You are on page 1of 28

MEDIA PENGAJARAN MATEMATIKA

A. Pengertian Media Pengajaran Matematika Media pengajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar, dan tidak terjadinya verbalisme. Media pengajaran merupakan alat bnatu pendengaran dan penglihatan (audio Visual Aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Pengalaman belajar secara signifikan. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui: Situasi dan kondisi yang sesungguhnya; Mengamatibenda pengganti dalam wujud alat peraga Membaca bahan- bahan cetakan, seperti majalah, buku, surat kabar dan sebagainya.

Berdasarkan fungsinya media dapat berbentuk alat peraga a) Pengertian alat peraga Menurut Estiningsih (1994) alat peragamerupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri ciri dari konsep yang dipelajari b) Fungsi alat peraga Fungsi Utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dri konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari konsep. Berikut ini diberikan beberapa contoh dari alat peraga: Papan tulis, buklu tulis dan daun pintu yang berbentukpersegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri datar persegi panjang.
Pensil, kapur, lidi dan biji bijian dapat berfungsi sebagai alat peragapada

saat mengenal bilangan, dengan cara membilang banyaknya angota dari kelompok benda, sehingga pada akhir membilang akan ditemukan bilangan yang sesuai dengan kelompok benda tersebut.
Sarana

a) Pengertian dan fungsi sarana Sarana juga merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Contoh media pengajaran yang berupa sarana adalah : papan tulis, penggaris, jangka, klinometer, timbangan, Lembar Kerja (LK), Lembar Tuga (LT) alat alat permainan. Srana yang berbentuk LK dan LT bila direncanakan dengan baik akan sangat membantu kegiatan belajar mengajar. b) Sarana yang berbentuk LK atau LT 1) LK (Lembar Kerja) LK adalah lembaran yang digunakan sebagai sarana agar kegiatan belajar mengajar yang terjadi lebih efektif dan efisien. Pada LK tercantum: a) Identitas siswa b) Tanggal Mengisi LK c) Waktu yang ditetapkan untuk mengisi LK d) Pokok Bahasan yang dibicarakan LK e) Uraian kegiatan f) Evaluasi 2) LT (Lembar Tugas) LT adalah lembaran sarana yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Dalam penggunaan LT siswa tidak mendapat bimbingan dari guru. Artinya siswa dilepas untuk mengerjakannya secara mandiri dengan waktu yang dikontrol ketat oleh guru. Pada LT tercantum: a) Identitas siswa b) Tanggal Mengisi LK c) Waktu yang ditetapkan untuk mengisi LK d) Pokok Bahasan yang dibicarakan LK e) Petunjuk pengerjaan f) Evaluasi

B. PENGELOMPOKAN MEDIA PENGAJARAN Menurut Rowntree (1974 : 104 113) media pengajaran terdiri atas: a. Media Interaksi Insani Komunikasi langsung antara dua orang guru dan peserta didik atau lebih. Kehadiran ini dapat terjadinya saling memengaruhi secara signifikan. Komunikasi dapat terjadi secara verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal berpengaruh besar terhadap perkembangan kognitif peserta didik. Untuk pengembangan efektif dilakukan melalui komunikasi nonverbal, seperti penampilan fisik, roman muka, gerak gerik, atau sikap.

b. Media realita Realita merupakan perangsang nyata, seperti orang, binatang, benda, atau peristiwa yang diamati peserta didik. Dalam realita orang hanya menjadi objek pengamatan atau studi

c. Pictorial Media ini disajikan dalam berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak bergerak. Dibuat di atas kertas, film, kaset, disket dan media lainnya. Penyajiannya dari mulai yang sederhana, seperti skets atau bagab sampai kepada yang cukup sempurna, seperti film bergerak, berwarna, bersuara atau bentuk animasi yang disajikan dalam bentuk video atau komputer. Media ini memiliki banyak keuntungan karena hampir semua bentuk, ukuran, kecepatan, benda, dan makhluk, serta peristiwa dapat disajikan dalam media ini.

d. Simbol Tertulis Media penyajian informasi yang paling umum. Macam bentuknya, seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul dan majalah. Penulisan simbol simbol tertulis dilengkapi dengan media fictorial, seperti gambar, grafik, bagan, dan bentuk lainnya.

e. Rekaman suara Berbagai informasi dapat disajikan kepada peserta didik dalam bentuk rekaman suara Rekaman suara dapat dipadukan dengan media fictorial.

C. PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN Pada pembelajaran klasikal umumnya komunikasi terjadi satu arah yaitu dari guru ke siswa, dan hampir tidak terjadi sebaliknya. Oleh sebab itu penggunaan media lebih di dominasi oleh guru. Bagaimana cara meminimalkan dominasi guru? Salah satu cara adalah direncanakannya media untuk kelompok baik untuk alat peraga maupun sarana. Kelebihan media digunakan untuk kegiatan kelompok: 1) Adanya tutor sebaya dalam kelompok 2) Kerjasama yang terjdi membuat suasana kelas menjadi menyenangkan 3) Banyaknya anggota yang relatif kecil lebih membuat siswa berani mengemukakan pendapatnya dibandingkan dalam 1 kelas 2 Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan media untuk pembelajaran kelompok

1) Tugas-tugas pelengkap dari media, haruslah mengaktifkan semua anggota kelompok agar tidak terjdi dominasi oleh seorang saja 2) Pemilihan anggota kelompok harusl heterogen

D. KELENGKAPAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK SETIAP KELAS Kegiatan belajar matematika dapat dilakukan dengan berbagai strategi dan variasi sajian,misalnya: permainan, diskusi, pemecahan masalah, dll yang sesuai dengan pokok bahasan dan ditunjang dengan media yang sesuai Agar media yang digunakan terencana dengan baik, maka dibutuhkan identifikasi media dalam satu tahun ajaran menurut jenjang kelas. Urutan usaha yang dapat dilakukan guru: 1) Perencanan kebutuhan media menurut RP Matematika sesuai jenjang kelas 2) Penggandaan Media 3) Penempatan media dalam kelas

E. CONTOH PENGAJARAN YANG MEMANFAATKAN MEDIA

Permainan dalam pengajaran matematika di sekolah bukan untuk menerangkan definisi atau struktur matematika melainkan sebagai suatu cara untuk mempelajari atau membina ketrampilan dari suatu topik tertentu. Bila seorang guru berkeinginan merencanakan kegiatan permainan matematika dalam pembelajaran, maka guru perlu mengkaji topik dalam RPP yang tepat untuk kegiatan yang didukung oleh permainan.

F. MANFAAT MEDIA DALAM KEGIATAN PENGAJARAN Manfat media dalam kegiatan pengajaran tidak lain adalah mempelancar proses interaksi antara guru dengan siswa, dalam hal ini membantu siswa belajar secara optimal. Tetapi disamping itu ada beberapa manfaat lain yang lebih khusus. Kemp dan Dayton (1985), mengidentifikasi tidak kurang dari delapan manfaat media dalam pengajaran, yaitu: Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.

Melalui media, penafsiran yang beragam dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Proses pembelajaran lebih menarik Media dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang mereka untuk beraksi terhadap penjelasan guru, memungkinkan mereka menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mereka mengkonkretkan sesuatu yang abstarak, dan sebagainya. Dengan demikian media dapat membantu gru menghidupkan suasana klas dan menghindari suasana monoton dan membosankan. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif Media harus dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif.

Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi Seringkali para guru menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanayak itu jika mereka memanfaatkan media pengajaran pendidikan yang baik. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar mengajar lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Media pengajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu

sendiri dapat ditingkatkan Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan.

Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif Pertama, guru tidak perlu mengulang ulang penjelasan mereka bila media digunakan dalam pengajaran. Kedua, Dengan mengurangi uraian verbal (lisan), guru dapat memberi perhatian lebih banyak kepada aspek aspek lainnya. Ketiga, Peran guru tidak lagi menjadi sekedar pengajar, tetapi juga konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran.

G. PEMILIHAN MEDIA PENGAJARAN Penggunaan media atau alat alat modern di dalam pembelajaran bukan berarti mengganticara mengajar yang baik, melainkan untuk melengkapi dan membantu gurudalam menyampaikan materi atau informasi kepada siswa. Dengan menggunakan media diharapkan terjadinyakomunikasi yang komunikatif, siswa mudah memahami maksud dari materi yang disampaikan guru di depan kelas, kemudian juga sebaliknya guru mudah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, melalui media guru dapat membuat contoh, interprestasi sehingga siswa mendapat kesamaan arti sesame mereka. Penggunaan dan pemilihan media harus mempertimbangkan: Tujuan/indicator yang hendak dicapai, Kesesuaian media dengan materi yang dibahas, Tersedia saran dan prasarana penunjang, dan Karakterisitk siswa.

