You are on page 1of 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi kuantitas maupun kualitas sesuai dengan upaya-upaya pendidikan. Kebijaksanaan pokok yang dapat diambil salah satunya adalah mengambil langkah- langkah belajar-mangajar sesuai dengan kebutuhan perkembangan pembangunan di bidang pendidikan. Misalnya dalam teknik pengajaran menggunakan metode Cooperative Learning dengan tipe STAD, maka akan mendorong semangat siswa untuk lebih giat belajar terutama dalam pembelajaran biologi. Biologi adalah salah satu ilmu yang penggunaanya banyak

diaplikasikan dalam kehidapan sehari-hari. Dengan kata lain, dengan mempelajari biologi akan membawa banyak manfaat, tetapi kenyataanya banyak siswa yang beranggapan bahwa belajar biologi itu susah,

membosankan sehigga kebanyakan siswa itu tidak betah di kelas dan outputnya adalah hasil belajar yang tidak optimal.

Perkembangan dunia dan teknologi saat ini berlangsung sangat cepat bersama dengan tuntutan pembaharuan yang diharapkan berjalan terus di segala bidang, pendidikan sebagai upaya pembentukan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia karena memegang peranan yang sangat penting dan era strategis. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) guru dituntut untuk bisa memahami sifat-sifat individu peserta didik dan memilih strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk peserta didik. Ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik adalah yang harus dicapai dalam prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan UU No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan dan merupakan investasi bagi bangsa apalagi bangsa yang sedang berkembang pe\bangunan negaranya,

pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang telah dipersiapkan dengan melalui pendidikan. Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk meningkatkan kualitas peserta didik di mana program belajar 9 tahun memberi peluang semua anak usia sekolah untuk belajar dan mendapatkan pendidikan di bangku sekolah minimal tamat di jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP).

Pendidikan diharapkan pada berbagai perubahan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat diakibatkan oleh perkembangan dan pengetahuan yang begitu pesat. Bila kita perhatikan praktik pendidikan di sekolah selama ini, proses belajar yang dilakukan sebagian besar guru menggunakan sistem kompetensi, baik dalam pengajaran maupun nilai, dengan begitu sekolah dijadikan sebagai salah satu arena saingan. Pada dasarnya mengajar merupakan usaha menciptakan kondisi atau lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam penguasaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai pengetahuan yang terorganisasi, kegiatan belajar setiap saat hasil dari suatu kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri orang yang belajar (Djamarah, 2006). Mengajar bertujuan agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa oleh karena itu kegiatan mengajar yang menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Setiap pengajar berharap siswa mengubah sikap dan menyenangi pelajaran yang kita ajarkan, namun hal tersebut tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan dengan perubahan cara-cara guru dalam menyanpaikan pelajaran kepada siswa. Cara guru memperkenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh ilustrasi tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru meyakinkan apa manfaat mempelajari

pokok bahasan tertentu akan sangat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi. Dalam mengajar mungkin timbul rasa kebosanan dalam diri siswa, kebosanan adalah masalah besar dalam belajar siswa diharuskan duduk selama berjam-jam dalam ruang kelas dengan hanya disuruh mendengar melihat guru mengajar pada peserta didik, akan tetapi materi yang dibawakan belum tentu diterima atau disenangi oleh siswa. Kebosanan terjadi apabila kita melihat atau mengalami suatu hal yang sama sekali terjadi secara berulang-ulang, terusmenerus, dalam keadaan seperti itu, jelas sekali akan sulit memikat perhatian siswa apalagi mempertahankan dalam waktu lama. Beberapa pendapat tentang strategis pembelajaran antara lain: 1. Kozna Dalam Uno, Hamzah B 2007. Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang terpilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran. 2. Gerloch dan Ely Dalam Uno, Hamzah B 2007. Menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran.

3. Gropper Dalam Uno, Hamzah B 2007. Mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Dalam tulisan ini disajikan hasil penelitian tentang pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan menggunakan metode Cooperative Learning.

B. Rumusan Masalah Adapaun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan penelitian ini yaitu : 1. Apakah penerapan pembelajaran biologi melalui model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing ? 2. Apakah penerapan pembelajaran biologi melalui model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing ?

C. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui Apakah penerapan pembelajaran biologi melalui model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing ! 2. Untuk mengetahui Apakah penerapan pembelajaran biologi melalui model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing ! D. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa a. Dengan adanya metode kooperative Learning maka akan membangkitkan hasrat minat siswa untuk lebih giat belajar. b. Memberiakn kebebasan dan kemudahan untuk mencari dan mengolah sendiri materi yang diberikan. 2. Bagi guru Diharapkan melalui penelitian dapat mengembangkan sikap

