You are on page 1of 51

KIMIA DASAR

PAPER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kimia Dasar

Oleh Euis Encar NIM : 41032151 11 1016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

Pada zaman yunani kuno komia itu dianggap ilmu yang gelap, oleh karena itu diberi nama chemis (gelap) dan di absahkan oleh ilmuan barat dengan nama chemistry sesuai perkembangan ilmu pengetahuan. Kimia sangat erat hubungannya dengan pengukuruan dan perhitungan (stoikhiometri).
Sumber Ilmu (Allah SWT)

Ilmu syahadah (40%) yaitu ilmu sebab akibat

Ilmu ad-din (60%)

Ilmu kimia Ilmu fisika Ilmu biologi Ilmu geologi Ilmu terapan IPTEK

Ilmu tauhid Ilmu tafsir Ilmu fiqih Himaniora (sejarah, bahasa)

1.1 Peranan Kimia dalam Kehidupan dan Pembangunan Ilmu kimia itu sangat berperan dalam kehidupan karena dibutuhkan oleh semua mahluk terutama gas oksigen (O2) yang diperoleh dari udara dengan komposisi 20% O2,78,9% N2, 1,1% gas yang lain (Ozon, Neon, H2, H2O, CO, CO2) ditambah dengan hasil fotosintesis yang terjadi dengan adanya energi (sinar matahari ) dan klorofil (hijau daun).

Reaksi Fotosintesis

6CO2 + 6H2O

sinar matahari

C6 H12 O6 + 6CO2

Reaksi Terang

klorofil

Reaksi Asimilasi

C6 H12 O6 +O2

sinar matahari

6CO2 + 6H2O

Reaksi Gelap

klorofi l

Peranan kimia dalam kehidupan Untuk minum Obat-obatan Untuk bernafas Sebagai vitamin Sebagai bahan makanan Peranan kimia dalam pembangunan Bidang teknologi (informasi, telekomunikasi) Kedokteran dan farmasi (obat-obatan) Pertanian (pestisida dna pupuk) Pesawat terbang, bahan bakar (bensin, aerosol)

1.2 Pengertian Kimia dan Klasifikasi Ilmu adalah pengetahuan yang berdasarkan pengamatan dan pengalaman contohnya (pelangi,legenda,mitos). Sedangkan ilmu pengetahuan adalah ilmu yang berdasarkan penelitian. Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari komposisi atau struktur sifat-sifat materi dan perubahannya yang disertai dengan adanya energi. Komposisi adalah bagian-bagian dari struktur. Materi adalah suatu yang mempunyai masa dan ruang. Energi adalah sesuatu yang mempunyai kemampuan untuk melakukan kerja.

Klasifikasi Materi
logam Tungal Murni (unsur) Nonlogam metaloid monoatom diaatom poliatom Campura nn Homogen (partikel zat pelarut yang tak terlihat lagi,contoh:gula,garam) Heterogen (partikel zat pelarut yang masih bisa terlihat,contoh: Kopi

Materi

senyawa

Unsur atau Atom dicetuskan oleh Demokritos

yang melakukan atau

membagi satu benda menjadi bagian yang kecil yang tidak dapat dibagi lagi. (A=tidak, TOM= bagi lagi) Keras,mengikat kecuali Na,Ng Tidak keras ,mengikat Ada yang keras,mengikat Daya hantar Listrik Bukan penghantar listrik Ada yang penghantar listrik adayang tidak Pembentuk basa Pembentuk Asam Pembentuk basa dan asam

1 2 3

Logam Nonlogam Metaloid

Fe,Cu,An,Ag C,O,N,H,Cl Pb,Zn,Sn

Senyawa

Terdiri dari monoatom, diatom, dan Poliatom

Rumus (Xm Yn) dimana X = Logam :


Y = nonlogam m = Valensi Nonlogam n = Valensi Logam

1.3 Pengertian Energi Macam-macam Energi: Energi Listrik Energi Panas Energi Kinetik Energi Potensial Energi Kimia Energi Radiasi Energi Nuklir : terjadi karena adanya perpindahan elektron. : terjadi karena adanya perubahan temperatur. : terjadi karena adanya gaya gerak. : terjadi karena adanya gaya gravitasi. : terjadi karena adanya reaksi kimia . : terjadi karena adanya sinar radio aktif. : terjadi karena adanya reaksi inti atom.

1.4 Sifat-sifat Materi wujudnya perbedaannya ada pada letak molekulnya


(a)padat (b)cair (c) gas

Warna : kuning (orange, terang), hijau, coklat, merah bata. Bau : tidak enak (H2S), memyengat (NH3), bau cuka (asam asetat). Na+ = kumning emas Ca2+ = merah Sr2+ = Merah marun K+ = ungu muda Ba2+ = kuning muda Lb2+ = abu-abu Warna nyala :

Perubahan wujud materi :


1.cair ke padat (membeku) Cair 2.padat ke cair (mencair) 3.padat ke gas ( menyublin) 4.gas ke padat (menyublin) Gas Padat 5.gas ke cair (mengembun) 6. cair ke gas (menguap)

Sifat kimia karean adanya reaksi sifat intrinsik : karena sifat didalam materi (berat jenis, rapat jenis, massa jenis). sifat ekstrinsik : karena pengaruh luar (volume, berat)

BAB II STOIKHIOMETRI

Dalam bahasa kimia, tiap zat murni yang diketahui baik unsur maupun senyawa, mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memberikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan sejumlah besar informasi mengenai zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan itu tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan zat-zat yang terlibat, tetapi juga pernyataan kuantitatif, yang menjelaskan berapa banyak pereaksi dan hasil reaksi terlibat. Istilah stoikhiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur, dan metria yang artinya ilmu pengukuran. Stoikhiometri adalah masalah mengenai pengukuran dan perhitungan dalam semua proses kimia selalu berhubungan dengan perhitungan. Contoh: tentang hubungan antara berat dengan massa yaitu dimana w = berat, m= massa, g= gaya grafitasi (w = m.g). Dimana F = gaya (energI, potensial) dan h= jarak atau tinggi (F= m.g.h). Semua unsur mempunyai nomor atom dan massa atom. Contoh Misalnya : AX2 dimana A = nomor atom; X = atom; 2 = massa atom. : 11Na23, 20Ca40, 15P31.

