You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembangan ilmu dan falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah, yang artinya bahwa pengetahuan harus mengabdi pada umat dan manusia. Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah perkembangannya secara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja kita tidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu Yunani, dengan pembagian klasifikasi secara periodik. Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-empirisme , kemudian kritisisme dan positivisme. Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yang diakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satu tempat atau wilayah tertentu. B. Tujuan Penulisan Berdasarkan penjelasan dapat diambil suatu rumusan dari penulisan makalah ini. Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu: a. Untuk mengetahui sejarah filsafat ilmu b. Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu

BAB II PEMBAHASAN Dalam sejarah perkembangannya sebagaimana yang terjadi di dunia Islam dengan kelahiran mutazilah yang mengedepankan akal (rasio) sekitar (abad 2 H/8M), di dunia Eropa juga lahir gerakan Aufklarung (abad 11 H/17 M). Kedua sisi ini hendak merasionalkan agama. Mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan dan Aufklarung menolak trinitas sebagai sifat Tuan. Alam Aufklarung inilah dalam perkembangannya telah membuat peradaban Eropa menjurus pada pemujaan akal. Mereka berpendapat bahwa antara ilmu dan agama terjadi pertentangan yang keras, ilmu pengetahuan berkembang pada dunianya dan agama pada dunia yang lain. Dalam persoalan ini lahirlah sikap sekuleristik dalam ilmu pengetahuan. Liberalisasi, emensipasi, otonomi pribadi, dan otoritas rasio yang begitu diagungkan merupakan nilai-nilai kejiwaan yang selalu mewarnai sikap mental manusia Barat semenjak zaman renaissance (abad 15) dan Aufklaerung (abad ke 18) yang memungkinkan mereka melakukan tinggal landas mengarungi dirgantara ilmu pengetahuan yang tiada bertepi dengan hasil-hasil sebagaimana mereka miliki hingga sekarang ini. Zaman perkembangan ilmu yang paling menentukan dasar kemajuan ilmu sekarang ini ialah sejak zaman sekarang ini ialah sejak abad ke 17 dengan dorongan beberapa hal: pertama : untuk mengembalikan keputusan dan pernyataan-pernyataan ilmiah lalu menonjolkan peranan matematik sebagai sarana penunjang pemikiran ilmiah. Dalam angka inilah mulainya menonjol peranan

penggunaan angka Arab di Eropa (angka yang kita kenal di dunia sekarang) karena dinilai lebih sederhana dan praktis dari pada angka angka Romawi. Adapun angka Arab itu sendiri dikembangkan dan berasal dari kebudayaan India. Faktor yang kedua dalam revolusi ilmu di abad ke 17, ialah makin gigihnya para ilmuwan menggunakan pengamatan dan eksperimen, dalam membuktikan kebenaran-kebenaran preposisi ilmu. Namun J.B.Bury menyangkal bahwa kemajuan ilmu tidak terdapat pada abad pertengahan bahkan tidak terdapat pada awal Renaissance ,tetapi baru abad ke -17, sebagai hasil dari rumusan Cartesius tentang dua aksioma yaitu : 1) berkuasanya akal manusia dan 2) tak berubah-ubahnya hukum alam. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer. Secara singkat periodesasi perkembangan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut : A. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM) Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat

diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa. B. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM) Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat, karena Yunani pada masa itu tidak mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis). Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang masa. Beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain : Thales, Demokrates dan Aristoteles. C. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM) Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran

dan Astronomi di Jundishapur. Pada masa keemasan kebudayaan Islam, dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani. Dan bahkan khalifah Al_Makmun telah mendirikan rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) / Baitul Hikmah pada abad 9. Pada abad ini Eropa mengalami zaman kegelapan (dark age). D. Masa Renaissance (14-17 M) Renaisance merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu.1 Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja katolik Roma,bersamaan dengan berkembangnya humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo Da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) oleh kolumbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Prancis, dan Spayol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembagan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.2 Tidaklah mudah membuat garis batas yang tegas antara zaman Renaisance dengan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modernhanyalah perluasan Renaisance. Akan tetapi, pemikiran ilmiah
1 2

Amsal Bakhtiar, 2007. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo, hal 49 Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru Hoeve, 1984 Vol. V. hal:

2880.

membawa manusia lebih maju kedepan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik, kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket dan zaman ruang angkasa.3 E. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M) Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Pahampaham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme

mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme ini, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.4 Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang memberikan jalan untuk memperlajari paham idealisme zaman modern.5 Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak Hegel.
Komite Nasional Mesir untuk UNESCO, Sumbangan Islam Kepada Ilmu Dan Kebudayaan, penterjemah: Ahmad Tafsir, Bandung: Penerbit Pustaka, 1986), hal: 174 4 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hal 204 5 Rizal Mustansir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), cet. 2, hal: 84
3

Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume. F. Zaman Kontemporer Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer adalah : Santri, Priyayi, dan Abangan. Lebih lanjut Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang ditopang penuh oleh positivismeempirik, melalui penelaahan dan pengukuran kuantitatif sebagai andalan utamanya. Berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu berlangsung secara mengesankan. Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-

benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini. Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalanpersoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis dan chaos yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan

kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali. Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasaraksasa teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia. Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah

memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan penganut Teori Kritik Masyarakat, Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik. Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Selain itu Positivisme dipandang menghilangkan pandangan aktor, yang direduksi sebatas entitas pasif yang sudah ditentukan oleh kekuatan-kekuatan natural. Pandangan teoritikus kritik dengan kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpa mempertanyakan tindakan manusia. Akhirnya Teori Kritik Masyarakat menganggap bahwa positivisme dengan sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang sistem yang eksis. Senada dengan pemikiran di atas, Nasution (1996:4) mengemukan pula tentang kritik post-positivime terhadap pandangan positivisme yang bercirikan free of value, fisikal, reduktif dan matematika. Aliran post-positivime tidak menerima adanya hanya satu kebenaran,. Rich (1979) mengemukakan There is no the truth nor a truth truth is not one thing, - or even a system. It is an increasing completely Pengalaman manusia begitu kompleks sehingga tidak mungkin untuk diikat oleh sebuah teori. Freire (1973) mengemukakan bahwa tidak ada pendidikan netral, maka tidak ada pula penelitian yang netral.

Usaha untuk menghasilkan ilmu sosial yang bebas nilai makin ditinggalkan karena tak mungkin tercapai dan karena itu bersifat self deceptive atau penipuan diri dan digantikan oleh ilmu sosial yang berdasarkan ideologi tertentu. Hesse (1980) mengemukakan bahwa kenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan problema dan hanya merupakan suatu ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apa yang disebut obyektivitas. Knowledge is asocially contitued, historically embeded, and valuationally. Namun ini tidak berarti bahwa hasil penelitian bersifat subyektif semata-mata, oleh sebab penelitian harus selalu dapat dipertanggungjawabkan secara empirik, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan.

10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan Diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Bahwa filsafat ilmu mengalami sejarah yang panjang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. 2. Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembangan pemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer. 3. Penemuan-penemuan yang spektakuler terjadi sepanjang zaman dari masa Pra Yunani kuno sampai pada masa kontemporer tentu saja sangat dipengaruhi oleh tokoh pemikir (filosof) yang hidup pada zaman masingmasing dan menambah kekayaan khasanah ilmu pengetahuan khususnya cabang filsafat yaitu filsafat ilmu. B. Kritik dan Saran Didalam penulisan makalah ini kami yakin terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena kritik serta saran dari para pembaca sangat kami harapkan supaya kedepannya dapat lebih baik lagi.

11

You might also like