profesionalnya dalam proses belajar mengajar dan melatih guru agar lebih jeli didalam memperhatikan kesulitan siswa. 3. Bagi sekolah Melahirkan siswa-siswa yang aktif dan kreatif dalam menghadapi permasalahan di lingkungannya. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada setiap manusia sepanjang hidupnya proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya ( Arsyad 2009 : 1 ) Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang pada akhirnya diharapkan akan bermuara pada perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik yang bersifat positif. Jadi proses belajar akan membawa suatu perubahan pada setiap individu yang menjalani suatu proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku sebagai produk dari proses belajar akan tercermin dalam berbagai aspek, seperti aspek pengetahuan aspek keterampilan, dan aspek sikap. Slameto ( 1995 : 20 ) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunagannya . Belajar merupakan suatu aktifitas yang berhubungan dengan usaha untuk mengalami perubahan pada

setiap individu, yang didapatkan melalui pengalaman selama dalam tahap pembelajaran. Dalam proses di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam bimbingan di sekolah. Dalam uraian kita ketahui

dengan beberapa perumusan, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang mengajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or stregthening of behavion throungh experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan otomatis dan seterusnya. Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut William Burton Dalam Hamalik, Oemar. 2001.

Menyimpulkan uraian yang cukup panjang tentang prinsip - prinsip belajar sebagai berikut :

a.

Proses belajar ialah, pengalaman berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going).

b. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid. c. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalamanpengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. d. Proses belajar yang baik apabila murid mengetahui status dan kemampuannya. Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. Berdasarkan asumsi banyak guru melaksanakan kegiatan mengajar dengan cara : a. Menciptakan iklim (suasana) yang kondusif b. Menyampaikan permasalahan diskusi c. Membuat penilaian pribadi d. Mengidentifikasi alternatif tindakan solusi e. Membuat komitmen, dan f. Merencanakan tindak lanjut tindakan

2. Pengertian Hasil Belajar Proses belajar adalah bagian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Pemahaman siswa dalam hal ini, dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa yang diperoleh setelah belajar. Pengertian hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi. Menurut Abdurrahman (2008 : 7), mengemukakan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada seseorang sebagai hasil kegiatan sendiri. Disini menunjukkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau pengalaman sebagai suatu hasil interaksi dengan lingkungan.

3. Hakikat Mengajar Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda akan tetapi antara keduanya terdapat hubungan yang erat sekali, kegiatan ini saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Definisi menurut kamus, diartikan menunjukkan bahwa bagaimana mengerjakan, menjadikan negatif, memberikan instruksi kepada pelajar, sedangkan definisi mutakhir merumuskan mengajar sebagai sistem kegiatan

untuk membimbing atau merangsang belajar anak agar dapat mengerti dan maksud terpenuhi kelengkapan pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus teratur mencapai kedewasaan.

4. Pengertian Cooperative Learning Kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama Hamid Hasan : Dalam Silihatin Etin, Hj. Raharjo 2007. Belajar kooperatif adalah Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang

memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok . Kooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 orang sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Pada dasarnya Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompokitu sendiri. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbebtuk kooperatif . Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara

akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melelui penggunaan pembelajaran kooperatif. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide ide yang terdapat di dalam materi tertentu.

5. Tujuan Cooperative Learning Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara

individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekeda.

Dalam pembelajaran cooperative tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

6. Model Pembelajaran Cooperative Learning Cooperative learning merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu. Ada empat unsur strategi pembelajaran kooperatif : a. Adanya peserta dalam kelompok b. Adanya aturan belajar kelompok c. Adanya upaya belajar d. Adanya tujuan harus dicapai.

Cooperative learning membagi keterampilan menjadi tiga bagian : a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi :

1) Menggunakan kesepakatan 2) Menghargai kontribusi 3) Menggunakan giliran dan berbagai tugas 4) Menggunakan kesempatan 6) Berada dalam kelompok 7) Berada dalam tugas 8) Mendorong partisipasi 9) Mengundang orang lain untuk berbicara 10) Menjelaskan tugas pada waktunya 11) Menghormati perbedaan individu

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah 1 ) Menunjukkan penghargaan simpat 2) Mendengar dengan aktif 3) bertanya 4) Membuat ringkasan 5) Menafsirkan 6) Mengatur dan mengorganisir 7) Menerima tanggung jawab

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi : 1) Mengelaborasi 2) Memeriksa dengan cermat 3) Menanyakan kebanaran 4) Menetapkan tujuan. 5) Berkompromi d. Tingkah laku mengajar Terdapat beberapa tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembeiajaran kooperatif, pelajaran di mulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi persentase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha usaha kelompok maupun individu. Model belajar cooperative learning merupakan suatu model

pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan

meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Michaels Dalam Solihatin Etin, Hj. Raharjo 2007.

7. Konsep Dasar Cooperative Learning Dalam menggunakan model belajar kooperatif learning di dalam kelas, ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru. Adapun prinsip dasar tersebut menurut Stahl, Dalam Solihatin Etin, Hj. Raharjo 2007. Meliputi sebagai berikut : a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas. b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen g. Interaksi sikap dan perilaku sosial positif h. Tindak lanjut (Follow Up) i. Kepuasan dalam belajar Menurut Slavin Dalam Rusman 2010. Langkah-langkah dalam penggunaan model kooperatif learning secara umum dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut :

a. Langkah pertama dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program pembelajaran. Guru merancang program pembelajaran harus

mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok. b. Langkah kedua dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok kecil. c. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. d. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya.