Selain itu Don Ely (1982) menyarankan pertimbangan pertimbangan praktis dalam mempergunakan media, sebagai berikut: Media apa yang tersedia? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembangkan programnya? Berapa biaya yang diperlukan?

BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN


A. MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok masing masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama sama dengan kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelmpok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permaianan akademikk. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogeny dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan etiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyak nya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah yaitu:

Tahap penyajian kelas (class precentation) Belajar dalam kelompok (teams) Permainan (games) Pertandingan (tournament)

Penghargaan kelompok (team recognition)

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki cirri cirri sebagai berikut: Siswa bekerja dalam kelompok kelompok kecil Games Tournament Penghargaan kelompok

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu: Mengajar (teach) Mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Belajar kelompok (team study) Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/sukuu yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Pemainan (games) Permaianan diikuti oleh kelompok dari masing masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah utnuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menuasai materi, dimana pertanyaan pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Penghargaan kelompok (team recognition) Pemberian penghargaan (reward) berdasarkan pada rerata poin diperoleh oleh kelompok dari permaiann. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut:

Kriteria penghargaan kelompok Kriteria (Rerata Kelompok) 30 sampai 39 40 sampai 44 45 sampai 49 50 ke atas Predikat Tim kurang baik Tim baik Tim baik sekali Tim istimewa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah

: SMPN 12 Betung

Mata Pelajaran: Matematika Kelas/semester: VIII/2 Tahun Pelajaran : 2010 2011

STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian bagiannya, serta menentukan ukurannya.

KOMPETENSI DASAR Mengidentifikasi sifat sifat kubus dan balok, prisma dan limas, serta bagian bagiannya

INDIKATOR Menyebutkan unsur unsur prisma tegak dan limas: rusuk, titik sudut, sisi, diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal.

Alokasi waktu 3 x 40 menit (1 pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa dapat menyebutkan unsure unsure prisma tegak dan limas : rusuk, titik sudut, sisi, diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal.

B. MATERI AJAR 1. Unsur unsur prisma tegak 2. Unsur insur limas

C. MEDIA PEMBELAJARAN 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2. Kartu Soal 3. Model Prisma tegak dan Limas

D. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN Model Metode : Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (teamns Games Tournament) : Diskusi, Informasi, Tanya Jawab, Kuiz, Pemberian Tugas

E. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN

1. Pendahuluan 1) Memulai pembelajaran dengan salam dan doa 2) Appersepsi tentang unsur unsur balok dan kubus Berapa banyaknya rusuk balok? Berapa banyaknya sisi balok? Berapa banyaknya diagonal sisi balok ? Berapa banyaknya sisi kubus? Berapa banayaknya diagonal sisi kubus? 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4) Guru membagi siswa dalam kelompok kelompok yang telah ditentukan 2. Kegiatan Inti Guru membagikan LKS. Siswa mencermati LKs yang telah diterimanya. Guru memberikan penjelasan singkat tentang cara mengerjakan LKS Guru mempersilahkan siswa untuk mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk. Guru memberikan bimbingan seperlunya. Guru meminta siswa setiap kelompok mengirimkan wakilnya ke meja tournament. Guru membrikan arahan secara garis besar tata cara bekerjanya, diingatkan bahwa kemampuan dan keseriusan tiap anggota kelompok akan mempengaruhi keberhasilan tiap kelompok Setelah selesai, peserta kembali ke kelompok asal san menyerahkan nilainya untuk dijumlahkan dan dituliskan di papan tulis.guru dan siswa membahas hasil tournament dan memberitahukan kelompok terbaik, sekaligus memberikan reward kepada kelompok tersebut. 3. Penutup

Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. \Guru member tugas kepada siswa/ PR

F. ALAT - ALAT DAN SUMBER BELAJAR Buku Teks. Model model bangun ruang: kubus, balok, prisma tegak dan limas.

G. PENILAIAN Teknik Bentuk Instrument : Tes Unjuk Kerja : Kartu Nilai

B. MODEL PENGAJARAN LANGSUNG Explicit introduction(pengajaran langsung) Pembelajaran langsung khusus di rancang untuk mengembangkan tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat di ajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Langkah-langkah: 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2. Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan 3. Memebimbing pelatihan 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.

