You are on page 1of 11

ANALISIS USAHATANI TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao.

L ) DI KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan ekonomi dilakukan melalui berbagai sektor, salah satunya adalah disektor pertanian. Sektor pertanian dalam arti luas menurut Mubyarto (1989 ) mencakup pertanian rakyat, perkebunan yang meliputi perkebunan rakyat, kehutanan, peternakan dan perikanan yang terdiri dari perikanan darat dan perikanan laut. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, serta mengisi pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga mampu meningkatkan dan menganekaragaman hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah. Meskipun peranan sektor pertanian secara relatif semakin berkurang karena terjadinya proses transpormasi struktural perekonomian nasional akibat keberhasilan pembanguan ekonomi yang dicapai namun sektor pertanian akan tetap memegang peranan yang sangat penting dalam struktur pertanian nasional, hal ini dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Broto Indonesia tahun 2005 sebesar 1.749,5 triliun, dimana 13,40 % berasal dari sektor pertanian ( Anonim, 2005 )

Pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun 1975. Meningkatnya usaha dibidang pembudidayaan tanaman kakao ini telah dapat meningkatkan hasil devisa bagi negara melalui melalui ekspor dan mendorong ekonomi daerah terutama daerah pedesaan. Tahun 2005 tercatat luas perkebunan kakao di Indonesia 809.300 ha dan eksport kakao Indonesia sebanyak 539.600 ton (Anonim, 2005). Di Provinsi Sumatera Barat, mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bercocok tanam, hal ini terlihat dari luas Provinsi Sumatera Barat 42.297.300 ha, dimana 603.263 ha merupakan lahan pertanian dan lahan perkebunan 85.188 ha. Jumlah penduduk Sumatera Barat tahun 2006 sebesar 4,53 juta, dimana 70 % diantaranya adalah bermata pencaharian bertani, dan 60 % diantaranya adalah petani perkebunan (Anonim, 2006) Sebagai daerah yang telah ditetapkan menjadi sentra produksi kakao wilayah barat, sudah saatnya Provinsi Sumatera Barat memacu diri untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan produksi yang tinggi. Saat ini produksi kakao di Provinsi Sumatera Barat baru mencapai 14-15 ribu ton, dan ini masih kurang untuk permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Kakao dari Provinsi Sumatera Barat bermutu baik dan mutunya berimbang dengan kakao yang berasal dari Negara Ghana dan Pantai Gading, tapi sayangnya tidak semua petani melakukan fermentasi, sehingga mutu kakao dari Indonesia termasuk Sumatera Barat kalah bersaing dengan negara yang lebih dahulu mendapatkan tempat di kalangan negara pengimport kakao, seperti Negara Ghana dan Pantai Gading. Untuk merobah pola pikir tersebut, maka sudah saatnya Provinsi Sumatera Barat mengambil bagian dalam mengisi pasar domestik maupun

luar negeri, agar bisa dilirik dunia internasional. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu melalui pengembangan dan pembinaan yang berkelanjutan dari segala unsur yang terkait, diantaranya dengan melakukan pembinaan melalaui penyuluhan, analisis dan pengkajian mengenai budidaya tanaman kakao, sehingga bisa meningkatkan produksi tanaman kakao di Provinsi Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Sijunjung. Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu sentra produksi

perkebunan rakyat di Sumatera Barat, salah satu komoditi perkebunan yang menonjol adalah tanaman kakao. Menurut Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Kabupaten Swl/ Sijunjung tahun 2008, tanaman kakao terdapat hampir disemua kecamatan di Kabupaten Sijunjung, salah satunya adalah Kecamatan Lubuk Tarok yang juga sentra produksi kakao di Kabupaten Sijunjung. Luas perkebunan kakao di Kabupaten Sijunjung tahun 2008 adalah 417 Ha dengan produksi 520 ton, sedangkan di Kecamatan Lubuk Tarok luasnya 82 Ha dengan produksi 56 ton (Anonim, 2008). Hasil ini sungguh jauh dari yang diharapkan, dimana optimalnya produksi tanaman kakao 2 - 4 ton/ ha ( Siregar, dkk, 2006 ) Bagi keluarga petani, mereka mengusahakan tanaman kakao sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan seharihari. seluruh hasil ditujukan untuk dijual. Usahatani kakao yang diusahakan petani di Kecamatan Lubuk Tarok, masih merupakan usahatani rakyat yang pengusahaannya masih secara konvensional. Kebun kakao yang sudah ada perawatannya kurang maksimal, secara umum keadaan kebun kakao di Kecamatan Lubuk Tarok tidak dilakukan pemangkasan dan pemupukan.