8. Model Student Teams Achievement Division ( STAD ) Menurut Slavin dalam Rusman 2010. Model STAD ( Student Teams Achievement Division ) merupakan variasi pembelajaran yang paling banyak diteliti, karena model ini sangat mudah diadaptasi. Di dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan 4-5 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa- siswa

di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran itu. Lebih jauh Slavin mamaparkan bahwa: Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Adapun langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD adalah : a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Pembagian Kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa c. Presentasi dari Guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.

d. Kegiatan Belajar dalam Tim ( Kerja Tim ) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. e. Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melaluipemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap prestasi hasil kerja masing-masing kelompok

B. Kerangka Pikir Kerangka pikir sebagai proses nalar yang dapat diwujudkan dalam berbagai pernyataan dari hasil penelitian secara konseptual, maka kerangka pikir tersebut dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Silabus

Rencana Pembelajaran Biologi

Model Pembelajarn Cooperative Learning (Tipe STAD)

PTK Siklus I Perencanaan Tindakan Observasi dan Evaluasi Refleksi

Siklus II Perencanaan Tindakan Observasi dan Evaluasi Refleksi

Pemahaman Konsep Biologi

Analisis

Hasil

Dengan mengacu pada kurikulum KTSP, dan tujuan mata pelajaran maka silabus dibuat oleh setiap guru begitu pula dalam penyusunan program satuan pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan pilihan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat, salah satunya metode pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah metode dalam pendekatan model pembelajaran kooperatif learning. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan

keberhasilan siswa serta untuk mengetahui efektivitas metode atau pendekatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, tepatnya di Jln. Poros Kariango Dusun Carangki Desa Lekopancing, Kec. Tanralili Maros. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, yang terjadi di Siswa kelas VIII.a

B. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan pendidikan tindakan kelas dalam pembelajaran dikelas VIII, disajikan tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, dan pelaksanaan penelitian direncanakan dalam dua kali tahapan yaitu siklus I dan siklus II, setiap akhir pemberian materi pembelajaran diberikan tes hasil belajar sebagai tes untuk mengetahui hasil belajaran.

1. Siklus I a. Perencanaan tindakan Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran lembar observasi siswa dan guru, mengorganisasi siswa, membuat alat evaluasi berbebtuk objektif. b. Pelaksanan tindakan 1) Guru membagi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada. 2) Setiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari dan mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru. 3) Setelah berdiskusi dilakukan presentasi di depan guru dan kelompok kelompok yang lain. c. Observasi dan Evaluasi Observasi selama pemberian tindakan atau pelaksanaan berlangsung melalui kegiatan dokumentasi, sedangkan pada akhir siklus guru memberikan penjelasan atau kesimpulan dari hasil diskusi. d. Reflaksi Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dan evaluasi kemudian dianalisis untuk melihat data observasi, apakah kegiatan yang telah dilakukan

dapat maningkatkan partisipasi belajar dan sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Siklus II Siklus II dilaksanakan salama 2 kali pertemuan pada dasarnya langkah langkah yang dilakukan dalam siklus II ini telah memperoleh refleksi, selanjutnya dikembangkan dan dimodifiakasi tahapan tahapan yang ada pada siklus I dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan yang ditemuakan.

C. Batasan Istilah Adapun pengertian secara operasional pengenai judul penulis Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Learning Terhadap Prestasi

Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Al Ihsan DDI Lekopancing merupakan upaya guru menerapkan pembelajaran Kooperatif Learning bertujuan untuk meningkatkan hasil dan Prestasi belajar siswa lebih baik dan optimal. 1. Model pembelajaran Cooperative tipe STAD merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahanpembelajaran. 2. Hasil belajar adalah merupakan kemampuan maksimum yang dicapai seseorang sebagai akibat dari perilakuan dalam kegiatan 3. Keaktifan belajar adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

D. Sumber Data Adapun yang menjadi sumber data dalam penulisan proposal ini yaitu siswa kelas VIII SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing sebanyak 36 orang, terdiri dari 23 laki-laki dan 13 perempuan, semester II tahun pelajarn 2010/2011.

E. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data yang diperoleh melalui beberapa cara yaitu : 1. Observasi, dilakukan oleh peneliti bersama guru kelas VIII yang digunakan untuk mengamati siswa dalam interaksi pelajaran biologi. 2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data mengenai peningkatan hasil belajar biologi, pada siswa diperoleh setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan dikumpul dan menggunakan tes dalam bentuk uraian.

F. Teknik Analisis Data Data yang dikumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik kategori standar yang diharapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Ashari, 2007:21)

Tabel 1.Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional Interval Nilai (Angka 100) 0 34 35 54 55 63 64 84 85 100
Sumber Data :Ashari M. 2007.

Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data tentang aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi dan akan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes siklus dan akan dianalisis secara kuantitatif dengan nilai responden berturut sebagaimana yang telah ada pada lampiran, subjek dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Sedangkan jumlah siswa pada kelas VIIIa berjumlah 36 orang namun 4 orang lainnya tidak mengikuti pelajaran. 1. Aktivitas belajar Data kuantitatif pada penelitian ini dapat berupa data aktivitas siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing selama PBM (Mata Pelajaran berlangsung) dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD. Adapun instrumen untuk memperoleh data tersebut, yaitu dengan

menggunakan lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM dan lembar observasi aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancara PBM pada tiap siklus.

a. Aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM Pada siklus I dan II Adapun data yang diperoleh dari lembar observasi mengenai aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1 Aktivitas observasi siswa yang mendukung kelancaran PBM pada siklus I dan siklus II No Komponen yang diamati Siswa yang merespon guru 1 2 Siswa yang Siklus I 1 2 % 10 15 25 30 11 16 25 Siklus II 1 2 % 15 25 40 62 11 27 38 59

mengajukan 5

pertanyaan Siswa yang aktif menjawab 7 15 22 34 15 25 40 62

pertanyaan guru Siswa yang mengerjakan 32 32 64 100 32 32 64 100

tugas Siswa aktif kerja kelompok 6 18 24 37 40 20 29 49 18 27 45 76 70

5 6

Siswa

yang

aktif

pada 10 16 26

persentase kelompok Siswa yang memberikan 9 13 22 34 17 28 45 70

tanggapan terhadap hasil kerja temannya. Rata-Rata 44% 71%

Dari tabel 1 diatas diperoleh bahwa terjadi perubahan keaktifan siswa selama PBM berlangsung pada siklus I dan siklus II. Adapun perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Siswa yang memperhatikan guru meningkat dari 39% pada siklus I menjadi 62% pada siklus II. 2) Siswa yang mengajukan pertanyaan mengalami peningkatan dari 25% pada siklus I menjadi 59% pada siklus II. 3) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan dari 34% pada siklus I menjadi 62% pada siklus II. 4) Siswa yang mengerjakan tugas tidak mengalami perubahan dari siklus Ike siklus II yakni dengan persentase 100%. 5) Siswa yang aktif kerja kelompok mengalami peningkatan dari 37% pada siklus I menjadi 76% pada siklus II. 6) Siswa yang aktif pada persentase kelompok mengalami peningkatan dari 40% siklus I menjadi 70% pada siklus II. 7) Siswa yang memberikan tanggapan mengalami peningkatan dari 34% pada siklus I menjadi 70% pada siklus II.

Untuk lebih jelasnya perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Hijau SIklus I Hitam SIklus II

Persentase Nilai Aktivitas Siswa

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

100% 100%

76% 70% 62% 59% 62% 40% 34% 70%

39% 25%

37%

37%

Gambar 2. Diagram batang aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM pada siklus I dan II

b. Aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM pada siklus I dan siklus II Adapun data yang diperoleh dari lembar observasi mengenai aktifitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 Lembar observasi aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM pada siklus I dan siklus II Siklus I 1 2 % 1 22 77 39 27 21 48 15 17 32 Siklus II 2 24 26 24 % 37,5 40,62 37,5 60,93 17 7 75 50 21 5 17 7

No 1 2 3

Komponen yang diamati Siswa yang tidak memperhatikan guru Siswa yang tidak mengajukan pertanyaan guru Siswa yang tidak aktif menjawab pertanyaan guru pertanyaan kepada guru Siswa yang tidak mengerjakan tugas Siswa yang tidak aktif kerja kelompok Siswa yang tidak aktif pada persentase kelompok Siswa yang tidak memberikan tanggapan Rata-Rata

4 5 6 7

0 62,5

0 15 19 19 28,34%

0 23,43 29,68 29,63

26 14 40 22 16 38 23 29 52 54,68%

12 3

53,12 14 5 81,25 15 4

Dari tabel 2 diperoleh bahwa terjadi perubahan ketidak aktifan siswa selama PBM berlangsung pada siklus I dan siklus II. Adapun perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Siswa yang tidak memperhatikan guru mengalami penurunan dari 60,93% pada siklus I menjadi 37,5% pada siklus II.

