You are on page 1of 14

I.

Pertumbuhan Ekonomi di Korea, Masyarakat dan Perbedaan Kelas-kelas

Tahun 1980, pertumbuhan ekonomi di korea memasuki angka yang menakjubkan. Selama 3 tahun setelah 1986, 10 persen setiap tahun, 1987 pertumbuhan ekonomi di korea mencapai perdagangan positif 4,7 milyar dolar AS selama periode boom itu, angka pengangguran hanya 2,5% Pertumbuhan ini akibat perubahan yang terjadi dalam ekonomi dunia waktu itu, yang dikenal sebagai three lows yaitu rendahnya nilai dollar AS terhadap yen Jepang, rendahnya nilai suku bunga dunia dan rendahnya harga minyak. Di satu sisi Korea mulai mencoba membangkitkan ekonominya, park chung hi yang begitu otoriter dan pemerintahan otoriter yang dilanjutkan presiden berikutnya. Korea beradaptasi dengan negara di asia timur, bagaimana industri berkembang di cina dan Jepang Restrukturisasi investasi pada industri berat, yaitu kimia pada tahun 1980an mengakibatkan penyerapan perusahaan2 kecil dan menengah ke dalam perusahaan besar (chebol). Chebol juga dibantu oleh penundaan pembayaran kembali utang yang disponsori oleh pemerintah pinjaman darurat pengurangan khusus bunga. Akibatnya perekonomian menjadi semakin didominasi oleh konglomerat jeobol. Industri Korea secara khusus bergantung pada monopoli kapitalis asing yang pertumbuhan keuangannya baik. Perekonomian Korea tumbuh sedemikian rupa selama tahun 1980 an meningkatkan diferensiasi kelas di masyarakat Perekonomian Korea meningkat pesat pada tahun 1980an dan hal ini sangat berdampak pada munculnya perbedaan kelas-kelas pada masyarakat. Berdasarkan data tahun 1985, 1,4 populasi masyarakat termasuk ke dalam kelas kapitalis, 10,6 persen pada kelas menengah, 21,6 persen pada wiraswastawan, 23,9 persen adalah petani dan nelayan, dan 42,5 persennya adalah buruh. Struktur internal dari kelas pekerja pun berubah, 62% pekerja terhitung dalam buruh industri. Sebagian besar buruh industri tersebut bekerja pada industri kimia, banyak pabrikpabrik didirikan dan membuka lapangan pekerjaan kepada para tenaga kerja pria. Industri kimia ini mendukung kesuburan tanah di tahun 1980an.

Tetapi, dilihat dari segi petani, tren menuju kemiskinan semakin meningkat, petani golongan miskin mencapai angka 75%, petani kelas menengah 20%, petani yang mapan 23%, dan buruh pertanian sebanyak 2-3%. Kemiskinan semakin menjadi akibat masuknya produk-produk pertanian dari luar negri, kebijakan harga pangan murah, spekulasi lahan pertanian, dan monopoli harga kebutuhan pertanian seperti fertilisasi, pestisida, herbisida, dan alat-alat pertanian. Petani dikontrol dan dieksploitasi monopoli pihak kapitalis, baik dari dalam negri maupun dari luar negri. Pada akhirnya, di akhir 1980, terjadi gerakan pertanian untuk membela keadilan harga hasil mereka dan memberhentikan impor produk pertanian. Pada tahun 1980an terjadi pertumbuhan pada kelas menengah, termasuk pekerja kantoran, teknisi, pekerja umum, pengajar, pengerja kesehatan, dan peneliti. Mereka berperan sebagai agen-agen dari kaum kapitalis. Walaupun begitu merekapun turut berpartisipasi dalam gerakan-gerakan pembaharuan demokrasi, khususnya yang terjadi pada tahun 1987.