Demikian pada senyawa mempunyai massa rumus (Mr), contoh: H2O : Mr = ((2 X 1) + 16) Mr yaitu Ar dari unsur yang membentuk senyawa.

2.1. Konsep Mol Pada unsur dan senyawa jika bereaksi, perhitungan beratnya dengan rumus konsep mol yang dimaksud dengan: Mol = berat unsur / senyawa Ar / Mr Jadi bagan mol adalah: Unsur Senyawa

Ar Berat

Mr

VMG

Mol (gram) Hubungan Mol dengan Tetapan Avogadro Kuantitas atom, molekul dan ion dalam suatu zat dinyatakan dalam satuan mol. Misalnya, untuk mendapatkan 18 gram air maka 2 gram gas hidrogen direaksikan dengan 16 gram gas oksigen. 2H2O + O2 2H2O Dalam 18 gram air terdapat 6,0231023 molekul air. Karena jumlah partikel ini sangat besar maka tidak praktis untuk memakai angka dalam jumlah yang besar. Sehingga iistilah mol diperkenalkan untuk menyatakan kuantitas ini. Satu mol adalah jumlah zat yang mangandung partikel (atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Jumlah atom yang terdapat dalam 12 gram karbon-12 sebanyak 6,021023 atom C-12. tetapan ini disebut tetapan Avogadro.

Tetapan Avogadro (L) = 6,021023 partikel/mol Lambang L menyatakan huruf pertama dari Loschmidt, seorang ilmuwan austria yang pada tahun 1865 dapat menentukan besarnya tetapan Avogadro dengan tepat. Sehingga, 1 mol emas 1 mol air 1 mol gula 1 mol zat X = 6,021023 atom emas = 6,021023 atom air = 6,021023 molekul gula = L buah partikel zat X

Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel Telah diketahui bahwa 1mol zat X = l buah partikel zat X, maka 2 mol zat X 5 mol zat X n mol zat X Jumlah partikel Massa Molar Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel (atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12 gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan dalam gram. = 2 x L partikel zat X = 5 x L partikel zat X = n x L partikel zat X =nxL

Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram) Contoh:

Massa dan Jumlah Mol Atom/Molekul Hubungan mol dan massa dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat dapat dicari dengan

Gram = mol x Mr atau Ar Contoh soal: Berapa mol besi seberat 20 gram jika diketahui Ar Fe = 56 g/mol Jawab : Besi tersusun oleh atom-atom besi, maka jumlah mol besi

Contoh soal : Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan H = 1 Jawab: Mr Propana = (3 x 12) + (8 x 1) = 33 g/mol, sehingga, gram propana = mol x Mr = 0,21 mol x 33 g/mol = 9,23 gram

Volume Molar Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan massa 1,3286 gram. Maka,

Karena volume gas oksigen (O2) = 1 liter,

Pengukuran dengan kondisi 0C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) disebut juga keadaan STP(Standard Temperature and Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,3 liter. Avogadro yang menyata-kan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gasgas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenyapun akan sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sma (STP) maka volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,3 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3 liter/mol.

Volume Gas Tidak Standar Persamaan gas ideal Persamaan gas ideal dinyatakan dengan: PV=nRT keterangan: P : tekanan gas (atm) V : volume gas (liter) N : jumlah mol gas R : tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K) T : temperatur mutlak (Kelvin)

Gas Pada Suhu dan Tekanan Sama Avogadro melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekulnya sama maka jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas. Maka,

Molaritas Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adlah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga V1M1 = V2M2 keterangan: V1 = volume sebelum pengenceran M1 = molaritas sebelum pengenceran V2 = volume sesudah pengenceran M2 = molaritas sesudah pengenceran

Soal : Berapa mol 9 gram air ? Berapa gram 0,1 mol air ? Jawab : 9 gram H2O, mol = 9 = 1 18 2

0,1 mol H2O = 0,1 X 18 gram = 1,8 gram.

2.2. Hukum-hukum Dasar Kimia Suatu proses kimia atau reaksi-reaksi kimia harus melalui hokum-hukum dasar baik perhitungannya maupun komposisinya dan perbandingan atomatomnya semua hokum dasar kimia dinyatakan oleh penelitinya, yaitu: Hukum Lavoiser (hukum kekekalan massa) Massa tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, dijabarkan Jumlah gram unsur sebelum dan sesudah reaksi harus sama. Kesetaraan unsur dinyatakan dengan angka koefisien. Perbandingan angka koefisien sama dengan perbandingan mol dan volume. dalam: Semua unsur sebelum dan sesudah reaksi jumlahnya harus sama.