2. Siswa yang tidak mengajukan pertanyaan mengalami penurunan dari 75% pada siklus I menjadi 40,62% pada siklus II. 3. Siswa yang tidak aktif menjawab pertanyaan guru mengalami penurunan dari 50% pada siklus I menjadi 37,5% pada siklus II. 4. Siswa yang tidak mengerjakan tugas tidak mengalami perubahan dari siklus I ke siklus II yakni persentase 0%. 5. Siswa yang tidak aktif kerja kelompok mengalami penurunan dari 62,5% pada siklus I menjadi 32,43% pada siklus II. 6. Siswa yang tidak aktif pada persentase kelompok mengalami penurunan dari 53,12% pada siklus I menjadi 29,68% pada siklus II. 7. Siswa yang tidak memberikan tanggapan mengalami penurunan dari 81,25% pada siklus I menjadi 29,68% pada siklus II.
Hijau SIklus I Hitam SIklus II

Persentase Nilai Aktivitas Siswa

90% 609% 81.25% 80% 75% 70% 62.5% 60% 53.12% 50% 50% 40% 37.5% 40.62% 37.5% 29.68% 29.68% 30% 23.43% 20% 10% 0% 0.0% 0% 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 3. Diagram batang aktivitas siswa kelancaran PBM pada siklus I dan II

yang tidak mendukung

Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Siswa yang memperhatikan guru Siswa yang tidak mengajukan pertanyaan Siswa yang tidak aktif menjawab pertanyaan guru Siswa yang tidak mengerjakan tugas Siswa yang tidak aktif kerja kelompok Siswa yang tidak aktif persentase kelompok Siswa yang tidak memberikan tanggapan.

Dari gambar 3 di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koorperatif tipe STAD SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing yang tidak mendukung kelancaran PBM pada siklus I dan siklus II.

2. Hasil belajar Data kuantitatif pada penilaian ini berupa data hasil tes awal dan hasil tes belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing selama PBM dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning life STAD. Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif yaitu hasil tes tiap siklus.

a. Analisis deskriptif hasil pra tes Prates ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang diajarkan. Adapun nilai statistik dari hasil prates ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Nilai statistik hasil prates siswa Statistik Subjek penelitian Nilai ideal Nilai maksimum Nilai minimum Rentang nilai Mean Median Modus Sumber : Diolah dari data lampiran 2 Nilai Statistik 32 100 70 35 35 49,53 45 35

Jika skor hasil prates siswa pada tabel 3 diatas dikelompokkan dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil prates siswa Skor Kategori 0 34 Sangat Rendah 35 54 Rendah 55 63 Sedang 64 84 Tinggi 85 100 Sangat Tinggi Jumlah Sumber : Diolah dari data lampiran 2 Frekuensi 22 5 5 32 Persentase 0% 68,75% 15,62% 15,62% 99,99%

b. Analisis deskriptif hasil tes siklus I Siklus ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan 1 kali pertemuan untuk PBM dan 1 pertemuan untuk tes siklus. Adapun skor hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut : Tabel 5. Nilai statistik hasil belajar biologi siswa pada siklus I Statistik Subjek penelitian Nilai ideal Nilai maksimum Nilai minimum Rentang nilai Mean Median Modus Sumber : Diolah dari data lampiran 7 Nilai Statistik 32 100 70 45 25 55,28 50 45

Jika skor hasil prates siswa pada tabel 5 diatas dikelompokkan dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar tentang struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada siklus I Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah Sumber : Diolah dari data lampiran 7 Skor 0 34 35 54 55 63 64 84 85 100 Frekuensi 19 13 32 Persentase 0% 59,37% 0% 40,62% 0% 99,99%

Dari tabel 6 diatas diperoleh data persentase skor hasil tes siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing dengan 5 kategori yaitu sangat rendah sebanyak 0%, rendah 59,37%, sedang sebanyak 0%, tinggi sebanyak 40,62% dan sangat tinggi sebanyak 0%. Berdasarkan tabel 6 diatas maka persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing pada siklus I dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I Skor 0 64 65 100 Kategori Tidak Tuntas Tuntas Frekuensi 19 13 32 Persentase 59,37% 40,62 99,99%

Jumlah Sumber : Diolah dari data lampiran 7

Dari tabel 7 diatas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil ketuntasan belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancig pada kategori tidak tuntas sebanyak 59,37%, dan untuk kategori tuntas sebanyak 40,62% pada mata pelajaran Biologi dengan materi struktur perkembangan pada tumbuhan. Dengan demikian hasil belajar siswa tersebut dinyatakan belum tuntas secara klasifikasi sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II.

c. Analasis deskriptif hasil tes siklus II

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes siswa pada siklus I, diperoleh 24 orang siswa yang memerlukan perbaikan. Oleh sebab itu, dilakukan perbaikan PBM pada siklus II. Pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dan diakhiri dengan tes akhir. Pada pertemuan ini jumlah subjek 32 orang. Adapun hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Nilai statistik hasil belajar biologi siswa pada siklus II Statistik Nilai Statistik Subjek penelitian 30 Nilai ideal 100 Nilai maksimum 100 Nilai minimum 65 Rentang nilai 35 Mean 80,46 Median 85 Modus 85 Sumber : Diolah dari data lampiran 7

Jika skor hasil prates siswa pada tabel 8 dikelompokkan dalam 9 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar biologi pada siklus II Skor Kategori Frekuensi Persentase

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah Sumber : Diolah dari data lampiran 7

0 34 35 54 55 63 64 84 85 100

12 20 32

0% 0% 37,5% 62,5% 100%

Dari tabel 9 diatas diperoleh data persentase skor hasil tes siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, dengan 5 kategori yaitu sangat rendah sebanyak 0%, rendah sebanyak 0%, sedang sebanyak 0%, tinggi sebanyak 37,5% dan sangat tinggi sebanyak 62,5%. Berdasarkan tabel 9 diatas, maka persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing pada siklus II dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 10. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II Kategori Tidak Tuntas Tuntas Jumlah Sumber : Diolah dari data lampiran 7 Skor 0 64 65 100 Frekuensi 32 32 Persentase 16% 100%

Dari tabel 10 diatas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil ketuntasan belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing pada kategori tidak tuntas sebanyak - dan untuk kategori tuntas sebanyak 100% pada

mata pelajaran Biologi materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Dengan pembelajaran dianggap tuntas secara klasikal.

