatan. Dalam UndangUndang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 2 menyebutkan fungsi Kepolisian adalah sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan dan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah (UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 13): a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, kepolisian memiliki wewenang secara umum (UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 15): a. menerima laporan dan/atau pengaduan; b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum; c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
4

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan admistratif; e. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti; j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. 2. Kejaksaan Peran dan kedudukan Kejaksaan adalah sebagai lembaga pemerintahan melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan kewenangan lain berdasarkan UU No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan RI. Dalam UU Kejaksaan ini, jabatan Jaksa adalah jabatan fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak sebagai Penuntut Umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pada Kejaksaan dapat ditugaskan Pegawai Negeri yang tidak menduduki jabatan fungsional Jaksa, yang diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung. Susunan Kejaksaan terdiri dari Kejaksaan Agung yang berkedudukan di ibukota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi yang berkedudukan di ibukota propinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi dan Kejaksaan Negeri yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota yang daerah hukumnya meliputi daerah kabupaten/kota tersebut. Tugas dan Wewenang Jaksa berdasarkan UU RI No. 16 Tahun 2004 Pasal 30 adalah:
5

a. Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: a. melakukan penuntutan; b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat; d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang; e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

b. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

c. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan: a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b. pengamanan kebijakan penegakan hukum; c. pengawasan peredaran barang cetakan; d. pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara; e. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama; f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

3. Hakim Ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman di atur dalam UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman3. Tugas pokok kekuasaan kehakiman adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan. Kekuasaan kehakiman dipegang oleh lembaga yudikatif: 1. Mahkamah Agung, wewenang (UU No. 4 Tahun 2004 Pasal 11):

Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.

a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh semua pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung; b. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang; dan c. Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang

2. Mahkamah Konstitusi, wewenang (UU No. 4 Tahun 2004 Pasal 12): mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945; b. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; c. Memutus pembubaran partai politik; d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

4. Advokat (Pengacara) Dalam menjalankan profesinya, Advokat berlaku independen untuk memberikan nasehat dan konsultasi kepada kliennya, jasa mereka tidak hanya digunakan dalam kepentingan ligitasi di Pengadilan saja, tetapi juga memberikan opini hukum bagi kalangan pengusaha. Dalam lingkup kerja Advokat modern memperlihatkan adanya fungsi Advokat dalam dua aspek yaitu untuk mewakili klien di muka pengadilan dan mewakili klien di luar pengadilan.

Diakuinya status Advokat sebagai Penegak Hukum yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan (Pasal 5 ayat (1))4. Dalam Pasal 15-16, Advokat dalam menjalankan tugasnya baik didalam maupun di luar pengadilan tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana. Sedangkan dalam Pasal 19 ayat 2, Advokat memiliki hak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya

Status advokat sebagai penegak hukum adalah sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.

terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan hak perlindungan terhadapan penyadapan atas komunikasi elektronik.

5. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam UU tentang KPK No. 30 Tahun 2002 Pasal 11 KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang: a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara. b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat. c. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000. (satu milyar rupiah).

KPK dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, berwenang untuk (Pasal 12 UU tentang KPK): 1. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan; 2. Memerintahkan kepada instansi terkait untuk melakukan cekal; 3. Meminta keterangan mengenai keadaan keuangan tersangka/terdakwa kepada bank maupun lembaga keuangan lain; 4. Memberikan perintah blokir atas rekening yang diduga hasil korupsi tersangka/terdakwa/pihak terkait pada bank maupun lembaga keuangan lain; 5. Meminta data kekayaan dan perpajakan atas nama tersangka/terdakwa; 6. Memerintahkan kepada atasan tersangka untuk memberhentikan sementara dari jabatannya; 7. Menghentikan sementara seluruh kegiatan perdagangan, keuangan, perijinan usaha tersangka/terdakwa yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa; 8. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak Hukum Negara lain untuk mencari, menangkap dan menyita barang bukti di luar negeri; 9. Meminta bantuan Kepolisian atau instansi terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan atas perkara tindak pidana korupsi yang ditangani.

KPK juga berwenang mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhdapa pelaku tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan (Pasal 8 ayat (2) UU tentang KPK) dan berwenang mengkoordinasi dan mengendalikan, penyelidikan dan penuntutan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tunduk pada Peradilan Militer dan Peradilan Umum (Pasal 42 UU tentang KPK).

2.3 Analisis Kasus Kejaksaan Agung menyelidiki jaksa yang menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Beberapa jaksa diduga menikmati Rp 68,5 miliar dana yang dikucurkan dari Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Penyelidikan dilakukan setelah munculnya pengakuan Antoni Zeidra Abidin, terdakwa aliran Dana Bank Indonesia, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Antoni mengaku mendengar dari Kepala Biro Hukum Bank Indonesia Oey Hoey Tiong bahwa dana Rp 68,5 miliar dikucurkan atas desakan para jaksa yang menangani kasus dengan tersangka Sudradjat Djiwandono, mantan Gubernur Bank Indonesia. Antony memberikan keterangan dengan menunjukkan rekaman perkacapan dengan Oey dalam sidang. Oey Hoey Tiong juga menyatakan bahwa dialog tersebut memang benar saat ia ditanyai oleh ketua majelis hakim Mansyurdin Chaniago. Menurut pengakuan Oey pada saat itu, miliaran rupiah dana tersebut harus disediakan untuk menyelamatkan para mantan petinggi Bank Indonesia yang dianggap terlibat skandal pengucuran dana Bantuan Likuiditas. Jaksa Agung, Herman Supandji juga mengatakan bahwa pihaknya mempersilakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyelidiki aparat hukum seperti jaksa yang terkait dugaan aliran dana BI. Komisi Yudisial (KY) pada saat itu juga siap memberikan bantuan untuk membongkar jaksa atau hakim yang terkait dengan aliran dana Bank