C. MODEL PENDEKATAN REALISTIK Pengertian Pendekatan Realistik

Menurut Sofyan, (2007:28), pendekatan realistik adalah sebuah pendekatan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri. Menurut Sudarman Benu, (2000, 405), pendekatan realistik adalah pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar. Menurut Sukardi, (2001), pendekatan realistik adalah pendekatan belajar yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan pada keterampilan proses, seperti berdiskusi, berkolaborasi, dan berargumentasi dengan guru dan dan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan siswa mampu menggunakan hasil belajar tersebut untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Dari beberapa pendapat diatas, secara umum pendekatan realistik dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari-hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kelebihan Metode Pendekatan Realistik Dalam penggunaan metode pendekatan realistik, ada beberapa keunggulan dari metode tersebut, diantaranya: 1. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa.
2. Proses belajar lebih santai dan suasana tegang tidak tampak.

3. Materi mudah dipahami oleh sebagian siswa karena dikaitkan dengan kehidupan seharihari. 4. Alat peraga adalah benda yang berada disekitar, sehingga mudah didapatkan. 5. Guru ditantang untuk mempelajari bahan. 6. Siswa yang memiliki kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan Metode Pendekatan Realistik Setiap metode pembelajaran yang digunakan, walaupun sudah sering digunakan dalam setiap pembelajaran, pasti memiliki kelemahan. Beberapa kelamahan metode pendekatan realistik diantaranya sebagai berikut:

1. Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu, maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya. 2. Membutuhkan waktu yang lama, terutama bagi siswa yang kemampuan awalnya rendah. 3. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40 45 siswa). 4. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu. 5. Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam member nilai.

Mengajar Matematika dengan Pendekatan Realistik Metode pendekatan realistik dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam makalah ini, kita akan menggunakan metode pendekatan realistik dalam Matematika yang sering disebut dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Menurut Fruendenthal dan Traffers dalam Fauzan (2004:1), PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia. PMR pertama kali dikembangkan dibelanda pada tahun 1970-an. Gagasan PMR pada awalnya merupakan reaksi penolakan kalangan pendidikan matematika dan matematikawan Belanda terhadap gerakan matematika modern yang melanda sebagian besar dunia saat itu. Matematika realistik banyak ditentukan oleh pandangan Freudhental tentang matematika, yaitu: 1. Matematika harus dekat dengan siswa dan harus relevan dengan situasi kehidupan seharihari. 2. Matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas semua topik dalam matematika.

Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi pengertian cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa. Pada pendekatan realistic peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan argumennya,

mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain. Beberapa karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik antara lain: 1. Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian yang penting. 2. Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika. 3. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika dibawah bimbingan orang dewasa. 4. Proses belajar mengajar berlangsung secara interaktif, dimana siswa menjadi focus dari semua aktifitas dikelas.

D.MODEL PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME Pendekatan kontruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal. Brooks and Brooks konstruktivis adalah suatu pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran serta inisiatif peserta didik. Pendekatan konstruktiv dalam belajar dilakukan, melalui proses eksplorasi personal, diskusi, dan penulisan reflektif. Cobb, yang dikutip Hilam (2006:2), menyatakan bahwa pendekatan konstruktiv mengingatkan kita kepada pendekatan Discovery Learning.

Kedua pendekatan ini memanfaatkan adanya tantangan untuk menemukan sesuatu, peserta didik. Keduanya memandang peserta didik sebagai ilmuwan kecil. Adapun perbedaan nya, discovery learning, yaitu belajar untuk menemukan sesuatu pengetahuan yang sudah ada. Adapun Konstruktiv, yaitu berusaha menemukan sesuatu yang baru. Perbedaanya terletak pada usaha menemukan pengetahuan yang sudah ada dalam discovery, sedangkan dalam konstruktiv, yaitu usaha untuk menemukan pengetahuan baru (invention). Selanjutnya, Brook dan Brook yang dikutip Hilman (2006:2-3) mengemukakan perbedaan antara kelas belajar tradisional dan kelas belajar konstruktiv.

