You are on page 1of 4

Konstruksi Bangunan Tahan Gempa Oleh : Rifky Fauzi Hardiansyah

Setiap tahun kerak luar bumi mengalami pergerakan sekitar satu juta kali. Sekitar 20 di antaranya merupakan gempa bumi kuat dan 2 getaran merupakan gempa bumi sangat kuat. Gempa bumi dapat terjadi akibat aktivitas vulkanis(gunung berapi) dan tektonis(pergerakan lempeng bumi). Getaran yang ditimbulkan oleh gempa bumi merambat ke seluruh permukaan bumi. Tetapi, dampak nya akan sangat berbahaya si sekitar daerah episentris (pusat gempa). Dampak yang ditimbulkannya sangat merugikan manusia, dan yang paling terlihat adalah kerusakan bangunan dan infrastruktur. Getaran gempa akan menyebabkan tanah di bawah bangunan dan di sekitarnya tergoncang dan bergerak secara tidak beraturan (random). Tetapi, terkadang para pelaksana konstruksi mengabaikan gaya horizontal yang ditimbulkan oleh gempa dan hanya fokus pada gaya gaya horizontal saja. Ada pihak yang mengabaikan secara sengaja untuk memperoleh keuntungan untuk pribadi. Untuk itu, diperlukan suatu teknik agar bangunan dan infrastruktur lebih tahan terhadap gempa. Lebih detailnya, tujuan dibangunnya bangunan tahan gempa antara lain, tidak terjadi keretakan dan kerusakan pada struktur bangunan untuk gempa dengan intensitas kecil, di bawah 8,0 MMI (Modified Mercalli Intensity) dan tidak terjadi kerusakan pada gedung yang membahayakan nyawa penghuni untuk gempa dengan intensitas besar, di atas 8 MMI. Pada dasarnya, kekuatan bangunan terhadap beban yang ditimbulkan oleh gempa keelastisitasan struktur bangunan, bentuk bangunan, dan kestabilan tanah tempat dibangunnya bangunan. Prinsip prinsip kekuatan bangunan terhadap beban gempa secara detail adalah sebagai berikut, a. Perencanaan bangunan tahan gempa harus sederhana dan kompak. Struktur yang menerima beban dan bagian bangunan yang tidak menerima beban harus dianggap sebagai satu kesatuan yang saling memengaruhi. b. Gedung harus dibuat seringan mungkin. Semakin berat gedung maka semakin besar juga daya massanya saat terjadi gempa. c. Struktur yang direncanakan harus sederhana sehingga gaya vertikal dan horizontal dapat diteruskan secara merata dengan mudah. d. Denah sebaiknya dibuat sesimetris mungkin, biasanya segi empat sama sisi atau lingkaran. e. Struktur vertikal harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga menerima beban vertikal paling besar. Semakin besar gaya vertikal, maka semakin besar ketahanannya terhadap gaya gempa dan momen puntir. f. Tempat pencapaian vertikal (tangga atau lift ) sebaiknya terletak di pusat gedung. g. Potongan vertikal pada gedung sebaiknya berbentuk segi empat. Tingkat atas yang berukuran lebih besar dari tingkat di bawahnya akan mengganggu kestabilan konsentrasi tegangan.

h. Tinggi gedung sebaiknya tidak lebih dari empat kalilebar gedung. i. Gedung bertingkat dengan lantai dasar terbuka seperti toko, kantor, tempat parkir, dsb) dianggap sebagai lantai lunak karena kotak yang terbentuk oleh tingkat di atasnya askan jatuh saat terjadi gempa. Sebaiknya lantai dasar tidak hanya terdiri dari kolom atau dinding sejajar saja. j. Struktur gedung sebaiknya dipilih monolit (bahan bangunan yang dipakai merupakan bahan yang sama). Karena bahan bangunan yang berbeda akan memberikan reaksi yang berbeda pula saat terjadi gempa. k. Ketebalan plat lantai dan ketinggian balok sebaiknya dibuat lebih besar daripada biasanya untuk menghindari getaran vertikal yang besar. Balok tidak boleh dibuat lebih lebar dari tiang tumpuannya agar tidak terjadi tegangan tambahan. l. Ringbalok horizontal pada setiap tingkat dengan batang tarik diagonal dapat meningkatkan kestabilan gedung. m. Fondasi dibuat sesederhana dan sekuat mungkin sehingga tidak akan patah saat gempa. Sebaiknya dipilih pelat lantai beton bertulang atau fondasi lajur dengan sloof beton bertulang. n. Perubahan bentuk pada suatu gedung akibat pembangunan tambahan dan perubahan harus dihitung dan dilakukan secara cermat karena dapat memengaruhi kestabilan gedung terhadap gempa. Untuk menerapkan prinsip prinsip bangunan tahan gempa di atas maka diperlukan perencanaan yang matang pada setiap bagian bangunan. Bagian bagian bangunan direkayasa sedemikian rupa agar memenuhi syarat syarat bangunan tahan gempa. Hal hal yang bisa dilakukan pada setiap bagian bangunan antara lain : Fondasi Penggalian tanah untuk fondasi kedalamannya disesuaikan denagan syarat syarat pada daerah setempat. Untuk bangunan biasa (tidak bertingkat) galian fondasi dilakukan sampai mencapai tanah keras/asli. Untuk fondasi batu kali dibuat dengan batu pecah yang berukuran agak besar dan dalam pemasangaannya diatur serapat mungkin. Ruang antar batu pecah diisi dengan beton dengan mutu minimal K 125untuk menghindari gerakan yang mengakibatkan retak pada dinding. Lebar minimal untuk fondasi batu kali adalah tebal dinding di tambah 10 cm di sisi kiri dan kanannya. Tinggi minimal sebaiknya dua kali lebar fondasi. Sloof Sloof adalah kaki dinding yang membagi beban secara merata. Beban struktur dan konstruksi gedung disalurkan ke fondasi. Sloof dapat dibuat dari konstruksi kayu atau beton bertulang. Konstruksi sloof beton bertulang digunakan di atas fondasi batu kali bila fondasi tersebut digunakan untuk bangunan tidak bertingkat dengan kolom praktis yang berjarak sekitar