II. Persatuan Anti-Otoriterisme dan Perjuangan Masa pada tahun 1987

Krisis Konstitusi dan Pembentukan Front Anti-Otoriterisme Pemilihan umum pada tanggal 12 Februari 1985 membawa nafas baru bagi demokrasi di Korea. Pemilihan ini membawa pencerahan bagi masalah-masalah yang terjadi pada konstitusi yang sering diperdebatkan pada rezim Jeon. Masyarakat mendukung the New Korean Democratic Party (Sinhan Minjudung), kumpulan para politisi yang telah keluar dari pemerintahan yang militerisme dan partai oposisi utama. Partai ini mengikuti tuntunan rakyat dan terpanggil untuk melakukan reformasi konstitusi sehingga mendapat banyak dukungan dari masyarakat. Dalam tahap ini mereka mendapat dukungan dari gerakan demokrasi nasional dan para pendukung gerakan demokrasi kini bersatu untuk melawan pemerintahan militer yang diktaktor. Tetapi, rezim Jeon (Chun) menutup markas besar partai oposisi ini dan menekan gerakan-gerakan nasional demokrasi. Pada tahun 1986, Amerika pun mengumumkan Doktrin Reagan dan mulai untuk interfensi secara langsung. Mereka mensponsori AS tidak memberikan dukungan kepada

rezim militer tetapi tidak tampak secara langsung, ia memberikan dukungan kepada oposisi2, secara halus menginterferensi. Mereka berharap untuk melemahkan kemarahan rakyat dan menjaga pemerintahan yang pro-Amerika. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam atmosfer politik dalam negri tersebut memaksa rezim Jeon untuk mengabaikan tekanan-tekanan politiknya dan membahas mengenai reformasi konstitusi di rapat Nasional (National Assembly). Rezim mengusulkan sebuah sistem kabinet yang dapat menjaga legitimasinya. Tujuannya disini adalah untuk mencegah partai-partai oposisi untuk mereformasi dari luar konteks formal badan legislatif. Akhirnya, rezim berharap untuk mengakhiri koneksi antara partai oposisi dan pendukungnya dalam gerajakan nasional demokrasi. Rezim Chun ini berharap dapat memecahkan hubungan antara oposisi dan pendukungnya melalui gerakan demokrasi nasional yang sengaja dibentuknya. Gerakan nasional demokrasi kemudian merespon dengan mendirikan sebuah komite untuk demokrasi reformasi dengan dukungan dari partai oposisi. Pada saat yang bersamaan, pendukung gerakan ini tergerak untuk pemilihan presiden secara langsung. Pada 3 Mei 1986, massa berdemonstrasi di Incheon menuntu agar diadakannya pemilihan langsung presiden, pendirian pemerintahan yang demokrasi, dan mengusir pengaruh-pengaruh asing. Kekompakkan dari partai oposisi dan gerakan nasional demokrasi sedikit melemah dengan adanya manuver politik, seperti saat Jeon dan Yi Min mengungkapkan bahwa mereka akan bertemu dan berdiskusi akan kemungkinan pendirian konstitusi berdasarkan kabinet yang dipilih dari anggota Majelis Umum. Solidaritas antara partai oposisi dan gerakan dikuatkan kembali pada perlawanan rakyat besar-besaran pada bulan juni. Pada akhir 1980, konflik politik antara gerakan masa dan pemerintahan militer yang diktaktor terlihat seperti konflik antara demokrasi dan anti-demokrasi. Kuasa dari rezim militer semakin melemah seiringin dengan memuncaknya konlfik.

Perlawanan Rakyat di bulan Juni dan Perebutan Tenaga Kerja di bulan Juli, Agustus dan September Pergerakan nasional demokrasi semakin aktif, rezim Jeon merespon dengan tekanan yang kejam. 14 Januari 1987, aktivis Park Jong Cheol terbunuh. Meski disembunyikan dengan motiv kriminal, rezim Jeon keluar dengan proposal 13 Maret untuk melakukan