Perbedaam kelas tradisional dan kelas konstruktif Kelas tradisional Kurikulum disajikan secara linear Kelas Konstruktivis Kurikulum disajikan secara fleksibel

Kurikulum disajikan secara acuan yang Permasalah sehari hari sebagai acuan dan harus diikuti dapat mendorong rasa ingin tahu siswa Aktivitas pembelajaran terikat pada buku Aktivitas pembelajaran di arahkan pada pegangan. penggunaan data mentah Siswa dianggap sesuatu yang kosong (kertas Siswa dianggap sesuatu yang kosong (kertas putih) di mana guru akan menggoreskan putih) di mana guru akan menggoreskan pengetahuan di atasnya pengetahuan di atasnya Guru bertindak sebagai pusat informasi Guru bertindak sebagai moderator dan fasilisator

Penilaian dilakukan dengan tes hasil belajar Penilaian terjalin dalam proses belajar yang terpisah dari proses belajar mengajar mengajar melalui observasi terhadap proses kerja dan kumpulan aktivitas siswa. Siswa banyak bekerja secara individual Siswa lebih banyak bekerja kelompok

Pendekatan konstruktivis sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. 2. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimilki peserta didik.

3. 4. 5. 6. 7.

Berbagai pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran Peserta didik di doromg untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian (inquiry) yang lebih alami. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu peserta didik dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.

Dinas Pendidikan Jawa Barat (2004:;21-22) mengemukakan beberapa teori belajar Konstruktivisme yaitu sebagai berikut:

a) Konstruktivisme Peaget Konstruktivisme pembelajaran menurut teori ini beranggapan bahwa: o Gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya o Pengetahuan yang iterima oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari luar.

b) Konstruktivisme Personal Konstruktivisme pembelajaran menurut teori ini beranggapan bahwa: o Set mental (idea) yang memilki peserta didik mempengaruhi panca indera dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan; o Input yang diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap; o Peserta didik menyimpan input yang iterima ke dalam memorinya; o Input yang tersimpan dalam memorin tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input baru diterima;

o Peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya. c) Konstruktivisme Sosial Konstruktivisme pembelajaran menurut teori ini beranggapan bahwa: o Pengetahuan yang dibentuk peserta didik merupakan hasil interaksi dengan lingkungan social di sekitarnya, dengan demikian bahwa pengetahuan dibina oleh manusia; o Pembinaan pengetahuan bersifat personal sosial; o Pembinaan pengetahuan personal adalah perantara sosial, dan pembinaan pengetahuan sosial adalah perantara personal; o Pembinaan pengetahuan sosial merupakan hasil interaksi sosial; o Interaksi sosial dengan yang lain adalah sebagian dari personal,pembinaan sosial dan pembinaan pengetahuan bawaan.

d) Konstruktivisme Radikal Konstruktivisme pembelajaran menurut teori ini beranggapan bahwa: o Kebenaran tidak diketahui secara mutlak; o Ilmu pengetahuan (scientific) hanya dapat diketahui dengan instrument yang tepat; o Konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setalah melakukan uji cbauntuk menggambarkan pengalaman subjektif; o Konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif.

Implikasi dan Teori Konstruktivisme terhadap proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peerta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimiliknya.

b. Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan

yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. c. Untuk mengambil kepiutusan (menilai), peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik lainnya. d. Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya seperti, bahasa, matematika, music, dan lain lainnya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Mata pelajaran Kelas/semester: VII/2 Standar kompetensi :

: SMPN 12 BETUNG : MATEMATIKA

5.memahami hubungan garis dengan garis,garis dengan sudut serta menentukan ukurannya Kompetensi dasar :

5.1 menentukan hubungan antara dua garis,serta besar dan jenis sudut Indikator :

Mengenal satuan sudut yang sering digunakan Mengukur besar sudut dengan busur derajat

Alokasi waktu 2x40 (1 pertemuan) A. Tujuan pembelajaran

a. Siswa dapat mengunakan satuan sudut b. Siswa dapat mengukur besar sudut dengan mengunakan busur derajat B. Materi ajar Mengukur besar sudut C. Metode pembelajaran Diskusi kelompok,demonstrasi,penemuan D. Langkah-langkah kegiatan Pendahuluan Apersepsi Motivasi Kegiatan inti a. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3-5 orang b. Dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing siswa diharapkan dapat: 1. Menyebut beberapa contoh bangun berbentuk sudut yang terdapat didalam kelas. 2. Menentukan satuan sudut yang sering digunakan : mengingat kembali tentang pengertian sudut : banyak kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan sudut

c. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya,sedangkan kelompok lain menanggapi/ d. Dengan demonstrasi,guru menunjukan cara mengukur besar sudut dengan mengunakan busur derajat.

e. Siswa di minta mengambarkan sebuah sudut,kemudian teman sebangkunya mengukur besar sudut tersebut mengunakan busur derajat. Penutup 1. Siswa disusruh membuat kesimpulan dari yang telah dipelajari. 2. Siswa dan guru melakukan refleksi. 3. Guru memberikan tugas

E. Alat dan sumber bahan Buku teks,penggaris,busur derajat

F. Penilaian Teknik Bentuk instrumen Contoh instrumen : kuis, test : pertanyaan tertulis :

Gunakan busur derajat untuk mengukur besar sudut dibawah ini: sudut a. skor 30

Besar sudut diatas:

b.

