You are on page 1of 21

Pengaruh penggunaan bahasa gaul terhadap perkembangan pendidikan bahasa Indonesia pada anak usia dini mengacu pada

permasalahan: 1. Bagaimana bila bahasa gaul mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan pengajaran bahasa Indonesia terutama pada anak usia dini (0-8 tahun) 2. Bagaimana peranan penting lingkungan (orang tua, masyarakat) dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini C. PEMBAHASAN i. Munculnya Bahasa Gaul Dan Pengaruhnya Di Jakarta suasana bahasa gaul telah menjadi bahasa sehari-hari hampir seluruh ibikota, diluar kotapun seperti di Surabaya bahasa telah menjamur dikalangan remajanya. Pertama kali di perkenalkan pada tahun 1980an walaupun hanya beberapa kata saja sampai pada Sahertian (Selebriti) membuat kamus bahasa gaul. Bahasa ABG ini sungguh berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu syarat bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang mengukuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku atau pemanfaatan ragam yang tepat serta serasi. Bahasa ragam ini cenderung bersifat santai, singkat, lincah serta kreatif sehingga dinilai tidak terlalu kaku kata-kata yang digunakan cenderung pendek mungkin inilah alasan yang membuat para remaja menggunakannya. Bahasa yang dinilai sangat kosmopolitan ini menyebutkan bahwa semua ini merupakan ragam dielek orang-orang Jakarta. Itu semua terjadi karena gencarnya siaran televisi yang sebagian besar tema dan latarnya adalah Jakarta. ii. Pandangan Masyarakat Terhadap Bahasa Indonesia Pemberian mata pelajaran bahasa Indonesia telah diberikan mulai usia dini sampai sekolah menengah umum, sehingga mudah bagi anak-anak mempelajarinya terlebih digunakan dalam berberbicara seharihari. Fakta inipun dinilai pula oleh para pendidik yaitu para guru kelas 2 bukan hanya guru mata pelajaran bahasa Indonesia saja yang berkewajiban memberikan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai kaidah. Untuk itu guru, perlu menguasai bahasa ini agar bisa memilih seberapa banyak komponen yang perlu diperkenankan kepada siswa sehingga tidak bertentangan dengan tujuan belajar bahasa Indonesia menurut kurikulum. Jika pengajaran bahasa ini tidak mendapat restu dari kurikulum, guru perlu menemukan kiat tersendiri untuk memperkenalkan pada siswanya. Para orang tua juga masyarakat tentunya berkewajiban memberikan dan membenarkan tatanan bahasa yang salah, bahasa gaul yang tidak biasa digunakan dalam suasana formal atau resmi. Lingkungan keluarga sangat memberikan arti yang sangat besar dalam pemerolehan bahasa yang sesuai kaidah. menurut angket yang telah penulis sebarkan kepada beberapa orang tua yang memiliki anak usia dini (08 tahun), sengaja sasaran merupakan anak usia dini pemerolehan bahasa yang kurang sesuai bisa dicegah melihat dari cara yang diberikan para orang tua dalam mengawasainya. Salah satu contoh angket yang telah disebarkan (terlampir) iii. Perkembangan Pengajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Dini

Seorang anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan seorang anak seharusnya diajarkan berpikir kritis terutama dalam berbahasa dan berkomunikasi. Sebagai orang tua harus mampu mendorong dan menumbuhkannya misalanya saja seorang anak harus mampu menganalisis dan memahami fenomena yang terjadi disekitarnya begitupun dengan orang tua, sehingga si anak mampu menyaring informasi terutama dalam hal menggunakan bahasa yang sesuai (bahasa yang baik dan benar) yang dikumpulkan untuk mencari titik apa yang harus ia ucapkan. Kemampuan berkomunikasi memang dinilai sangatlah penting, untuk itu ini bisa dijadikan alternative suatu pembelajaran bahasa Indonesia yang 3 baik dan benar, semua itu tentu harus dilatih sejak anak berusia dini. Tidak terlepas dari itu orang tua harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam berbahasa agar bisa menstimulus si anak mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya, atau orang orang terdekatnya.

