You are on page 1of 12

Penerapan Pendekatan Savi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Faroidh Kelas VIII Di MTs.

Nurul Amanah Madura


Jum'at 23 Sep 2011 07:36 PM Alim Sumarno, M.Pd Nur Hannah, Moch. Syaichudin Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Abstrak : Gaya belajar seorang siswa dikaitkan dengan persepsi dan indranya. Cara melihat, mendengarkan, memperhatikan, menyimak, melakukan dan meniru gerakan tubuh selama belajar berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi. Indra siswa yang terlatih dengan baik akan mempercepat daya tangkap dan mengaktifkan memori jangka panjang. Pendekatan SAVI adalah salah satu pendekatan yang mengintegrasikan unsur somatis, auditori, visual dan intelektual dalam pembelajaran. Pendekatan SAVI ini dapat diterapkan dalam pembelajaran faroidh. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian terhadap penerapan pendekatan SAVI pada mata pelajaran faroidh. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui proses penerapan pendekatan SAVI dalam kegiatan pembelajaran dan mengetahuhi seberapa besar pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pendekatan SAVI tersebut. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII MTs. Nurul Amanah Madura semester genap tahun ajaran 2008/2009 dengan jumlah 33 siswa ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen yang menggunakan desain One-Group Pretest-Posttest. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan pengadaan tes yang dianalisis dengan menggunakan prosentase dan t-test. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan data observasi, diketahui bahwa prosentase proses penerapan pendekatan SAVI memperoleh hasil 93,06%. Jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan kriteria maka tergolong sangat baik. Sedangkan untuk uji hasil tes diperoleh nilai t hitung = 10,69 yang dikonsultasikan db = 32, dengan menggunakan uji signifikan 5% sehingga diperoleh t tabel 2,04 dan diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 10,69 > 2,04. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran faroidh di MTs. Nurul Amanah Madura. Kata Kunci : Somatis, Auditori, Visual, Intelektual dan Hasil Belajar. 1. PENDAHULUAN Belajar merupakan proses yang aktif yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi di sekitar siswa. Mengajar merupakan suatu aktivitas mengatur dan mengorganisasi lingkungan sehingga mendorong siswa untuk belajar. Dua istilah belajar-mengajar menurut Dewey tidak dapat dipisahkan. Dewey dalam Sanjaya (2007:102) mengistilahkannya sebagai Teaching is to Learning as Selling is to Buying. Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke kepala seorang siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri (Silberman, 2002:XXI). Pengembangan potensi-potensi siswa dalam proses belajar, harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu (Aunurrohman, 4:2009). Pengembangan potensi siswa secara tidak seimbang dapat menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada pengembangan satu aspek kepribadian tertentu, bersifat partikular dan parsial. Persoalan yang sering muncul dalam pembelajaran adalah bagaimana cara seorang guru mengembangkan, menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa melakukan proses belajar. Hasil observasi awal yang yang peneliti lakukan di MTs. Nurul Amanah Kelas

VIII menunjukkan adanya ketidakseimbangan peran antara guru dan siswa di saat proses pembelajaran faroidh berlangsung. Guru lebih fokus berceramah yang tujuannya untuk menyampaikan bahan ajar faroidh yang berbahasa arab sedangkan siswa sibuk menulis, menangkap penjelasan dari guru, padahal Faroidh merupakan ilmu yang sangat spesifik dalam hukum Islam yang memuat kaidah-kaidah fikih dan penghitungan untuk mengetahui bagian masing-masing ahli waris dari harta peninggalan mayit, sehingga mempelajari faroidh membutuhkan keterampilan-keterampilan yang cermat dan teliti dalam menghitung waris. Hadist Nabi meramalkan bahwa di antara ilmu agama Islam yang akan dilupakan oleh masyarakat adalah faroidh. Dalam redaksi hadist Nabi yang lain dijelaskan bahwa faroidh ini merupakan salah satu disiplin ilmu dalam Islam yang sangat utama dan dianjurkan untuk dipelajari (Az-Zuhaili, 2005:7700) karena tidak jarang, dalam masyarakat timbul kesenjangan sosial yang