reformasi konstitusional. Semua orang Korea memanas ketika mereka mempelajari tujuan sebenarnya dari reformasi ini, semakin parah ketika pembunuhan Park Jong Cheol mulai mendapat titik terang. Pada tanggal 27 Mei beberapa cabang dari nasional demokrat bergerak bersama untuk memerangi demokrasi konstitusi. Pada tanggal 10 Juni partai keadilan demokrasi (Minju Jeonguidang) bertemu untuk membahas perjanjian kepemimpinan dan pemilhan No Taeu sebagai kandidat mereka untuk pemilihan presiden dengan konsitusi. Disaat yang sama semua anggota kongres bertarung untuk demokrasi konstitusi. Kongres ini disebut-sebut sebagai awal perkelahian proposal kontitusional pada 13 April, menggulingkan kediktatoran, merebut demokrasi konstitusi dan yang terakhir campur tangan Amerika terhadap politik Korea. 240.000 orang, pelajar maupun bukan, berkumpul diberbagai titik di 22 kota. Antusiasme yang besar untuk mengakhiri kediktatoran diberikan oleh struktur keorganisasian memalui pertemuan di katedral Myeongdong. hal ini mendapat pengaruh positif melalui pertemuan 18 Juni tentang larangan penggunaan gas air mata. Tanggal 26 Juni, pergerkan diperbolehkan untuk mengadakan pertemuan di 34 kota dan 4 negara terkait campur tangan politik. Pertemuan ini menghasilkan demostrasi besar-besaran yang melibatkan lebih dari satu juta pelajar dan rakya sipil yang ditujukan untuk aksi pada perlawanan rakyat di bulan Juni. Pada tanggal 19 Juni, Jeon, berharap dapat menipu massa untuk memperkuat kediktatoran, mengumumkan bahwa No Taeu akan mencalonkan diri melaui pemilihan presiden secara langsung. Disisi lain merupakan pukulan bagi beberapa organisasi yang terlibat dalam perlawanan rakyat di bulan Juni. Mereka tidak kehilangan hati,namun justru merubah kekuatan mereka melalui pemilihan presiden. Dengan beredarnya kabar tentang perlawanan rakyat di bulan Juni, para buruh memulai kembali pergerakan. Pemerintah militer, dipukul mundur oleh pemberontakan yang sangat besar, tidak dapat lagi mempertahankan keutuhannya. Para buruh mengambil kesempatan ini untuk mengajak yang lainnya. Peningkatan awal pada pergolakan buruh adalah berkumpulnya para pekerja Hyundai di Ulsan tanggal 5 Juli. Pemogokan mulai dilakukan oleh para pekerja di pabrik milik konglomerat dan sektor industri kimia. Skala sebesar ini membuat para pekerja pria dapat berhubungan satu sama lain dan memberikan hal positif terhadap peningkatan gerakan buruh. Di akhir Juli kerusuhan menyebar hingga pabrik milik konglomerat di daerah Busan dan pada bulan Agustus menyebar hingga seluruh

wilayah industri di Changwon. Selama demonstrasi, Yi Seokkyu, pekerja dari Daewoo Shipbuilding (pabrik pembuat perahu) di Okpo, meninggal akibat kaleng gas air mata. Di hari pemakamannya, pemogokan meningkat pada level tertinggi dengan lebih dari 200 tempat kerja baru mengalami pemogokan, meningkat hingga 759 tempat kerja yang mengalami pemogokan. Supir taksi melakukan pemogokan di Ulsan dan Gwangju dan pemogokan mereka menjadi awal sebagai pemogokan yang lannya. Penambang pun melakukan pemogokan. Pemogokan para penambang Donghae dimulai tanggal 16 Juli dan menyebar dengan cepat ke seluruh bagian di Korea hingga 127 tempat kerja. Saat bulan Agustus, jalanan yang mengarah ke daerah pertambangan di Taebaek dan Mungyeong ditutup. Antara bulan Juli dan September, para pekerja berjuang untuk menyebar ke lebih dari 4000 tempat kerja. Waktu keseluruhan untuk melakukan pemogokan oleh seluruh partisipasi mencapai lebih dari 2 juta hari, membuat hal ini menjadi pemogokan terbesar di sejarah Korea. Kondisi ini memberikan kesempatan besar kepada pergerakan nasional demokrasi yang sebelumnya diambil alih oleh para pelajar. Setelah kerusuhan buruh yang terjadi antara bulan Juli dan September 1987, para pekerja mengambil alih pergerakan, menjadi kepala agen transformasi sosial. Saat kampanye pemilihan presiden, nasional demokrasi bertarung untuk mengakhiri kediktatoran militer dan mendirikan pemerintah yang demokrasi. Bulan September, rezim militer berharap untuk memperkuat kekuatannya, meningkatkan tekanan terhadap para pelajar. Tapi justru tidak berpengaruh,. Tanggal 16 Desember pemilihan presiden semakin dekat, semua berjaung untuk mengakhiri kediktatoran dan mendirikan pemerintah yang demokrasi. Pelajar dan pemimpin rohaniawan mengatur komite pengamat untuk mencegah kekerasan dalam pemilihan presiden. Tetapi, pergerakan terpecah dikarenakan

ketidaksetujuan calon presiden dari pihak pergerakan demokrasi. Akibatnya mereka gagal untuk mewujudkan kabinet yang netral. Saat pemilihan presiden, pemerintah militer menggunakan taktik curang untuk memecah oposisi. Mereka juga menggunakan taktik anti-nasionalisme. Hasilnya, kadidat dari partai keadilan demokrasi, No Taeu, mampu menang dengan 36 persen suara. Segera setelah pemilihan umum, berbagai kejahatan mulai menemukan titik terang, termasuk bantahan akan suara abstain, penukaran kotak suara dan pemalsuan hasil pemilihan umum. Pergerakan

nasional demokrasi membuktikan ke seluruh penjuru negeri bahwa pemilihan umum batal. Pemerintah militer pun menmadamkan pergolakan.