C + O2 2S + 3O2 2N2 + 5O2 CO2 + H2O

CO2 2SO3 2N2O5 H2CO3

SO3 + H2O N2O5 + H2O 4Na + O2 Na2O + H2O N2 + 3H2

H2SO4 2HNO3 2Na2O 2NaOH NaNO3 + H2O 2NH3

NaOH + HNO3

Hukum Proust (hukum perbandingan tetap) Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust menemukan suatu sifat penting dari senyawa, yang disebut Hukum Perbandingan Tetap. Bedasarkan penelitian terhadap berbagai senyawa yang dilakukannya, Proust menyimpulkan bahwa perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Senyawa yang sama, meskipun berasal dari daerah yang berbeda atau dibuat dengan cara-cara yang berbeda, ternyata mempunyai komposisi yang sama. Contoh: Fe + S 56g 32g 7 : 4 : FeS 88g 11

Hukum Dalton (hukum perbandingan berganda) Hukum dasar kimia yang ketiga dikemukakan oleh John Dalton dan dikenal sebagai hukum perbandingan berganda. Hukum perbandingan berganda berkaitan dengan pasangan unsur yang dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Contohnya adalah pasangan karbon dengan oksigen yang dapat membentuk dua jenis senyawa, yaitu karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Menurut Dalton, jika massa dari salah satu unsur dalam kedua senyawa tersebut adalah sama, maka perbandingan massa unsur yang satu lagi dalam kedua senyawa itu merupakan bilangan bulat dan sederhana. Hukum Avogadro Yaitu satu mol gas dalam keadaan standar (T = 250C, 1 atm) maka volumenya adalah 22,4.

Hukum Boyle Jika dalam keadaan volume dan tekanan maka perkaliannya selalu tetap dengan rumus PV = C, yang berarti P1V1 = P2V2 = P3V3. P1V1 1 Hukum Gay Leussac Yaitu perbandingan terbaik antara P,V dan T selalu tetap. Artinya: P T Hukum Boyle Gay Leussac Yaitu : PV T Hukum Gas Ideal Dengan PV = n. RT, dimana : P V n R T = = = = = tekanan volume jumlah mol tetapan gas temperature = C = C ; V T = C P2V2 2 P3V3 3

2.3. Persamaan Reaksi Suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula-mula terdapat dan kemudian diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil-reaksi ialah zat apa saja yang dihasilkan selama reaksi kimia. Suatu persamaan kimia (atau persamaan kimia berimbang) menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil-reaksi, dengan banyaknya atom setiap unsur di kiri dan di kanan anak panah.

Pada proses pembentukan atau penguraian suatu senyawa atau reaksi sintesis atau analisis dalam proses kimia, yaitu: Reaksi pembentukan oksida : unsur + O2 Reaksi oksida basa : Contoh : logam + O2 2FeO 2Fe2O3 2Na2O 2CaO 2A2O3 PbO PbO2 CO CO2 NO N2O NO2 N2O3 N2O5 : metalloid + O2 ZnO ZnO2 As2O3 As2O5 Fe (OH)2 2Fe (OH)3 2NaOH (ferohidroksida) (ferihidroksida) (feroksida) (ferioksida) (natrium oksida) (kalsium oksida) (aluminium oksida) (plumbi oksida) (plumbi oksida) 2Fe + O2 4Na + O2 2Ca + O2 Pb Pb Reaksi oksida asam Contoh : C C N2 N2 N2 N2 N2 Contoh : Zn Zn As As + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2 + O2

4Fe + 3O2

4A + 3O2

: nonlogam + O2

Reaksi pembebtukan oksida amfoler

+ O2

Reaksi pembentukan basa : oksida basa + air Contoh : FeO Fe2O3 Na2O + H2O + 3H2O + H2O

(natrium hidroksida)

Reaksi pembentukan asam : oksida asam + air Contoh : CO2 A2O3 A2O3 Ada 4 macam oksida Oksida basa Oksida asam Oksida amfoter Oksida indiferen Pembentukan basa dan asam yang lain. Contoh : H2 H2 NH3 Asam organik : Reaksi pembentukan garam 1. Basa KOH + + + + + asam HNO3 garam normal KNO3 + + air H2O + / H2O + C2 +S + H2O HC H2S = (asam klorida) (asam sulfida) + H2O + H2O + H2O : H2CO3 A (OH)3 H3AO3 (asam aluminat) (sedang) Reaksi pembentukan asam dan basa : oksida amfoter + H2O Contoh : (alumunium hidroksida)

NH4OH (ammonium hidroksida) asam asetat (asam cuka)

CH3COOH

Oksida basa Ag2O Basa Ca (OH)2 + Oksida basa FeO

oksida asam N2O3 oksida asam CO2 asam H2SO4

garam AgNO3 H2O FeSO4 + H2 O

CaCO3 +

+ +

2. Pembentukan garam basa : Ba (OH)2 + HC Ba (OH) C + H2O (barium hidroksi klorida)

3. Pembentukan garam asam NaOH + H2SO4 Na3PO4

: : MgNaPO4 Ag (NH3)2 C + H2O Molekul ligand NaHSO4 + H2O

4. Pembentukan garam rangkap Mg AgC +

5. Pembentukan garam kompleks : + NH4OH

Ciri-ciri terjadinya reaksi padat bentuk Secara organolepsis warna bau AgNO3 + HC AgC + HNO3 cair gas