30

Besar sudut diatas: c. 40

Besar sudut diatas:

Mengetahui, Kepala sekolah

Palembang,12 November 2011 guru mata pelajaran

Septioni Ayu Kowara,M.pd

Anna Maria,M.si NIP.20111309139

NIP.20111302272

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Mata pelajaran Kelas/semester: IX/1 Standar kompetensi :

: SMPN 12 BETUNG : MATEMATIKA

1.memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar :

1.1 mengidentifikasikan bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen Indikator :

Mendiskusikan dua bangun yang sebangun atau kongruen melalui model bangun datar

Alokasi waktu 2x40 (1 pertemuan) G. Tujuan pembelajaran

c. Siswa dapat mendiskusikan dua bangun yang sebangun atau kongruen melalui model bangun datar. H. Materi ajar Bangun-bangun yang sebangun dan kongruen I. Metode pembelajaran Diskusi kelompok,demonstrasi,penemuan

J. Langkah-langkah kegiatan Pendahuluan Apersepsi : mengingat kembali tentang model bangun-bangun datar

Motivasi : banyak kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan.

Kegiatan inti 1. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3-5 orang 2. Dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing siswa diharapkan dapat: 1) mengidentifikasikan syarat-syarat dua bidang datar atau lebih yang sebangun. 2) Mengidentifikasikan syarat-syarat dua bidang atau lebih yang kongruen.

3. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya,sedangkan kelompok lain menanggapi.


4. Siswa di minta mengambarkan dua buah bidang datar dengan ukuran yang

berbeda dan menyelidiki apakah kedua bangun tersebut sebangun atau kongruen.

Penutup 1. Menarik kesimpulan bahwa: Dua bidang datar dikatakan sebangun jika: 1) Panjang sisi yng bersesuaian dari kedua bangun itu memiliki perbandingan senilai. 2) Sudut-sudut kedua bangun itu sama besar. 2. Bangun-bangun yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama di katakan bangun-bangun yang kongruen.

Guru memberikan tugas hal 9 no 1,2 dan 3

K. Alat dan sumber bahan Matematika kelas IX SMP/MTS Wahyudin Djumanta dan Dwi Susanti ,Bandung:Departemen Pendidikan Nasional,bangun-bangun datar.

L. Penilaian Teknik Bentuk instrumen instrumen : kuis, test : pertanyaan tertulis :

Diketahui dua buah persegi panjang ABCD dan PQRS sebagai berikut: D C

6cm

8cm

10 cm

6cm

a. Selidiki apakah persegipanjang ABCD kongruen dengan Persegi panjang PQRS? b. Selidiki apakah persegi panjang ABCD dengan PQRS kongruen?

Penyelesaian:

penyelesaian Unsur-unsur persegi panjang ABCD adalah AB=DC=8cm,AD=BC=6cm,dan <A=< B=< C= <D=90 Amati persegi panjang PQRS dengan diagonal PR.panjang PQ dapat ditentukan dengan menggunakan dalili pythagoras seperti berikut: PQ=

skor 10 20

Jadi,unsur-unsur persegipanjang PQRS adalah PQ=SR=8cm, PS=QR=6cm,dan <P=< Q=< R= <S=90 a.berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa sisi-sisi yang bersesuain dari persegi panjang ABCD dan persegipanjang PQRS sama panjang.Selain itu,sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua

35

persegi panjang itu sama besar. Jadi,persegipanjang ABCD kongruen dengan persegi panjang PQRS b.dua bangun datar yang kongruen pasti sebangun. Jadi,persegipanjang ABCD sebangun dengan persegipanjang PQRS. JUMLAH

35

100

Mengetahui, Kepala sekolah

Palembang,12 November 2011 guru mata pelajaran

Septioni Ayu Kowara,M.pd

Anna Maria,M.si NIP.20111309139

NIP.20111302272

You might also like