D. PENUTUP Kesimpulan Memang bahasa gaul sangatlah besar pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia, namun tetap saja kurang tepat diajarkan secara cuma-cuma terutama pada anak-anak usia dini, karena mereka memiliki pemikiran yang cenderung meniru besar kemungkinan jika mereka menguasai bahasa gaul lebih dari bahasa Indonesia yang sesuai kaidah akan berdampak besar dalam menguasaan bahasanya saat dewasa nanti. Namun ada juga beberapa orang tua maupun tenaga pendidik menjelaskan nilai positif dari bahasa gaul dengan menguasai bahasa gaul maka kita akan bisa memberikan suatu cara dan membenarkan anak-anak dari kesalahannya berbahasa Indonesia yang tidak sesuai ketentuan, sehingga menguasaan bahasa gaul semata-mata hanya untuk dijadikan bahan pembanding dan acuan dari bentuk dan kaidah bahasa Indonesia yang dinilai kurang sesuai. Saran Anak usia dini yang cenderung meniru akan berdampak berbeda ketika kita sebagai orang yang didekatnya tidak merespon bersikap positif terhadap tindakan-tindakan kita sebagai orang yang ditiru. dengan kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar besar kemungkinan anak-anak didekat kita bersikap dan berucap sama seperti yang kita lakukan. Walaupun perkembangan media khususnya televisi masih tetap akan memberikan pengaruh yang besar, bila ada pengawasan benar dan tepat dari orang tuanya maka semua akan berjalan baik-baik saja.

1. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan unsur yang sangat vital dalam berkomunikasi, yakni sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan hubungan social dengan sesamanya, manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad abad silam. Bahasa merupakan sebuah system lambang, berupa bunyi, bersifat arbriter, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Chaer dan Agustina, 1995 : 14). Namun, secara tradisional bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan

pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi manusia baik berbentuk lisan maupun tulisan, pada hakikatnya merupakan sebuah system yang terdiri atas beberapa unsur yang saling mendukung. Fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang disebut expression, information, exploration, persuation, dan entertainment (Michel, 1967 : 51, Chaer dan Agustina, 1995 : 19). Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama, dan pemakaiannya sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Sedangkan Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Seiring dengan perkembangan zaman, maka pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan Bahasa Gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa menjadi tidak baik dan tidak benar. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. 2. PEMBAHASAN 2.1 Munculnya Bahasa Gaul Di Kalangan Masyarakat (Remaja) Salah satu dampak dari pembangunan dan perkembangan jaman adalah modernisasi, di mana segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date. Dampak dari modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara berpakaian, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara bertutur kata (pemakaian bahasa). Dilihat dari cara bertutur kata atau dalam pemakaian bahasa, dewasa ini munculnya Bahasa Gaul sangat fenomenal terutama terlihat pada kalangan masyarakat (remaja) khususnya yang ingin diakui sebagai remaja jaman sekarang yang gaul, funky, dan keren. Kemunculan bahasa gaul ini dapat menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya populer seperti sekarang ini. Berikut ini merupakan sejarah bahasa gaul tersebut, antara lain yaitu :

1. Nih Yee Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini. 2. Memble dan Kece Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama. 3. Boo Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Booadalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini. 4. Nek Setelah kata Boo populer, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek yang dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata Nek 5. Jayus Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai lawakan yang tidak lucu, atau tingkah laku yang disengaca untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan. Kelompomk yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di kitaran Kemang. Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh teman-temannya Jayus. Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anakanak SMU sekitar. 6. Jaim Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image. 7. GituLoh(GL) Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab

di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Lohdi tiap akhir pembicaraan. 2.2 Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja Bahasa gaul adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan (KBBI, 2008: 116). Bahasa gaul identik dengan bahasa percakapan (lisan). Bahasa gaul muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan teknologi komunikasi dan situs-situs jejaring sosial. Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150). Menurut Owen (dalam Papalia: 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat, bahkan perasaan mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapanungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah Bahasa Gaul atau Bahasa Alay. Indra Sarathan, dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran berpendapat, munculnya fenomena bahasa alay di kalangan generasi muda adalah sebuah bentuk pemberontakan. Pemberontakan hanya akan terjadi jika ada sesuatu yang salah. Lalu apa yang salah ? Bukan karena bahasa Indonesia yang kaku, melainkan metode pembelajaran di kelas yang mungkin kaku. Padahal tata bahasa Indonesia termasuk yang fleksibel dan mudah dipelajari, ujarnya. Sobana Hardjasaputra dalam sebuah tulisannya yang berjudul Bahasa Nasional yang Belum Menasional menyebutkan sejumlah hal yang menyebabkan bahasa Indonesia bisa semakin tidak menasional, di antaranya pengaruh bahasa media massa dan bahasa gaul bagi kalangan remaja. Oleh karena terbiasa menggunakan Bahasa Gaul, dalam pembicaraan formal pun para remaja lupa untuk berbicara dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Inilah yang gawat. Selain itu, pengaruh budaya Barat yang sulit dibendung, akibat perkembangan teknologi juga akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang semakin tidak merakyat. 2.3 Pengaruh Media Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia Menjamurnya internet dan situs-situs jejaring sosial juga berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul. Penikmat situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi agen dalam menyebarkan pertukaran bahasa gaul. Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini, akan dilihat dan bisa jadi ditiru oleh ribuan remaja lain. Bila ditelusuri, bahasa gaul juga muncul di kalangan anak sekolah dasar karena pengaruh lingkungan. Umumnya mereka menyerap dari percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Atau meniru dari media massa, semisal dari adegan percakapan di televisi maupun mengikuti tren bahasa gaul di media cetak. Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang sesuai zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah memble aje atau Biarin, yang

penting kece sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, so what gitu loh, jayus, dan Kesian deh lo! Mengapa anak usia SD? Tak lain karena dorongan untuk meniru lingkungan amat kuat dalam diri anak usia sekolah dasar. Ini merupakan tanda bahwa mereka tengah berusaha untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Tak heran kalau ada temannya yang menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari biasanya ia juga akan menggunakan bahasa yang sama saat berkomunikasi dengan teman-temannya. Untuk itu perlu dipahami bahwa menyerap bahasa gaul yang tengah menjadi tren merupakan bagian dari konformitas terhadap lingkungan. Pahami pula jika hal ini merupakan salah satu tahapan perkembangan kepribadian anak usia sekolah. Yang dimaksud konformitas adalah meleburkan diri pada lingkungan agar mendapat pengakuan. Dalam perkembangan sosial anak usia SD, konformitas memang amat diperlukan karena akan meningkatkan self esteem (harga diri) anak. Jadi, biarkan saja anak ikut tren yang memang diperlukan bagi perkembangan sosialnya. Yang harus diajarkan pada anak adalah soal penempatan, dalam arti kapan dan kepada siapa bahasa tersebut boleh digunakan. 2.4 Struktur Dalam Pemakaian Bahasa Gaul Pada dasarnya ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Katakata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Hal itu dapat dilihat dari : Pengunaan awalan e Kata emang itu bentukan dari kata memang yang disisipkan bunyi e. Disini jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan (m). Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata aslinya. Kombinasi k, a, g Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti kag. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a. Huruf konsonan kedua diganti g. sehingga kata tidak menjadi kagak. Sisipan e Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf vocal a menjadi e. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan. Contoh lain yang merupakan jenis-jenis padanan kata yang ada dalam kamus alay: Barang abal yang dipamerin ketemen terus dia ngaku beli di singapore. amrik . dan sbgainya. eh liat nih gue beli gelang dijerman gituloh asli kalo ga salah sih dirupiahin 500 ribu ya. padahal dia beli di itc aja!! yang 10 ribu 5 hahaha. Tulisan gede-kecil. aLoW kLiAnZ hArUz ADd GwE YaH!! atau dengan a ngggka K4Ng3nZ dWEcChh NNNNNZZZZZ - minta di add di shotout, j9n lupa ett ghw -gaya dengan bibir monyong, telunjuk nempel bibir, gaya tangan dengan oke dipinggir kepala dan foto dari atas -.nge post bulbo cuma buat kasih tau dia lagi online & minta comment. - iya : ia

