You are on page 1of 53

COGNITIVE-BEHAVIORAL COUNSELING AND THERAPY

The Cognitive Behavioral Paradigm


Asal muasal teori terapi kognitif-behavior dapat ditelusuri lewat seorang filosofis ternama Epictetus, yang pada abad pertama telah berhasil mengobservasi bahwa apa yang paling mengganggu seorang manusia bukanlah suatu peristiwa yang menimpanya, melainkan cara mereka dalam memandang peristiwa tersebut. Implikasi dari observasi ini adalah bahwa situasi (seperti objek yang dapat terlihat) dilihat lebih baik dari beberapa sudut pandang dibanding dari sudut pandang lain, setidaknya teori ini berprinsip bahwa orang-orang memilih orientasinya sendiri. Namun, orientasi itu sendiri dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan seseorang mengenai dirinya sendiri dalam hubungannya dengan dunia. Oleh karenanya jika saya meyakini diri saya sebagai seorang wasit saya akan menonton pertandingan sepak bola dari sudut pandang yang berbeda dengan ketika saya menganggap diri saya seorang supporter bola. Tugas dari terapi kognitif-behaviour adalah untuk mengurangi gangguan emosional dengan membantu orang merubah perilaku dan keyakinan mereka yang menyimpang.

Underlying Theory of Personality and Motivation. Dari perspektif kognitif-behavioural pengalaman seseorang dilihat sebagai hasil dari empat elemen yang berinteraksi, yaitu: fisiologi, kognisi, perilaku, dan emosi. Oleh karenanya jika saya tegang (fisiologis) ketika saya sedang menuliskan suatu karangan hal ini dapat membuat saya berpikir bahwa saya tidak akan membuat tulisan yang baik (kognisi), yang mana selanjutnya dapat membuat saya merasa cemas (emosi) dan selanjutnya hal ini dapat membuat saya meletakkan pena saya dan berjalan ke luar (perilaku). Dampak dari pergi ke luar mungkin akan dapat mengurangi ketegangan saya (kembali ke fisiologis). Selanjutnya hal tersebut mungkin dapat membuat saya menyadari bahwa saya adalah seorang penulis yang handal (kognisi) dan hal ini dapat membuat saya merasa lebih santai lagi (emosi). Pada contoh ini suatu perilaku (pergi berjalan-jalan) telah memutuskan rantai dari rentetan reaksi negatif. Perilaku itu sendiri dapat ditangkap oleh aspek pengetahuan saya (kognisi) bahwa pergi berjalan-jalan dapat memperbaiki mood saya. Di dalam tradisi kognitif-behavioural, penekanan yang utama ialah pada memutuskan rantai negatif lewat sumber kognitif dan perilaku yang ada. Harus diingat bahwa bagaimanapun 1 |Cognitive-Behavioral Therapy

sangat mungkin di dalam prinsip ini untuk menghancurkan rantai tersebut lewat sumber fisiologis, sebagai contoh latihan relaksasi meliputi pengencangan dan peregangan otot-otot secara bergantian, atau lewat sumber emosional, seperti memutar musik favorit. Sementara pendekatan kognitif-behavioural terhadap kecemasan dan depresi dan gangguan emosional lainnya memfokuskan diri pada mengubah kognisi dan perilaku, telah ada perubahan untuk melibatkan emosi sebagai sumber ketika digunakan dalam treatment gangguan kepribadian. Kembali kepada contoh sebelumnya, jika saya menganggap bahwa saya tidak akan membuat tulisan yang bagus, namun juga menganggap bahwa diri saya adalah orang yang bodoh dan tidak berharga, keyakinan semacam ini dapat mensabotase segala usaha saya. Saya mungkin tidak akan pergi berjalan-jalan seperti pada contoh pertama. Perbedaan antara pikiran dan keyakinan ini menunjukkan bahwa ada semacam arsitektur terhadap kognisi dengan fondasi (keyakinan) dan superstructure (pikiran), dengan pemikiran ini Persons (1989) mengemukakan model dua-level. Level pertama ialah kesulitan-kesulitan yang tampak, dengan kognisi, emosi dan perilaku yang saling berinteraksi (figure 7.2). Level kedua adalah salah satu kesulitan yang tidak tampak, dan pada level ini keyakinan inti beroperasi, sebagai contoh, saya bodoh. Keyakinan inti merupakan keyakinan terpendam yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan hubungannya kepada dunia. Keyakinan inti jarang diungkapkan secara verbal dan sering diterapkan pada tepi dari kesadarang seseorang. Mereka adalah keyakinan yang disimpulkan dari respon seseorang terhadap situasi luas. Keyakinan inti dibentuk pada masa kecil. Ada interaksi yang timbal-balik antara level pertama dan kedua. Keyakinan saya bahwa saya bodoh dapat memperbesar kemungkinan bahwa saya akan dengan otomatis berpikir saya akan mengacau ketika saya berhadapan dengan suatu tugas. Tapi jika saya dapat merubah pikiran otomatis seperti itu (yang dinamakan pemikiran otomatis) melewati sejumlah situasi serupa saya mungkin pada akhirnya dapat mengubah keyakinan inti. Beck (1995) mengusulkan dua perbaikan lebih lanjut dari arsitek kognitif, seperti yang dijelaskan di atas. (1) Klien bisa mengembangkan keyakinan bersyarat atau aturan untuk menghindari pengaktifan disfungsional keyakinan/skema inti. Mereka ditunjukkan dalam sebuah format jikamaka, contohnya jika saya melakukan segalanya dengan sempurna, maka saya tidak perlu lagi menganggap diri saya tidak berharga. (2) Perilaku protektif, didesain untuk menghindari aktifnya disfungsional skema/keyakinan inti. Contohnya bekerja dengan waktu 2 |Cognitive-Behavioral Therapy

kerja yang sangat lama supaya semuanya dapat selesai dengan sempurna. Permulaan keyakinan inti dan aturan dapat diselidiki dalam sesi konseling dan klien dapat bereksperimen dengan menantang perilaku protektif, seperti merencanakan untuk selalu pulang kerja pukul 5.30 malam. Dengan gangguan seperti kecemasan dan depresi, yang tertera pada gangguan Axis 1 dalam DSM IV, pemikiran otomatis cenderung menjadi sasaran, sedangkan dengan gangguan Axis 2 dalam DSM IV gangguan kepribadian, keyakinan inti merupakan fokus yang lebih langsung. Individu berbeda dalam keyakinan inti mereka dan kehadiran dini dari keyakinan inti seorang individu lah yang membuat perilaku seseorang relatif dapat diprediksi dan diberikan pada kepribadian tertentu dari individu. Sebagai contoh Beck telah menggambarkan perbedaan antara kepribadian autonomous dan sociotropic. Kepribadian autonomous mendasarkan perasaannya akan self-identity pada pencapaiannya dan akan memiliki keyakinan inti berbentuk jika saya tidak berada di puncak maka saya gagal. Di lain pihak kepribadian sociotropic meyakini bahwa dia membutuhkan penerimaan dari orang lain. Keyakinan intinya adalah berbentuk Saya bukanlah apa-apa jika saya tidak mampu mendapatkan penerimaan dari orang lain. Di dalam paradigm kognitif-behavioural motivasi seorang individu ditahan untuk menjadi hasil dari dua susunan keyakinan: self-efficacy dan ekspektansi hasil. Self-efficacy berhubungan dengan keyakinan terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal, sementara ekspektansi hasil berhubungan dengan keyakinan seseorang bahwa hasil itu sendiri adalah berharga.

The Assesment Process Prinsip fundamental dari teori kognitif Beck tentang gangguan emosi adalah bahwa emosi dibedakan dengan perbedaan content coginitive yang berbeda. pendekatan kognitif dan behavior sudah dikembankan berbeda pada banyak gangguan. Adalah hal yang penting untuk mengidentifikasi dan membedakan gangguan yang berbeda. melalui wawancara tidak terstruktur digunakan untuk mengukur kesulitas emosi dan praktek klinis, Teori beck menyatakan bahwa distorsi kognitif yang memberikan interpretasi maladaptif dari sebuah konteks dimana individu beroperasi dan dari konteks hubungan kepada self. Burn mencatat ada 10 proses self-defeating yang umum: 3 |Cognitive-Behavioral Therapy

All-or- nothing thinking, melihat segala hal hitam dan putih Overgeneralization, dimana menyimpulkan dari satu peristiwa negatif kepada semua peristiwa negatif yang ada Mental filter. Membentuk fragmen negatif dari situasi dan menetap, menghilangkan hal positif Automatic discounting, sensitivitas untuk menyerap infomasi negatif dan menyimpulkan dengan menghilangkan peristiwa positif Jumping to the conclusion, dimana kesimpulan diduga dari peristiwa tidak relevan Magnification and minimization, membentuk ketidaksempurnaan dan mengurangi atribut positif Emotional reasoning, menggunakan perasaan sebagai bukti dari setiap situasi Should statement, kelebihan dari imperative moral seperti harus dan pasti Labeling dan mislabeling, sebuah label yang tidak cocok dapat membuat reaksi yang menekan Personalization, interpretasi egosentris dari hubungan interpersonal yang berhubungan dengan diri Alford dan Beck menyatakan bias pemprosesan informasi adalah umum tidak spesifik

kepada setiap gangguan emosi dengan kemungkinan pengecualian pada pikiran semua atau tidak yang muncul pada gangguan kepribadi borderline.

Core rubric for personality disorder Paranoid personality Saya tidak disukai oleh orang lain Hidup adalah kompetisi melawan musuh eksternal Schizoid personality Saya orang yang canggung Hidup adalah tempat yang sulit dan hubungan anatar manusia yang menyusahkan Antisocial personality Saya adalah apa yang saya inginkan

4 |Cognitive-Behavioral Therapy

Obssessive-compullsive personality Saya harus bertanggung jawab kepada apa yang salah Hidup sangat tidak terprediksi

Keyakinan tersebut mungkin berfungsi dalam konteks dimana mereka berasal tapi akan menjadi maladaptif saat situasi dewasa. Untuk melacak etiologi gangguan kepribadian dapat juga dilakukan dengan meminta klien untuk melengkapi kerangkanya seolah-olah mereka masih kanak-kanak. Bila kebenaran klien dipertanyakan (sebagai contoh, seorang klien dengan dugaan gangguan kepribadian antisosial), maka bukti perlu dikumpulkan dari orang lain yang signifikan dan ditempatkan kedalam kerangkanya. Young (1990) berpendapat bahwa pengalaman buruk dengan orang lain saat melakukan sosialisasi awal dapat menyebabkan pembentukan Early Maladaptive Schemas (EMS). Dia mendefenisikan EMS sebagai tema yang sangat stabil dan bertahan lama (tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain) yang berkembang selama masa kanak-kanak dan dimunculkan disepanjang kehidupan individu. Dia mengidentifikasi 16 skema maladaptif yang dikelompokkan dalam 5 judul besar, yaitu: Impaired autonomy, harapan tentang diri sendiri dan lingkungan yang mengganggu kemampuan individu untuk memisahkan, bertahan hidup dan berfungsi secara bebas. Disconnection, harapan dimana kebutuhan seseorang untuk memelihara, tetap stabil, dapat dipercaya, dan hubungan empatis sosial atau intim tidak akan terpenuhi dengan cara yang dapat diprediksi. Undesirability, harapan bahwa seseorang tidak akan diinginkan oleh orang lain dalam bentuk apapun berikut ini: daya tarik fisik, kemampuan sosial, nilai internal, integritas moral, kepribadian yang menarik, pencapaian karir, dll. Restricted self-expression, terlalu banyaknya batasan dan penindasan terhadap seseorang dari sisi emosi, dorongan, kecenderungan atau pilihan hidup dengan tujuan untuk mendapatkan penghormatan dari orang lain dan menghindarkan rasa bersalah. Insufficient limits, keinginan personal yang berlebihan yang mengarah pada kesulitan untuk memnuhi harapan orang lain atau tujuan personal seseorang.

5 |Cognitive-Behavioral Therapy

Young mengajarkan kepada klien tentang bagaimana cara menggunakan schema maintenance (sebagai contoh, mencari informasi yang mendukung skema mereka dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan skema maladaptif). Dia juga memperkenalkan schema avoidance, dimana klien tidak akan memikirkan tentang materi tertentu karena hal tersebut sangat mempengaruhi sarat (muatan di pikiran); hal ini terlihat sejalan dengan gagasan defensif seperti penolakan. Proses ketiga yang disorotinya adalah schema compensation: terlibat dalam perilaku untuk mengkompensasi aktifnya skema maladaptif (sebagai contoh, seseorang yang takut ditolak akan menolak orang lain terlebih dahulu, seperti dengan cara bersikap arogan).

What Does Change Mean and How Is It Brought About? Perubahan dalam paradigma kognitive-behavioural sering identik dengan pengurangan gejala dan perubahan perilaku. Sehingga keberhasilan dengan klien yang mengalami kecemasan dapat diukur dengan berkurangnya kuantitas dan intensitas dari gejala. Bagaimanapun, untuk beberapa kondisi seperti depresi, pengurangan gejala yang dapat bertahan lama atau juga disebut pencegahan relapse (kambuh), bergantung pada modifikasi keyakinan diri klien sendiri. Psikolog konseling berkonsultasi tidak hanya berkonsultasi pada klien yang memiliki gangguan yang tertera dalam DSM IV namun juga pada klien yang bermasalah dalam hidup; untuk kedua kategori perhatian telah dikhususkan pada apa yang menetapkan perubahan klinis. Jacobson dan Truax (1991) menyarankan 3 cara untuk mengoperasionalkan perubahan klinis yang signifikan: Ketika nilai rata-rata post-test klien lebih rendah 2 standar deviasi atau lebih dari nilai rata-rata kelompok pembanding disfungsional. Ketika nilai rata-rata post-test klien lebih rendah dalam 2 standar deviasi dari nilai ratarata kelompok normatif. Ketika nilai rata-rata post-test klien lebih mungkin diambil dari distribusi kelompok normatif daripada kelompok disfungsional. Untuk depresi, norma untuk kelompok normal dan disfungsional telah tersedia (Nietzel et al., 1987), sehingga penentuan perubahan klinisnya lebih mudah dari gangguan lain. Cognitivebehaviour therapy bukanlah terapi tunggal dan mungkin beberapa cognitive-behaviour therapy berkembang lebih baik dari yang lain dalam hal membawa perubahan dengan gangguan. Hal ini 6 |Cognitive-Behavioral Therapy

dapat dikategorikan dalam 4 judul utama yaitu: coping skills, problem-solving, cognitive restructuring, dan structural cognitive therapy. Persamaan dan perbedaan dari beberapa cognitive-behaviour therapy akan dijelaskan seterusnya. Anggota keluarga saling berbagi beberapa karakteristik berikut ini. Therapy begins with an elaborate, well planned rationale. Terapi ini memberikan penjelasan bagi klien mengenai gangguan yang mereka alami, dan sejumlah tahapan yang akan memandu klien untuk membantu menghadapi permasalahan mereka. secara praktis hal ini