B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II, diperoleh adanya perubahan baik dari segi aktivitas maupun dari segi hasil belajar siswa. 1. Aktivitas belajar siswa Dari analisis kualitatif yang telah dilakukan, diperoleh data yang menunjukkan adanya perubahan. Pada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun perubahan keaktifan siswa tersebut dapat dilihat pada tabel II berikut : Tabel 12. Perbandingan rata-rata aktivitas siswa yang mendukung dan tidak mendukung kelancaran PBM pada siklus I dan siklus II. Lembar Observasi Aktivitas siswa kelancaran PBM yang mendukung Siklus I 44% 54,68% Siklus II 71% 28,34%

Aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM Sumber : Diolah dari data lampiran 6

Dari tabel 11 diatas diperoleh bahwa :

1. Aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM mengalami peningkatan dari 44% pada siklus I menjadi 71% pada siklus II 2. Aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM mengalami penurunan dari 54,68% pada siklus I menjadi 28,34% pada siklus II. Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram batang perubahan rata-rata aktivitas siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing pada gambar 3 berikut :
Hijau Siklus I 71% 54.68% 44% 28.34% Hitam Siklus II

80%

Persentase Nilai Aktivitas Siswa

70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II

Gambar 4. Diagram batang perbandingan rata-rata aktivitas siswa yang mendukung dan tidak mendukung kelancaran PBM pada Siklus I dan Siklus II Keterangan : I Aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM II Aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM

Dari gambar 3 diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM mengalami peningkatan, sedangkan aktivitas siswa yang tidak mendukung kelancaran PBM mengalami penurunan. Perubahan ini terjadi karena adanya motivasi atau keinginan dan kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bekerja sama membahas pelajaran sehingga mereka bisa lebih memahami dan aktif dalam PBM. Selain itu, peningkatan ini juga disebabkan oleh adanya refleksi dan pujian yang diberikan guru kepada siswa selama PBM berlangsung. 2. Hasil belajar siswa Dari hasil analisis kuantitatif yang telah dilakukan pada penelitian ini, diperoleh perbandingan hasil tes siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, antara siklus I dan siklusi II melalui model pemgbelajaran cooperative learning tipe STAD pada materi struktur dan fungsi jairngan tumbuhan yaitu sebagai berikut : a. Data statistik hasil tes biologi siswa Dari hasil penelitian diperoleh data statistik hasil tes Indonesia siswa pada prates, siklus I dan siklus II sebagai berikut :

Tabel 12.

Perbandingan data statistik hasil tes biologi siswa Siklus I 32 100 70 45 25 55,28 50 45 Siklus II 32 100 100 65 35 80,46 85 85

Statistik Prates Subjek penelitian 32 Nilai ideal 100 Nilai maksimum 70 Nilai minimum 35 Rentang nilai 35 Mean 49,53 Median 45 Modus 35 Sumber : Diolah dari data lampiran 2 dan 7 Berdasarkan tabel 12 diatas diperoleh bahwa :

1. Subjek penelitian statistik sebanyak 32 orang pada prates, siklus I dan siklus II. Sebenarnya jumlah semua siswa yang seharusnya hadir adalah 32 siswa tetapi 4 orang tidak pernah mengikuti pelajaran sampai siklus berakhir. 2. Nilai ideal statistik tetap, yaitu 100 3. Nilai maksimum statistik pada prates dan siklus I tetap yaitu 70 lalu meningkat pada siklus II yaitu 100 4. Rentang nilai statistik mengalami perubahan yaitu dari 35 pada prates menjadi 25 pada siklus I dan 35 pada siklus II 5. Nilai minimum statistik mengalami perubahan yaitu dari 35 pada prates menjadi 45 pada siklus I dan 65 pada siklus II

6. Mean meningkat dari 49,53 pada prates menjadi 55,28 pada siklus I dan 80,46 pada siklus II. 7. Median meningkat dari 45 pada pratase menjadi 50 pada siklus I dan 85 pada siklus II. 8. Modus meningkat dari 35 pada prates, menjadi 45 pada siklus I dan 85 pada siklus II. 9. Standar deviasi mengalami penurunan dari 11,88 pada prates menjadi 10,15 pada siklus I dan 9,96 pada siklus II. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 4 berikut :