- kamu: kamuh,kammo,kamoh,kamuwh,kamyu,qamu,etc - aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh,etc - maaf: muuph,muphs,maav,etc - sorry: cowyie,cory,tory(?),etc - add : ett,etths,aad,edd,etc - for : vo,fur(zz),pols,etc - lagi : agi,agy - makan: mums,muumhs,etc - lucu : lutchuw,uchul,luthu,etc - siapa: cppa,cp,ciuppu,siappva,etc - apa : uppu,apva,aps,etc - narsis: narciezt,narciest,etc Tulisannya gede kecil dan pake angka (idihh) sebenarnya masih banyak kata-kata atau frase yang belum aku tuliskan, paling tidak contoh diatas itu membuktikan bahwa memang adanya kata-kata alay. 2.5 Langkah Langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian Bahasa Indonesia a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19; Badudu, 1985:18; Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8, Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.) 2003:5; serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis. b) Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia (Sugono, 1994: 8). Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Sedangkan Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar, begitu juga sebaliknya. c) Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul. d) Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa

resmi atau bahasa tidak resmi. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolahsekolah. Sedangkan variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal. e) Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia. Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua. Selain bahasa daerah, bahasa-bahasa lain seperti bahasa Cina, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis berkedudukan sebagai bahasa asing. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi, bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia, Daerah serta Bahasa Asing Secara Seimbang sebagai Wahana Pengembangan Jati Diri dan Karakter Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, bahasa daerah, agama dan adat istiadat. Pada tanggal 28 Oktober 1928, lebih dari 700 orang yang terdiri atas wakil-wakil perkumpulan pemuda hadir dalam rapat akbar untuk menyuarakan sumpah setia mereka yang terkenal hingga saat ini bernama Sumpah Pemuda. Salah satu bunyi dari sumpah pemuda "Menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia." Itu berarti menaati dan memuliakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peratuan dan nasional Indonesia. Namun,di era globalisasi seperti sekarang ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antar bangsa yang sangat rumit. Untuk itu bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa Indonesia, memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata bahasa mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah- tengah pergaulan antar bangsa pada era globalisasi ini.

Bangsa Indonesia sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain .Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia dari pada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu belebihan. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan rasa percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia memberikan perubahan signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa. Disamping itu, disiplin berbahasa nasional sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan antar bangsa dan era globalisasi ini. Seseorang yang berdisiplin berbahasa nasional menunjukan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan NKRI.

Penggunaan Bahasa Indonesia dan Daerah serta bahasa Asing di masyarakat sebagai wahana pengembangan Jati diri bangsa perlu di lakukan karena berbagai faktor ,di antaranya kuatnya pengaruh negatif media massa (cetak dan elektronik) terhadap penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat menyebabkan banyak terjadi salah kaprah sehingga mengalami pelbagai "perlakuan" oleh masyarakat pemakainya.Kurangnya perlindungan terhadap bahasa daerah (bahasa ibu) yang mulai terancam punah juga belum optimalnya pemanfaatan budaya (seni) dalam meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Selain itu masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar serta rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bahasa sebagai pemersatu dan jati diri bangsa sehingga keteladanan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang benar semakin berkurang.Begitupun dengan interaksi dengan bangsa lain yang kurang dapat diterima dengan baik akibat kendala tidak mahir berbahasa asing membuat komunikasi menjadi sedikit kacau. Maka dari itu perlunya pembagian pemakaian bahasa Indonesia,daerah serta asing secara seimbang yaitu menggunakan bahasa yang sesuai dengan porsi, konteks, situasi, dan kondisi yang ada.Dengan menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, peduli sastra Indonesia, serta lancar berbahasa daerah dan asing dapat memberikan manfaat yang baik bagi bangsa Indonesia maupun diri sendiri. Manfaat bagi bangsa Indonesia, yaitu menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan budaya serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan penguasaan bahasa asing di masyarakat. Manfaat bagi individu yang menguasai bahasa dan sastra Indonesia, daerah serta asing, yaitu dapat diterima di lingkungan masyarakat dengan mudah karena pandai berkomunikasi, dapat lebih arif dalam menjalani kehidupan dengan bersastra, dan meningkatkan mobilitas dengan menguasai bahasa asing.

