You are on page 1of 2

Metode satuan jam kerja Dalam penerapan metode satuan jam kerja (service hours method), beban penyusutan

ditetapkan berdasarkan jam kerja yang dapat dicapai dalam periode yang bersangkutan dan tarif penyusutan per jam kerja yang telah ditetapkan. Beban penyusutan untuk suatu periode dihitung dengan rumus sebagai berikut: Beban penyusutan = Jam kerja yang dicapai x Tarif penyusutan tiap jam kerja

Tarif penyusutan tiap jam kerja aktiva tetap dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Tarif penyusutan tiap jam kerja = harga perolehan Nilai residu Taksiran jumlah jam kerja yang dapat dicapai dengan masa penggunaaan aktiva tetap.

Sebagai ilustrasi, sebuah mesin diperoleh dengan harga Rp 200.000.000,00. Mesin yang bersangkutan mulai dioperasikan pada tahun 2009 dan disusutkan menururt metode satuan jam kerja. Pada masa penggunaannya, mesin tersebut ditaksir dapat dioperasikan sebanyak 80.000 jam, dengan nilai residu rp 20.000.000,00. Berdasarkan data tersebut, tarif penyusutan tiap jam kerja mesin dihitung sebagai berikut: Hasil perhitungan di atas menunjukkan tiap 1 jam mesin dioperasikan, penyusutan yang harus dibebankan sebesar Rp 2.250,00. Apabila pada tahun 2009, mesin dioperasikan sebanyak 7.200 jam dan tahun2010 sebanyak 7.600 jam, maka beban penyusutan mesin tahun 2009 dan tahun 2010, dihitung sebagai barikut : Beban penyusutan mesin tahun 2009 : 7.200 x Rp 2.250,00 = Rp 16.200.000,00 Beban penyusutan mesin tahun 2010 : 7.600 x Rp 2.250,00 = Rp 17.100.000,00 Tampak pada contoh di atas bahwa menurut metode satuan jam kerja, beban penyusutan untuk tiap periode akuntansi bervariasi, besarnya penyusutan akan sebanding dengan jam kerja (kapasitas) aktiva tetap yang sesungguhnya dapat dicapai. Beban penyusutan dicatat dalam kartu penyusutan aktiva tetap pada tiap akhir periode, setelah kapasitas operasi yang sesungguhnya diketahui. Pencatatan kedalam kartu penyusutan mengenai data penyusutan mesin di atas sebagai berikut: Metode satan hasil produksi Penerapan metode satuan hasil produksi (productive output method) sama dengan penerapan metodestuan jam kerja (jasa)., yaitu berdasarkan pada faktor penggunaan. Beban penyusutan pada metode ini ditetapkan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Beban penyusutan suatu periode adalah hasil kali jumlah satuan produk yang dihasilkan dengan tarif penyuutan per satuan produk. Tarif penyusutan atau biaya penyusutan per satuan produk, dihitung sebagai berikut :

Tarif penyusutan tiap jam kerja

Harga Perolehan Nilai Residu Taksiran jumlah satuan produk yang dapat dihasilkan dalam masa penggunaan aktiva tetap

Sebagai ilustrasi, sebuah mesin diperoleh dengan harga Rp 130.000.000,00. Dalam masa penggunaannya, mesin yang bersangkutan ditaksir dapat menghasilkan 400.000 unit produk dengan nilai residu Rp 10.000.000,00. Berdasarkan data tersebut, tarif penyusutan tiap unit produk yang dihasilkan, dihitung sebagai berikut :

Dari hasil perhitung di atas, tiap unit produk yang dihasilakan dibebani dengan penyusutan mein sebesar Rp 300,00. Apabila pada tahun 2009, produk yang sesungguhnya dihasilkan sebanyak 38.000 unit dan pada tahun 2010 sebanyak 42.000 unit, maka nilai penyusutan tahun 2009 dan tahun 2010 masig-masing dihitung sebagai berikut : Beban penyusutan mesin tahun 2009 : 38.000 x Rp 300,00 = Rp 11.400.000,00 Beban penyusutan mesin tahun 2010 : 42.000 x Rp 300,00 = Rp 12.600.000,00 Seperti halnya pada penerapan metode satuan jam kerja, dalam penerapan metode satuan hasil produksi, besarnya penyusutan untuk tiap periode akuntansi bervariasi, proposional dengan jumlah satuan produk yang sesungguhnya dihasilkan. Pencatatan penyusutan masin dalam kartu penyusutan, dilakukan sama dengan pencatatan dalam penerapan metode satuan jam kerja di atas.

You might also like