III.

Transformasi

system

politik

dan

perkembangan

pembangunan demokrasi nasional

Administrasi No Taeu Pemerintahan No Taeu berharap dapat memperluas dukungannya yang dikenal dengan the clearing away of authoritarian rule dan democratic reform. Kebijakan alternatifnya menggunakan teknik penindasan dan bersifat mendamaikan berhasil dalam beberapa tingkat untuk mendapatkan dukungan kelas menengah dan mengisolasi pergerakan demokrasi nasional . masyarakat melanjutkan mengadakan abolisi (penghapusan) seperti pada hukum anti-demokrasi sebagai alat penindasan seperti badan inteligen pusat korea atau pasukan penjahat Helm Putih. Kampanye lainnya untuk perlindungan hak pekerja dan petani. Panggilan ini sebagian besar diabaikan. Pemerintahan No Taeu memperlunak sikapnya terhadap pemerintah yang dikendalikan, membayar upah yang rendah, mendorong kepemilikan saham karyawan dan membuat dana pensiun umum. Pendekatan korporatis untuk control serikat yang digambarkan sebagai New Labour-Management Relations. Tapi kebijakan ini hanya sebuah parody reformasi. Pemerintahan No terus menggunakan sebuah ideology perjuangan dan penindasan fisik terhadap serikat demokrasi dan federasi buruh. Arah dasar dari kebijakan agrikultur No Taeu adalah untuk membangun sebuah administrasi agrikultur yang terbuka yang sesuai dengan ekonomi terbuka. Pemerintahan No Taeu berpendapat legasisasi praktek umum penyewaan pertanian dan untuk mendukung pendapatan petani menengah. Kedua kebijakan itu memberikan persetujuan pemerintah untuk mengontrol dan mengeksploitasi petani oleh pihak asing dan monopoli pemodal domestic. Sebagai hasilnya agricultur kembali dan produktivitas pekerja pedesaan menurun drastic. Administrasi No Taeu menenangkan kelas menengah melalui kebijakan perumahan dan sebuah national share-holding policy, melanggar solidaritas mereka dengan gerakan

popular. Pemerintah mencoba untuk meyakinkan mereka bahwa solusi untuk permasalahan dalam struktur social tidak terletak pada usaha kelompok namun pada tingkat individu. Selain itu pemerintahan No menggunakan Seoul Olimpiade 1998 sebagai alat propaganda untuk memperluas dasar politiknya dan meningkatkan gengsi nasional. Pembunuhan massal di Gwangju dan korupsi administrasi Jeon Duhwan secara luas dibahas berkat diadakannya sidang di majelis nasional pada November. Diskusi kegiatan ini mengingatkan masyarakat secara jelas bahwa kediktatoran militer telah menghancurkan pengembangan alami sejarah (natural development of history ---bener g sih---). Pergerakan demokrasi nasional merebut kesempatan untuk menerukan pengunduran diri segera Jeon, No, dan para pendukungnya serta penghaousan partai demokrasi keadilan. Pada 28 desember 1988, pemerintahan No mengumumkan niatnya untuk mempertahankan system yang ada. Mengikuti deklarasi ini, dia mengikutsertakan dalam skala besar tindakan penindasan terhadap pergerakan nasional democrat. Berharap untuk melindungi kekuatan politiknya, rezim gabungan : partai demokrasi keadilan, partai demokrasi gabungan (tongil minjudang), dan partai demokrasi keadilan baru (siminju gonghwadang) untuk membentuk partai demokrasi liberal (minju jayudang) di januari 1990. Dengan gabungan tiga partai ini rezim No mampu untuk menjungkirbalikkan hasil pemilihan umum dimana partai demokrasi keadilan mendapatkan sedikit kursi. Partai baru faktanya mengendalikan majelis nasional. Dalam administrasi ini melanggar prinsip demokrasi dasar dalam mematuhi hasil pemilu . dan itu akhirnya adalah sebuah upaya untuk menolak kenaikan kemajuan sejarah.