berarti penjelasan dari interpretasi dan evaluasi dari suatu peristiwa (B) yang memberikan pengaruh yang besar terhadap respons emosi (C), dibandingkan stimulus itu sendiri. Penyampaian pesan ini dapat menggunakan prinsip analogi. Sebagai contoh: Pikiran itu seperti sebuah camera, tergantung pada settingan dan jenis lensa yang anda pilih untuk gambar yang anda akan ambil. Adalah memungkinkan untuk mengajarkan orang untuk memilih settingan dan jenis lensa yang tepat sehingga anda bisa mendapatkan gambaran situasi yang realistik dimana kondisi tersebut membuat anda merasa terganggu. Alasan penggunaan terapi dimensi perilaku selalu dijelaskan dimana aktivitas adalah prasyarat dari penguasaan perasaan atau kesenangan. Oleh karena itu kebutuhan untuk mengatasi kelembaman dari emosional distress dapat dihasilkan. Therapy provides training in skil that the client can utilize to increase his effectiveness in handling his daily llife. Klien diminta untuk mencatat semua kejadian selama sesi berlangsung dan semua kejadian yang bahkan membuat klien merasa tidak nyaman. Hal ini mungkin merupakan situasi dari eksternal, seperti dikritik oleh pasangan, atau situasi internal, seperti perubahan mood yang mendadak ketika melihat keluar dari jendela terlah terjadi kemacetan. Dengan mengindetifikasikan pemicu dari situasi dan respon emosional yang mengikutinya, klien disuruh untuk mencatat apa yang mungkin mereka katakan kepada diri mereka sendiri sehingga mereka merasa terganggu, dan hal itulah proses menemukan faktor B pada model ABC. Klien mungkin menjadi penentu terbesar atau terlemah dalam menemukan faktor B tersebut, tergantung atas pemikiran utama individu atau hal-hal yang tepat berada dekat dengan situasi tersebut. Salah satu bagian dari konseling psikolog memberikan terapi keterampilan lies untuk meningkatkan faktor B dan membantu tantangan yang dialami pasien. Sebagai contoh, saat klien mengalami penurunan mood saat melihat kemacetan, mungkin akan berkata, hidup selalu 7 |Cognitive-Behavioral Therapy

sulit bagi saya, saya selalu mengalami mood yang tidak baik, saya selalu berada di situasi ini, dan saya telah gagal. Sebuah pemikiran rasional mungkin dapat diberikan, saya sudah berumur 40tahu, dan hidup dimulai sejak umur 40 tahun, beberapa yang telah saya lewati ada yang baik dan ada yang buruk. Saya akan bergabung dengan perjalanan manusia. Therapy emphasize the client making independent use of cognitive-behavioral skills outside the terapy context. Jika terapis selalu berfokus pada kegagalan perilakunya, klien dapat diperingatkan dengan pemikiran bahwa klien harus bisa menurunkan mood yang timbul dari luar sesi terapi. Akibatnya klien dapat diberikan latihan mengawasi mood untuk dipergunakan di luar sesi terapi. Langkah pertama mungkin dengan menginstruksikan klien untuk berhenti saat sadar bahwa penyebab distress telah muncul. Kemudian dia akan melakukan pandangan ulang untuk mengatasi situasi tersebut. Dengan mampu mengidentifikasi thema yang dapat dipergunakan sendiri, klien dapat menggunakan respon alternatif yang telah dipilih dan dilatih pada saat terapi untuk berperilaku yang mungkin dapat memberikan kesenangan pada klien tersebut. Therapy encourages the client to attribute his improvement in mood more to his own increased skilfulness than to the therapys endeavor. Jika klien melihat telah terjadi perkembangan pada moodnya sebagai perubahan yang terjadi atas perilaku dan pemikirannya sendiri, dan dapat tetap melanjutkan keterampilan tersebut, terapis sudah dapat menghentikan proses terapi. Klien sudah dapat diperlengkapi dengan tugas tugas dari terapis yang menekankan konstansi keterampilan klien. Klien sudah memiliki pemikiran dan keterampilan yang dipergunakan sendiri, dan dengan semakin banyak berlatih, pasien akan semakin dapat lebih terampil. Terapi perilaku-kognitif dapat dikategorisasikan atas 4 pemikiran utama, walaupun seringkali terjadi tumpang tindih antara keempat pemikiran tersebut. Coping skills. Coping skills memiliki 2 komponen : self-verbalization atau instruksional, dan perilaku hasil. Klien kesulitan mengelola situasi partikular mungkin dapat disebabkan defisiensi dari kemampuan coping. Contoh, klien yang depresi tidak mampu bersifat asertif disebabkan kesalahan nilai-nilai yang mereka pegang bahwa mereka tidak boleh menunjukkan dan tidak boleh mengekspressikan kebutuhan mereka sendiri, dan mengakibatkan mereka selalu mengomel atau mengeluh ketika mereka seharusnya mengekspresikan kebutuhan mereka itu. 8 |Cognitive-Behavioral Therapy

Stres Inaculation Training (SIT) oleh Meichenbaum (1985) menjelaskan aspek kognitif dan aspek perilaku sebagai bentuk Coping skills dan dikenal sebagai terapi terbaik pada kategori ini. Stres dipandang sebagai bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya. Keduanya butuh target tertentu untuk diubah. Pada level individual, klien diajarkan untuk mampu berbicara dengan diri mereka sendiri dan cara merespon terhadap suatu situasi yang membuat mereka merasa kesulitan. Pada level lingkungan, klien mungkin dapat diberikan dukungan dengan mengorganisasikan mereka dengan yang lain, dengan kata lain, merubah pola kehidupan menjadi lebih menyenangkan. Problem solving. Terapi Problem solving menyatakan bahwa klien mengalami ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah mereka dalam mengembangkan dan

memeliharanya dari gangguan yang mereka alami. terapi problem-solving (Nezu dkk, 1989) menjadi terapi yang paling banyak diaplikasikan pada kategori ini. Problem solving (pemecahan masalah) dikonsepkan dengan tahapan berikut ini: Problem orientation Defenisi problem dengan tepat Alternatif penyelesaian masalah Memilih solusi paling tepat Perencanaan pelaksanaan solusi Peninjauan kembali pelaksanaan yang telah dilakukan

Jika solusi yang dipilih tidak mampu menyelesaikan masalah atau hanya menyelesaikan sebagian, maka akan dipilih lagi solusi lainnya, diimplementasikan dan ditinjau ulang. Pendekatan ini dapat diaplikasikan pada permasalahan impersonal ataupun interpersonal. Cognitive restructuring.Dua pokok penting dibawah kategori ini adalah Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dan Cognitive Therapy (CT). REBT berpendapat bahwa ketidakrasionalan merupakan faktor penentu utama dari gangguan emosi. Ellis (1962) mengungkapkan bahwa pikiran-pikiran orang yang neurotic didominasi oleh keharusan, sebaiknya, sebaliknya, dan kewajiban. Dari ketidaktepatan hal tersebut, dapat menghasilkan tiga keyakinan, yaitu :

9 |Cognitive-Behavioral Therapy

Awfulizing ; dimana kecenderungan untuk membuat evaluasi besar-besaran yang nyata sekali terhadap kejadian-kejadian negatif. Low frustration tolerance ; dimana kecenderungan untuk menyakini bahwa situasi yang tidak nyaman dapat ditanggung. Damnation ; dimana kecenderungan untuk mengevaluasi sebagai inti yang buruk atau penilaian manusia terhadap self dan /atau lainnya sebagai hasil dari perilaku individual. Structural cognitive therapy. Dalam struktur terapi kognitif (Liotti, 1986), perhatiannya

pada struktur yang dalam. Tiga level organisasi kognitif yaitu : Core level, keyakinan dari individu yang dibentuk, biasanya sepanjang masa kanakkanak dan remaja Intermediate level, verbalisasi, deskripsi yang tegas tentang self, dan orang lain dan dunia Peripheral level, rencana tindakan dan strategi problem solving yang masing individu mampu membangun konfrontasi dengan lingkungan dari hari ke hari. Pretzer dan Fleming (1989) telah menyarankan petunjuk untuk membantu klien dengan gangguan kepribadian. Intervensi lebih efektif ketika berdasarkan pada sebuah konseptualisasi individu dari masalah klien itu sendiri Penting bagi terapis dank lien untuk bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan yang diinginkan Penting untuk fokus pada lebih dari perhatian yang biasanya dalam interaksi terapis dan klien Mengingat intervensi yang membutuhkan self disclosure yang luas dari klien Intervensi yang dapat meningkatkan self efficacy klien dan menurunkan symptomatology dan memudahkan intervensi lain Terapis sebaiknya mencoba untuk mengidentifikasikan dan menyebutkan ketakutan klien sebelum perubahan implementasi Terapis sebaiknya mengantisipasi masalah Terapis sebainya tidak mengasumsikan keberadaan klien dalam sebuah alasan atau fungsional lingkungan 10 |Cognitive-Behavioral Therapy

Terapis harus menyertai reaksi emosinya selama terapi berlangsung Terapis sebaiknya berpikir realistis ketika memandang lamanya terapi, tujuan terapi, dan standar self evaluation. Pendekatan perilaku kognitif untuk gangguan kepribadian merupakan ekspresi dari empat

tren dalam terapi perilaku kognitif yang membuat dialog dan mungkin integrasi dengan psikoterapi yang lain yang lebih layak dibandingkan sebelumnya. Mengikutsertakan proses bawah sadar. Ada penerimaan bahwa schemata dan ketentuan pribadi yg disimpulkan konstruk dan perilaku yang beroperasi diam-diam dan tanpa kesadaran tidak bisa diamati, meskipun hal ini tidak sejauh penerimaan terhadap gagasan tentang bawah sadar Freudian. Penekanan pada proses interpersonal Para kognisi penting untuk mengatasi dalam gangguan kepribadian yang mereka anggap berkaitan dengan pandangan diri dalam hubungannya dengan orang lain Kepedulian terhadap proses emosional Meskipun terapis kognitif perilaku telah lama menerima ketergantungan dari kognisi dan ada peningkatan perhatian yang diberikan yg dapat berpengaruh sebagai pembawa informasi, dan sebagai disposisi tindakan. Pengaruhny adalah diberikannya status yang sama seperti kognisi sebagai sarana terapi dimana klien bisa semakin tidak terganggu. Pentingnya hubungan terapeutik Sementara hubungan terapi yang baik selalu dianggap sebagai bagian penting dari mengajarkan klien keterampilan berbagai perilaku kognitif, hanya baru-baru ini dalam pengobatan gangguan kepribadian yang akan datang dipahami sebagai laboratorium yang mungkin atau mikrokosmos dari kesulitan klien

11 |Cognitive-Behavioral Therapy

A. Cognitive- Behavioral Therapy: An Overview of Behaviorism


Untuk memahami munculnya kekuatan kedua dalam konseling dan psikologi, Anda perlu memahami empat tahap yang menandai perkembangan gaya teoritis utama. Pemahaman ini dimulai dengan tiga tahap pertama, yang mewakili aspek perilaku dari CBT: teori pengkondisian klasik, teori operant conditioning, dan teori belajar sosial. 1. Classical Conditioning Theory: Pavlov and Watson Tahap pertama dalam evolusi CBT dapat ditelusuri pada karya para ahli teori belajar awal. Beberapa ahli teori belajar yang paling menonjol yang memiliki dampak yang signifikan dalam pengembangan psikologi perilaku termasuk Ivan Pavlov 1927), John B.watson (1925), dan Joseph Wolpe (1990). Penelitiannya dengan anjing yang dipimpin Pavlov (1927) menjadi salah satu teori pertama yang menulis tentang jenis tertentu belajar yang dikenal sebagai pengkondisian klasik(classical conditioning). Menurut ahli fisiologi Rusia, pengkondisian klasik mengambil bagian dalam tiga tahap. Pertama, stimulus yang telah dikondisikan kepada anjing yang lapar. Hal ini memunculkan respon yang sudah terkondisi (respon air liur oleh anjing tersebut). Kedua, Pavlov secara teratur memperkenalkan stimulus netral (dering bel) dengan sepotong daging, yang menghasilkan UR (respon air liur). Ketiga, selama periode waktu di mana stimulus netral (bel dering) disesuaikan dengan US (potongan daging), Pavlov menemukan bahwa anjing terkondisi untuk mengeluarkan air liur dengan dering bel saja (bahkan ketika potongan daging tidak disajikan). Ketika ini terjadi, Pavlov menyatakan bahwa pembelajaran baru telah terjadi. Ini pembelajaran baru (atau pengkondisian klasik) anjing memunculkan respon yang diharapkan CR (air liur yang otomatis menunjukkan anjing lapar) dengan apa yang sekarang adalah stimulus terkondisi CS (bunyi bel tanpa penyajian sepotong daging ). John Watson (1925) memperluas teori Pavlov belajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pengkondisian klasik bagi manusia, yang paling terkenal untuk seorang anak muda bernama Albert. Dalam eksperimennya dengan Albert, Watson pertama kali diperkenalkan stimulus

12 |Cognitive-Behavioral Therapy

berkondisi (suara keras), yang dihasilkan adalah respon berkondisi (sebuah respon kejut otomatis). Ketika suara keras secara rutin sesuai dengan stimulus yang dikondisikan (pengenalan tikus putih), Albert akhirnya belajar untuk menanggapi penyajian tikus putih dengan respon terkejut tanpa iringan lonceng keras. Watson juga menunjukkan bahwa pembelajaran baru (yang dimanifestasikan oleh respon yang terkondisi) tidak hanya terjadi ketika seekor tikus putih disajikan, tapi ini juga CR umum dengan penyajian objek sejenis seperti kapas putih. Sedangkan penelitian ini memberikan informasi penting yang membantu menjelaskan belajar manusia, juga dapat membantu Anda untuk memahami mengapa tahap awal pendekatan perilaku membawa resistensi yang cukup besar antara banyak orang. Tak perlu dikatakan, jenis penelitian akan dianggap tidak etis hari ini. Hasil penelitian Watson membuatnya diakui sebagai pencetus teori utama psikologis yang dikenal sebagai behaviorisme. Perspektif teoritis mencoba untuk melacak semua perilaku untuk respon psikologis untuk berbagai jenis rangsangan. Penelitian Watson temuannya dan tulisannya secara teoritis juga untuk bidang yang baru muncul dari neuropsikologi. Seperti perspektif watson dari behaviorisme, neuropsikologi menggambarkan manusia sebagai sistem mekanis yang pada dasarnya menanggapi berbahasa, baik behaviorisme dan neuropsikologi menunjukkan bahwa kita menjadi siapa kita melalui tanggapan psikologis kita terhadap lingkungan. Meskipun menggunakan perspektif mekanistik dan hipotesis yang berhubungan dengan psikologis untuk menjelaskan perkembangan dan perilaku manusia, Watson tidak terlalu memperhatikan dampak dari keturunan dan bukan terfokus pada pengaruh lingkungan. Sebagai hasil dari cakupan pandangan mekanistik pembangunan manusia, Watson dianggap sebagai teori psikologis alternatif dan khususnya teori psikoanalitik Freud menjadi tidak ilmiah dan bahkan mistis. Watson akhirnya meninggalkan pekerjaan akademik untuk menjadi wakil presiden J. Walter Thompson, salah satu biro iklan terbesar di negara-negara Serikat. Namun, juga jelas bahwa pandangan Freud tentang alam bawah sadar juga dimasukkan dalam strategi perusahaan iklan