dapat mengarah pada permusuhan antar keluarga disebabkan oleh sengketa waris. Sengketa waris terkadang juga dipicu oleh sikap ahli waris yang cenderung serakah sehingga mengabaikan kaidah-kaidah yang tertera dalam hukum waris. Oleh karenanya, sangat diperlukan sosok masyarakat yang betul-betul memahami tentang kaidah hukum waris menurut Islam dan mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya secara benar sehingga tidak mudah terombang-ambingkan oleh kemungkinan adanya benturan kepentingan antar ahli waris. Bagi mereka yang belajar faroidh diperlukan untuk menguasai seluk-beluk tentang faroidh secara mendalam. Mempelajari faroidh tidak cukup hanya dengan menghafal kaidah-kaidah hukum waris tetapi juga harus memahami ilmu hitung oleh karenanya menghafal saja tidaklah cukup untuk dapat mengimplementasikan ilmu faroidh ini. Karateristik ilmu faroidh yang tidak hanya memuat konsep fikih waris dan dalil-dalil naqli yang digali dalam Al-Quran namun juga membutuhkan keterampilan menghitung membuat siswa merasa jenuh dan kesulitan untuk berlama-lama dalam mempelajarinya. Indikasinya terlihat dari banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Sebagian siswa ada yang berbicara dengan temannya, bergurau, mengantuk, menulis baik sekedar mencoratcoret buku atau menggambar sesuatu yang tidak berkaitan dengan pelajaran dan perilaku lainnya yang perilaku tersebut mencerminkan kejenuhan mereka dalam mengikuti pembelajaran. Uraian tersebut menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Menurut analisa Dimyati dan Mujiono (2002:17), kemungkinan siswa pasif diakibatkan oleh dominannya peran guru di dalam kelas. Oleh karena itu perlu upaya untuk menyeimbangkan peran antara guru dan siswa dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dan memberikan peluang kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Killen (1998) dalam Sanjaya (2007:125) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Juliantara (2009) menjelaskan bahwa jika ditinjau dari segi penyampaian materi, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dalam pelaksanaanya lebih sering menggunakan pemberian informasi (telling), sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa di samping menggunakan pemberian informasi (telling) juga menggunakan peragaan (demonstrating) dan memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung (doing direct performance). Pendekatan pembelajaran inilah yang nantinya mengantarkan guru untuk memilih strategi, metode dan teknik yang akan diterapkan dalam pembelajaran dengan tanpa mengenyampingkan kesesuaian karakteristik materi dan gaya belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, mengatur serta mengolah informasi yang ia dapatkan (Deporter dan Hernacki, 2009:112). Masing-masing

siswa memiliki tipe gaya belajar yang berbeda-beda, di antaranya tipe pebelajar visual, auditori dan somatis atau yang biasa dikenal dengan kinestetik. Gaya belajar visual atau sering dikenal dengan pengamatan ini merupakan gaya belajar melalui melihat sesuatu, baik melihat tulisan gambar atau diagram, petunjuk serta film dan video. Tipe gaya belajar ini lebih mengedepankan pada penglihatan secara langsung. Gaya belajar auditori adalah belajar dengan lebih mengedepankan indra pendengaran. Pada gaya ini, belajar bisa dilakukan dengan mendengarkan kaset, ceramah, diskusi, debat dan instruksi verbal. Gaya belajar somatis atau kinestetik merupakan gaya belajar yang lebih mengedepankan pada keterlibatan siswa secara langsung dengan melibatkan aktivitas fisik dan gerakan tubuh seperti suka menari, bergerak, menyentuh, merasakan, dan melakukan sendiri. Aunurrahman (2009:9) berpendapat bahwa penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi, menempatkan siswa tidak sebagai individu yang dinamis akan tetapi lebih sebagai obyek yang pasif, sehingga potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal. Padahal, tujuan pembelajaran adalah untuk mencerdaskan dan memberdayakan siswa. Menurut Tilaar (2000:21) siswa yang berdaya adalah siswa yang dapat berpikir kreatif, mandiri, dapat membangun dirinya dan masyarakatnya kelak. Menurut Dimyati dan Mujiono (2002:17) Dominan guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa terlibat secara pasif. Mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan dalam