Putih menggumpal Ag+ + C AgC Cara mengenal Ag+ dan C- dari larutan sampel (contoh). Larutan sampel Kation Anion FeC3 + Coklat 2AgNO + : Ag+ : NO3-,C3KSCN Fe (SCN)3 + 3KC

kuning K2CrO4

merah darah Ag2CrO4 + merah 2KNO3

Kuning terang

BAB III SISTEM PERIODIK

3.1. Hukum Triade Dobereiner Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner, seorang professor kimia di Jerman, mengemukakan bahwa massa atom relatif Strontium sangat dekat dengan massa rata-rata dari dua unsur lain yang mirip dengan strontium, yaitu Kalsium dan Barium. Dobereiner juga menemukan beberapa kelompok unsur lain seperti itu. Karena itu, Dobereiner mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat

dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang disebutnya Triade. Akan tetapi, Dobereiner belum berhasil menunjukkan cukup banyak triade sehingga aturan tersebut bermanfaat. Penggambaran Triade Doberainer adalah sebagai berikut : TRIADE Kalsium Stronsium Barium Ar 40 ? 137 Rata-rata Unsur ditengah

Meskipun gagasan yang dikemukakan oleh Dobereiner selanjutnya gugur (tidak berhasil), tetapi hal tersebut merupakan upaya yang pertama kali dilakukan dalam menggolongkan unsur.

3.2. Hukum Oktaf Newlands Pada tahun 1866, John A.R Newlands seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris mengemukakan bahwa unsur-unsur yang disusun berdasarkan urutan kenaikan massa atomnya mempunyai sifat yang akan berulang tiap unsur kedelapan. Artinya, unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Sifat keperiodikan unsur berdasarkan urutan kenaikan massa atom setiap kelipatan delapan dinamakan hukum oktaf. Saat itu, baru ditemukan 60 unsur. Gas mulia tidak termasuk dalam pengelompokan sistem oktaf karena belum ditemukan . Berikut ini disampaikan pengelompokan unsur berdasarkan hukum oktaf Newlands, yaitu sebagai berikut : H Li Be B C N O F Na Mg Al Si P S Cl K Ca Cr Ti Mn Fe Co/Ni Br Cu Rb Zn Sr Y Ce/La In Zr As Di/Mo Se Ro/Ru Pd Ag Cd U Sn Sb Te I Cs Ba/V Ta W Nb Au Pt Tl Pb Th Hg Bi Os

Beberapa unsur ditempatkan tidak urut sesuai massanya dan terdapat dua unsur yang ditempatkan di kolom yang sama karena kemiripan sifat. 3.3. Sistem Periodik Mendeleyev Pada tahun 1869, Dmitri Ivanovich Mendeleyev seorang ahli kimia berkebangsaan Rusia menyusun 65 unsur yang sudah dikenal pada waktu itu. Mendeleev mengurutkan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom dan sifat kimianya.

Pada waktu yang sama, Julius Lothar Meyer membuat susunan unsur-unsur seperti yang dikernukakan oleh Mendeleyev. Hanya saja, Lothar Meyer menyusun unsur-unsur tersebut berdasarkan sifat fisiknya. Meskipun ada perbedaan, tetapi keduanya menghasilkan pengelompokan unsur yang sama. Mendeleyev menyediakan kotak kosong untuk tempat unsur-unsur yang waktu itu belum ditemukan, seperti unsur dengan nomor massa 44, 68, 72, dan 100. Mendeleyev telah meramal sifat-sifat unsur tersebut dan ternyata ramalannya terbukti setelah unsur-unsur tersebut ditemukan. Susunan unsur-unsur berdasarkan hukum Mendeleev disempurnakan dan dinamakan sistem periodik Mendeleyev. Sistem periodik Mendeleev terdiri atas golongan (unsur-unsur yang terletak dalam satu kolom) dan periode (unsur-unsur yang terletak dalam satu baris). Tabel sistem periodik Mendeleyev yang dibuat adalah sebagai berikut : Periode Gol.I Gol.II Gol.III Gol.IV Gol.V Gol.VI Gol.VII H1 1 Be Li 7 B 11 C 12 N 14 O 16 F 19 2 9,4 Na Mg Al Si 28 P 31 S 32 C 35,5 3 23 24 27,3 4 K 39 Ca 40 ? (44) Ti 48 V 51 Cr 52 Mn 55 Gol.VIII

Fe 56, Co 59 Ni 59, Cu 63

5 6

Cu 63 Rb 86

Zn 65 Sr 87

? (68) ?Yt 88

? (72) Zr 90

As 75 Nb 94

Se 78 Mo 96

Br 80 ? (100) Ru 104, Rh 104 Pd 106, Ag 108

7 8 9

Ag 108 Cs 133 ?

Cd 112 Ba 137 ?

In 115 ?Di 138 ?

Sn 118 ?Ce 140 ?

Sb 122 ? ?

Te 125 ? ?

I 127 ? ? ?

10 11 12

? Au 199 ?

? Hg 200 ?

?Er 178 Tl 204 ?

?La 180 Pb 207 Th 231

Ta 182 Bi 208 ?

W 184 ? U 240

? ? ?