13 |Cognitive-Behavioral Therapy

banyak diterapkan untuk merangsang minat kalangan konsumen potensial yang melihat bahwa iklan sebagai media. 2. Operant Conditioning Theory: B. F. Skinner Tahap kedua dalam evolusi dari CBT sebagian besar didorong oleh karya B.F.Skinner, yang dibangun di Watson legacy.Skinner (1953,1969) teoritis pandangan dunia menunjukkan bahwa mereka dapat mengontrol dan membentuk perilaku dalam budaya dan keluarga yang mereka pilih.Perspektif ini disebut sebagai instrumental operant conditioning dan keyakinan ini beralasan bahwa kita dapat memilih perilaku apa untuk memperkuat kita dilingkungan

kita.menurut teori behavior skinner ada empat tipe dari operant conditioning yakni : positive reinforcement , negative reinforcement, punishment dan extinction. Positive Reinforcement (Penguatan Positif). Dalam positive reinforcement perilaku tertentu diperkuat dengan mengalami kondisi yang positif. Skinner mencatat dalam penelitiannya, seekor tikus lapar menekan bar (kayu penghalang) di dalam kandang dan menerima makanan.the makanan tersebut adalah kondisi positif bagi tikus lapar. Tikus menekan bar lagi, dan menerima makanan.Perilaku tikus menekan bar dengan demikian diperkuat dengan konsekuensi menerima makanan. Dari teori operant conditioning, diyakini bahwa tikus belajar untuk mengontrol atau mengarahkan perilakunya untuk memastikan bahwa kondisi positif atau hasil akan terus terjadi dari tindakan tersebut ( lihat figure 7.2) Negative Reinforcement (Penguatan Negatif). Reinforcement negatif di sisi lain, terjadi ketika suatu perilaku tertentu memperkuat konsekuensi dari menghentikan atau menghindari kondisi yang negatif.Skinner menggambarkan bagaimana bentuk pembelajaran terjadi dengan melaporkan reaksi tikus yang diberi kejutan listrik ringan pada kakinya saat itu dalam sangkar. Shock adalah kondisi negatif untuk tikus. Namun tikus mampu menekan bar di kandang yang dapat menghentikan kejutan listrik. Tak lama kemudian tikus menerima kejutan lain dan menekan bar lagi untuk menghentikan shock . Skinner menyimpulkan bahwa tikus belajar untuk mengasosiasikan tekanan dengan bar didalam kandang dengan pengurangan kondisi negatif. Prinsip ini menghasilkan defenisi dari negative reinforcement dari teori operant conditioning Punishment. Skinner juga mencatat bahwa hukuman sering memberikan kontribusi untuk pembelajaran dari perspektif teori operant conditioning bahwa istilah hukuman menggambarkan 14 |Cognitive-Behavioral Therapy

perilaku yang melemah akibat pengalaman kondisi negatif di lingkungan. Sebagai contoh: tikus menekan sebuah bar di kandangnya dan segera menerima shork listrik ringan. Kejutan listrik adalah kondisi negatif .tikus menekan bar lagi dan mengalami kondisi negatif dengan menerima kejutan lain dan menekan bar kembali. Pada pengamatan lebih lanjut, skinner mencatat bahwa perilaku tikus terus menekan bar melemah oleh konsekuensi dari menerima kejutan setiap kali tikus memulai aksi nya. Extinction. Skinner juga memperkenalkan konsep extincion dengan psikologi perilaku.Konsep ini menggambarkan perilaku yang melemah atau kondisi lingkungan yang negatif. Percobaan Skinner menunjukkan bagaimana extincion terjadi ketika tikus menekan bar dalam sangkar dan malah tidak ada yang terjadi, hal itu menyebabkan tidak ada kondisi yang positif maupun kondisi negatif yang dihasilkan ketika tikus memulai perilaku tersebut, Skinner mengamati bahwa tikus menekan bar di kandang itu semakin melemah dan dalam hal ini hampir hilang ketika tikus tidak mengalami hal positif maupun hasil yang negatif dari perilaku tersebut. Meskipun percobaan Skinner ini diawali dengan hewan dalam eksperimen yang sangat dikontrol menetapkan teori operant conditioning mendapatkan banyak popularitas dan diterapkan dalam setting manusia banyak pada tahun 1950 dan 1960.Termasuk banyak

pembentukan dari konsep psikologi perilaku dalam pendidikan setting rumah sakit jiwa, penjara dan tempat kerja. Meskipun ada kecenderungan hari ini untuk mengecilkan pentingnya pengaruh Skinner dan metode, Skinner berkontribusi dan telah berdampak untuk dikemudian hari dalam pekerjaan konselor dan psikolog dalam melakukan pekerjaan mereka pada saat ini. Skinner menekankan pada perilaku yang dapat diamati sebagai dasar untuk terapi perilaku dan banyak terapi cognitive behavior lain pada saat ini. Di samping penggabungannya dapat diterapkan analisis perilaku, analisis spesifik urutan perilaku yang digunakan oleh banyak praktisi kesehatan (dibahas lebih rinci nanti) dasar dari penelitian Skinner. Akhirnya microskill mengusulkan tidak ada perilaku spesifik yang dilibatkan dalam terapi yang memuji Skinner yang membuat aktivitas mistik menjadi jelas dan dapat diamati (Skinner, 1969: komunikasi pribadi untuk Allen Ivey). Kejelasan dalam menggambarkan efektif dan tidak efektif kemampuan mengkonseling stategi terapi dalam dasa dari model microskill- ke dalam pandangan Skinner tentang pentingnya

15 |Cognitive-Behavioral Therapy

mengidentifikasi perilaku tertentu yang memiliki dampak positif pada cara merespon klien dalam konseling dan terapi. Meskipun manfaat praktis dari psikologi perilaku, kritikus menunjuk ada keterbatasan tertentu dari perspektif psikologis. kritik tersebut berfokus pada fakta dari Skinner yang mengatur sedikit perhatian pada proses internal mental dan kognisi dan tidak secaca langsung mengobservasi perilaku.mengenal kembali perkembangan manusia, belajar, dan perilaku yang begitu kompleks untuk dijelaskan secara lengkap oleh stimulus respon pada garis kontinjensi.secara garis besar teori skiner selain teori belajar juga berusaha untuk memberikan penjelasan yang lebih komprehensif dari cara orang belajar dan berperilaku. Hal ini mengakibatkan tahap ketiga dari evolusi CBT - munculnya teori pembelajaran sosial. 3. Social Learning Theory: Albert Bandura Meskipun Albert Bandura sangat dipengaruhi oleh perspektif teoritis dalam keseluruhan perilaku, Bandura mengakui bahwa orang umumnya menunjukkan perilaku berakar pada faktor yang terlalu sulit melampaui tertarik dlam mendapatkan hadiah atau menghindari kondisi lingkungan yang negatif, mencari penjelasan yang lebih komprehensif dari cara orang berperilaku. Bandura memulai serangkaian studi lapangan di Stanford dalam tahun 1953. Studi menyebabkan pembentukan pembelajaran sosial dan agresifitas. Bandura bekerjasama dengan Richard Welters yang merupakan mahasiswa doktor pertama di Stanford, Bandura mengarahkan perhatiannya untuk meneliti agresi antisosial anak laki-laki yang datang dari keluarga yang utuh di daerah residental .Dalam penelitian ini Para peneliti sengaja memilih anak-anak dari keluarga utuh dan latar belakang ekonomi yang baik untuk demonstrasikan faktor lain yang berlawanan selain kondisi kekeluargaan dan sosioekonomik yang membantu memperluas masalah perilaku pada anak-anak ini. Penelitian ini yang

menggarisbawahi peran penting dari pemodelan perilaku manusia menyebabkan serangkaian studi tambahan ke dalam penentu dan mekanisme apa yang disebut Bandura sebagai Observasional Learning. Modelling. Bandura dan Walters menemukan bahwa remaja yang hiper aktif biasa nya meniru orang tua yang memodelkan sikap bermusuhan. Meskipun orang tua tidak mentolerir perilaku agresif di rumah, mereka membutuhkan harus ada aturan agar anak anak dapat menjadi ulet 16 |Cognitive-Behavioral Therapy

dan dapat menyelesaikan perselisihan dengan teman sebaya secara fisik jika diperlukan. Ketika hasilnya dimana anak anak mendapatkan masalah atau mendapat kesulitan di sekolah orangtua berada diposisi yang berlawanan dengan anak mereka pada staff sekolah. Orangtua tidak hanya memperlihatkan agresifitas terhadap sistem sekolah tetapi juga terhadap anak-anak lain, yang mereka percaya telah memberikan anak mereka waktu yang sulit (Bandura, 1976). Dari penelitian tersebut Bandura menyimpulkan bahwa perilaku agresif dari anak anak muda yang lebih menjelaskan model dari perilaku bermusuhan orangtuanya dan tindakan agresif bukan hanya karena oleh prinsip klasik atau teori operant conditioning. Bandura menjelaskan lebih lanjut bahwa agresifitas remaja merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang pengaruh dari melihat model menemukan hukuman ketika bertingkah laku dalam cara agresif dalam kehidupan mereka. Temuan ini berkontradiksi dengan asumsi Freudian bahwa hukuman orangtua langsung secara internal akan menghambat ekspresi dorongan agresif, (Freud, 1982). Penelitian Bandura juga bertentangan dengan pandangan Skinner dari penguatan negatif dan hukuman. Penelitian ini mengakibatkan pembentukan teori belajar sosial, yang diuraikan dalam tiga buku pertamanya yakni: adolescent- agrression (Bandura, 1959), social learning and imitation (Bandura, 1962) dan social learning and personality development (Bandura, 1975). Bandura terus melanjutkan memperluas pemikirannya yang telah lalu mengenai perilaku selanjutnya dalam penelitian dimana tes mengenai teori pembelajaran sosial dengan kondisi yang berbeda. Seperti halnya dengan penelitian mengenai agresifitas remaja, penelitian lain fokus pada cara orang belajar dengan pengamatan dan modelling. Penelitian ini berusaha keras pada area yang meliputi studi dari Bandura dengan Dorrie dan Stella Ross pada sosial modelling di antara anak - anak, yang melibatkan boneka bobo doll yang terkenal saat itu yang terbuat dari plastik. Anak-anak yang berpartisipasi dalam studi bobo doll yang dimana expose pada model sosial yang menunjukkan perilaku kekerasan atau tanpa kekerasan terhadap boneka bobo doll yang dalat memantul kembali. Anak-anak yang diperlihatkan model kekerasan dalam studi ini kemudian ditampilkan bentuk novel agresi terhadap boneka bobo. Sebaliknya, anak-anak yang observasi model dimana menunjukkan perilaku yang tidak menunjukkan perilaku kekerasan pada 17 |Cognitive-Behavioral Therapy

boneka bobo jarang menunjukkan perilaku kekerasan mereka ketika mereka ditinggalkan sendiri ( lihat figure 7.3 ). Dari hasil yang diperoleh dari penelitian membantu pada meresmikan konsep dimana belajar observasi. Konsep ini telah digunakan untuk menjelaskan perilaku yang berbeda dari studi penelitian bobo doll menunjukkan dalam ketidak hadiran dari penguatan secara langsung. Dalam cara yang lain Bandura dan koleganya mendemonstasikan bahwa anak-anak bisa belajar pola-pola baru perilaku secara perwakilan, tanpa benar-benar melakukan perilaku yang diamati atau menerima pembelajaran pada perilaku spesifik seseorang. Pekerjaan Bandura menimbulkan banyak kontroversi baik dari dalam maupun dari luar pada bidang psikologi mengakibatkan penelitian tambahan yang memvalidasi bahwa apa yang orang lihat, mereka sering lakukan. Hal ini jelas dimana kekerasan di media dan di dunia video game sangat berpengaruh dalam perkembangan dan psikososial perilaku anak-anak dan remaja saat ini. Meskipun temuan oleh Bandura dan ilmuwan perilaku lain yang menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara belajar observasional dan manifestasi perilaku kekerasan terdapat penolakan yang konsisten dari fakta ini dari eksekutif perusahaan dan profesional media lainnya. Penolakan ini sebagian didorong oleh keuntungan yang besar dihasilkan dari pemasaran pemasaran produk media kekerasan, meskipun bukti bahwa konsep belajar Bandura dapat dipakai untuk membantu manusia. Penelitian Bandura menemukan di daerah ini membuatnya menyimpulkan bahwa pemodelan memang proses yang kuat dan luas yang menyumbang banyak kebiasaan belajar,terutama sumbangan dengan pandangan behavioris dalam mode pada saat itu, yang menegaskan bahwa belajar adalah konsekuensi dari penguatan positif, penguatan negatif atau bentuk yang berbeda dari hukuman seperti yang didefinisikan oleh Skinner dan pendukung lainnya dalam pengkondisian operant conditioning. Sampai saat itu psikologi perilaku berorientasi berfokus hampir secara eksklusif pada belajar melalui konsekuensi dari satu tindakan. Namun Bandura menunjukkan bahwa proses dari proses belajar trial error dapat menjadi jalan pintas dalam sosial belajar belajar kesalahan Pandangan yang lebih luas diperoleh Bandura sebagai hasil dari hasil tingkah laku yang berangkat pada penelitian dalam sosial learning yang juga membedakan penelitian antara efek kognitif dari pemodelan pada perolehan perilaku dan efek motivasi dari penghargaan dalam performa yang ditiru. 18 |Cognitive-Behavioral Therapy

Self-Regulation. Pada masa karirnya, Bandura melakukan satu penelitian yang berfokus untuk melihat kemampuan anak dalam membuat self-regulatory, dan konsep ini merupakan bentukan dari konsep Bandura sendiri yaitu mengenai Human Agency. Bandura bekerja dengan Carol Kupers. Usahanya menghasilkan peningkatan pemahaman tentang standar performansi individual dan proses self-rewarding. Penelitian ini meliputi penggunaan bowling game dimana seorang anak diharapkan mampu memberikan reward kepada dirinya sendiri saat dia merasa pantas untuk memberikan reward kepada perilakunya itu. Penelitian ini kemudian menghasilkan konsep baru dari Bandura dan kolenganya itu yaitu self-efficacy (Bandura, 1997). Penelitian lanjutan Bandura Human Agency dan self-efficacy mengarahkannya pada pemikiran manusia tentang kemampuan manusia untuk mengatur tentang bagaimana mereka merasa ancaman kepada diri mereka sendiri adalah adanya pengaruh perubahan kondisi fisik yang spesifik. Perubahan kondisi fisik menurut bandura dapat meningkatkan self-efficacy, termasuk adanya peningkatan pada level neurotransmitter dan hormon yang berkaitan dengan stres pada aliran darah. Bandura juga menemukan bahwa individu dapat mengatur level dari neurotransmitter dan hormon penyebab stres pada aliran darah dengan mengubah pemikiran mereka tentang self-efficacy pada situasi yang berbeda. Penelitian dan kontributisi teoritikal ini memberikan kontribusi yang penting dalam evolusi dari CBT pada proses konseling dan psikologi. Penelusurannya pada peran kognisi dalam proses belajar dan bentukan perilaku telah diperluas oleh para teoris CBT lainnya. Pemuka teori berlandaskan teori dari Bandura dengan menambahkan proses lain dalam berikir (kognisi) dapat menjadi efektif dalam situasi konseling dan psikoterapi.