Restrukturisasi dan Pembukaan Ekonomi Pemerintahan No berharap untuk bisa mengharmonisasikan kebijakan ekonomi dengan struktur baru ekonomi internasional Asia-Pasifik yang berpusat pada Amerika, membuka ekonomi dan merestrukturisasi sektro industry. Korea Selatan yang pada saat itu sangan bergantung pada ekonomi luar negeri butuh untuk menginternasionalisasikan produk dan keuangannya sebelum dapat mempertimbangkan restrukturisasi industry. Administrasi No membuka pasar domestic sehingga pada tahun 1991 hampir 97,2 persen dari pasar untuk kebutuhan konsumen telah dibuka untuk impor. Hal ini memiliki efek yang kuat terhadap keuangan dan pelayanan serta secara substansial akan meningkatkan investasi dalam ekonomi

domestic dengan perusahaan multi nasional. Kapitalis asing menerima kebebasan penuh untuk membangun perusahaan, mengimpor teknologi serta modal beredar melalui pembiayaan dan kredit. Mereka juga mampu untuk mengatur perusahaan, memiliki saham, bahkan mereka mengirimkan keuntungan mereka. Pemerintahan No bekerja sama dalam restrukturisasi industry dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik di akhir era Three Low. Pemerintah juga ikut campur dalam manajemen perusahaan yang memiliki pengelolaan yang buruk. Intervensi negara meliputi perubahan lini produk, relokasi bisnis, dan peningkatan investasi dalam industry dengan teknologi yang tinggi. Restrukturisasi ini dipaksakan oleh banyak factor dalam dan luar negeri. Negara maju mencoba untuk mencegah transfer teknologi ke luar negeri dengan menuntut biaya yang tinggi. Perusahaan dalam negeri melanjutkan untuk lebih focus dengan perusahaan yang kurang produktif sebagai spekulasi real estate. Restrukturisasi meningkatkan peran perusahaan multinasional melalui investasi langsung, joint-ventures, import teknologi, dan import modal inti. Hasil dari keuntungan tersebut meningkat namun secara structural sangat tergantung pada Negara luar. Pemodal monopoli memperpanjang kekuatannya untuk memperoleh control satu setengah dari Negara pemodal. Karena mereka tidak mampu untuk memperbarui kecenderungan premodernisasi mereka namun secara struktural ekonomi pun terus menjadi aman. Restrukturisasi juga meliputi usaha untuk mengotomatisasikan produksi dan mengurangi ketergantungan pada buruh manusia. Pengangguran dan ketidakamanan kerja meningkat sebagai akibat dari kekuatan managemen yang berhadap-hadapan dengan pihak buruh. Dikarenakan tidak ada system untuk kompensasi di tempat maka beban restrukturitasi dilakukan oleh produsen.

Kemajuan dalam Rundingan Utara-Selatan Pada tahun 1998 ajakan mahasiswa untuk mengadakan pertemuan antara mahasiswa dari Korea Utara dan Selatan memperoleh dukungan yang cukup baik. Dalam tanggapannya pemerintahan No mengeluarkan deklarasi 7 Juli yang menyatakan bahwa Korea Selatan dan Utara adalah rekanan. Pada tahun selanjutnya rezim tersebut juga mengumumkan usulan penyatuan dengan meyakini bahwa waktunya telah tiba bagi Korea Selatan untuk melakukan perjanjian dengan Korea Utara. Korea Selatan yang telah mengembangkan ekonominya

dengan relatif baik, runtuhnya sistem ekonomi sosialis serta pendekatan diplomatis yang baik dari pihak Korea Selatan terhadap negara-negara sosialis seperti Uni Soviet dan Cina dapat dilihat sebagai dasar yang baik dalam memulai perundingan dengan Korea Utara. Usulan pemerintah mengenai penyatuan kembali dilakukan setelah pertama-tama memahami sistem pemerintahan yang ada di Korea Selatan dan Utara dan kemudian meminta pihak Amerika Serikat, Cina, Uni Soviet dan Jepang untuk turut memahami adanya pemerintahan yang terpisah tersebut. Hanya apabila hal tersebut terwujudlah mereka bisa bersatu sebagai satu negara. Usul tersebut tidak menghiraukan adanya kebutuhan untuk pelucutan serta gencatan senjata, selama kesempatan untuk menjadikan Federasi Korea Utara dan Selatan masih ada. Hal tersebut merefleksikan adanya usaha untuk menyatukan kembali yang populer. Pada 10 Oktober 1980 Korea Utara mengajukan untuk mendirikan lembaga federasi demokrasi di kedua Korea. Ini termasuk asumsi demokrasi social, keputusan perjanjian damai, dan eliminasi pengaruh Amerika. Korea Utara mengalami kesulitan karena runtuhnya sosialisme di Eropa Timur, pembubaran Uni Soviet, bertambahnya kekuatan aliansi militer Korea Selatan-Jepang-Amerika, dan tekanan denuklirisasi. Karena itu Korea utara mencari kesepakatan dengan cara damai dengan Korea Selatan dan pemutusan hubungan dengan militer Amerika. Pada 18 september 1991, Korea Utara dan Korea Selatan memasuki PBB, mengurangi ketegangan militer diantara kedua Korea dan membuka pintu kerja sama diantara keduanya.