Os 195, Ir 197 Pt 198, Au 199

3.4. Pengelompokan Unsur Berdasarkan Sistem Periodik Modern Sistem periodik Mendeleyev dikemukakan sebelum penemuan teori struktur atom, yaitu partikel-partikel penyusun atom. Partikel penyusun inti atom yaitu proton dan neutron, sedangkan elektron mengitari inti atom. Setelah partikel-partikel penyusun atom ditemukan, ternyata ada beberapa unsur yang mempunyai jumlah partikel proton atau elektron sama, tetapi jumlah neutron berbeda. Unsur tersebut dikenal sebagai isotop. Jadi, terdapat atom yang mempunyai jumlah proton dan sifat kimia sama, tetapi massanya berbeda karena massa proton dan neutron menentukan massa atom. Dengan demikian, sifat kimia tidak ditentukan oleh massa atom, tetapi ditentukan oleh jumlah proton dalam atom tersebut. Jumlah proton digunakan sebagai nomor atom unsur dan unsur- unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom. Ternyata, kenaikan nomor atom cenderung diikuti dengan kenaikan massa atomnya. Keperiodikan sifat fisika dan kimia unsur disusun berdasarkan nomor atomnya. Pernyataan tersebut disimpulkan berdasarkan hasil percobaan Henry Moseley pada tahun 1913. Sistem periodik yang telah dikemukakan berdasarkan percobaan Henry Moseley merupakan sistem periodik modern dan masih digunakan hingga sekarang. Sistem periodik unsur modern merupakan modifikasi dari sistem periodik Mendeleyev. Perubahan dan penyempumaan dilakukan terhadap sistern periodik Mendeleyev terutama setelah penemuan unsur-unsur gas mulia. Mendeleyev telah

meletakan dasar-dasar yang memungkinkan untuk perkembangan sistem periodik unsur. 3.5. Golongan dan Periode Unsur dalam Tabel Sistem Periodik Unsur Modern Unsur-unsur dalam tabel sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom. Karena sistem periodik yang disusun berbentuk panjang, maka tabel periodik yang sekarang ini disebut tabel periodik panjang. Terkadang disebut pula tabel periodik modern, dikarenakan disusun oleh konsep-konsep yang sudah modern. Berbeda dengan tabel periodik Mendeleyev, karena berbentuk pendek, maka sering disebut sistem periodik pendek. Pada sistem periodik bentuk panjang, sifat unsurnya merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. Hal ini berarti bahwa sifat unsur tergantung dari nomor atomnya. Pada tabel periodik bentuk panjang, juga dikenal istilah periode dan golongan. Penyusunan unsur dengan arah mendatar ke kanan disebut periode, sedangkan penyusunan unsur dengan arah ke bawah disebut golongan. Tabel periodik bentuk panjang terdiri atas 7 periode dan 8 golongan. Adapun tampilan fisik tabel Sistem Periodik Modern, adalah sebagai berikut periode dibedakan menjadi periode pendek dan periode panjang, sedangkan golongan dibedakan menjadi golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Periode pendek mencakup periode 1 (terdiri dari 2 unsur), periode 2 (terdiri dari 8 unsur) dan periode 3 (terdiri dari 8 unsur). Sedangkan periode panjang mencakup periode 4 sampai dengan periode 7.

Golongan Golongan unsur pada sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan jumlah elektron valensi (elektron yang terletak pada kulit terluar). Unsur dalam satu golongan mempunyai sifat yang cenderung sama dan ditempatkan dalam arah vertikal (kolom). Pada sistem periodik unsur modern, golongan dibagi menjadi 18 berdasarkan aturan IUPAC. Berdasarkan aturan Amerika, sistem periodik unsur modern dibagi dua golongan yaitu golongan A dan B. Jadi, golongan unsur dari kiri ke kanan ialah IA, IIA, 11113, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, 1113, IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA. Umumnya, digunakan pembagian golongan menjadi A dan B. Golongan unsur pada sistem periodik unsur modern mempunyai nama khusus yaitu sebagai berikut : Golongan IA 1 IIA 2 IIIA 13 IVA 14 VA 15 VIA 16 VIIA 17 VIIIA 18 Periode Periode unsur pada sistem periodik unsur modem disusun dalam arah horisontal (baris) untuk menunjukkan kelompok unsur yang mempunyai jumlah kulit sama. Sistem periodik bentuk panjang terdiri atas 7 periode sebagai berikut : Periode 1 = periode sangat pendek berisi 2 unsur, yaitu H dan He Nama Khusus Alkali Alkali Tanah Boron Karbon Nitrogen Oksigen Halogen Gas Mulia Unsur-unsur Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra B, Al, Ga, In, dan Tl C, Si, Ge, Sn, dan Pb N, P, As, Sb, dan Bi O, S, Se, Te, dan Po F, Cl, Br, I, dan At He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn

Periode 2 = periode pendek berisi 8 unsur Periode 3 = periode pendek berisi 8 unsur Periode 4 = periode panjang berisi 18 unsur Periode 5 = periode panjang berisi 18 unsur Periode 6 = periode sangat panjang berisi 32 unsur Periode 7 = periode yang unsur-unsurnya belum lengkap berisi 30 unsur

Pada periode 6 termasuk periode sangat panjang, yaitu berisi 32 unsur. Golongan IIIB periode 6 berisi 14 unsur dengan sifat mirip yang dinamakan golongan lantanida. Begitu juga golongan IIIB periode 7 berisi 14 unsur dengan sifat mirip dinamakan golongan aktinida. Unsur golongan aktinida dan lantanida biasanya dituliskan terpisah di bawah. Golongan lantanida dan aktinida disebut golongan transisi dalam. 3.6. Partikel Atom proton (p), elektron (e), dan neutron (n). Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.

Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan memengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut. 3.7. Konfigurasi Elektron dan hubungannya dengan system periodic Golongan dan periode dapat ditentukan dengan cara menuliskan konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron adalah penataan elektron dalarn atom yang ditentukan berdasarkan jumlah elektron. Pada konfigurasi elektron, jumlah elektron valensi menunjukkan nomor golongan, sedangkan jumlah kulit yang sudah terisi elektron (n terbesar) menunjukkan periode.