B. Behavioral Counseling and Therapy Strategis: Application for Practice

1. Applied Behavioral Analysis Salah satu dasar kompetensi konselor dan psikolog adalah belajar membuat terapi dan konseling perilaku secara efektif termasuk kemampuan mereka untuk menyelesaikan applied 19 |Cognitive-Behavioral Therapy

behavioral analysis, yaitu sebuah metode sistematik dalam penjelasan kolaboratif mengenai klien dan lingkungan klien yang mana klien dan praktisinya bekerjasama membangun interfensi yang spesifik yang bertujuan mengubah kondisi kehidupan klien. Keberhasilan sistem ini berdasar pada 4 fundasi, yaitu : hubungan antara konselor dan klien, defenisi dari permasalahan berdasar pada operasionalisasi perilaku spesifik klien, memahami secara menyeluruh permasalahan berdasarkan analisis fungsi, pembentukan tujuan yang penting secara sosial untuk klien. The Client-Counselor Relationship. Pada pandangan sebelumnya menyatakan bahwa setiap individu yang dekat dengan pemahaman behavioral adalah mereka yang selalu bersikap dingin, menciptakan jarak, dan selalu termekanistis. Sebuah penelitian tahun 1975 oleh Sloane berusaha untuk mengubah pandangan ini. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa ahli therapis yang berasal dari berbagai orientasi teoritis dan menemukan bahwa terapis behavior memperlihatkan level tertinggi rasa empati, self-congruence, dan kontak interpersonal dibandingkan dengan terapis lainnya, dan tingkat kehangatan dan penghargaan dari setiap terapis memiliki nilai yang hampir sama. Terapis behavior emmiliki metodologi dan tujuan spesifik. Sebagai tambahan dalam usaha membangun raport positif dengan klien , terapis behavior menggunakan wawancara terstruktur yang sangat berhati-hati. Para terapis sangat ingin dan rela untuk berbagi dengan kliennya mengenai setiap rencana kedepannya, dengan harapan bahwa klien juga mau berbagi dengan mereka dalam proses terapi. Hubungan dengan klien disesuaikan dengan latar belakang dan budaya klien. Bahwa penting mempergunakan eye-contact, body language, tekanan vokal, dan bahasa verbal dengan tepat. Cepat lambatnya hubungan terbentuk tergantung dari budaya dan latar belakang klien, serta pendekatan yang digunakan konselor. Operationalization of Behavior. Terkadang klien datang kepada terapis dengan suasana yang dingin, bingung, dan sangat abstrak dalam mendeskripsikan keadaan mereka. terapis dapat menolong klien bila dapat memfokuskan dan menjelaskan perilaku mereka secara spesifik. Tantangan bagi konselor adalah pola pikir dan pembicaraan yang abstrak. Pada proses operationalization of Behavior dapat menolong terapis dan klien menjelaskan kasus secara 20 |Cognitive-Behavioral Therapy

spesifik dan menelusuri apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Sebagai contoh, anda mendapat klien yang merasa depresi dan berbicara tentang perasaan kesedihan. Pada terapi psikodinamik, anda mungkin menelusuri akar permasalahan kesedihan tersebut, dan bila seorang terapis humanistik, anda mungkin menolong klien dengan mengubah pandangan mereka tentang dunia. Bila terapis behavior, dengan applied behavioral analysis, tugas utama adalah memutuskan apa yang terjadi pada klien secara spesifik dan fokus pada saat bagaimana klien merasa depresi, seperti contoh dialog berikut: Konselor : anda mengatakan bahwa anda depresi. Dapatkah anda menceritakan hal-hal yang spesifik yang anda lakukan ketika anda merasa depresi? Klien : ya, saya menangis. Saya berada di tempat tidur untuk beberapa hari, dan saya merasa sedih setiap saatnya. Konselor: ketika anda berkata saya merasa sedih untuk setiap saatnya, apa yang anda rasakan pada fisik anda? Kontradiksi dengan streotipe terapis behavior, mereka sebenarnya menyesuaikan pada emosi dan stres klien yang menjadi issu penting dalam proses meolong. Kebanyakan terapi mencoba untuk menjelaskan apakah yang dimaksud dengan sedih tetapi terapis behavior memiliki usaha khusus dalam menjelaskannya berdasar pada pengalaman nyata sensorimotor klien tersebut. Klien : saya merasa tertekan dan tertutup sepanjang waktu, seperti adanya palu kecil yang selalu memukul saya dari dalam tubuh saya sendiri, yang membuat saya tidak bisa tertidur. Dua pertanyaan dari konselor menciptakajn konstruk umum mengenai depresi klien secara jelas. Menangis, ketidakmampuan meninggalkan tempat tidur, merasakan adanya tekanan fisik, dan tidak mampu untuk tidur, menjadi perilaku yang teroperasionalkan yang dapat dilihat, diukur, ataupun dihitung. Keobjektifan dalam mengoperasionalkan perilaku adalah dengan memfokuskan

karakteristik yang samar-samar atau tidak jelas, pada perilaku yang dapat diobservasi. Terapis dan konselor behavior lebih fokus pada usaha ini dengan memberikan perilaku yang objektif dibandingkan konsep yang samar dan tidak jelas. 21 |Cognitive-Behavioral Therapy

Pertanyaan dasar tetapi sederhana dalam usaha mengoperasionalkan perilaku adalah Dapatkah saya lihat, saya rasakan, dengar, atau saya sentuh perkataan yang digunakan klien tersebut? Membuat pernyataan yang ambigu menjadi lebih spesifik dapat juga dipergunakan pada orientasi teoritis lainnya. Kejelasan yang muncul dari usaha menganalisa perilaku secara nyata selalu menyediakan pemahaman mendasar secara sungguh-sungguh mengenai kehidupan dan situasi lingkungan klien. Functional Analysis: the A-B-Cs of Behavior. Perilaku manusia berhubungan dengan peristiwa dan stimulus dalam lingkungan. Terapis perilaku memiliki tugas untuk menemukan bagaimana klien berperilaku pada lingkungan alamiah. Karena tuntutan tugas tersebut, konselor dan terapis menceritakan tentang functional analysis A-B-C yang merupakan kepanjangan dari antecedent peristiwa, perilaku yang dihasilkan dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Dalam menunjukkan functional analysis penting untuk sadar bahwa bagaimana perilaku berkembang dan dipertahankan dengan sistem hadiah atau penguatan dan hukuman. Establishing Behavior Change Goals. Konseling dan terapi perilaku didesain untuk membantu klien dalam membuat perubahan perilaku spesifik untuk meningkatkan perkembangan personal dan membantu meningkatkan kesejahteraan psikologis. Penting untuk praktisi kesehatan mental untuk menjelaskan bagaimana mereka dapat membantu klien mempelajari cara baru berperilaku yang dapat mengarah kepada keberfungsian yang lebih baik, bagaimana berusaha untuk mendapatkan tujuan perilaku dalam perilaku tidak akan mengganggu tujuan klien dan tujuan komunitas dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selama fase interview untuk menentukan tujuan, konselor akan bekerja dengan klien untuk mengidentifikasi tujuan yang sangat spesifik dan relevan (Nugent, 2000).

22 |Cognitive-Behavioral Therapy

2. Other Behavioral Strategies

Competency-Building Activity 7.1 Applied behavioral analaysis Instruksi: wawancarai seorang teman ataupun kolega menggunakan latihan berikut sebagai contoh dari implemetasi kesuksesan konseling dan terapi behavioral Operasionalisasi dari perilaku Dibawah ini merupakan pernyataan tak jelas yang mungkin hadir dalam interview Saya depresi Saya kurang bagus menjadi orang tua Dia menentang sepanjang waktu Saya tidak bahagia Dia tidak lagi mencintaiku Bos tidak menyukaiku Bos melecehkan aku Ketika klien memberikanmu pernyataan kabur seperti diatas, tugasmulah untuk membantu mereka menjadi lebih konkrit dan spesifik. Misalnya, jika klien mengatakan ,Bos melecehkanku, tugasmu adalah untuk mendapatkan kespesifkan dari Melecehkan. Kamu dapat mendapatkannya dengan bertanya Apakah kamu dapat memberikan contoh spesifik dari apa yang bos lakukan? Apakah maksud dari kata selalu yang kamu gunakan? Apa yang terjadi secara spesifik? Perkataan apa yang dia gunakan? Seberapa keras dia bersuara? Dimana dia menyentuhmu? Siapa yang memegang power? 23 |Cognitive-Behavioral Therapy

Apa perilaku bos pada pria/wanita/minoritas? Ketika kamu mendengar pernyataan kabaru seperti yang dideskripsikan diatas, bertanyalah dengan menggunakan pertanyaan terbuka, gunakan guidelines diatas, sampai kamu mendapatkan perilaku konkrit spesifik. Kadang-kadang, kamu ingin mengkonkritkan urutan. Dengan contoh dibawah, fokusnya berdasarkan pada argumen yang spesifik. Kamu dapat melakukannya dengan bertanya: Apa yang terjadi pada perbedaan pendapat? Apa yang dia katakan? Apa yang kamu katakan? Apa yang terjadi sebelumnya? (untuk mendapatkan antecedents) Apa yang terjadi sesudahnya? (untuk mendapatkan konsekuensi) Untuk memastikan bahwa kamu telah mendengar orang yang kamu interview secara benar, gunakan microskill dari summarization untuk memetakan rangkaian peristiwa yang kamu dengar dideskripsikan orang itu padamu selama pertemuaan. Jiga sadarlah dengan konteks sosial pada analisamu. Usahamu lebih sering sangat efektif jika dilakukan dengan kesadaran dan perilaku kontekstual. Kemudian, menggunakan ide ini dengan teman atau kolega, buatlah gambaran peristiwa dalam interview. Kamu dapat dengan mudah memulai interview dengan mengatakan kepada individu kamu bekerja dengan berbicara tentang situasi yang terjadi akhirakhir ini yang dia rasakan, misalnya kecemasan ataupun frustasi yang dia rasakan. Functional analysis Tehnik mempertanyakan outline diatas adalah dasar dari functional analysis. Pikirkan tentang perilaku A-B-C, perhatikan untuk bertanya tentang apa yang kamu lakukan, karena berfokus pada perilaku. A-Antecedent Events Periksa fakta perilaku sebelumnya dan juga emosi dan perasaan ketika kamu menjalankan interview. Tanya pertanyaan sebagai Apa yang terjadi sebelum pertengkaran? Apa yang kamu lakukan? Apa yang mereka lakukan?

24 |Cognitive-Behavioral Therapy

Dapatkah kamu mudur dan mendeskripsikan peristiwa itu selangkah demi selangkah- berikan yang lebih detail? Apa yang kamu rasakan sebelumnya? Bagaimana orang lain rasakan? Akan berguna juga untuk mengeksplorasi lingkungan dengan menggunakan pertanyaan seperti: Dimana itu terjadi? Apa lagi yang terjadi? Siapa lagi yang ada disana? Kamu mungkin berpikir tentang panduan reporter dalam surat kabar tentang 5W 1H untuk mendapatkan latar belakang peristiwa lebih baik yang berhubungan dengan masalah interviewee. Pertanyaan kritis yang harus ditanya pada segmen adalah, Apakah kita melupakan sesuatu yang penting? Ringkas antecedent untuk memastikan bahwa kamu telah mendengar mereka dengan benar. B-Perilaku yang terjadi Disini kamu fokus pada rangkaian peristiwa atau interaksi yang terjadi selama periode penting yang dialami teman atau kolegamu pada situasi yang dideskripsikan pada latihan ini. Gunakan variasi dari pertanyaan yang sama yang diberikan diatas dan berikan perhatian pada perasaan dan emosi yang membawa ke perilaku. Kemudian, simpulkan perilaku dan cek untuk melihat apakah kamu melewatkan sesuatu yang penting. C-Konsekuensi Kebanyakan yang penting adalah apa yang sebenarnya terjadi sebagai hasil dari A dan B. Beberapa pertanyaan yang membantu termasuk: Apa hasil dari seluruh peristiwa? Dapatkah kamu menyelidiki apa yang terjadi padamu sebagai hasil dari situasi dan apa yang terjadi pada orang lain? Apa yang kamu rasakan ketika semuanya telah selesai? Apakah ada situasi atau lingkungan yang memiliki kekuatan dan pengaruh pada situasi total? Kemudian, ringkas perilaku dan cek apakah kamu telah melupakan sesuatu yang penting. Ini menyempurnakan analisa perilaku A-B-C. Dalam menyempurnakan analisa dalam konseling

25 |Cognitive-Behavioral Therapy

dan terapi, kamu akan mendapatkan pemahaman yang jelas tentang apa yang terjadi pada klien yang merasakan situasi bermasalah dalam hidup mereka. Establishing Behavior Change Goals Setelah selesai dengan functional Analysis A-B-C, tugas berikutnya dalam konseling perilaku adalah untuk mengidentifikasi, dengan partisipasi klien, tujuan spesifik dalam perubahan perilaku. Kebanyakan klien dapat berpartisipasi dengan efektif dalam menganalisa rangkaian perilaku, tetapi ketika kamu menyakan pada mereka Apa tujuanmu untuk berubah mereka mungkin kembali kabur, konsep yang tidak spesifik. Tugasmu sebagai seorang terapis sekali lagi membantu mereka menjadi lebih spesifik tentang tujuan mereka berubah. Beberapa pertanyaan yang berguna dapat membantumu dalam membantuu klien lebih spesifik adalah: Seperti yang telah kita diskusikan tentang pertengkaran orang tuamu (depresimu, masalah pelecehan) dan konflik, apa yang ingin akan kamu rubah secara spesifik? Kita bisa bekerja pada bagaimana kamu berperilaku sebelum argumen terjadi, bagaimana kamu berbicara dan berperilaku ketika sesuatu terjadi, atau apa yang kamu lakukan setelah pertengkaran yang tidak terelakkan terjadi. Apa yang kamu lakukan pertama? Informasi tersebut didapatkan dari respon klien pada pertanyaan sering menasehatkan bahwa perubahan dapat dilihat pada area anteseden, perilaku itu sendiri dan konsekuensi atau beberapa kombinasi dari ketiganya. Jika pertanyaa ini terlalu kompleks uuntuk klien, pertanyaan berikut dapat membantu. Idealnya, apa satu hal yang ingin kamu ubah? Mari menjelajah dengan lebih detail. Apa yang kamu lakukan secara berbeda untuk membuat situasinya lebih baik? Akan membantu menggunakan fantasi yang mengarah pada poim konseling dan terapi perilaku. Contohnya seperti: Bayangkan sebuah solusi ideal seperti apa yang kamu inginkan. Pertanyaan situasional seperti Apa yang kita lakukan untuk membantu mengubah sistem yang terjadi? akan menambah fokus keadilan dari pandangan multicultural-feminist. Lagi, bawa teman atau kolegamu kearah perilaku operasional yang spesifik, definisikan rangkaian A-B-C, dan tetapkan tujuan yang jelas dan terukur untuk perubahan perilaku. Setelah kamu menyelesaikan interview, tulislah reaksimu pada pelatihan kemampuan konseling dan terapi perilaku. Pastikan menulisnya pada portofolio peronal atau profesional.