Berkaitan dengan hal tersebut, adanya ajang pemilihan duta bahasa yang telah berlangsung dari tahun ke tahun sudah sepantasnya para peserta duta bahasa yang berasal dari berbagai daerah dapat diberdayakan sebagai mitra kerja pusat bahasa untuk diterjunkan ke daerah asal masing-masing untuk melakukan Program Peduli Bahasa sehingga ajang tersebut tidak terkesan sia-sia tanpa ada kegiatan

yang berkelanjutan. Jadi,menggunakan bahasa Indonesia ,Daerah,serta bahasa Asing secara seimbang dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara untuk mengembangkan karakter serta jati diri bangsa.Dimana penguasaan bahasa asing juga turut menyumbangkan manfaat yaitu masyarakat Indonesia bisa memperkenalkan budaya bangsa sendiri serta dapat berkomunikasi dengan lancar ataupun bertukar pendapat dengan baik sehingga kita tidak akan tertinggal dari bangsa lain dalam hal ilmu pengetahuan,teknologi,maupun pergaulan internasional. Hal ini tentu membutuhkan banyak dukungan serta peran masyarakat sendiri dalam membentuk jati diri serta karakter bangsa agar tercipta generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang bangga terhadap bahasa Indonesia namun tetap terbuka pandangannya terhadap bahasa lain. Dengan meningkatkan rasa cinta pada bahasa Indonesia secara otomatis meningkatkan rasa cinta tanah air. Sehingga terbentuk karakter serta jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan pepatah bahwa "Bahasa Menunjukan Bangsa". A. LATAR BELAKANG Bahasa Indonesia sering dijadikan contoh keberhasilan didalam perencanaan bahasa, khususnya dalam kedudukannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan bahasa Indonesia dalam sosial, sejarah,dan politik sangat penting. Persoalan globalisasi dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak dan elektronik, wawancara, dialog, atau pun gelar wicara. Globalisasi sebagai wujud kemodernitasan suatu bangsa dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Saat ini kepedulian masyarakat mengenai karakter bangsa telah pula menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan bahasa Indonesia untuk mewujudkan karakter bangsa telah dilakukan di berbagai direktorat dan lembaga pemerintah, terutama di bagian unit Kementerian Pendidikan Nasional. Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Untuk mengembangkan bahasa Indonesia dilakukan melalui beberapa tahap pembinaan yang dapat dilakukan secara rutin di sekolah. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi bangsa Indonesia juga bahasa pemersatu bangsa Indonesia, yang terdiri atas berbagai suku dan etnis dengan latar belakang bahasa berbeda. Di Indonesia kesepakatan bahasa persatuan sebagai bahasa Indonesia telah dibentuk sejak Sumpah Pemuda (secara de Facto), yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang sah sebagai bahasa pemersatu. Ketika kita menggunakan bahasa Indonesia sudah ada kesepakatan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang terealisasi hingga detik ini. Dengan harapan setiap warga Indonesia kedepannya dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa mengalami kesulitan dengan seluruh manusia yang berada di wilayah Indonesia. Sudah semestinya setiap kali kita menggunakan bahasa Indonesia kita akan teringatkan oleh satu identitas atau peran dari diri kita. Setiap kali kita berbahasa Indonesia kita telah mewujudkan salah satu impian Tunggal Ika (Persatuan) dalam ke-Bhinekaan (Kemajemukan). Bhineka adalah sebuah kenyataan sedangkan Tunggal Ika adalah suatu harapan yang terus-menerus sedang diusahakan realisasinya dalam bidang apapun dan persepsi manapun, kelak harus dikonsensuskan. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya banyak sekali bahasa yang ada, akan tetapi sebagai warga negara Indonesia apabila kita menggunakan bahasa Indonesia dengan penuh rasa kesadaran diharapkan bahasa Indonesia akan berkembang menjadi bahasa Internasional. Berawal dari kehidupan sehari-hari mulai dari interaksi interpersonal, maupun yang meluas pada kehidupan berbangsa dan bertanah air, bahasa memegang peranan penting. Peran tersebut meliputi bagaimana proses mulai dari tingkat individu hingga suatu masyarakat luas memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada saat inilah fungsi bahasa secara umum, yaitu sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan

adaptasi sosial, memberikan perannya. Fenomena yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini antara lain: a. Banyak orang memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa asing walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik. b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing ( inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia. c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik. d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai dari pada orang lain karena teleh menguasai bahasa asing. Hal-hal demikian sepantasnya kita hindari agar bahasa Indonesia sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, yaitu sebagai bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa negara dan bahasa resmi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini akan dibahas pengaruh globalisasi terhadap pengembangan bahasa Indonesia sebagai upaya membentuk karakter bangsa. B. PERMASALAHAN Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap pengembangan bahasa Indonesia? 2. Bagaimana pengembangan bahasa Indonesia dalam membentuk karakter bangsa? C. TUJUAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Mendeskripsikan pengaruh globalisasi terhadap pengembangan bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan pengembangan bahasa Indonesia dalam membentuk karakter bangsa.

BAB II PEMBAHASAN A. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA 1. Bidang komunikasi Media massa merupakan salah satu sarana yang penting untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa karena media massa memiliki pengaruh yang luas dalam masyarakat. Media massa telah memberikan sumbangan yang berharga untuk pertumbuhan bahasa Indonesia, baik secara tertulis maupun lisan. Hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bahasa Indonesia terkait dengan bidang komunikasi adalah adanya penataran bahasa Indonesia, penyediaan pojok bahasa dalam surat kabar dan majalah yang memuat petunjuk praktis penggunaan bahasa Indonesia, mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa bersama dewan pers dan lembaga lain, agar segera menyusun pedoman pembakuan bahasa Indonesia yang didasarkan atas penelitian antara lain untuk penyiar televisi dan radio. Hal-hal yang perlu dicermati pada era globalisasi saat ini adalah adanya pengaruh bahasa asing dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pada dasarnya banyak kosa kata yang digunakan dalam bahasa Indonesia akan tetapi berasal dari bahasa asing. Contoh dari bahasa Inggris yaitu kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, legal, proklamasi, administrasi, stop, dll. Semua itu memperkaya khasanah kosakata

bahasa Indonesia.

2. Bidang kesenian Bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam karya sastra, cerita anak-anak, lagu, teater, dan film menunjukkan adanya banyak ketimpangan. Dalam hal penerbitan cerita anak-anak, pengarang perlu memberi keleluasaan kepada penerbit. Perhatian penerbit terhadap usia dan lingkungan anak-anak memegang peranan penting dalam hal penerbitan cerita anak-anak, karena bacaan anak-anak memengaruhi peningkatan imajinasi dan kecerdasan anak. Dengan demikian, kecermatan pemakaian bahasa merupakan faktor yang sangat penting. Bahasa Indonesia semakin banyak juga dipergunakan untuk menerjemahkan karya sastra tradisional dan karya sastra asing. Usaha untuk menyebarluaskan jangkauan tersebut, yaitu dengan cara mengindonesiakan cakapannya. Pengindonesiaan (penerjamahan) perlu memperhatikan keseimbangan dalam struktur dan kosa kata. Oleh karena itu, pengindonesiaan harus dilakukan secara teliti dengan melibatkan lembaga kebahasaan, lembaga pendidikan, serta pengembangan kesenian dan seniman. Halhal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bahasa Indonesia lewat jalur kesenian adalah sebagai berikut: a. Melakukan perekaman pementasan drama tradisional atau pun luar negeri untuk kemudian diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia. b. Meningkatkan kecermatan pemakaian bahasa dengan lembaga-lembaga pendidikan dan psikologi yang ada. c. Penerbitan karya-karya asli daerah dan asing d. Menerjemahkan dan menerbitkan karya asli daerah dan asing ke dalam bahasa Indonesia Dengan melakukan hal tersebut akan diperolehlah banyak kosa kata dan hal tersebut akan memperkaya kosa kata bahasa Indonesia. Semua itu tentunya dilakukan sesuai kaidah alih transkripsi bahasa Indonesia.