3 meter. Ukuran lebar dan tinggi sloof beton bertulang adalah > 15 cm x 20 cm. Sloof meningkatkan kestabilan bangunan terhadap gempa dan dapat juga digunakan untuk balok pengikat pada fondasi tiang. Rangka Tiang Untuk rangka tiang kayu bangunan tahan gempa, sebaiknya dipilih konstruksi tiang kayu dengan sistem tiang pengapit atau balok pengapit. Sistem tersebut meningkatkan elastisitas bangunan untuk menghindari kerusakan akibat gempa. Konstruksi rangka tiang beton bertulang berfungsi meningkatkan kekakuan, berbeda dengan rangka tiang kayu. Konstruksi rangka tiang kayu memiliki daya tahan terhadap gempa apabila ukuran tiang dan tulangannya memenuhi persyaratan pembebanan gempa. Pada ujung ujung dan sambungan tulangan dibengkokkan membentuk kait. Untuk menyambungkan tulangan dapat diikat atau dilas. Tulangan yang akan diikat harus ditumpangkan satu sama lain sepanjang > 20 cm untuk baja tulangan ulir dan > 40 cm untuk baja tulangan polos. Sedangkan untuk yang dilas harus ditumpangkan sepanjang 10 d + 2 cm. Pelat Lantai (Untuk Gedung Bertingkat) Pelat lantai adalah konstruksi pemisah ruang secara mendatar pada gedung bertingkat. Pelat lantai berfungsi untuk menerima dan menyalurkan beban dan membagi ruang. Beban yang melebihi ketahanan pelat lantai akan mengakibatkan deformasi berupa pelengkungan pada pelat lantai dan menurunkan kekuatannya. Konstruksi pelat lantai beton dapat digunakan sebagai pelat lantai yang terarah (tulangan pokoknya satu arah saja) atau tidak terarah (tulangan pokok bersilangan). Pembuatan tulangan harus sesuai arah gaya yang akan disalurkannya. Tebal pelat harus > 12 cm. Atap Semakin tinggi gedung atau semakin berat bagian atas gedung, semakin besar pula gaya gesernya. Jadi, ketahanan dan stabilitas gedung akan meningkat bila titik berat berada serendah mungkin. Oleh karena itu, sebaiknya konstruksi atap dibuat seringan mungkin. Untuk meningkatkan ketahanan terhadap gempa bisa digunakan konstruksi atap kasau (usuk) tanpa kuda kuda untuk sistem konstruksi atap kayu. Keuntungannya selain memperkecil berat bangunan, konstruksi ini sederhana sehingga mempercepat pembangunan dan menghemat penggunaan kayu pada bangunan. Selain itu, dapat pula digunakan konstruksi kuda kuda dari baja. Konstruksi baja berbobot ringan dan tahan gempa. Namun, perlu pula dipertimbangkan factor lain, yaitu baja ringan tidak tahan kebakaran karena akan meleleh.

Langit Langit Langit langit dipakai untuk perbaikan estetika dan kebutuhan teknis lainnya. Konstruksi langit langit terdiri dari rangka dasar langit langit dan lapisan penutup langit langit. Untuk mencegah akibat dari gempa sebaiknya lapisan penutup langit langit dipasang di bagian atas kerangka dasar. Jadi, kekuatan bangunan terhadap gempa sangat dipengaruhi oleh keelastisitasan bangunan, bobot bangunan dan sistem konstruksi yang dipakai. Banyaknya kegagalan konstruksi akibat gempa juga tidak terlepas dari kelalaian manusia sebagai pelaksana konstruksi yang mengabaikan beban gempa pada perancangannya. Padahal Indonesia terletak pada wilayah yang rawan gempa. Selain itu, perlu juga sosialisasi konstruksi bangunan tahan gempa. Karena banyak juga bangunan bangunan di Indonesia yang tidak memerhatikan beban gempa.

You might also like