26 |Cognitive-Behavioral Therapy

Pinpointing Behavior. Kemampuan yang dibutuhkan adalah untuk menunjukkan target perilaku yang tepat untuk diubah atau dikuatkan. Hal yang menantang adalah mengoperasionalisasiikan konsep perilaku kepada perilaku yang lebih spesifik yang berasosiasi dengan depresi, argumen, atau pelecehan seksual (Competency-Building Activity) Positive and Intermittent Reinforcement. Greenspoon (1995) melakukan eksperimen penting yang menjadi awal dari aplikasi penguatan positif bagi manusia yang mendemonstrasikan bahwa adalah hal yang mungkin untuk mengkondisikan manusia kepada konselor untuk tersenyum atau menganggukkan kepala. Senyuman, anggukan, dan perhatian dari orang lain sering menguatkan peristiwa. Penguatan dan hadiah menarik untuk semua orang dan menyediakan hadiah cenderung lebih disukai. Intermittent reinforcement menampilkan pemberian penguatan yang acak apakah dalam bentuk positif atau negatif. Tipe penguatan ini dapat membantu dalam memahami perilaku klien. Ketika konsep teori pembelajaran, seperti extinction, shaping, dan intermittent reinforcement digabungkan bersama, program yang sangat kuat dan efektif untuk merubah perilaku dapat dikembangkan. Positive and Intermittent Reinforcement. Tersenyum, mengangguk, dan perhatian dari orang lain secara khusus dapat dijadikan sebagai penguat. Reinforcement dan reward menarik bagi semua orang. Uang dapat menjadi reinforcement positive lain yang kuat. Intermittent reinforcement merupakan penyebaran acak dari reinfocement, baik itu negatif atau positif. Jenis penguatan ini dapat sangat membantu dalam memahami perilaku klien. Contohnya, seorang wanita mungkin mengalami kekerasan pasangan tapi menolak untuk meninggalkan rumah, bahkan saat hidupnya terancam. Perilaku ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perempuan itu memiliki sejarah yang kuat dari reinforcement dari laki-laki tersebut dalam beberapa bentuk 27 |Cognitive-Behavioral Therapy

2. Banyak pria kasar meminta maaf dan memberikan janji langsung dari reinforcement positive, bahkan setelah insiden fisik berbahaya 3. Wanita itu tidak memiliki tempat lain untuk pergi sebagai penguatan positif jika ia meninggalkan laki-laki tersebut 4. Penelitian behavior menunjukkan bahwa campuran acak dari peristiwa negatif dan positif pada waktu yang berbeda bahkan dapat lebih kuat dalam mempertahankan perilaku dari penguatan positif yang tidak dicampur. Penting bagi keberhasilan reinfocement positif dan token ekonomi adalah tanda identifikasi yang jelas, oleh klien, pada perilaku yang diinginkan dengan reward. Penundaan terlalu lama dalam penguatan dapat mengurangi efektivitas dalam mengubah perilaku.

Charting. Charting adalah pencatatan jumlah kejadian spesifik dari perilaku penting sebelum, selama, dan setelah treatment. Penting untuk mencatat perilaku sebelum program direalisasikan sehingga efektivitas program perilaku dapat diperiksa. Charting setelah penyelesaian program ini penting karena, ketika intervensi akan dihapus, perilaku kadang-kadang kembali ke tingkat sebelumnya. Charting sering digunakan dalam program pengendalian berat badan, pelatihan keterampilan komunikasi keluarga, program penghentian merokok, dan berbagai macam interpersonal. Setelah rencana perubahan telah bersama-sama disepakati dengan klien (dan orang tua, jika bekerja dengan seorang anak), charting sangat membantu untuk mempelajari apakah intervensi yang dilakukan efektif dan apakah perubahan dapat dipertahankan setelah intervensi.

Relaxation Training. Ketegangan fisik tubuh adalah karakteristik dari banyak klien yang mengikuti konseling dan terapi. Ketegangan ini dapat terlihat dalam berbagai bentuk, termasuk laporan ketakutan atau ketegangan dalam situasi sosial; otot tegang terus-menerus; inpotensi dan frigiditas, kesulitan tidur, dan tekanan darah tinggi. Ada bukti klinis bahwa klien tertentu mengurangi jumlah gerakan bunuh diri dan "cutting" (melukai diri sendiri) jika mereka didukung dengan program pelatihan relaksasi. Mengajar orang mekanika teknik relaksasi yang sistematis telah cukup untuk meringankan masalah yang tampaknya kompleks. Melalui penemuan bahwa mereka dapat 28 |Cognitive-Behavioral Therapy

mengontrol tubuh mereka, klien dapat melanjutkan untuk memecahkan banyak kesulitan pribadi yang kompleks kemudian dalam konseling dan terapi. Seorang klien dapat belajar dasar-dasar latihan relaksasi dalam sesi lima belas menit, tapi perencanaan dan pelatihan yang hati-hati diperlukan jika teknik relaksasi untuk menjadi bagian dari kehidupan klien. Relaksasi dapat menjadi bagian penting dari pelatihan asertifitas. Jika klien menggambarkan ketegangan fisik di perut ketika berbicara dengan anggota keluarga atau bos, adalah mungkin untuk mengajarkan klien untuk sengaja mengendurkan otot-otot perut dan tetap tenang sebagai bagian dari program yang lebih besar dari pelatihan asertif. Biofeedback and Self-Regulation. Sekarang mungkin untuk menggunakan

instrumentasi biofeedback untuk memantau ketegangan pada otot, detak jantung, dan aliran darah sebagai bagian dari sebuah pengobatan untuk membantu mengurangi ketegangan pada klien. Biofeedback banyak menggabungkan prosedur psikologi relaksasi perilaku untuk analisis dan pengobatan dari berbagai bentuk ketegangan klien. Biofeedback menjadi teknik pengobatan yang populer untuk sakit kepala ketegangan dan reaksi stres umum. Itu karena menggunakan pengobatan perilaku pada pasien dalam insulin dan banyak kasus untuk mengontrol rasa sakit. Biofeedback lebih penting untuk masa depan dalam pengobatan dan kontrol stres. ketika menghadapi stres, pembuluh darah menyempit. pelatihan relaxtation, biofeedback dan manajemen stres bisa membantu orang rileks dan kemudahan aliran darah. Ada beberapa masalah multikultural yang penting dan perlu dipertimbangkaan dengan cermat mengenai stres lingkungan, kehidupan dan kemampuan untuk mengelola stres. Clark dan koleganya (1999) Akan membahas secara lengkap pada literatur yang berkaitan dengan dampak rasisme pada fungsi fisiologis afrika amerika. Para peneliti ini menunjukkan banyak cara yang stres terkait dengan berbagai bentuk rasisme yang berdampak negatif dan fungsi sistem kardiovaskular serta respon neuroendokrin pada afrika-amerika. Sebuah stressorr sedang berlangsung pada Africa-Amerika paling mungkin bagi kaum minoritas dan suatu lingkungan umum yang tidak mendukung dan banyak musuh contoh untuk perbedaan budaya / ras mereka. Data yang didapat dari Clark dan koleganya bahwa biofeedback, relaxation, dan manajemen stres dapat menjadi program penting untuk memfasilitasi tidak hanya kesehatan 29 |Cognitive-Behavioral Therapy

mental tapi juga kesehatan fisik seseorang banyak mengalami berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan sosial. Reciprocal Inhibition and Systematic Desensitization. Joseph Wolpe (1982) memperkenalkan konsep timbal balik hambatan dan desensitisasi sistematis ke dalam teori terapi perilaku. Hambatan timbal balik adalah bentuk terapi perilaku yang didasarkan pada penghambatan satu tanggapan oleh terjadinya respon lain yang tidak sesuai dengan itu. Latihan relaksasi memanfaatkan aspek teori terapi perilaku ketika klien dibantu dalam belajar untuk menerapkan teknik pernapasan dalam dan membuat otot santai dalam menanggapi situasi yang biasanya menimbulkan stres tinggi dan kecemasan. Terapis perilaku juga menggunakan prinsip timbal balik penghambatan ketika mengimplementasikan strategi desensitisasi sistematis dalam konseling dan pengaturan terapeutik. Kekuatan terapi sesuai teknik relaksasi dengan paparan dikendalikan untuk stimulus seperti takut ketinggian atau takut binatang. Teknik desensitisasi pengkondisian.Systematic secara luas digunakan ketika konselor perilaku berorientasi dengan klien yang mengalami fobia berbagai seperti tidak rasional takut ketinggian, objek, binatang. Itu digunakan ketika klien mengalami kecemasan tinggi dan stress pada situasi sosial Bagian pengobatan desensitisasi sistematis sangat membantu untuk memahami kesulitan klien.kolaborasi pada level kecemasan dapat mengidentifikasi isu klien dengan cara yang konkrit. Indormasi ini dikombinasikan dengan metode perubahan tipe perilaku atau terapi psikodinamik,konseling singkat dan pengobatan alternative lainnya. Desensitisasi sistematis terdiri dari tiga langkah utama: 1. Latihan mengenai relaksasi otot 2. Membangun dalam hirarki kecemasan 3. Mencocokan secara spesifik objek kecemasan dari hirarki kecemasan dengan pelatihan relaksasi. Tujuan desensitisasi sistematis adalah untuk melatih respon relaksasi otomatis dalam hubungannya dengan objek yang dikhawatirkan. Desensitisasi sistematis efektif terhadap kecemasan dan fobia seperti ular,ketinggian,kematian,seksual dan ujian. 30 |Cognitive-Behavioral Therapy

Pentingnya dan nilai dari tipe individual, penilaian perilaku kolaboratif tidak dapat tertekan. Seperti hirarki menyediakan sebuah kesadaran lebih besar tentang bagaimana memainkan peran kecemasannya dalam wawancara dan dalam kehidupan sehari-hari klien.

Modelling and Social Skills Training. Pemodelan dan pelatihan keterampilan sosial, Melihat adalah percaya, yang dikatakan psikolog perilaku dan telah menemukan bahwa menonton film atau video yang melibatkan orang dalam perilaku merupakan hal yang sukses untuk klien untuk belajar cara-cara baru mengatasi kesulitan. Bandura(1976) menemukan bahwa pemodelan langsung dari penanganan ular bahkan lebih efektif daripada desensitisasi sistematis dalam mengatasi kecemasan pada ular. Dalam arti, pemodelan adalah salah satu cara paling sederhana dan nyata untuk mengajarkan klien dalam perilaku baru. Melihat dan mendengar langsung, baik langsung atau melalui film atau tape, membawa pulang pesan jauh lebih jelas daripada saran langsung dan deskripsi. Pemodelan dapat dikombinasikan dengan relaksasi dan pelatihan ketegasan serta dengan teknik perilaku lain program unik individual untuk klien. Modeling adalah hal utama dalam pelatihan keterampilan sosial. Tiga tahap psikologi perilaku dijelaskan sebelumnya dalam bab ini dan strategi konseling perilaku dibahas di atas merupakan aspek penting dari pengembangan kekuatan teoretis kedua dalam konseling dan psikologi. Evolusi terus gaya ini telah bergerak dari penekanan pada perilaku yang dapat diamati dan tindakan untuk tahap keempat dalam CBT, yang meliputi dunia batin dari kognisi.

C. The Cognitive Revolution 1. Meichenbaums Theory of Cognitive-Behavioral Therapy Donald Meichenbaum (1991, 1994, 2003) telah menjadi salah satu kekuatan utama yang bergerak dalam terapi perilaku untuk memperlihatkan orientasi cognitive-behavioral. Dalam pandangan Meichenbaum, CBT membantu klien mendefinisikan masalah kognitif serta perilaku

31 |Cognitive-Behavioral Therapy

dan dengan mempromosikan perubahan kognitif, emosional, dan perilaku dan mencegah relapse dalam suatu proses. Meichenbaum menguraikan 10 prinsip utama dari CBT : 1. Perilaku secara timbal balik ditentukan oleh pikiran, perasaan, proses fisiologi dan konsekuensi yang diterima. Terapi melakukan intervensi dalam sistem interaksi dengan berfokus pada pikiran atau perasaan, menggunakan pengobatan atau mengubah konsekuensi. 2. Kognitif tidak menyebabkan kesulitan emosional. Namun, kedua hal itu adalah bagian dari proses interaktif yang kompleks. Bagian penting dari proses kognitif adalah metakognisi dimana klien belajar untuk berkomentar secara internal pada pola pikiran mereka dan bertindak sebagai terapis bagi diri sendiri. Struktur kognitif yang kita gunakan untuk mengatur pengalaman disebut skema. Dalam CBT, mengubah skema yang tidak efektif adalah bagian penting dalam terapi. 3. Tugas utama dari terapis CBT adalah untuk membantu klien mengerti bagaimana mereka membangun dan menafsirkan realitas. Terapis tidak bertugas untuk mendidik atau mengoreksi kesalahan interpretasi klien. CBT menekankan bahwa ada banyak realitas. Kerjasama antara klien dan terapis dapat membantu klien untuk mengapresiasi bagaimana mereka membentuk realitas tersebut. 4. CBT tidak sesuai dengan pendekatan psikoterapis yang mengadopsi posisi rasionalis dan objektivis. Pendekatan Meichenbaum lebih eksistensialis-humanistik dan bertujuan untuk memahami bagaimana klien secara subjektif merasakan dunia. Ia menekankan pada pentingnya merefleksikan kata kunci dan frasa yang digunakan oleh klien dan mengembalikan perasaan tersebut kepada mereka dengan nada bertanya. Dengan cara ini, klien dibantu untuk memahami bagaimana mereka membangun arti dari diri mereka dan dunia. 5. Hal yang penting dari CBT adalah penekanan pada kolaborasi dan proses penemuan. Penting bagi klien untuk melakukan penemuan sendiri. Berbagai teknik behavioral direkomendasikan untuk memfasilitasi proses penemuan itu.

32 |Cognitive-Behavioral Therapy

6. Hubungan antara klien dan terapis merupakan unsur pentig dalam proses perubahan. Empati dan kemampuan mendengar merupakan hal yang sama pentingnya dengan dimensi hubungan yang ditekankan oleh Rogers. 7. Emosi memainkan peran penting dalam CBT. Pengalaman masa lalu mempengaruhi bagaimana klien akan bersikap selama sesi terapi dan emosi adalah cara untuk memahami the nature of relationship. 8. Terapis CBT mengetahui keuntungan dari melakukan CBT dengan pasangan maupun keluarga. 9. Pencegahan relapse adalah dimensi utama dari CBT. Klien harus dibantu untuk mengeneralisasikan apa yang mereka pelajari dari sesi konseling dan terapi. 10. CBT dapat diperluas melampaui setting klinis untuk pencegahan dan pengobatan.

2. Aaron Beck, Cognitive Therapy, and Automatic Thoughts Aaron Beck pertama kali dikenal karena keberhasilannya dalam mengobati depresi. Kekuatan pribadi dan kehangatan Beck mungkin digambarkan baik oleh kasus dari bukunya yang terkenal Cognitive Therapy and The Emotional Disorders (1976) di mana ia menggambarkan seorang pasien tertekan yang telah gagal dan meninggalkan tidurnya untuk jangka waktu yang cukup lama. Beck bertanya apakah ia bisa berjalan ke pintu kamarnya. Pria itu berkata ia akan jatuh. Beck berkata, saya akan menangkap kamu. Melalui langkah yang berturut-turut dan berjalan dengan langkah yang panjang, orang mampu segera berjalan di seluruh rumah sakit dan dalam satu bulan sehat kembali. Suatu contoh ilustrasi menggambarkan bagaimana Beck fokus pada perubahan kognitif untuk menghasilkan perubahan perilaku. Kunci untuk klien yang berjalan adalah keyakinan bahwa ia bisa melakukannya. Keyakinan tentang diri dan orang lain merupakan pusat dari terapi kognitif. Perhatikan juga dalam kasus di atas bahwa klien memiliki kepercayaan dalam hubungannya dengan Beck. Kekuatan hubungan dan rapport dengan klien anda merupakan dasar untuk terapi kognitif-perilaku yang efektif dari semua jenis terapi.