pembelajaran yang lebih mengarahkan pada kegiatan siswa supaya siswa tidak lagi dipandang sebagai obyek pegajaran melainkan dipandang sebagai subyek yang aktif. Joyce dkk (2009:7), mendefinisikan bahwa guru yang sukses merupakan guru yang dapat melibatkan para siswanya dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial serta mengajarkan mereka bagaimana cara mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Sederhananya, guru yang sukses bukan sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif, akan tetapi senantiasa mengajari siswanya bagaimana menyerap dan menguasai informasi yang berasal dari penjelasannya, sedangkan pelajar efektif mampu menggambarkan informasi dan gagasan dari guru mereka. Uraian di atas menggambarkan bahwa di antara kedua pendekatan pembelajaran tersebut, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa inilah (student-centered approaches) yang lebih memberdayakan siswa dan memberikan peluang kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Suyatno (2008) mengemukakan bahwa menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Joyce dkk, (2009:4) mengemukakan bahwa cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Kesesuain perlakuan yang didapat dalam sebuah pembelajaran dengan gaya belajar siswa akan lebih meningkatkan minat dan hasil belajar dalam pembelajaran tersebut. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan juga dapat mengakomodir semua tipe gaya belajar adalah pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI ini memiliki empat unsur, di antaranya somatis, auditori, visual dan intelektual. Meier (2002:100) menegaskan bahwa belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Misalnya, seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksiskan presentasi (V), tetapi ia dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada (I). Pembelajaran faroidh dengan menerapkan pendekatan SAVI nantinya akan didesain dengan menampakkan unsur somatis ketika siswa menyelesaikan dan memperagakan kasus tertentu

dalam pembagian warisan serta mencari bagian warisan dengan mengoprasikan aplikasi faroidh. Mereka juga diminta untuk merangkum beberapa materi tentang warisan dan mencari sumber pokok dari Al-Qur`an secara mandiri mengenai bagian-bagian ahli waris untuk didiskusikan. Sehingga secara fisik mereka dapat begerak dan tentu saja keterampilan seperti berbicara dan berdiskusi mengenai pembagian warisan, membaca, menyimak, dan menulis materi faroidh dapat dilakukan dalam serangkaian kegiatan tersebut. Unsur auditori terlihat ketika siswa mendengarkan penjelasan baik dari guru maupun teman sebaya tentang hal-hal yang terkait dengan faroidh. Unsur visual terlihat ketika siswa melihat temannya yang sedang menyelesaikan masalah pembagian warisan dan mengamati guru atau temannya yang sedang menjelaskan materi. Unsur Intelektual terlihat ketika siswa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan faroidh dan problematika dalam perebutan hak waris. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan pendekatan SAVI untuk meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura, dengan harapan bahwa pendekatan SAVI ini akan mengantarkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, tanpa mengabaikan gaya belajar dari masing-masing siswa (Sidjabat, 2008). 2. KAJIAN PUSTAKA Teori yang mendasari Meier dalam mencetuskan pendekatan SAVI adalah teori belajar aktif yang diistilahkan Meier (2002:90) dengan Belajar Berdasarkan Aktivitas (BBA). Teori ini dilatarbelakangi oleh pendidikan di New England pada abad ke-19 yang cenderung memandang manusia hanya sebagai tubuh dan pikiran (Meier, 2002:56). Aktivitas tubuh dan pikiran dipisahkan dalam kegiatan belajar sehingga pembelajaran berlangsung kaku dan tidak menyenangkan. Selain itu, pendidikan di New England pada saat itu menekankan pada pembelajaran individual. Hal ini ditentang oleh Meier dan mendorongnya untuk melakukan penelitian. Menurut Meier, belajar bukanlah peristiwa kognitif yang terpisah melainkan sesuatu yang melibatkan diri seseorang secara utuh (tubuh, pikiran dan jiwa) serta kecerdasan yang utuh (Meier, 2002:42). Pendapat tersebut mengantarkan Meier pada sebuah kesimpulan penelitiannya yang menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi somatis, auditori, visual dan intelektual. Berdasarkan