3. Bidang Ilmu dan Teknologi Bahasa dan alam pemikiran manusia terdapat jalinan yang erat, keberhasilan dari pemodernan itu sangat bergantung kepada corak alam pemikiran manusia Indonesia yang merupakan hasil sintesis antara nilainilai yang berakar pada kebudayaan etnis yang tradisional dan nilai-nilai kebudayaan yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern merupakan faktor penting dalam modernisasi, serta pengenalan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu di masyarakatkan secara luas. Pemasyarakatan ini hanya dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien apabila bahasa berfungsi sebagai konsep-konsep ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Melalui jalur teknologi untuk mengembangkan kosa kata bahasa Indonesia diantaranya dengan melakukan kerja sama bidang teknologi.Dalam hubungan dengan penggunaan kata / istilah bidang komputer, pusat bahasa bekerja sama dengan Microsoft. Bersama Microsoft, pusat bahasa telah mengalihkan istilah bahas Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Kerjasama itu kini masih berlanjut untuk mengindonesiakan produk-produk lainnya.

B. PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa itu tercermin antara lain dari sikap lebih mengutamakan penggunaan bahasa asing (BA) dari pada penggunaan BI misalnya, dalam penamaan kompleks perumahan dan sikap mementingkan kegiatan tertentu, misalnya demi kegiatan pengembangan pariwisata dan bisnis. Kenyataan itu berdasarkan penutur BI asli, bersumber dari sikap kesadaran berbahasa yang kemudian tercermin dalam perilaku berbahasa. Pandangan bahwa manusia sebagai substansi, dan sebagai makhluk yang beridentitas yang kemudian dikaitkan dengan pembinaan dan pengembangan BI sebagai upaya mempertahankan identitas bangsa, maka pengajaran kebangsaan sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan dalam lembaga pendidikan kita. Setiap warga negara Indonesia pada dasarnya adalah Pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia adalah menumbuhkan dan membinakan sikap positif terhadap bangsa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan: 1. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia. 2. Sikap kebanggan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia dari pada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu belebihan. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan rasa percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia memberikan perubahan signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa. Disamping itu, disiplin berbahasa nasional sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan antar bangsa dan era globalisasi ini. Seseorang yang berdisiplin berbahasa nasional menunjukan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan NKRI. Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengahtengah pergaulan antar bangsa yang sangat rumit. Untuk itu bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa Indonesia, memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata bahasa mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah- tengah pergaulan antar bangsa pada era globalisasi ini. Bangsa Indonesia sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain. Namun, berbagai kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Rasa bangga berbahasa Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa Inggris) masih terus tampak pada sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya dari pada bahasa Indonesia, bahkan mereka seolah tidak mau tahu perkembangan bahasa Indonesia. Karakter bangsa dapat terbentuk secara alamiah apabila dalam diri seseorang sudah tertanam rasa cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia. Ketika rasa cinta itu sudah ada dalam diri seseorang, maka lahirlah beberapa sikap yang menunjukkan karakter suatu bangsa. Menggunakan bahasa Indonesia secara sadar dan berkala, secara tidak langsung dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri seseorang yang menunjukkan bahwa rasa cinta terhadap bahasa dan bangsa Indonesia telah ada dan tertanam dalam dirinya. Tidak hanya sikap disiplin yang dapat tertanam, sikap toleransi yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, budaya, dan bahasa juga akan dengan sendirinya melebur dalam jiwa setiap orang yang menghargai dan mencintai bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.