33 |Cognitive-Behavioral Therapy

Relationship as Central to Change in CBT. Dasar dari behavioral adalah mengambil langkahlangkah kecil menuju kesuksesan. Dalam tahap-tahap perubahan, klien akan menyadari bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk menolong diri mereka. Beck memberi perhatian pada proses kognitif. Dia mengatakan bahwa ada pikiran konstan yang terus muncul dalam pikiran yang disebut dengan automatic thought. Pikiran ini sangat sulit dihentikan. Dalam terapi, Beck berfokus pada membantu klien menghentikan pikiran negatif tersebut. Changing Faulty Thought Patterns. Terapis mencoba untuk mengubah pola pikir klien andan cara mereka mengkonstruksi pandangan mereka mengenai dunia. Hal ini membutuhkan beberapa tahap : 1. Mengenali pikiran maladaptif 2. Catat pola yang berulang dari pikiran yang tidak efektif 3. Distance dan decenter. Strategi ini meliputi membantu klien menghilangkan ketakutan, pikiran atau masalah. Klien dimotivasi untuk berpikir mengenai apa masalah yang mereka hadapi dengan distance. Strategi distance sangat efektif untuk mengembangkan decentering dari pemikiran klien yang tidak produktif. 4. Mengubah aturan. Terapis berbicara pada klien mengenai situasi yang logis.

The Daily Record of Automatic Thoughts. Teknik konseling lainnya yang direkomendasikan oleh Beck adalah penggunaan catatan harian tentang pemikiran otomatis. Tabel 7.1 menggambarkan satu catatan tentang pemikiran otomatis dari seorang pria yang didiagnosa memiliki gangguan kepribadian obssesive-compulsive. Penggunakan metode catatan harian ini dapat membantu klien belajar bagaimana cara mengidentifikasikan pola pemikiran dengan menggunakan satu tahap atau lebih dari keempat tahap di halaman 209. Pengalaman sudah menunjukkan bahwa pemikiran otomatis sering muncul lagi kecuali diawasi dengan teliti selama satu rentang waktu diluar dari wawancara. Klien diinstruksikan untuk memberi tanda pada catatan harin tersebut setiap kali pemikiran otomatis itu terasa

34 |Cognitive-Behavioral Therapy

mengganggu dan klien merasa tidak nyaman. Hanya tindakan mencatat pemikiran otomatis seperti ini sendirinya memperkuat dan mengarahkan pada perubahan. Merupakan hal yang krusial bahwa terapis mengawasi formulir catatan harian ini dan mengdorong klien untuk terus menggunakan formulir selama satu rentang waktu yang cukup untuk memastikan bahwa pemikiran otomatis itu tidak lagi kambuh. Jika catatan harian ini tidak dilanjutkan sesegera mungkin, akan lebih besar kemungkinan klie kembali ke pola pemikiran otomatis yang lama. Tabel 7.1 mengungkapkan bahwa klien obsessive-compulsive mampu untuk mengawasi emosi dan pemikiran dalam dua situasi dan mengubah hasilnya menjadi lebih positif. Catatannya menyatakan bahwa ia menangis di bioskop. Banyak tipe obsessive-compulsive, bertentangan dengan stereotype yang umum, sangat mudah menangis namun merasa tidak nyaman dengan hal ini. Data yang didapatkan dari catatan harian memberikan informasi baru bagi konselor untuk treatment kognitif-behavioral yang lebih lanjut. Pada poin ini, terapis kognitif-behavioral bisa fokus pada berbagai teknik untuk memahami maksud dari tangisan, misalnya kegunaan dari gambar pada level sensorimeter. Adding Family/Multicultural Dimension. Pencatatan pikiran otomatis itu cenderung mempertanggungjawabkan kebanyakan perubahan yang ada dalam klien. Misalnya, teori multikultural akan mengungkapkan bahwa metode ini gagal untuk mempertimbangkan isu-isu kontekstual. Jenis kelamin dan dimensi multikultural bisa ditambahkan pada grafik pikiran otomatis dengan mencantumkan satu kolom yang secara khusus berfokus pada konteksnya. Pada contoh yang di atas, lelaki yang obsesif-kompulsif bisa meninjau kembali catatan secara keseluruhan, misalnya stereotype tentang peran seks yang dipelajari dalam keluarga asalnya. Dalam kasus ini, kesadaran kognitif meningkat tentang tekanan pada peran pria bisa menjadi suatu tambahan yang baru dan menguntungkan bagi model teori asli Beck. Untuk banyak individu, meninjau kembali pola pemikiran otomatis dari jenis kelamin, keluarga atau perspektif multikultural bisa sangat membantu. Wanita dan kaum minoritas, misalnya, terkadang bisa menyalahkan diri mereka sendiri untuk hal kurangnya kemajuan pekerjaan. Jika catatan tentang pemikiran otomatis ini ditinjau sebagai contoh dalam kasus seksisme atau rasisme, hal ini bisa mengubah pemahaman dan kognisi klien. Di waktu yang 35 |Cognitive-Behavioral Therapy

sama, merupakan hal yang penting untuk menyeimbangkan tanggung jawab internal dan eksternal untuk berubah.

D. Multicultural Approaches to CBT Teori tradisional psikodinamika, humanistik-eksistensial, dan kognitif-behavioral bisa digunakan secara efektif untuk membantu perkembangan kesehatan mental dari banyak klien yang berasal dari populasi yang beragam budayanya. Bagaimanapun, untuk melakukannya, konselor dan terapis harus mendapatkan informasi tentang nilai, keyakinan dan pandangan dunia tentang seseorang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda sehingga dapat bekerja dengan mereka secara etis, efektif dan sopan. Paniagua (2005) menekankan pentingnya melaksanakan teknik dan strategi kognitif-behavioral yang nyata, yang berbeda dengan pendekatan humanistik atau psikoanalisa dalam setting konseling multikultur. Donald Cheek (1976), seorang perintis dalam pelatihan asertifitas yang sensitif secara multikultur, mendemonstrasikan konsep konseling behavioral yang tradisional dengan klien Afrika-Amerika. Dia merupakan seorang pendukung dari metode kognitif yang digunakan bersamaan dengan pelatihan asertifitas, yang mana pendekatan ini dinamai didactic assertiveness training. Sebuah contoh dari metode pelatihan milik Cheek ini digunakan untuk menempatkan isu kompleks tentang hubungan antar wanita dan pria Afrika-Amerika dalam suatu setting konseling berikut ini: Terapis : Saya mengerti kamu punya kesulitan untuk berbincang dengan saudara wanitamu (wanita kulit hitam). Pasien (pria Afrika-Amerika) : Ya, benar. Saya bisa saja terlihat berbincang dengan wanita kulit putih, tetapi saya tidak bisa melakukannya kepada wanita kulit hitam. Seperti di masyarakat yang terakhir kita dapati ada sejumlah wanita kulit hitam yang ingin saya ajak berbincang kamu tahu hanya untuk mengenalnya tetapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Terapis : Bagaimana jika wanita tadi berkulit putih?

36 |Cognitive-Behavioral Therapy

Pasien : Ya, saya akan bersikap layaknya pria dan segera menaklukkannya. Terapis : Dan dengan wanita kulit hitamnya? Pasien : Ya, saya lebih baik mengikuti jalannya program atau memakinya. Terapis : Oke, mungkin kemudian kamu puas dengan pendekatan itu. Pasien : Tidak itu bukanlah cara yang seharusnya. Saya rasa dan pikir bahwa saya benarbenar ingin berbincang dengannya tapi saya tidak mau ia menertawakan saya atau berpikir saya aneh apakah kamu mengerti? Cheek menginterpretasikan perilaku ini sebagai representatif dari hal yang mendasari kecemasan dan kebutuhan akan asertifitas. Cheek (1976) memulai sesi tersebut dengan hal di mana klien merasa paling tidak nyaman, dengan tujuan untuk mendapatkan pergerakan terapi, sama halnya dengan Orang kulit hitam memiliki waktu yang sedikit (atau uang) untuk mainmain (p. 67). Dalam contoh ini, beberapa teknik pendekatan kognitif-behavioral standar digunakan, tetapi isu gender dan budaya dialamatkan dengan langsung juga. Kerja kognitif dalam percakapan tersebut menyajikan suatu dasar untuk pelatihan asertifitas berikutnya. Karya perintis milik Cheek (1976) mengungkapkan bagaimana suatu pendekatan CBT bisa digunakan secara efektif dalam konseling dan psikoterapi terhadap klien Afrika-Amerika ketika diubah untuk memenuhi gaya bahasa yang unik dan pengalaman hidup klien. Ketika Cheek menunjukkan bagaimana pendekatan ini bisa digunakan untuk keturunan Afrika, dia memperingatkan para praktisi terhadap pemikiran sederhana yang mengubah bentuk tradisional dari konseling merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk bisa bekerja secara etis dan efektif dengan orang dari populasi klien yang beragam. Dalam sebuah percakapan imajiner, Cheek berbicara langsung ke hal tersebut dengan menyebutkan beberapa masalah berkenaan dengan perilaku asertif dengan orang Afrika-Amerika: Saya (Cheek) : Seorang kulit hitam harus tahu kapan harus menjadi asertif dan kapan tidak. [Mengetahui adalah sebuah tindakan kognitif. Cheek tidak hanya berfokus pada perilaku asertif, tetapi juga pada pemikiran, kognisi dan emosi yang menyertai perilaku tersebut. Buku Cheek tahun 1976 sekarang bisa dibaca sebagai salah satu gambaran yang paling awal dari konseling kognitif-behavioral dari perspektif multikultur.] 37 |Cognitive-Behavioral Therapy

Kamu Saya

: Tetapi, semua orang juga begitu. : Saya maksud dalam konteks kelangsungan hidup kelangsungan hidup maksud saya apakah orang itu bahkan memungkinkan kamu untuk menginap. Bukannya banyak kulit putih khawatir akan dibunuh karena mereka ingin menjadi cukup asertif untuk memberi suara. Kamu melihat penulis dalam asertifitas sudah tidak mengganggap kondisi sosial yang di dalamnya orang kulit hitam hidup dan telah hidup. Kekurangan ini, dalam banyak cara, mengubah gaya pengaplikasian asertifitas tersebut. Penulis asertif sekarang ini memiliki sebuah pendekatan yang hebat pendekatan yang dapat membantu kawanan kulit hitam, yang faktanya, mereka memang butuh itu tetapi di waktu yang sama, para penulis ini tidak mampu mengartikan pelatihan asertifitas ke dalam contoh, bahasa dan penringatan yang sesuai dengan gaya hidup asli orang kulit hitam. (pp. 1011). Cheek mengungkapkan bahwa ada perbedaan perilaku asetif antara budaya Afrika-

Amerika dan kulit putih dan bahwa kedua kelompok perlu memahami konsep acuan satu sama lain. Dia juga mengungkapkan bahwa sikap pasif tanpa kekerasan dari gerakan kebebasan orang kulit hitam menunjukkan suatu tipe asertifitas yang berkuasa dari orang kulit hitam. Aseetifitas bukanlah agresi; melainkan merupakan perilaku dan pemikiran yang berkaitan dengan budaya yang di dalamnya orang-orang atau kelompok membela hak mereka. Singkat cerita, Cheek menekankan bahwa, ketika menggunakan pelatihan asertifitas atau teknik CBT lainnya, penting untuk menjadi sensitif dan dengan sopan menyatakan bagaimana faktor kontekstual memberi dampak bagi kehidupan klien. Hill dan Ballou (2005) menyambut perubahan perilaku dan teori kognitif-behavioral dari suatu orientasi individual yang ketat menjadi sebuah kesadaran yang bertumbuh akan bagaimana konteks sosial mempengaruhi perkembangan seseorang. Sebagai contoh, jika seorang wanita memiliki kesulita berperilaku, tidak lagi kita dapat menemukan kesalahan pada dirinya sendiri saja. Para terapis CBT semakin didorong untuk melihat dengan lebih akurat bagaimana kondisi lingkungan (misalnya masalah yang meliputi seksisme dan bentuk beragam dari patriarki dalam masyarakat modern kita sekarang ini) mempengarahui perilaku dan pemikiran internal klien mereka. 38 |Cognitive-Behavioral Therapy

Kantrowitz dan Ballou (1992) mengungkapkan terlebih dahulu bahwa individu masih diharapkan untuk memperbaiki kapasitas adaptif mereka untuk berhadapan dengan kondisi lingkungan, yang memperkuat standar sosial yang dominan (pria) (p. 79). Dengan pemikiran seperti ini, para ahli feminis berpendapat bahwa pelatihan asertifitas itu sendiri tidak cukup untuk menolong perempuan yang mengalami pelecehan di tempat kerja. Kantrowitz dan Ballou menjelaskan lebih jauh lagi bahwa tindakan daam komunitas dan norma sosial standar yang menantang itu harusnya dianggap sebagai bagian dari proses terapi. CBT menggunakan istilah kognitif dan begitu saja memberikan keutamaan pada pemikiran daripada pada perasaan. Bagaimana seseorang berkembang dalam suatu budaya, terutama dikelilingi oleh isu gender, yang diberi perhatian yang relatif sedikit pada kebanyakan teori tradisional CBT. Meskipun ada banyak hal positifnya, penulis feminis mempertahankan bahwa CBT perlu digunakan disertai dengan peringatan dan sensitivitas. Karya Cheek terdahulu (1976), yang didiskusikan di atas, dan konstruksi CBT selanjutnya milik Meichenbaum itu penting dalam menempatkan beberapa perhatian penting yang dimunculkan oleh kritik multikultur dan feminis tentang CBT. Psikologi behavioral yang asli jelas berbohong dalam perilaku nyata, dengan perhatian minim yang diberikan kepada konstruk filosofi. Sebagai hasilnya, konseling dan terapi behavioral sudah menghadirkan suatu teka-teki pada yang berkomitmen pada pendekatan keadilan antara multikultur-feminis-sosial untuk membantu. Teknik behavioral cenderung sukses menghasilkan perubahan dan, karena kejelasan arah dan tujuan, seringnya bisa dipahami dan diterima oleh populasi minoritas. Di waktu yang sama, pendekatan behavioral bisa mengalami masalah dalam situasi multikultur di atas isu kontrol. Usaha awal dalam psikologi behavioral seringnya memberi hampir kuasa penuh kepada terapis, konselor atau guru, dan keputusannya kadang lebih berfokus pada pengontrolan klien daripada membantu klien untuk mengontrol diri mereka sendiri. Psikologi behavioral sudah didorong untuk mengatasi beberapa masalah awal ini dan ketakutan yang dihasilkan antara klien minoritas dan pengacara mereka (McMullin, 2000). Meichenbaum sudah semakin mengenal pentingnya memahami bagaimana perbedaan budaya dan gender mempengaruhi kognisi dan perilaku klien ketika menggunakan CBT, pada 39 |Cognitive-Behavioral Therapy

umumnya, dan pelatihan asertifitas,pada khususnya. Dalam pembicaraan mengenai isu multikultur, Meichenbaum (1985) mencatat: Dengan memberikan beragam reaksi yang jelas pada kondisi penuh tekanan, program pelatihan stress seharusnya memperhitungkan perbedaan budaya dalam menetapkan mekanisme adaptive coping. Mencoba melatih klien untuk melakukan coping dalam cara yang mungkin melanggar norma budaya sebenarnya bisa memperburuk masalah yang berhubungan dengan stres tersebut. Pada beberapa budaya, orang cenderung melakukan coping terhadap stressor secara pasif, dengan lebih mencoba untuk menahannya saja daripada memandangnya sebagai tantangan atau masalah yang harus diselesaikan. Pelatihan pengaturan stress harus merefleksikan preferensi budaya ini (p.17).