BAB IV PERANAN ELEKTRON DALAM IKATAN KIMIA

Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas tetapi menyatu dengan atom lain membentuk senyawa,hal ini merupakan suatu bukti bahwa atom yang bergabung lebih stabil dari padayang menyendiri.penggabungan ini disebut ikatan kimia. Baik didalam maupun dilabolatorium ,senyawa terjadi karena semua unsure ingin mencapai kesetabilan gas milia,yaitu:
2He 10Ne 18Ar 30Kr 54Xe

2 2 2 2 2 8 8 8 8 18 18 18 8

Semua golongan baik alkali,maupun alkali tanah cenderung untuk melepaskan elektron dari kulit terluarnya,contoh :
17Cl 10s

+ +

C 2e

Cl S2-

4.1. Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen Karena semua logam bermuatan dan semua nonlogam bermuatan ,maka saling menarik menjadi senyawa ion ,atau ikatan ion adalah elektrostatoi.

1 8 Na
2

8 2

Na

Cl

Ikatan kovalen yaitu pembentukan senyawa karena adanya pasangan electron bersama dengan prinsif dasar gaya van der wall pada umumnya terbentuk dari nonlogam dan nonlogam ada # macam ikatan kovalen yaitu : Ikatan kovalen murni Ikatan kovalen biasa Ikatan kovalen koordinat Ikatan kovalen murni adalah pembentukan senyawa dari satu macam atom. Ikatan kovalen biasa adalah pembentukan senyawa dari satu atom atau lebih Ikatan kovalen koordinat adalah pembentukan senyawa karena adanya pasangan elektron sunyi yang disumbangkan.

4.2. Hibridisasi Ikatan hibridisasi terjadi karena adanya eksitasi elektron dari sub kulit, S S P P d
s

p p d d Pembentukan senyawa hibridisasi sama dengan kesetabilan elektron gas mulia

untuk nonlogam dan nonlogam . Aturan Hunt dan larangan pauli setiap kotak e harus berpasangan dengan arah bebeda dan setiap kotak harus diisi elektron. 4.3. Resonansi Resonansi Yaitu terjadinya perputaran muatan dari seatu senyawa sesuai arah jarum jam. Berdasarkan hasil analisis sinar-X maka diusulkan bahwa ikatan rangkap pada molekul benzena tidak terlokalisasi pada karbon tertentu melainkan dapat berpindahpindah (terdelokalisasi). Gejala ini dinamakan resonansi.

Resonansi terjadi karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal. Delokalisasi elektron yang terjadi pada benzena pada struktur resonansi adalah sebagai berikut:

Hal yang harus diperhatikan adalah, bahwa lambang resonasi bukan struktur nyata dari suatu senyawa, tetapi merupakan struktur khayalan. Sedangkan struktur nyatanya merupakan gabungan dari semua struktur resonansinya. Hal ini pun berlaku dalam struktur resonansi benzena, sehingga benzena lebih sering digambarkan sebagai berikut:

Teori resonansi dapat menerangkan mengapa benzena sukar diadisi. Sebab, ikatan rangkap dua karbon-karbon dalam benzena terdelokalisasi dan membentuk semacam cincin yang kokoh terhadap serangan kimia, sehingga tidak mudah diganggu. Oleh karena itulah reaksi yang umum pada benzena adalah reaksi substitusi terhadap atom H tanpa mengganggu cincin karbonnya.

BAB V KIMIA LARUTAN

5.1. Larutan Asam, Basa, dan Garam 1. Ionisasi Asam teridiri dari H dengan non logam atau sisa asam, contoh: HCl H2SO4 CH3COOH
ion=1

H+ + Cl2H+ + SO42CH3COO- + H+

Jadi, dari ionisasi senyawa asam, ada harga H+ = mol, 2. Ionisasi Basa melepaskan ion hidrolisis (OH-), contoh: KOH Al(OH)3 NH4OH
ion=1

K+ Al3+ NH4

+ OH+ 3OH+ OH-

ion<1

ion<1

Jadi, dari ionisasi basa menghasilkan OH3. Ionisasi garam menghasilkan ion logam dan ion non logam atau ion sisa basa dan ion sisa asam, contoh:
ion=1

NaCl
ion<1

Na+ NH4

+ + +

ClClCO32SO42-

NH4Cl K2CO3 (NH4)2SO4


ion<1

K+

2NH4 +

5.2. Konsentrasi dan PH (derajat keasaman) Larutan mempunyai ukuran/harga konsentrasi yaitu hubungan antara jumlah gram/mol dengan volume senyawa larutan kimia mempunyai konsentrasi, untuk kepentingan stoikhiometri dan analisis kimia stoikhiometri menghasilkan mol sedangkan analisis kimia memerlukan perhitungan harga konsentrasi terutama pada analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah perhitungan konsentrasi senyawa yang dititrasi oleh pentitrasi, misalnya menghitung konsentrasi asam atau basa pada titrasi Asidimetri atau titrasi Alkalimetri. Konsentrasi asam, basa, garam adalah jumlah mol senyawa dalam satuan volum ml/L. Molaritas adalah jumlah mol/L unsur atau senyawa.
mol

M=

Molalitas adalah jumlah mol/1000g unsur atau senyawa.


mol

m=

1000 g

Normalitas adalah jumlah grek/L unsure atau senyawa.