Perkembangan pergerakan demokrasi nasional. Pada pemilihan umum 26 April 1988, partai oposisi menjadi mayoritas dalam majelis nasional dan berbagai pergerakan terkenal, mendapatkan saluran pergerakan untuk aktivitas mereka. Di tahun 1987, pergerakan agraria terlibat dalam pergerakan-pergerakan pengembangan tanah agrikultural dan penghapusan pajak air. Pada 1988, para petani terlibat dalam pergerakan melawan impor barang agricultural. Pergerakan ini berubah menjadi protes yang membuat mereka menutup rumah dan menghentikan operasi penjualan di jalan selama Olimpiade. Kelompok pelajar mengungkapkan perlawanan mereka terhadap olimpiade yang hanya dilakukan di satu Korea. Mereka meminta agar olimpiade dilakukan di kedua Negara agar para pelajar dari kedua Korea bisa menghadiri konferensi.

Pada November 1989, federasi nasional untuk orang miskin ( , Jeonguk Binmin Yeonhap) terbentuk. Dewan nasional dari persekutuan buruh dibentuk pada bulan Januari 1990. Serikat pergerakan agraria dibentuk menjadi Federasi Kerjasama Agrikultural Nasional ( , Jeonguk Nongminheo Chongyeonmaeng), ketika pertentangan dari kelas bawah dimulai untuk menghentikan konspirasi diktator mengenai Partai Demokrasi Liberal dan melindungi hak asasi manusia. Pada 9 Mei 1990, kerjasama aktifis berkembang dalam panggilan untuk pembubaran Partai Demokrasi Liberal dan pengunduran diri No Taeu. Pergerakan demokrasi national, yang mulai berkurang pada akhir 1990, kembali berkembang ketika seorang murid, Gang Gyeongdae, terbunuh oleh polisi pada demonstrasi. Para demokrasi nasionalis dan partai oposisi bersatu untuk menuntut pembunuh Gang Gyoengdae dan meminta surat pengunduran diri dari pemerintahan yang fasis. Dari bulan May sampai Juni pergerakan ini berkembang hingga 90 lokasi dimana jutaan mahasiswa, pekerja, petani dan masyarakat berpartisipasi dalam pergerakan besar ini. Kejadian ini ditandai sebagai partisipasi massa yang terorganisir. Hal ini menciptakan solidaritas demokrasi melalui penyatuan untuk melawan dalam pergerakan demokrasi nasional. Meskipun mendapatkan dukungan dari kelas bawah, pergerakan ini masih tergantung pada kepemimpinan mahasiswa. Lebih lanjut, gerakan ini tidak dapat menghapus sepenuhnya pembagian yang ada dengan pergerakan demokrasi nasional dan gagal untuk menetapkan pemimpin demokrasi untuk pemilihan selanjutnya. Kemungkinan untuk mendirikan pemerintahan demokrasi dengan demikian menurun. Federasi nasional untuk unifikasi demokrasi dibentuk untuk menangani masalah ini, menempatkan kelas bawah didepan dan merupakan organisasi pertama yang mengakomodasi masyarakat, tanpa mempedulikan kelas.