E. CBT Strategies: Application for Practice Pembahasan berikut didasarkan pada pemahaman Anda saat ini tentang teori CBT dengan menjelaskan kerangka teoritis yang dapat diimplementasikan ke dalam praktek profesional Anda di masa depan. 1. Family, Group and Organizational Applications Lingkungan yang sejauh ini telah dipertimbangkan dalam terapi perilaku kognitif adalah rekan saat ini atau keluarga dan lingkungan organisasi di tempat kerja. a. Current Partner and Family Anak yang mengalami depresi lebih baik dibantu oleh konselor untuk mencari tahu atau manantang kontsruk keluarga yang maladaptive. Dimana meskipun target perubahan adalah gejala anak, cara yang paling efisien kedepan dengan mencari tau penjelasan orang tua, cara berkomunikasinya. Keyakinan/kepercayaan yang ditargetkan untuk dirubah dalam terapi kognitif-perilaku pada pernikahan cenderung dikelompokkan dalam 5 bagian, 1. ketidaksepakatan suatu kehancuran 2. dapat membaca pikiran adalah hal yang sudah semestinya

40 |Cognitive-Behavioral Therapy

3. pasangan tidak dapat berubah 4. jenis kelamin nya berbeda 5. kesempurnaan seksual

b. Organizations Dalam konteks pekerjaan, stres dapat timbul pada individu (I) / organisasi (O) interface. Richman (1988) telah berpendapat bahwa individu mungkin memilikikeyakinan irasional kejuruan (VIBS) dan bahwa sifat ini akan berbeda pada berbagai titik dari siklus karir. Demikian pula,organisasi Organizational VIBS Ia telah melakukan pekerjaan dalam spesialisasinya dengan cukup baik, mereka seharusnya tidak membuat suatu perubahan. Ia terlalu berfokus pada keluarga, mereka tidak lagi dapat dipercaya untuk berkomitmen sebagai anggota perusahaan. Ia seharusnya tidak tiba-tiba mencoba membuat nama untuk diri mereka sendiri pada tahap karir mereka ini. Saya seharusnya tidak menawarkan mereka kesempatan berkembang sejak waktu mereka disini terbatas. Pekerja pertengahan karir sepertinya terlalu bermasalah dan tidak termotivasi untuk diberikan tugas yang menantang. Memecahkan banyak masalah yang disebut personality clashes dalam setting industri sebenarnya adalah tentang mengidentifikasi dan memodifikasi VIBS individu dan organisasi. c. Group Pendekatan kognitif-behavior yang telah digambarkan untuk gangguan Axis I sebenarnya adalah bentuk psiko-edukasi dan mudah untuk dilakukan dalam secara berkelompok. Tujuan dari terapi kognitif-behavior, seperti yang telah disebutkan, berbeda dari psikoterapi kelompok yang lain, dimana fokusnya adalah proses dan dinamika kelompok. Pendekatan kognitif-behavior

41 |Cognitive-Behavioral Therapy

kelompok diberikan karena dilihat sebagai suatu cara yang menghemat biaya untuk membawa perubahan.

2. Stress Management Program pelatihan manajemen stres melibatkan tiga fase berbeda: 1. Membantu klien mengembangkan pemahaman kognitif dari stres yang memainkan peran dalam kehidupan mereka 2. Mengajar keterampilan coping tertentu sehingga mereka dapat mengatasi stres lebih efektif 3. Bekerja dengan pikiran dan perasaan klien tentang situasi stres sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan sesuatu tentang stres di luar konseling dan pengaturan terapi. Meichenbaum (1993) membuat poin penting bahwa kesadaran kognitif dari stres adalah tidak cukup untuk menghasilkan perubahan, atau belajar keterampilan coping baru. Satu benar-benar harus memutuskan untuk melakukan sesuatu. Pada akhirnya, perubahan perilaku serta pikiran klien dan perasaan harus terjadi. Sebagai contoh, perhatikan beberapa pasangan profesional yang mungkin menghadapi kesulitan dalam hidup mereka dan mungkin sering berdebat satu sama lain. Masalah mereka dapat didefinisikan sebagai "kesulitan perkawinan", atau bisa didefinisikan sebagai masalah dalam mengatasi stres. Pasangan ini dapat bekerja sepanjang waktu, bertanggung jawab untuk dua anak, dan aktif di masyarakat. Biasanya tidak ada waktu untuk "melakukan semuanya" secara efektif, dan dapat menjadi stressor utama bagi mereka Tugas pertama dalam konseling stres manajemen adalah untuk membantu pasangan mendefinisikan masalah sebagai salah satu stres. Hal ini dapat bermanfaat, karena mereka tidak lagi harus "menyalahkan" satu sama lain untuk kesulitan mereka dan sekarang mereka dapat melihat dampak dari stres lingkungan pada pernikahan mereka.

42 |Cognitive-Behavioral Therapy

Kedua, pasangan ini bisa mendapatkan keuntungan lebih dari pembelajaran mengenai prosedur pengurangan stres (seperti pelatihan relaksasi), menerapkan strategi pengambilan keputusan yang baru dan keterampilan sosial (sering melalui bentuk pelatihan ketegasan), dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik dalam kegiatan alternatif. Keterampilan perilaku ini dapat mengakibatkan perubahan hidup yang penting dan melibatkan penggunaan berbagai teknik CBT, namun tidak terbatas pada, pemodelan, bermain peran, dan instruksi langsung. Akhirnya, mengetahui bahwa seseorang memiliki masalah dengan stres dan memiliki beberapa keterampilan untuk mengatasi stres dalam hidup sering tidak cukup untuk memungkinkan klien untuk hidup sehat, memuaskan, dan produktif. Apakah pasangan itu memutuskan untuk bertindak? Pada titik generalisasi, apakah emosi dan kognitif pasangan dapat menjadi stres dan melahirkan atau mengakibatkan timbulnya kembali pemikiran maladaptif (dan emosi disfungsional terlampir) yang akan mencegah mereka mengambil tindakan efektif di masa depan? Berbagai bentuk rasisme yang terus ada dalam masyarakat kontemporer dapat sangat menyinggung banyak orang (Parham & Parham, 2002). McNeilly (1996) menemukan bahwa komentar rasis dari Whites "dipicu kenaikan signifikan pada tekanan darah dan denyut jantung pada 30 wanita hitam. Rasisme dapat bertindak sebagai stressor potensial yang dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit jantung " (p.A7). Demikian pula, wanita yang menemukan harasment seksual, seorang gay atau lesbian yang diserang karena pilihan seksual, dan orang-orang dalam kelompok-kelompok tertindas lain yang mengalami diskriminasi sistematis juga menderita secara fisik dari stres. Ketika dilaksanakan oleh budaya kompeten praktisi kesehatan mental, stres pelatihan manajemen dapat menjadi strategi penting untuk digunakan saat bekerja dengan orang dari populasi klien yang beragam (Lewis dkk., 2003). Stress Management Training. Kebanyakan terapis dan konselor saat ini menyadari diri mereka diperlukan untuk melakukan semacam inokulasi stres atau pelatihan manajemen stres sebagai bagian dari terapi individu. Selain itu, sebagai terapis Anda juga mungkin akan diminta untuk melakukan program kelompok pelatihan manajemen stres.

43 |Cognitive-Behavioral Therapy

Program stress manajemen menggabungkan banyak teknik perilaku yang dijelaskan dalam bab ini ditambah teknik kognitif yang dibahas dalam bab 8, serta ketrampilan mikro dari mendengarkan (Bab 4). Anda dapat menggunakan salah satu sejumlah besar strategi dalam konseling individu dan terapi untuk membantu menangani klien dengan stres. Sebagai contoh, Anda mungkin mengajarkan orang yang kesepian atau pemalu dengan ketrampilan mendengarkan dan kemudian menggunakan pelatihan ketegasan untuk membantu individu ini menjadi lebih efektif secara sosial. Anda dapat mengajarkan latihan relaksasi atau desensitisasi untuk klien fobia untuk membantu mengurangi tingkat stres mereka. Kebanyakan teknik perilaku kognitif dapat digunakan untuk program manajemen individu atau kelompok stres. Stress Management Training and Trauma. Konsep dalam manajemen stres dan stres inkulasi telah diperluas untuk mencakup saran spesifik tentang bagaimana bekerja dengan korban trauma (pemerkosaan, pelecehan, serangan teroris). Manajemen Stress semakin penting sebagai kerangka pengobatan dalam dirinya sendiri. Meichenbaum (2003) menguraikan ide-ide inovatif tentang CBT dan termasuk menyarankan intervensi klinis untuk bekerja dengan klien stres pasca trauma. Pelatihan manajemen stres tidak akan "mengobati" masalah stres yang sangat berat, tetapi bisa merupakan bagian penting dari pendekatan terapeutik. Salah satu contoh dari kelompok pelatihan manajemen stres yang efektif bagi orangorang trauma adalah sembilan sesi konseling stres inokulasi, program yang digunakan dengan korban perkosaan oleh Foa dan lain-lain (1991). Intervensi inovatif ini ditemukan menjadi lebih efektif dibandingkan tradisional dalam perbaikan jangka panjang tindak lanjut yang signifikan terungkap dalam pasca trauma diwujudkan oleh partisipan dalam intervensi inokulasi stres dibandingkan dengan klien menerima layanan konseling tradisional. Isi keseluruhan dari sesi mirip dengan konsep-konsep umum disajikan dalam bab ini, dengan penekanan khusus juga diberikan kepada variabel kognitif yang mirip dengan yang dijelaskan dalam bab 8. 2. Social Skills Training Bagian penting dari metode perilaku kognitif adalah pelatihan keterampilan hidup, mengajarkan klien dan mode khusus lainnya dalam menanggapi berbagai pengalaman hidup secara efektif. Pelatihan ketrampilan sosial merupakan dimensi populer dari pelatihan keterampilan hidup (Dowd & Tierney, 2005; Ivey, Pedersen, & Ivey, 2001). Berbagai formulasi 44 |Cognitive-Behavioral Therapy

sistematik digunakan untuk mengajarkan keterampilan komunikasi, keterampilan hidup untuk kesulitan remaja, keterampilan perkawinan, dan keterampilan untuk pasien kejiwaan. Intervensi pelatihan keterampilan hidup mewakili teori konseling dan perubahan mereka sendiri. Paling sering, pelatihan ketrampilan sosial melibatkan perilaku-kognitif komponen berikut: 1. Rapport-building/structuring. Klien / peserta pelatihan siap secara kognitif dan emosional untuk pengajaran keterampilan sosial 2. Cognitive presentation and cuing. Biasanya, penjelasan bentuk dan dasar pemikiran untuk pentingnya pelatihan keterampilan sosial sebagai sarana untuk mewujudkan kehidupan yang lebih memuaskan dan disajikan secara produktif. 3. Modelling. Roleplay, kaset video, kaset audio, dan demonstrasi yang umum digunakan dalam intervensi pelatihan keterampilan sosial sehingga peserta dapat melihat dan mendengar keterampilan sosial yang efektif dalam tindakan. 4. Practice. Orang tidak selalu belajar keterampilan kognitif dengan memahami dan menonton berbagai bentuk modeling saja. Kebanyakan pelatih keterampilan sosial memerlukan klien mereka / peserta pelatihan melakukan praktek peran-bermain yang dapat dicampurkan dengan rekaman video dan umpan balik rekaman. 5. Generalization. Semua intervensi pelatihan keterampilan sosial menekankan kebutuhan untuk mengambil pembelajaran di luar dan di luar pengaturan pelatihan.

Satu program pelatihan ketrampilan perilaku kognitif yang telah ditemukan efektif dengan orang-orang di populasi yang berbeda dan pengaturan melibatkan penggunaan kerangka microskills. Kerangka kerja ini melibatkan konseling pengajaran dan keterampilan komunikasi untuk pelatih. Para peneliti telah menemukan bahwa mengajar ini microskills berguna tidak hanya untuk siswa pelatihan dalam konseling profesional dan program pelatihan psikologi, tetapi juga untuk orang di berbagai kelompok klien (Ivey, 1971b, 1991a). Selain pasien penyakit jiwa, banyak orang lain mendapat manfaat dari bentuk pelatihan, termasuk magang manajemen, personel medis, dan pekerja rumah sakit. Pelatihan ketrampilan sosial adalah teoritis utama dan praktis dari pengobatan itu sendiri. Hal ini juga terkait erat dengan strategi pelatihan ketegasan.