pandangan tersebut Meier mengajukan pendekatan pembelajaran aktif yang diberi nama Pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI ini menekan pembelajaran dengan memanfaatkan semua alat indra siswa (Rosadi, 2009). Istilah SAVI merupakan kependekan dari: Somatis (S) yaitu gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) yang menuntut belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditori (A), menekankan proses belajar melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi dan menanggapi. Visual (V), bermakna belajar dengan menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelektual (I), bermakna bahwa belajar dengan menekankan pada kemampuan berpikir (minds-on). Belajar harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan nalar, mengidentifikasi, menyelidiki, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Suhermawan, 2008). Selain itu Meier (2002:54) juga mengemukakan prinsip-prinsip pokok belajar yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. Kerjasama membantu proses belajar. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri. Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang menekankan pada penyatuan aktivitas fisik dan pikiran, penggunaan indera, kreativitas, dan kemandirian. Selain itu, prinsip pokok belajar tersebut juga menekankan adanya kerja sama dalam belajar sehingga pembelajaran kooperatif yang ditekankan dan bukan pembelajaran individual. Teori belajar aktif Meier menekankan pada keterlibatan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran. Teori ini juga memandang bahwa gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Teori tersebut berdasarkan atas letak otak manusia yang mengatur gerakan tubuh (korteks motor) terletak di sebelah otak yang berfungsi untuk berpikir. Bagian manusia yang berfungsi mengatur gerakan tubuh (korteks motor) terletak di bagian otak. Bagian ini berfungsi berpikir dan memecahkan masalah (Meier, 2002:90). Artinya, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya melibatkan tubuh dalam belajar cenderung mengembangkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Pendapat Meier di atas, dapat dikatakan bahwa tubuh dan pikiran merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan dalam belajar. Belajar akan terhambat jika tubuh dan pikiran terpisah dan sebaliknya belajar akan meningkat jika tubuh dan pikiran menyatu, dengan kata lain, aktivitas fisik dan pikiran merupakan dua esensi yang harus ada dalam belajar. Dari uraian di atas, teori belajar aktif Meier merupakan teori belajar yang menekankan adanya penyatuan aktivitas fisik dan pikiran dalam belajar. Pendekatan SAVI juga dapat mengatasi gaya belajar siswa yang beragam dalam satu kelas. Artinya dengan pendekatan SAVI, siswa yang gaya belajarnya cenderung somatis, auditori, maupun visual dapat sama-sama menyerap pengetahuan atau materi yang disampaikan oleh guru. Di samping itu, pendekatan SAVI juga menekankan pada intelektual yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Faroidh adalah mata pelajaran sebagaimana mata pelajaran lainnya. Seperti halnya mata pelajaran ekonomi, matematika, fikih dan lain sebagainya yang mempunyai ruang untuk diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI, bahkan penerapan pendekatan SAVI dalam pelajaran faroidh lebih esensial. Hal ini dikarenakan dalam pelajaran faroidh terdapat keempat unsur pendekatan SAVI. Faroidh dalam pendekatan SAVI sederhananya dapat diterapkan oleh siswa pada saat memperagakan keadaan dalam sebuah keluarga. Plotnya, dalam sebuah keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia dan siswa dituntut untuk berperan sebagai anggota keluarga, menjadi wali atau hakim dan pihak-pihak yang terkait serta siswa dituntut untuk menyelesaikan persoalan waris. Unsur somatis terlihat mulai dari peragaan meninggalnya mayit, penyelesaian biaya mayit oleh keluarga, penyelesaian hutang piutang mayit dan pembagian wasiat sebagai pra pembagian harta warisan. Penerapan unsur somatis ini sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran faroidh, karena pelajaran faroidh kurang efektif jika hanya diterapkan melalui pendekatan auditori saja seperti halnya ceramah yang menekankan pada penjelasan guru dengan tanpa adanya peragaan. Pelajaran faroidh juga tidak bisa diterapkan dengan pendekatan visual saja, dikarenakan tanpa didukung oleh personal ahli waris maka pelajaran faroidh tidak akan tergambar secara gamblang dalam pemahaman siswa. Penggabungan tiga pendekatan tersebut (somatis, auditori dan visual) membentuk intelektualitas lebih kritis serta lebih melekat dalam ingatan dan daya nalar siswa. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pendekatan SAVI di samping dapat mengakomodir semua tipe gaya belajar siswa, baik gaya belajar visual, auditori dan kinestetik, juga dapat membantu siswa untuk lebih terlibat aktif dalam sebuah pembelajaran faroidh, khususnya dalam penyelesaian masalah waris. Faroidh merupakan ilmu yang memuat dalil-dalil naqli tentang pembagian waris, sehingga di

dalamnya terdapat unsur matematik, yang dalam taksonomi bloom digolongkan dalam ranah kognitif, sedangkan pendekatan SAVI sendiri memiliki unsur somatis (s) yang lebih mengarah pada ranah psikomotor. Kendati demikian hal ini bukanlah penghambat tidak terlaksananya penelitian karena menurut temuan Lozanov belajar bukan semata-mata aktivitas verbal dan kognitif. Lozanov juga mengemukakan bahwa belajar paling baik melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indra dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi (Azmi, 2008). Hal senada juga dikemukakan oleh Suyatno (2008) bahwa menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti menerapkan pendekatan SAVI ini pada pembelajaran faroidh sekalipun menghitung merupakan aktivitas ranah kognitif. Tujuan pengajaran faroidh di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura secara garis besar adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam dalam aspek hukum waris. Alasan lebih spesifiknya yaitu mengindahkan perintah Rasulullah s.a.w. untuk belajar dan mengajarkan ilmu faroidh yang bertujuan agar tidak terjadi perselisihan-perselisihan dalam membagikan harta pusaka lantaran ketiadaan ulama ahli faraidh. Penelitian yang berjudul Penerapan Pendekatan SAVI untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Madura, hanya sebatas pada perhitungan dan pembagian warisan pada bab yang sederhana. Berikut sekelumit penjelasan materi faroidh yang berhubungan dengan penelitian adalah kewajiban sebelum membagi warisan, langkah-langkah yang dilakukan dalam membagi warisan dan ketentuanketentuan anggota keluarga yang berhak mendapatkan warisan (ahli waris). Harapan dari penerapan pendekatan SAVI pada mata pelajaran faroidh ini nantinya, akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kenyataan banyaknya ahli waris yang tidak paham tentang pelajaran faroidh menjadikan mereka tidak mengerti akan bagian waris yang harus diterimanya. Bermula dari ketidak pahaman ahli waris akan ilmu faroidh tersebut menimbulkan terjadinya konflik keluarga yang dipicu oleh sengketa waris. Proses belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal siswa itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaturan kondisi belajar. Prawiradilaga (2007:24) menjelaskan bahwa proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Masing-masing siswa dalam satu kelas memiliki prestasi yang sangat kontras. Ada siswa yang sangat pintar, sedang atau bahkan jauh dari kriteria pintar. Menurut Joyce, dkk (2009:88) hal yang demikian sering kali disebabkan oleh gaya belajar yang diterapkan oleh guru. Untuk itu, guru perlu menyesuaikan pendekatan belajar yang diterapkan dengan kondisi siswa agar mendapatkan hasil belajar yang terbaik. Guru juga bertugas mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar. Menurut Rose dan Nicoll (2006:72), kekuatan memori bergantung pada kekuatan informasi yang didaftarkan untuk pertama kalinya pada otak. McGaugh seorang peneliti dari Universitas California di Irvine meyakini bahwa otak memanfaatkan bahan-bahan (zat-zat) kimia yang dilepaskan selama stres dan emosi-emosi yang kuat untuk mengatur kekuatan penyimpanan memori. Studi penting yang diyakini McGaugh menunjukkan dengan jelas bahwa emosi sangat berkaitan erat dengan peningkatan dan penguatan memori dan kemampuan belajar (Rose dan Nicoll, 2006:75). Magnesan (dalam DePorter dkk, 2010:94) menyebutkan bahwa prosentase keberhasilan penyerapan semua yang dipelajari oleh siswa dengan masing-masing gaya belajar dapat dilihat sebagai berikut: 1. 10% kita belajar dari apa yang kita baca.