Dalam pengolahan hasil tidak dilakukannya fermentasi, pengolahan hasil yang dilakukan secara sederhana yaitu berbentuk biji kering yang

kemudian disalurkan ke pasaran yang ada di kecamatan dan Kabupaten, bahkan sampai ke provinsi. Karena tidak dilakukannya fermentasi sehingga mutu kakao dari Kecamatan Lubuk Tarok kurang baik, sehingga harga jual yang diterima petani juga rendah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dirumuskan masalah : 1. Masih rendahnya tingkat penerimaan dan keuntungan yang diterima oleh petani kakao di Kecamatan Lubuk Tarok. 2. Masih kecilnya ratio penerimaan atas tenaga kerja usahatani tanaman kakao di Kecamatan Lubuk Tarok. 3. Masih kecilnya ratio penerimaan atas modal usahatani tanaman kakao di Kecamatan Lubuk Tarok. Dengan adanya rumusan masalah tersebut diatas maka penulis melakukan pengkajian dengan judul Analisis Usahatani Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L) di Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung C. Tujuan Pengkajian Pengkajian ini bertujuan untuk : 1. Menghitung pendapatan usahatani petani tanaman kakao di Kecamatan Lubuk Tarok. 2. Menghitung besarnya ratio penerimaan atas tenaga kerja usahatani tanaman kakao.

3. Menghitung besarnya ratio penerimaan atas modal usahatani tanaman kakao D. Manfaat Pengkajian Dengan adanya pengkajian ini diharapkan ada beberapa manfaat antara lain : 1. Sebagai bahan informasi awal bagi petani kakao mengenai usahatani kakao di daerah pengkajian. 2. Dapat memberikan gambaran pelaksanaan usahatani kakao didaerah pengkajian sehingga dapat diketahui faktor pendorong atau

penghambat dalam pelaksanaannya. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan dan pengembangan usahatani kakao di Kecamatan Lubuk Tarok. II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pengkajian analisis usahatani tanaman kakao ini dilaksanakan dari tanggal 16 Maret 2010 sampai dengan 15 Mei 2010, di Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. B. Metode Kajian

Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode survey. Metode survey merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan-keterangan secara faktual, baik dari institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nasir, 2003) C. Teknik Pengambilan Sampel Untuk mendapatkan sampel digunakan teknik juggeming

sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Diketahui berdasarkan survey, jumlah petani kakao di Kecamatan Lubuk Tarok 359 orang (populasi). Menurut Soeharto (1989) populasi yang lebih dari 100 orang yang tingkat homogenitasnya tinggi dapat digunakan sampel sebesar 15 %. Jadi sampel diambil 15 % dari 359 orang, sehingga jumlah sampel keseluruhan 54 orang yang tersebar di enam nagari di Kecamatan Lubuk Tarok dengan kriteria luas lahan 0,25 2 Ha. Karena keterbatasan waktu dan dana, penulis melakukan analisis usahatani tanaman kakao ini cuma sampai tahun kelima, dengan alasan rata-rata umur tanaman kakao di kecamatan Lubuk Tarok berkisar antara 5 - 7 tahun D. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam pengkajian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani sampel berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya dan pengamatan langsung dilapangan. Kuisioner disajikan pada Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian seperti BPS, Dinas Tanaman Pangan

dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung, Kantor UPTB-BPP Kemasyarakatan Kecamatan Lubuk Tarok, Kantor Camat Lubuk Tarok dan Kantor Wali Nagari Latang. Adapun data primer yang dikumpulkan adalah data dari petani sampel yaitu : a. Identifikasi petani yang akan memberi informasi mengenai nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta jumlah tanggungan keluarga. b. Informasi lahan usahatani, berupa luas areal tanam, lokasi, jarak dari rumah ke pasar, status lahan, pola tanam, dan pengairan c. Informasi teknik budidaya, meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pasca panen dan permasalahannya. d. Informasi input yang digunakan, meliputi pemakaian dan pengadaan bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja. e. Informasi biaya-biaya, meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat, tenaga kerja, biaya pengolahan tanah, biaya penanaman, biaya

pemupukan, biaya penyiangan, biaya panen, nilai sewa lahan, pajak bumi dan bangunan f. Jumlah Produksi dan harga jual tingkat petani Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi, 1. Keadaan umum daerah penelitian meliputi geografi, topografi dan demografi 2. Perkembangan luas tanam, luas panen dan produksi tanaman kakao 3. Data pendukung lainnya. E. Variabel Yang Diamati