45 |Cognitive-Behavioral Therapy

3. Assertiveness Training Beberapa individu secara pasif menerima apapun garis tangan mereka. Anda mungkin mengetahui seseorang yang mengizinkan teman-teman dan keluarganya mendominasi dirinya. Orang seperti ini mungkin membolehkan orang lain untuk membuat keputusan. Individu yang sangat pasif dalam perilakunya dapat mengikuti training asertif dan belajar untuk mempertahankan hak mereka. Anda mungkin juga mengetahui seseorang yang sangat agresif dan mendominasi, yang pada orang lain apa yang harus dilakukan dan difikirkannya. Orang seperti ini bisa saja menginterupsi perbincangan secara kasar, memotong jalan orang lain dan memaki pada waiter. Individu agresif ini dapat juga mengikuti training asertif. Training asertif meliputi pembelajaran untuk mempertahankan hak anda dengan mempertimbangkan juga pemikiran dan perasaan orang lain. Walaupun menekankan perilaku yang tampak, training ini juga focus pada kognisi klien. Spesifiknya, training ini tercantum dalam competency-building activity 7.5.

bagaimanapun, penting dicatat bahwa jika anda tertekan, agoraphobic, atau klien normal tidak memiliki beberapa perhatian pada state internal pemikiran dan perasaan, perubahan sedikitnya dapat terjadi dan dapat dipertahankan. Dimensi kognitif CBT ditekankan dalam chapter 8. Multicultural Considerations in Assertiveness Training. Bayangkan anda bekerja dengan seorang wanita atau individu dari kelompok marginal. Berguna untuk diingat bahwa satu dimensi penting untuk terikat dalam training asertif ini adalah perasaan yang baik tentang seseorang. Terkadang orang yang mengalami diskriminasi percaya bahwa masalah tersebut berasal dari kesalahan mereka dan jika hanya mereka dapat lebih berperilaku secara tepat, maslah tersebut akan teratasi. Lebih jauh, ide dari Feminist Counseling Therapy (FCT) dan Multicultural Counseling and Therapy (MCT) lebih jelas menunjukkan bahwa fokus intervensi anda harus sering diperintah untuk merubah lingkungan, tidak hanya individual. Dalam bahasa training asertif ada sebuah kebutuhan untuk menolong individu merubah kognisi mengenai dirinya dan lingkungannya jadi mereka dapat lebih efektif dan asertif dalam kehidupannya. 46 |Cognitive-Behavioral Therapy

Cheek (1976) contohnya, berbicara penting mengenai suatu dasar dari perspektif Black ketika mengadakan training asertif dan tipe lainnya dari pelayanan psikologikal diantara orang Afrika. Ketika praktisi kesehatan mental menjalankan perspektifnya, mereka tidak melihat Afrika-Amerika berperilaku atau berfikir seperti Eropa-Amerika. Tentu saja pelayanan training asertif yang disediakan oleh praktisi kompeten secara kultural ditampilkan dalam cara-carayang mencerminkan suatu rekognisi yang meningkat dan menghormati perspektif dan cara pamdamg seseoramg dari multicultural yang berbeda dan kelompok gender. Parham dan koleganya (1999) mencatat bahwa perspektif kognitif Afrika-Amerika termasuk : 1. Kekeluargaan dan pengalaman dalam kedua perrspektif Afrika-Amerika dan EropaAmerika 2. Seringnya ketidakpercayaan Eropa-Amerika dengan didampingi emosi seperti marah dan gusar 3. Penekanan pada ras dan pentingnya untuk keseharian hidup 4. Konflik internal apakah berbicara dalam bahasa kulit putih/kulit hitam; Afrika-Amerika sering bidialektikal 5. Suatu kemampuan fake it pada Eropa-Amerika Issue yang serupa dalam training asertif pada kultur/ras lain dapat meningkat. Contohnya, training asertif untuk orang latin butuh dipandu dengan gender unik dan sensitifitas cultural, untuk wanita dari tradisi spanyol menghadapi masalah berbeda ketika mereka mengadaptasi perilaku asertif dalam kultur Eropa-Amerika. Hal ini mungkin ditambah oleh perihal lain yang ditekankan untuk menjadi asertif dalam kultur Eropa-Amerika dipandang sebagai intrusif dan agresif oleh orang di kelompok kultur lain (hooks, 2000). Wanita Eropa-Amerika biasanya menganggap training asertif sangat membantu, tetapi akan lebih membantu bila dikombinasikan dengan suatu diskusi yang berkaitan dengan issue mengenai menjadi wanita dalam masyarakat sexist. Ballou dan West (2000) memberikan perhatian khusus pada issue ini dengan memoinkan bahwa training asertif seharusnya tidak digunakan untuk mengajarkan wanita style pria tetapi didasarkan pada model psikologi liberal yang berdasar pada prinsip feminis kesehatan mental (Hill & Ballou, 2005). Kebanyakan konselor dan psikolog lebih suka untuk menyetujui bahwa penting untuk menjadi lebih cultural respek dan responsive ketika menggunakan intervensi CBT diantara 47 |Cognitive-Behavioral Therapy

orang-orang dari populasi klien beragam. Poin kedua dari persetujuan adalah lebih suka untuk ditemukan dalam mengekspresikan kebutuhan untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan strategi pencegahan kekambuhan diantara semua klien yang kita layani.

4. Relapse Preventions Dalam sesi konseling dan intervensi pelatihan berbasis CBT (misalnya manajemen stress, kemampuan sosial, intervensi pelatihan asertivitas), anda cenderung melihat perubahan postitf pada sikap dan perilaku klien. Membantu klien mempertahankan perubahan tersebut menjadi lebih menantang ketika mereka kembali ke rumah atau lingkungan masing-masing dan mendapatkan permasalahan yang sama seperti alasan awal mereka ketika mencari bantuan profesional. Contohnya, seorang alkoholik atau penderita bulimia harus tinggal dengan keluarga ataupun situasi lingkungan yang sama, yang kemungkinan besar sangat berperan dalam menciptakan kesulitan kesulitan mereka seelumnya. Klien akan sering kehilangan insight ataupun kemampuan-kemampuan yang diperoleh dari konseling dan terapis jika konselornya tidak mendampingi klien dalam usaha mempertahankannya. Untuk alasan ini, Relapse Prevention (RP) merupakan pertimbangan yang penting dalam menyediakan konseling, psikoterapeutik, dan berbagai layanan pelatihan lainnya. Penelitian pada relapse telah menunjukkan bahwa kegaagalan pertama dalam treatment, prediktif akan kegagalan di masa yang akan datang dan yang berkelanjutan. Contohnya, dalam terapi kontrol berat badan, cara pelaku mengatasi kegagalan diet yang pertama cukup memprediksi apa yang akan terjadi masa yang akan datang. Kita dapat mengekspektasi relapse dalam hampir 100 persen klien kita, karena kemampuan yang dikembangkan dalam konseling dan terapi belum di tes pada situasi nyata. Tugas anda sebagai praktisi kesehatan mental adalah untuk membantu klien anda membuat program pencegahan relapse secara individu untuk memastikan bahwa perilaku yang baru dipelajari dan insight tidaklah langsung hilang setelah wawancara. Penelitian pada RP jelas mengindikasikan bahwa program sistematik dapat membatu klien belajar lebih dari partisipasi mereka dalam konseling dan terapu dan membantu mempertahankan perubahan perilaku untuk jangka waktu yang lebih lama (Marlatt & Donovan, 2005). 48 |Cognitive-Behavioral Therapy

Helping Clients Cope with the Environment. Realita lingkungan (keluarga, pekerjaan ketersediaan rokok, obat-obatan, dst) berdampak dalam membuat maintenace perilaku jangka panjang menjadi hampir memungkinkan. Untuk melawan kesulitan dari lingkungan, Stevens Smith (1998) membuat 4 poin yang membantu dalam mendampingi klien menjadi lebih siap untuk menghadapi lingkung pasca konseling. 1. Mengantisipiasi situasi sulit. Klien dapat sering memprediksi situasi yang cenderung mengancam dalam mempertahankan program perubahan perilaku mereka. Klien dengan bantuan konselor dapat mengidentifikasi situasi beresiko tinggi yang mungkin dapat merusak pembelajaran baru mereka dan menjadi tanda awal mereka agar mereka dapat berhati-hati terhadap relapse. 2. Mengatur pemikiran dan perasaan. Emosi terkadang dapat menjadi di luar kendli dan membuat perasaan sedih atau irasional. Inilah saat dimana klien mengalami semacam relapse. Walaupun demikian, relapse lebih cenderung untuk tidak muncul jika klien dapat mengantisipasi respon sementara ini dan kemudian kembali pada pendekatan rasional dan belajar dari kesalahan. 3. Mendiagnosa support skill yang penting. Meskipun kita dapat membantu klien untuk mengubah perilaku mereka, terkadang pola perilaku mereka yang lama dapat muncul kembali ketika sedang terburu-buru atau dihadapkan pada stressor lainnya. teknik-teknik seperti pelatihan asertivitas, manajemen waktu, atau kemampuan kognitif dapat berguna dalam membantu klien menjauhi relapse. 4. Mengatur konsekuensi. Perhatian utama pada perilaku adalah untuk membuat konsekuensi yang sesuai untuk perilaku. Ketika seorang klien mempertahankan sebuah perilaku, tidak akan ada penghargaan. Dukungan tersebut harus berasal dari diri klien, yang mana harus belajar untuk menciptakan reward yang bermakna untuk tindakan yang bagus dan pemeliharaan perilaku. Making Relapse Prevention Work For You. Competency-Building Activity 7.6 merangkum sebuah program RP yang mendorong anda untuk menggunakannya dengan klien nyata ataupun role-play. Perlu digarisbawahi bahwa RP spesifik pada kemampuan. Contohnya, seorang klien ingin berhenti makan terlalu banyak. Tugas dari konselor adalah membantu klien untuk memahami beberapa strategi untuk mengontrol pola makannya. Begitu klien telah mempelajari 49 |Cognitive-Behavioral Therapy

teknik perilaku untuk mengontrol makan berlebih (yaitu, makan hanya di tempat-tempat tertentu, dan mengeliminasi makan bebas), mereka telah siap untuk mulai mempersiapkan diri menghadapi rintangan di lingkungan setelah konseling berakhir, dan mereka harus mampu mengatasinya sendiri.

F. Cognitive Therapy Scale Bagian 1 Keterampilan Terapi Umum 1. Agenda (0-6). Terapis bekerja dengan klien untuk menetapkan agenda yang sesuai dengan target masalah yang cocok untuk waktu yang tersedia. Prioritas yang ditetapkan kemudian mengikuti agenda. 2. Saran atau masukan (0-6). Terapis ini khususnya mahir memunculkan dan menanggapi umpan balik verbal dan non verbal seluruh sesi, misalnya menimbulkan reaksi ke sesi, diperiksa secara teratur untuk memahami dan membantu meringkas poin utama di akhir sesi. 3. Memahami (0-6). Terapis tampaknya mengerti secara menyeluruh realitas internal klien dan mahir berkomunikasi melalui pemahaman ini sesuai respon verbal dan non verbal klien dengan contoh, nada respon terapis menyampaikan pemahaman yang simpatik dari "pesan" klien.Keterampilan mendengar dan empatik yg sangat baik 4. Efektivitas Interpersonal (0-6). Terapis menampilkan tingkat kehangatan, perhatian, kepercayaan diri, keaslian keoptimal an dari

dan profesionalisme yang tepat

khusus untuk klien dalam sesi ini. 5. Kolaborasi (0 - 6). Kolaborasi tampak sangat baik. Terapis mendorong klien semaksimal mungkin untuk mengambil peran aktif selama sesi, misalnya dengan menawarkan pilihan, sehingga mereka bisa berfungsi sebagai suatu tim. 6. Penggunaan waktu yg berulang ulang dan efisien (0-6). Terapis menggunakan waktu yang sangat efektif dengan bijaksana membatasi diskusi perifer dan tidak produktif dan sesi mondar-mandir yang cepat telah sesuai untuk klien. Jadi dalam pengobatan gangguan Axis 1 hubungan terapeutik penting, meskipun jarang dibahas, aspek dari proses konseling. Berkenaan dengan konseling axis 2 gangguan kepribadian, 50 |Cognitive-Behavioral Therapy

peran hubungan terapeutik mengasumsikan kepentingan yang lebih besar. Sebagai contoh, jika klien memiliki gangguan kepribadian menghindar, fitur utama dari gangguan adalah bahwa orang lain dianggap kritis dan merendahkan martabat; implikasi terapi ini adalah bahwa konselor dapat dengan mudah berperan sebagai "seperti semua orang lain" dan perawatan khusus harus diambil untuk mendapatkan dari klien apakah ada sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan oleh terapis yang telah mengganggu mereka. Sebaliknya, sikap lebih prihatin sangat dibutuhkan dengan klien yg gangguan kepribadian dependen, dimana ciri utama adalah kepercayaan bahwa mereka tidak dapat berfungsi dengan mandiri. Dengan demikian pendekatan konselor untuk hubungan ini tidak seragam di seluruh gangguan kepribadian.

G. Research Evidence About Efficacy Sekarang ini tidak ada gangguan yang tidak diaplikasikan dengan pendekatan kognitifbehavior, termasuk mengajarkan klien psikotik untuk mengendalikan gejala mereka. Tetapi tidak juga bisa dikatakan bahwa CBT terbukti efektif untuk setiap gangguan. Terlebih lagi sangat sedikit penelitin untuk beberapa gangguan tertentu, sehingga intervensi harus dilihat sebagai janji bukan bukti. Salah satu cara untk mengukur efektivitas terapi adalah dengan mengurangi nilai tengah dari kelompok tretmen di akhir tretmen dan nilai tengah dari kelompok pembanding. Selisihnya kemudian dibagi dengan pengukuran dari penyebaran hasil dalam kelompok control, seperti standard deviasi, untuk memberika efek ukuran (effect size, ES). Nilai ES 0.5 mengindikasikan bahwa hasil mean dari kelompok tretmen adalah setengah lebih besar dari standard deviasi kelompok control. Effect size (ES) telah dikategorikan dalam sebuah kontinum, ES < 0.2 berarti tidak ada efek, 0.2 =< ES < 0.5 berarti rendah, 0.5=< ES < 0.8 berarti sedang, dan ES >= 0.8 berarti tinggi (Cohen, 1988). H. Practical Implications and Limitations of CBT Konseling yang tidak efektif dam asal-asalan dapat membahayakn klien. Sebaik apapun teori ataupun konselornya, sang konselor memiliki tanggung jawab profesional dan etis untuk menyadari adanya manifestasi dari praktik yang salah. Istilah manipulative cognitive-behavioral

51 |Cognitive-Behavioral Therapy

counceling dapat digunakan untuk menggambarkan penyalahgunaan teknik-teknik yang dijelaskan di bab ini. Manipulative cognitive behavioral counseling muncul ketika konselor membuat sebuah keputusan untuk klien tanpa kesadaran klien, ataupun ketika konselor memiliki wewenang yang begitu besar dalam kehidupan klien, sehingga klien tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti program CBT, tidak peduli apakah klien tersebut setuju atau tidak. Contohnya, fokus pada konselor perilaku adalah untuk meningkatkan time on task (jumlah waktu yang digunakan pada jam kerja) di kelas dasar. Ini dapat menjadi tujuan pendidikan yang diinginkan, namun terkadang intervensi perilaku mereka telah diimplementasikan tanpa kesadaran anak atau orang tua bahwa sesuatu sedang diubah. Teknik cognitive-behavioral sering diterima oleh banyak klien di kelompok berbeda kultur / ras karena kejelasan dan efektivitasnya. Pada saat yang sama, efektivitas tidak sama dengan kesesuaian budaya. Beberapa latihan competency-building yang ada di dalam bab ini menyediakan awal yang solid dalam CBT. Relapse Prevention secara khusus merupakan serangkaian teknik yang berguna untuk ditambahkan pada tahap akhir wawancara, terlepas dari teknik atau teori terapeutik apa yang sedang anda gunakan. Tahap kelima dari wawancara (generalisasi), followup dengan klien setelah wawancara, dan relapse prevention merupakan elemen penting untuk terapi. Teknik perilaku manjur, dan klien sering mendapatkan keuntungan darinya. Pada saat yang sama, beberapa klien akan mengubah perilaku mereka dan tetap merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Klien-klien ini mungkin mendapatkan keuntungan dari penambahan metode kognitif pada rencana treatment anda, atau beberapa mungkin ingin memeriksa alasan akan perkembangan perilaku mereka. Singkat kata, anda dapat melihat bahwa konseling perilaku memberi keuntungan dari asosiasi dengan teori pendukung lainnya.

52 |Cognitive-Behavioral Therapy

DAFTAR PUSTAKA Ivey, A. E., DAndrea, M., Ivey, M. B., Simek-Morgan, L. (2009) Theories of Counseling and Psychotherapy. Boston: Pearson. Woolfe, R., Dryden, W., and Strawbride, S. (2003) Handbook of Counseling Psychology. London: Sage.

53 |Cognitive-Behavioral Therapy

You might also like