Pada dasarnya banyak cara yang bisa kita lakukan selaku warga negara Indonesia untuk menunjukkan rasa bangga dan cinta terhadap bahasa nasional kita. Selain dua sikap di atas masih ada sikap lain yang bisa menunjukkan karakter suatu bangsa yaitu sikap mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan bersahabat atau komunikatif. Mandiri dalam arti tidak bergantung pada bahasa yang dimiliki oleh negara lain. Dalam hal ini semangat kebangsaan dapat diartikan sebagai cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Rasa cinta tanah air berarti cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap bersahabat atau komunikatif dapat diartikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Media massa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Seorang gadis kecil membaca berita melalui surat kabar (koran) yang diantarkan kerumahnya tentang pendaratan di bulan pada tahun 1969 Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena

pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

[sunting] Pengertian Pers menurut para ahli

Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Menurut Oemar Seno Adji

1. Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis 2. Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

Pers berarti: 1. 2. 3. 4.

alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar alat untuk menjepit atau memadatkan surat kabar dan majalah yang berisi berita orang yang bekerja di bidang persurat kabaran. Menurut Kustadi Suhandang

Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.

[sunting] Sejarah Pers Di Indonesia


[sunting] Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan Memories der Nouvelles, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa surat kabar pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan.

[sunting] Masa Pendudukan Jepang


Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencanarencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan Dai Toa Senso atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.

[sunting] Masa Revolusi Fisik


Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan Sekali Merdeka Tetap Merdeka menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode revolusi fisik, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.

[sunting] Masa Demokrasi Liberal


Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan.

[sunting] Masa Demokrasi Terpimpin


Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya Gerakan 30 September 1965.

[sunting] Masa Orde Baru


Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

[sunting] Masa Reformasi


Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden.

[sunting] Perkembangan Pers Di Indonesia


Perkembangan pers di Indonesia berawal pada penerbitan surat kabar pertama, yaitu Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang terbit 7 Agustus 1774. Kemudian muncul beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain Slompet Melajoe, Bintang Soerabaja (1861), dan Medan Prijaji (1907). Surat kabar terbitan peranakan Tionghoa pertama kali muncul adalah Li Po (1901), kemudian Sin Po (1910). Surat kabar pertama di Indonesia yang menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah surat kabar Soeara Asia. Sesudah itu, surat kabar nasional yang memuat teks proklamasi adalah surat kabar Tjahaja (Bandung), Asia Raja (Jakarta), dan Asia Baroe (Semarang). Corak kehidupan politik, ideologi, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu bangsa sangat mempengaruhi sistem pers di suatu negara.

Secara umum, di seluruh dunia terdapat pola kebijakan pemerintah terhadap pers yang otoriter dan demokratis. Diantara keduanya terdapat variasi dan kombinasi, bergantung tingkat perkembangan masing-masing negara. Ada yang quasi otoriter, ada yang quasi demokratis, dan sebagainya.

[sunting] Jenis-jenis media massa


[sunting] Media massa tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:

1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan 2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu. 3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima. 4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.

[sunting] Media massa modern


Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti: 1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya) 2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual 3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu 4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam 5. Penerima yang menentukan waktu interaksi

[sunting] Fungsi Pers

Sebagai Media Informasi

Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.

Fungsi Pendidikan

Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.

Fungsi Hiburan

Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.

Fungsi Kontrol Sosial

Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan) Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat) Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah) Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)

Sebagai Lembaga Ekonomi

Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat memamfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

[sunting] Pengaruh media massa pada budaya


Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari: 1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat) 2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Siapa (who) Pesannya apa (says what) Saluran yang digunakan (in what channel) Kepada siapa (to whom) Apa dampaknya (with what effect)

Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.

[sunting] Fungsi-fungsi media massa pada budaya


1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan. 2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah. 3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan. 4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

[sunting] Pengaruh media massa pada pribadi


Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari [1]

Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media. Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut. Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy". Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.

Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain .

[sunting] Hubungan antara Pers dan Jurnalistik


Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan. Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak (Kustadi Suhandang, 2004:40).

[sunting] Referensi
1. ^ (Inggris) Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition.

[sunting] Pranala luar

Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Media massa

You might also like