Indonesia. "Jelas kita memiliki kewenangan untuk kasus itu, tapi harus bersinergi dahulu dengan kejaksaan, kepolisian, dan komisi pemberantasan korupsi (KPK)," kata Ketua KY, Busyro Muqoddas, di Jakarta, Rabu (21/2)5. Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Pasal 8 (ayat 1, 2 dan 3) dikatakan bahwa Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa bertindak untuk dan atas nama negara serta bertanggung jawab menurut saluran hierarki. Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, jaksa melakukan penuntutan dengan keyakinan berdasarkan alat bukti yang sah. Berdasarkan kasus

Dikutip dari kapanlagi.com

Jaksa tadi, sebenarnya pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak hanya kepada negara tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk dan agar dapat menegakkan keadilan.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga kehormatan dan martabat profesinya. Dalam hal melaksanakan tugas, jaksa diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan, pemeriksaan, penggeledahan, penangkapan, dan penahanan terhadap jaksa yang bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung6. Berdasarkan kasus Jaksa yang diduga penerima dana BI tadi, jika terbukti benar, ini merupakan sebuah kasus tindak pidana korupsi yang harus segera diatasi karena menyangkut masalah besar pada Negara Indonesia, karena penegak hukumnya sendiri yang melakukan tindak korupsi. Kasus BI memang sebuah kasus yang sangat memelaratkan Bangsa Indonesia. Jaksa-jaksa yang terbukti benar menerima dana (suap) dari BI, berdasarkan UU no. 16 tahun 2004, jaksa tersebut harus dijatuhi tindak pidana, dan penahanan terhadap jaksa hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung. Jaksa Agung sendiri pun mengatakan siap menidaklanjuti kasus ini, walaupun jaksa yang terkait dalam kasus BI yang menyangkut sejumlah Gubernur BI tersebut pada saat ini sudah pensiun. Namun perkara hukum harus tetap dilanjutkan. Jaksa-jaksa yang terkait harus dihukum sesuai aturan hukum, selain melanggar tugas dan wewenangnya sebagai seorang jaksa, dia juga merupakan seorang penegak hukum yang seharusnya tidak berbuat demikian. Seorang penegak hukum, dia diberi pertanggungjawaban atas jabatan yang dia miliki untuk mengatur agar penegakan hukum di Indonesia benar-benar ditegakkan. Jika dia melakukan tindak korupsi, dia harus dijatuhi hukuman pidana korupsi, karena ini menyangkut moral bangsa Indonesia, dia dipercayai sebagai alat penegak hukum tetapi dia sendiri tidak melaksanakan penegakkan hukum.

Terdapat pada UU NO. 16 TAHUN 2004 PASAL 8 AYAT 4 dan 5

10

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dalam menjalankan fungsi, tugas dan wewenang Kejaksaan, Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan hendaknya harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum. Bukan sebaliknya, Jaksa itu sendiri yang melanggar peraturan yang dibuat oleh Negara yang dibebankan dan diberi kuasa kepada Kejaksaan. Selain itu, Kejaksaan RI harus pula memperhatikan dan menjalankan norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.

3.2 Saran Dalam melaksanakan putusan pengadilan dan penetapan hakim, kejaksaan hendaknya memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat dan peri kemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa mengesampingkan ketegasan dalam bersikap dan ber-tindak. Seorang Jaksa dalam mengusut suatu perkara haruslah berdasarkan kepentingan umum maksudnya adalah kepentingan bangsa dan negara atau masyarkat luas, bukan berdasarkan kepentingan pribadi atau kepentingan demi keuntungan pribadi ataupun keuntungan bagi pihak yang sedang dalam perkara, melindunginya dengan cara menira suap (tindak korupsi).

11

DAFTAR PUSTAKA

Lumbuun, Gayus. (2008). Pengertian Penegakan Hukum dan Alat-Alat Penegak Hukum. Diktat Kuliah Pengantar Ilmu Hukum FISIP-UI. Rizal, Josrial, Fatimah, et al. (2008). Pengantar Ilmu Hukum. Diktat Kuliah Pengantar Ilmu Hukum FISIP-UI. http://korupsi.vivanews.com/news/read/1513-kejagung_janji_usut_jaksa_penerima_dana_bi http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/08/12/brk,20080812-130499,id.html http://www.kapanlagi.com/h/0000214254_print.html http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=12292:matangkap-hakim-penerima-dana-bi&catid=17:nasional&Itemid=30

12

You might also like