N=

grek

Hubungan mol dan grek pada: Asam tergantung pada jumlah H Basa tergantung pada jumlah OH

Contoh:

HCl H2SO4

1 mol = 1 grek 1 mol = 2 grek 1 grek= 0.5 mol

NaOH 0,1 M NaOH = 1 N NaOH 0,1 M H2SO4 = 2 N H2SO4 Contoh:

1 mol = 1 grek

1. 2 gr NaOH dalam 1 Liter pelarut, berapa Molaritasnya ? 2. 4 gr NaOH dalam 500 mL pelarut, berapa Molaritasnya? 3. 2,3 gr Na bereaksi dengan H2O dalam 250 mL pelarut, berapa M dari hasil reaksi ? 4. Berapa mol NaOH 0,5 M ? 5. Berapa M NaCl dari 0,1 M NaOH + HCl ?

Jawab: 1. Mr. NaOH 2 gr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40 = 2/40 mol = 0,05 mol M NaOH = 0,05 M

2. 4 gram NaOH = 0,1 mol/0,5 L = 0,2 M 3. 2Na + 2 H2O 0,1 mol 2NaOH 0,1 mol + H2 0,05 mol

0,1 mol

n Na = 2,3 gr/23 = 0,1 mol NaOH = 0,1 mol/0,25 L = 0,4 mol/L = 0,4 M H2 = 0,05 mol/250 mL = 0,05 mol/0,25 L = 0,2 mol/L = 0,2 M 4. M = mol/L

0,5 = mol/L mol =0,5 NaOH = 0,5 mol 5. NaOH + HCl 0,1 M NaCl + H2O 0,1 M

Jumlah kation adalah sebanyak logam dan sisa basa. Contoh: Fe3+, Ca2+, Na+, Cu2+

Jumlah Anion adalah sebanyak non logam dan sisa asam. Contoh: Cl-, S2-, SO42-, NO2-, NO3-

BAB VI KIMIA ANALISIS

6.1 Indikator Asam Basa Indikator sebagai asam lemah Lakmus Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah. Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru. Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding: Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.

Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa.

Jingga metil (Methyl orange) Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:

kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada kasus lakmus tetapi warnanya berbeda.

Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 mendekati netral. Fenolftalein Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.

Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat. Pemilihan indikator untuk titrasi Harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi memiliki campuran dua zat pada perbandingan yang tepat sama. Membutuhkan pemilihan indikator yang perubahan

warnanya mendekati titik ekivalen. Indikator yang dipilih bervariasi dari satu titrasi ke titirasi yang lain Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat. Bagian yang diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk jingga metil dan fenolftalein.

Dapat dilihat bahwa tidak terdapat perubahan indikator pada titik ekivalen. Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen tersebut yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada volume asam yang ditambahkan apapun indikator yang anda pilih. Akan tetapi, hal tersebut berguna pada titrasi untuk memilihih kemungkinan warna terbaik melalui penggunaan tiap indikator. Jika anda mengguanakan fenolftalein, anda akan mentitrasi sampai fenolftalein berubah menjadi tak berwarna (pada pH 8,8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik ekivalen. Dilain pihak, dengan menggunakan jingga metil, anda akan mentitrasi sampai bagian pertama kali muncul warna jingga dalam larutan. Jika larutan berubah menjadi merah, anda mendapatkan titik yang lebih jauh dari titik ekivalen.

Sangat jelas bahwa fenolftalein akan lebih tidak berguna. Akan tetapi jingga metil mulai berubah dari kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen. Jingga metil akan sia-sia, tetapi fenolftalein berubah warna dengan tepat pada tempat yang anda inginkan. Kurva berikut adalah kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding

lemahnya sebagai contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan terletak pada pH yang lain. Kita dapat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali. Ini memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau mengakhirinya pada titik ekivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke kasus yang lain, anda tidak dapat mengeneralisirnya. Secara keseluruhan, tidak akan pernah mentitrasi asam lemah dan asam basa melalui adanya indikator.

6.2. Analisis Kualitatif (Katon dan Anion) Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ionionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensiareagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.

Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya : Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.

Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensiaregensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+ Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :

Anion sederhana seperti : O2-, F-, atau CN- . Anion okso diskret seperti : NO3-, atau SO42-. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang berbasis bangat seperti asam oksalat. Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersamasama. Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil. 6.3. Analisis Kuantitatif (Volumetri dan Kompleksometri) Berdasarkan reaksinya suatu titrasi digolongkan menjadi 2 yaitu : Reaksi Metatetik (titrasi berdasarkan pertukaran ion). Meliputi : Netralisasi (asidimetri dan alkalimetri). Presipitimetri ( berdasarkan terbentuknya endapan). Kompleksometri (berdasarkan pembentukan persenyawaan yaitu ion kompleks atau garam yang sukar mengion). kompleks

Reaksi Redoks (titrasi berdasarkan perpindahan electron) Meliputi : Permangganatometri, Dikhromatometri , Seriometri (berdasarkan

penggunaan oksidator kuat). Iodometri dan Iodimetri (Titrasi yang menyangkut reaksi)

I2 + 2e- 2IKarena metoda iodimetri masih jarang digunakan dalam analisis di laboratorium maka kami dari kelompok IV mencoba untuk memberikan penjelasan tentang metoda tersebut. 6.4. Analisis Instrumen (spetrofotometri) Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