Merah Prates

Hijau Siklus I

Hitam Siklus II

120% 100% 80% 60% 40% 0.3 0.32 0.3 20% 0%


SP NI N.Mak N.Min RN M Me Md 0.5 0.4 1.0 .01 1 1 0.8046 0.7 .7 0 0.65 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.10.0996 0.1 0.85 0.85

Gambar 4. Diagram batang perbandingan nilai statistik hasil tes belajar Biologi

Keterangan : SP NI : Subjek penilaian : Nilai ideal RN : Rentang nilai M : Mean

N. Mak : Nilai maksimum N. Min : Nilai Minimum

Me : Modus

Dari gambar 4 diatas, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pada nilai statistik belajar Biologi siswa pada tiap tes, perubahan ini disebabkan karena adanya perubahan pada nilai yang diperoleh pada tiap tes.

b. Data hasil belajar siswa Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, diperoleh adanya perubahan hasil tes siswa pada kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing yang dapat dilihat pada tabel 13 berikut : Tabel 13. Perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II siswa Frekuensi Siklus I Siklus II Sangat Rendah Rendah 19 Sedang Tinggi 13 12 Sangat Tinggi 20 Jumlah 32 32 Sumber : Diolah dari data lampiran 7 Kategori Persentase Siklus I Siklus II 0% 0% 59,37% 0% 0% 0% 40,62% 37,5% 0% 62,5% 100% 100% Keterangan Tetap Menurun Tetap Menurun Meningkat

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa : 1. Kategori sangat rendah tetap yaitu % 2. Kategori rendah menurun dari 59,37% pada siklus I menjadi 0% pada siklus II 3. Kategori sedang tetap yaitu 0% 4. Kategori tinggi menurun dari 40,62% pada siklus I menjadi 37,5% pada siklus II 5. Kategori sangat tinggi meningkat dari 0% pada siklus I menjadi 62,5% pada siklus II. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 5 berikut :
Hijau Siklus I Hitam Siklus II
6250%

70

Persentase Nilai Aktivitas Siswa

60 50 40 30 20 10 0
0%0%

5937%

4062% 3750%

0%

0%0%

0%

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

Gambar 6. Diagram batang perbandingan hasil tes Siklus I dan Siklus II siswa

Selanjutnya data hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II juga dapat disajikan dalam bentuk diagram garis, seperti pada gambar 6 berikut : Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 6 berikut :

Hijau Siklus I
Persentase Kategori Nilai
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0% 0%

Hitam Siklus II

0%

Gambar 7. Data hasil belajar siswa pada siklus I dan Siklus II

Dari gambar 7 diatas diperoleh bahwa puncak grafik pada siklus I berada pada kategori rendah, dan pada siklus II bergeser kekategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa selama penggunaan model pembelajaran kooperative learning tipe STAD. Berdasarkan data hasil belajar siswa di atas diperoleh bahwa data hasil ketuntasan belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing Kabupaten Maros, pada siklus I dan siklus II juga mengalami perubahan yang dibedakan atas dua kategori yaitu kategori tuntas dan kategori tidak tuntas. Adapun perubahan yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 14 berikut :

Tabel 14.

Perbandingan analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II Hasil Kategori Siklus I Siklus II 0 64 Tidak Tuntas 59,37% 65 100 Tuntas 40,62% 100% Jumlah 99,99% 100% Sumber : Diolah dari data lampiran 7 Dari data pada tabel 14 diatas diperoleh bahwa : 1. Persentase jumlah siswa yang tidak lulus mengalami penurunan dari 59,37% pada siklus I menjadi 0% pada siklus II. 2. Persentase jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari 40,62% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut :
Hijau Siklus I Hitam Siklus II
100%

Persentase Ketuntasan Belajar

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

59.37% 40.62%

0%

Tidak Tuntas

Tuntas

Gambar 8. Diagram batang perbandingan analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II

Dari gambar 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa persentase ketidak tuntasan hasil belajar siswa mengalami penurunan dan persentase ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan. Selama PBM. Berdasarkan data aktivitas siswa yang selama PBM, nilai statistik hasil belajar biologi siswa, perubahan puncak grafik kategori nilai yang bergeser dari ketegori rendah pada siklus I, ke kategori sangat tinggi pada siklus II dan siswa pada materi struktur perkembangan dan pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas siswa yang mendukung kelancaran PBM sebesar 27% yaitu dari 44% pada siklus I menjadi 71% pada siklus II dan ketuntasan hasil belajar siswa pada materi struktur perkembangan dan tumbuhan sebesar 59,38% yati dari 40, 62% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.