IV. Transformasi hebat dalam sejarah dunia dan tema kontemporer.

Perubahan dalam sistem internasional

Mengikuti pembagian negara, sistem politik Korea utara dan selatan tertarik dalam arah yang berlawanan karena Uni Soviet dan Amerika. Korea mengalami bencana dari adanya perang antara Uni Soviet dan Amerika dan menjadi terisolasi dari komunitas internasional. Kondisi ini mencegah Sejarah Korea untuk berkembang dengan benar dan penjenisan terutama dalam pembagian nasional dan konflik antar kelas. Pergerakan demokrasi nasional melawan secara terus menerus untuk melalui sistem perang dingin dan memulihkan kemajuan Sejarah Korea sebagaimana seharusnya. Pada 1980, pergerakan gabungan anti-otoriter dan anti-orang asing terjadi dengan intensitas yang belum pernah terjadi. Sejak merdeka, Korea menjadi ajang pergerakan demokrasi nasional yang memperdulikan sistem perang dingin dan memperbaiki sejarah korea. Pada 1980, massa bergerak melawan kediktatoran militer dan untuk persatuan dengan kekuatan yang dulu tidak diketahui. Pada masa yang sama, pergerakan reformasi social ini berkembang di Korea, Dunia sendiri sedang mengalami transformasi radikal. Pada 1985, Mikhail Gorbachev menjadi sekretaris umum Uni soviet. Dibawah rezimnya, masyarakat Soviet menjadi terbuka dan baik, Eropa Timur bergerak menuju era paska sosialisme, menyatu dengan Jerman, dan persatuan republic sosialis Soviet runtuh. Meskipun perubahan ini hanya terjadi selama 3-4 tahun, mereka merubah dunia melalui cara revolusi dengan membawa dan mengakhiri ideology pembagian Timur-Barat dalam masa perang. Selama perang dingin berlangsung, Uni Soviet dan negara-negara sosialis lainnya di Eropa Timur yang telah menjadikan komunisme sebagai suatu nilai yang ortodoks, menjadi gagal seiring berjalannya waktu. Mereka tidak mampu untuk beradaptasi agar dapat cocok dengan berbagai perubahan yang terjadi dari abad 19 ke abad 20. Sebagai dampaknya, mereka tidak dapat mencegah munculnya berbagai gerakan yang mengharapkan adanya perubahan yang revolusioner di dalam masyarakat. Keberlangsungan rezim sosialis menjadi semakin buruk, terlebih ketika tidak dapat bersaing dengan negara-negara kapitalis dari Barat. Negara bersistem kapitalis menguasai pemerintahan dari kelas kapitalis,

memperkuat system yang mendominasi dan saling bergatung satu sama lain. Di sisi lain, kompetisi terbuka terbukti meningkatkan produktivitas. Rezim kapitalis berhasil mengatur masyarakat mereka secara efektif. Nilai kesejahteraan bersama yang diagungjkan oleh kaum sosialis menjadi tidak berdaya ketika dihadapkan dengan system kapitalis.

Bagaimanapun, kejatuhan ideologi komunis di Jerman bahkan di Rusia, belum menjadi suatu poin yang menunjukkan kemenangan ideologi kapitalis yang dimiliki negaranegara kapitalis. Kekuatan system kapitalis berasal dari adanya eksploitasi pekerja. Sudah sewajarnya kita juga dapat menghargai ide-ide sosialis sebagai bagian dari sejarah perkembangan kehidupan manusia. Pada hari-hari ini, manusia cenderung kehilangan nilainilai kemanusiaannya seperti apa yang dahulu dicari. Masyarakat Korea Selatan juga dapat belajar dengan melihat sejarah revolusi komunisme di Uni Soviet dan kegagalankegagalannya. Kejatuhan ideologi sosialis yang dimiliki oleh Uni Soviet meninggalkan dunia kedalam tataan yang baru dimana Amerika mendominasi pasar internasional. Konflik yang terjadi diantara ideology Barat-Timur yang saling berseberangan telah berganti menjadi kesenjangan ekonomi diantara negara-negara yang pernah menganut komunisme terhadap negara-negara kapitalis. Konflik yang terjadi setelah perang dingin juga berkembang menjadi konflik yang dimiliki negera-negara berkembang terhadap negara-negara yang sudah maju. Sejarah Korea memiliki berbagai macam kesempatan untuk berubah dan menuliskan sejarah baru ketika memasuki abad 20. Pangaturan kembali tata dunia memberikan peluang yang besar untuk masyarakat korea dapat berkembang. Korea dapat belajar melalui berbagai macam sejarah yang baik maupun yang buruk dari masa lalu. Negara-negara Eropa Timur pada akhirnya dapat melepaskan diri dari pemerintahan yang dictator dan beralih kepada pendirian pemerintahan yang demokratif. Di saat yang sama Korea diperhadapkan pada kesempatan yang sama untuk dapat berhasil.