BAB VII ENERGETIKA KIMIA

7.1. Asas Kekekalan Energi Telah disebutkan bahwa jumlah energi yang dimiliki sistem dinyatakan sebagai energi dalam (U). Hukum I termodinamika menyatakan hubungan antara energi sistem dengan lingkungannya jika terjadi peristiwa. Energi dalam sistem akan berubah jika sistem menyerap atau membebaskan kalor. Jika sistem menyerap energi kalor, berarti lingkungan kehilangan kalor, energi dalamnya bertambah (U > 0), dan sebaliknya, jika lingkungan menyerap kalor atau sistem membebasakan kalor maka energi dalam sistem akan berkurang (U < 0), dengan kata lain sistem kehilangan kalor dengan jumlah yang sama. Energi dalam juga akan berubah jika sistem melakukan atau menerima kerja. Walaupun sistem tidak menyerap atau membebaskan kalor, energi dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan kerja, sebaliknya akan bertambah jika sistem menerima kerja. Sebuah pompa bila dipanaskan akan menyebabkan suhu gas dalam pompa naik dan volumenya bertambah. Berarti energi dalam gas bertambah dan sistem melakukan kerja. Dengan kata lain, kalor (q) yang diberikan kepada sistem sebagian disimpan sebagai energi dalam (U) dan sebagian lagi diubah menjadi kerja (w). Secara matematis hubungan antara energi dalam, kalor dan kerja dalam hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut:

U = q + W (6) Persamaan (6) menyatakan bahwa perubahan energi dalam (U) sama dengan jumlah kalor yang diserap (q) ditambah dengan jumlah kerja yang diterima sistem (w). Rumusan Hukum I termodinamika dapat dinyatakan dengan ungkapan atau katakata sebagai berikut. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan. Karena itu hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi . 7.2. Termokimia Termokimia mempelajari tentang panas yang menyertai suatu reaksi kimia. Panas merupakan salah satu energi, dengan satuan joule (J), yang merupakan Satuan Internasional(SI), atau menggunakan kalori yang bukan satuan internasional. Joule = kilogram (meter/detik ) 1 kalori = 4,184 JPerubahan Entalpi, Reaksi Eksoterm dan Endoterm Pada kondisi tekanan tetap panas yang diserap atau diterima sistem disebut dengan entalpi. Kita tak dapat mengukur entalpi secara langsung, tetapi yang diukur adalah perubahan entalpi. Perubahan entalpi a d a l a h b a n ya k n y a k a l o r ya n g d i l e p a s k a n a t a u y a n g d i s e r a p o l e h s i s t e m p a d a tekanan tetap. H=q Untuk reaksi yang melibatkan larutan air, panas jenis larutan akan mendekati panas jenis air. Panas yang terukur akan sama dengan panas yang diserap atau yang terlepas dari reaksi yang terjadi dalam kalorimeter. Besar kalor yang terukur pada kalorimeter dapat dihitung melalui persamaan:

q = m ct atau q = Ct dengan q = kalor(J) m = massa(g) c = kalor jenis(J g) Hal ini dapat dilakukan karena padatekanan tetap q = H Contoh : 50 ml larutan NaOH 2M(0,1 mol) dimasukkan kedalam bejana plastik, ternyata termometer menunjukkan suhu25 C, kemudian dimasukkan 50 ml larutan HCl 2M(0,1 mol), sambil dikocok termometer ternyata menunjukansuhu akhir 38,7 R e a k s i k i m i a k e t i k a t e r j a d i d a l a m s u a t u w a d a h ya n g t e r b u k a , p a d a u m u m n ya a k a n m e n g a l a m i pertambahan energi atau kehilangan energi dalam bentuk panas. 7.3. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Pada tahun 1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal ia hampir saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday,

diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada laruutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut. HCl(aq)H+(aq)+Cl-(aq) Reaksi reduksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g) Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2eLarutan elektrolit terbagi menjadi 2 macam, yaitu elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan. Contoh: NaCl(s) Na+ (aq) + Cl- (aq) Contoh larutan elektrolit kuat : Asam, contohnya asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl) Basa, contohnya natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), barium hidroksida (Ba(OH)2) Garam, hampir semua senyawa kecuali garam merkuri :

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik). 7.4. Reaksi Redoks

Ilustrasi sebuah reaksi redoks Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:

Reduksi menjelaskan pelepasanelektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion Oksidasi menjelaskan penambahanelektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di

atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi.

Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen). Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal sebagai reaksi metatesis. Contoh reaksi redoks Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen dan fluorin:

Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi dan reaksi reduksi Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses kimia lebih jelas. Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah elektron yang berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi pada reaksi reduksi. Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1.

BAB VIII KOROSI

8.1. Pengertian Korosi dan Mekanisme Reaksi Korosi Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklatmerah. Fe(s) Fe2+(aq) + 2e E0 = +0,44 V

Elektron yang dibebaskan di anode itu dialirkan pada bagian lain dari besi itu yang berlaku sebagai katode, dimana oksigen tereduksi. O2(g) + 4H+(aq) + 4e atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq) E0 = +1,23 V 2H2O(l) E0 = +0,40 V

Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3.xH2O, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anoda dan bagian mana yang bertindak sebagai katoda bergantung pada bergbagai faktor, misalnya zat pengotor atau perbedaan keraparatan logam tersebut.

8.2. Faktor-Faktor yang Menyebebkan Korosi besi Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun

NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. 8.3. Cara-Cara Pencegahan Korosi besi Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air. Tin plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur. Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena

suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak. Sacrificial protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti. 8.4. Kecepatan Korosi Type dari material Type dari elektrolit/ lingkungan sekitar Kondisi operasi Keberadaan kontaminan di lingkungan sekitar Type dari pelindung korosi yang dipakai pada suatu sistem atau material.

You might also like