2. 3. 4. 5. 6.

20% kita belajar dari apa yang kita dengar. 30% kita belajar dari apa yang kita lihat. 50% kita belajar dari apa yang kita lihat dan kita dengar. 70% kita belajar dari apa yang kita katakan. 90% kita belajar dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.

Prosentase keberhasilan daya serap temuan Magnesan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan yang optimal dari seluruh indra siswa dalam belajar dapat mengahasilkan kesuksesan bagi diri siswa tersebut. Terlebih lagi siswa yang belajar dan terlibat langsung dalam suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu maka dianggap sebagai cara terbaik dan tahan lama. Itulah sebabnya belajar menggunakan pendekatan SAVI sangatlah penting. Alasannya, pendekatan SAVI memiliki unsur somatis, auditori, visual dan intelektual. Jika dioptimalkan secara sinergi dapat mendukung terciptanya belajar aktif. Belajar dengan menerapkan pendekatan SAVI dapat menuntut siswa belajar dengan melibatkan semua indra, baik indra pendengaran dan penglihatan, dapat berbicara, bekerja serta dapat melibatkan emosi positif seperti di saat belajar kelompok. Sylwester, dalam bukunya A Celebration of Neurons yang dikutip oleh DePorter, dkk (2010:54) mengatakan bahwa memisahkan emosi dari logika dan pemikiran dalam kelas akan mengakibatkan kehilangan sesuatu yang sangat penting karena emosi tidak bisa dipisahkan dari kegiatan lain dalam kehidupan. 3. METODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian Jenis pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti ada tidaknya pengaruh penerapan pendekatan SAVI terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis statistik (menggunakan angka-angka untuk memperoleh kebenaran hipotesis). Rancangan penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, penentuan masalah penelitian. Pada tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan yaitu membaca buku-buku yang relevan dengan permasalahan penelitian dan melakukan observasi awal atau pemahaman lapangan terlebih dahulu. Tahap kedua, pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mulai menentukan sumber data yaitu buku-buku dan data-data lapangan. Tahap ketiga, analisa dan pengkajian data, yaitu menganalisis data yang masuk dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan. Penelitian yang berjudul Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Faroidh Kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura, ini termasuk jenis penelitian quasi experiment dengan desain penelitian One Group PretestPosttest.3.2 Variabel Penelitian Variabel yang diperoleh dari judul Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Faroidh Kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura, di antaranya: 1. Variabel bebas (kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu gejala), yaitu: Pendekatan SAVI yang diterapkan dalam pembelajaran faroidh dengan pembahasan perhitungan dan pembagian warisan pada siswa kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura. 2. Variabel terikat (segala bentuk peristiwa atau gejala yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan variable bebas), yaitu: hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari pengalaman dan proses belajar.