3. Refleksi Pada siklus I PBM belum berjalan dengan lancar, siswa rata-rata pasif dan tidak memperhatikan materi pelajaran. Akibatnya, selama PBM berlangsung hanya sedikit siswa yang memperhatikan materi, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan lisan guru dan aktif pada kerja kelompok sehingga hasil belajar siswa pada siklus I masih tergolong kurang. Hal ini disebabkan karena siswa masih dalam proses adaptasi dengan teman

sekelompoknya, karena masih adanya sikap egois dan sikap masa bodoh antar sesama anggota kelompok sehingga kerja kelompok tersebut sebagai kegiatan meniru bukan kerja sama dengan anggota kelompok yang lain. Pada siklus II PBM sudah berjalan cukup kondusif bahkan diperteman kedua PBM berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa tidak mendukung sudah tidak nampak lagi, sehingga hasil belajar yang dicapai pada siklus II dianggap sudah memuaskan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing Kab. Maros mengalami peningkatan adalah sebagai berikut : a. Memberikan stimulus dan meningkatkan daya ingat serta memotivasi siswa untuk belajar agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam PBM. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagnon dan Briggs (Benny A. Pribadi 2009) yang menyatakan bahwa Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ialah dengan memotivasi terjadinya kinerja atau prestasi, menstimulus dan meningkatkan daya ingat siswa. b. Memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa pada tiap kelompok dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru pada kartu soal. Hal ini sesuai dengan pendapatan Gagnon dan Coilay (Benny A.

Pribadi 2009) bahwa Siswa belajar dan membangun pengetahuan manakala dia terlihat aktif dalam kegiatan belajar. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab dalam kelompoknya, atas tugas yang diberikan melalui kegiatan ini siswa dapat melihat langsung kegiatan pembelajaran sehingga apa yang diperoleh dapat tersimpan lama dan dipahami oleh siswa dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Dale (St. Mariamah 2010). Bahwa Seseorang dapat belajar dengan mengalami secara langsung dan melakukan sendiri, mengamati orang lain yang mengerjakan sesuatu dan membaca. d. Melakukan umpan balik pada setiap akhir pertemuan untuk mendapatkan informasi sehingga memungkinkan peneliti untuk memperbaiki kelemahankelemahan yang terjadi pada setiap komponen dalam sistem pembelajaran sehingga peneiliti dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Hal sejalan dengan pendapat Benny. A pribadi (2009:53) yang menyatakan bahwa Umpan balik dapat digunakan sebagai fasilitas untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. e. Memberi pujian kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Secara umum terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, Kab. Maros melalui Pembelajaran Cooperative Tipe STAD pada siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar yaitu berada pada katagori tinggi sebanyak 40,62%, meningkat menjadi sangat tinggi sebanyak 62,5% pada siklus II. 2. Peningkatan keaktifan hasil belajar biologi siswa kelas VIIIa SMP Al-Ihsan DDI Lekopancing, Kab. Maros melalui Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD mengalami peningkatan mulai dari prates, siklus I sampai dengan siklus II.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar 1. Dinas Pendidikan dapat menyediakan fasilitas yang memadai dalam menumbuhkan kreativitas sikap inovatif guru dalam mendesain kegiatan pembelajaran disekolah. 2. Guru hendaknya lebih berani menerapkan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran, sebagai salah satu upaya untuk menemukan suatu metode atau pendekatan yang lebih tepat sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman H. 1993. Pengelolaan Pengajaran. Makassar. IAIN Alauddin Angkowo 2005. Media Pembelajaran-Jakarta. Penerbit : Grasindo Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers Ashari, M. 2007. Peningkatan Hasil Belajar melalui Pendekatan Pemecahan Masalah ( MMP ) Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 33 Makassar Skripsi. FMIRA UNM Makassar Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Penerbit : PT Remaja Rosda Karya. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Penerbit PT Bumi Aksara. Muhammad Faiq Dzaki, Pembelajaran Kooperatif 08 Maret 2009 Mariamah, ST. 2010. Peningkatan Hasil Belajar MTK Konsep Gangun Ruang melalui Pembelajaran Cooperative Tipe STAD Terhadap Siswa Kelas IV SD Inpres No. 36 Mamampang, Kec. Cenrana Kab. Maros. Yapim (SKRIPSI) Patima, 2010. Kreatifitas Guru dalam Pengelolaan Kelas untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII pada SMP Al Ihsan DDI Lekopancing Skripsi.STIKIP YAPIM Pribadi, Benny. A. 2009. Model Desain System Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat Rahmayanti 2008. Proses Belajar Mengajar di MTs. Darussalam Barandasi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Maros : STKIP YAPIM Maros .

Rusman 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta Penerbit : PT Raja Grafindo Persada Sahabuddin 2005. Belajar dan Mengajar. Ujung Pandang Penerbit : FIP IKIP Ujung Pandang. Sanusi, M. Noer 2004. Dunia Pendidikan Media Komunikasi Pendidikan. Makassar : Depdiknas. Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mampengaruhinya.Jakarta : Rineka Cipta. Solihatin Etin, Hj. Raharjo 2007. Cooperative Learning, Jakarta. Penerbit : PT Bumi Aksara. ____________ 1997. Guru dan Anak Didik dalam Berinteraksi. Jakarta : PT Rineka Cipta. Uno, Hamzah B 2007. Model Pembelajaran. Jakarta. Penerbit : PT Bumi Aksara.

You might also like