Tema Sejarah Kontemporer Kegagalan Korea untuk membuat kemajuan seiring dengan berjalannya waktu serta adanya interferensi dari pihak asing telah menghambat dan memutarbalikkan sejarah mengenai perkembangan kemerdekaan Korea. Sekarang ini adalah waktunya untuk menanggulangi sejarah yang telah terputarbalikkan dan membangun masyarakat baru. Perjuangan massa berkembang dengan pesat dalam periode kontemporer seiring dengan bertumbuhnya kesadaran mengenai hak-hak manusia serta adanya perkembangan dalam pergerakan persatuan buruh. Pada masa itu kepemimpinan yang dapat memimpin dan menyatukan pergerakan massa sangatlah dibutuhkan. Saat adanya perjuangan massa pada

Mei-Juni 1991, pusat pergerakan tersebar dengan sangat luas. Masyarakat, termasuk petani, pekerja, pelajar dan kaum intelektual, menyediakan organisasi kepemimpinan yang dapat membantu mengasuh para pekerja sukarela serta membantu organisasi-organisasi kecil sehingga dapat menjadi satu pergerakan reformasi yang handal. Dalam periode yang sama juga terlihat banyak contoh usaha untuk menggunakan prinsip-prinsip ilmiah untuk mendorong pergerakan demokrasi nasional. Sejak pertengahan 1980an usaha untuk merasionalisasikan pergerakan secara ilmiah menjadi perdebatan karena berkenaan dengan perangai masyarakat Korea. Di periode yang sama dapat dilihat adanya pertumbuhan dari badan independen dan penelitian terapan dalam transformasi social. Hal tersebut menyatakan bahwa adanya beasiswa yang diberikan untuk kaum miskin telah menghalangi adanya pertumbuhan sejarah sekalipun ada banyak nyawa yang dikorbankan. Beasiswa yang diberikan oleh negara berkembang dalam konteks adanya pengaruh asing dan tekanan kediktatoran sehingga hanya diberikan untuk merasionalisasikan struktur social yang terkarakterisasi dari adanya ketidaksamaan dan comprador capital (pembeli modal). Para orang terpelajar yang progresif telah aktif dalam menata ulang jangkauan dari beasiswa yang diterima sebagai respon terhadap tren perkembangan yang ada di sejarah dunia. Hal tersebut telah menjadi dasar di dalam disiplin ilmu sejarah, sosiologi, ekonomi, filsafat, ilmu politik dan studi perempuan dalam hal demokratisasi dan penyatuan bangsa. Di masa lalu, perkembangan historis Korea telah terikat dengan prasangka yang sangat tidak ada arti serta hubungannya. Mereka telah merasa puas sehingga dapat dengan mudah membatasi diri sesuai dengan kerangka dari prasangka yang telah dimilki. Sebagai hasilnya bangsa Korea telah gagal untuk mengerti perubahan dalam sejarah dunia atau berpartisipasi dalam perkembangan social dengan mandiri. Mereka belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan tantangan dari sebuah era yang baru. Sejarah hanya akan berkembang apabila kita melepaskan diri kita masing-masing dari peraturan kuno dan ortodoks yang tidak berarti. Dengan adanya perkembangan massa sebagai agen dalam perubahan sejarah dan pembentukan organisasi kepemimpinan yang dibutuhkan serta yayasan ideologis, sejarah Korea sekarang ini berada tepat diatas titik balik. Banyaknya tuntutan untuk reformasi yang diberikan oleh rakyat, bersamaan dengan transformasi sejarah dunia, memberikan situasi yang memperbolehkan adanya perkembangan yang sangat penting bagi sejarah Korea. Sekarang ini masyarakat Korea telah dapat membuat demokrasi berdasarkan instansi massa

dan dapat mengatasi adanya kontradiksi dalam pembagian bangsa/negara. Seluruh pencapaian tersebut akan mewakili penyempurnaaan dari sejarah kemerdekaan nasional yang lebih lengkap. Sejarah demokratisasi dan persatuan akan dibuat melalui eliminasi dari para anti-nasionalis, anti demokrasi dan penghapusan adanya bekas dari eksploitasi asing. Dengan adanya pengekangan talenta yang dimiliki oleh masyarakat dan rakyat Korea juga akan dapat berpartisipasi dalam sejarah dunia dengan harga diri yang tinggi.

You might also like