Berdasarkan tujuan pengkajian ini, maka variabel yang akan diamati adalah : 1. Untuk mengetahui teknik budidaya kakao yang dilakukan oleh petani maka variabel yang diamati meliputi : a. Kultur teknis budidaya kakao mulai dari persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta pemanenan dan pasca panen. b. Sarana produksi yang digunakan berupa lahan, jumlah dan jenis benih/ bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. 2. Untuk menganalisis usahatani untuk melihat tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dari usahatani kakao, maka variabel yang diamati adalah : a. Penerimaan yang meliputi jumlah produksi kakao yang diperoleh petani (kg) dan harga jual kakao ditingkat petani (Rp) b. Biaya total yang terdidiri dari : (1) Biaya yang dibayarkan, yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam proses produksi serta biaya sewa lahan, biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan (pestisida), biaya tenaga luar keluarga dan pajak lahan. (2) Biaya yang diperhitungkan, yaitu biaya yang diperhitungkan atas tenaga kerja dalam keluarga, bunga modal, sewa lahan milik petani dan biaya penyusutan peralatan. F. Analisis Data 1. Data Kuantitatif a. Besarnya Pendapatan Usahatani/ Tahun

Menurut Hadisapoetro (1973), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang telah dibayarkan (tunai) selama proses produksi, secara matematis : Yi = (Xi.Hxi) Bt Dimana : Yi Xi Hxi Bt : Pendapatan usahatani (Rp)/ periode 5 tahun : Jumlah produksi (kg)/ periode 5 tahun : Harga jual produksi (Rp/kg)/ periode 5 tahun : Biaya tunai (Rp)/ periode 5 tahun

b. Besarnya Tingkat Keuntungan Usahatani Menurut Hadisapoetro (1973), keuntungan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total, Biaya total adalah seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi, biaya ini terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan yang terdiri dari, biaya sarana produksi, tenaga kerja luar keluarga, pajak, sewa tanah dan transfortasi, sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga, bunga modal milik petani dan sewa tanah. Ki = (Xi . Hxi) BT Dimana : Ki Xi Hxi BT c. : Keuntungan usahatani (Rp)/ periode 5 tahun : Jumlah Produksi (kg) periode 5 tahun : Harga jual produksi (Rp/ kg)/ periode 5 tahun : Biaya total (Rp) / periode 5 tahun

Rasio Penerimaan Atas Tenaga Kerja

Menurut Suryana (1981) perhitungan ratio penerimaan atas tenaga kerja merupakan perbandingan nilai penerimaan dengan total tenaga kerja yang digunakan. Penerimaan ini adalah penerimaan kotor selama satu musim tanam dikurangi dengan biaya selain biaya tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah hari kerja yang digunakan selama satu musim tanam.
Penerimaan Biaya selain biaya TK

Ratio ------------------------------------------------Jumlah TK yang digunakan

penerimaan

atas

tenaga

kerja

Satuan yang digunakan untuk penerimaan atas tenaga kerja adalah rupiah perhari orang kerja ( Rp/ HOK ) d. Rasio Penerimaan Atas Modal Menurut Suryana (1981), ratio penerimaan atas modal merupakan perbandingan antara nilai penerimaan kotor dengan jumlah modal yang dikeluarkan. Modal dimaksud adalah jumlah modal yang dibayarkan selama proses produksi (biaya tunai). Dalam perhitungan dapat digambarkan sebagai berikut :
Penerimaan Ratio Penerimaan atas modal =

Jumlah Biaya Tunai

2. Data Kualitatif a. Teknis budidaya kakao akan digambarkan secara diskriftif kwalitatif dengan pelaksanaan yang dilakukan petani. Budidaya tanaman kakao dimulai dari pengolahan tanah sampai panen. b. Pengidentifikasian masalah yang dihadapi petani dalam melakukan usahatani kakao akan digambar secara diskriktif kualitatif dari tingkah laku dan pola usahatani yang ditemui dilapangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN

You might also like