3.3 Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Program Keagamaan di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura yang terdiri atas satu ruang kelas dengan jumlah 33 siswa dan seorang guru mata pelajaran faroidh.3.4 Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang berkualitas dan valid dalam suatu penelitian memerlukan adanya metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data (Arikunto, 1995:134). Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Observasi Metode observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indera (Arikunto, 2006: 156). Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi secara langsung, yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang diselidiki dalam situasi yang sebenarnya. Metode observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran selama penelitian, yaitu pengamatan terhadap penerapan pendekatan SAVI pada mata pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura. Berikut uraian data dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini: 1. Data yang dibutuhkan adalah Data tentang proses Implementasi Pendekatan SAVI sebagai pendekatan belajar. 2. Sumber datanya adalah Guru dan siswa kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Madura. b. Metode Tes Metode Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Sudjana (2005:35) menjelaskan bahwa tes sebagai alat penilaian merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tindakan atau perbuatan (tes perbuatan). Metode tes jika ditinjau dari bentuk soal, terbagi atas tiga macam, yaitu: (1) soal uraian atau essay, (2) soal obyektif dan (3) soal-soal berstruktur atau structured questions (Sudjana dan Ibrahim, 2004:261). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk soal objektif tipe pilihan ganda atau yang biasa disebut dengan multiple choice. Menurut Sudijono (2005:188), multiple choice yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataaan yang sifatnya belum selesai dan untuk menyelesaikan harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiaptiap butir soal. Tes ini diberikan pada siswa kelas VIII PK dengan durasi 1 x 40 menit, dengan jumlah 20 soal pretest dan 20 soal posttest. Tes yang biasa digunakan di sekolah dibedakan menjadi dua yaitu: (1) tes buatan guru yang disususun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya., (2) tes standart (standardized test), yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing dan sudah terjamin keampuhannya. Tes terstandar sudah mengalami proses standarisasi, yakni proses validitas dan keandalan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi kelompok tertentu (Purwanto, 2006: 33). Berdasarkan kedua jenis tes di atas, tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tes standar. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa mengenai mata pelajaran faroidh pokok bahasan pembagian warisan.3.5 Teknik Analisis Data Berdasarkan atas rumusan masalah yang telah diajukan maka sumber datanya diperoleh dari guru dan siswa, untuk itu peneliti menggunakan metode observasi (pengamatan terhadap

implementasi pendekatan SAVI), yang penyajian datanya menggunakan tabel distribusi frekuensi relatif atau biasa disebut tabel persentase (Hariyadi, 2009:24), sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi pendekatan SAVI terhadap hasil belajar siswa menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus uji t (t-test). 4. HASIL PENELITIAN Berdasarkan pada hasil data di atas, diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan pendekatan SAVI dikatakan berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil analisis data observasi yang mencapai hasil 93,06. Jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan kriteria penilaian maka tergolong sangat baik begitu pula dengan hasil tes yang menunjukkan adanya peningkatan. Pada pembelajaran sebelum menerapkan pendekatan SAVI diperoleh hasil (pretest) sebesar 2075. Setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan pendekatan SAVI terhadap mata pelajaran faroidh maka diperoleh hasil (posttest) sebesar 2520. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam pembelajaran. Begitulah yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 5%, df=33-1=32, sehingga diperoleh t tabel 2,04 dan t hitung 10,69. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa perolehan t hitung lebih besar dari t tabel dengan perbandingan angka 10,69>2,04. Berdasarkan hasil t hitung yang diperoleh mengindikasikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh siswa kelas VIII di MTs Nurul Amanah Bangkalan Madura. Dari perolehan perhitungan data di atas, maka hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi Ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam mata pelajaran faroidh diterima, sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam mata pelajaran faroidh ditolak. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian dan saran yang diperlukan untuk perbaikan dalam peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran faroidh. Maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut: 5.1 Kesimpulan 1. Proses pembelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah ini disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dengan menitik beratkan pada penerapan pendekatan SAVI. Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pendekatan SAVI oleh guru pengampu mata pelajaran faroidh berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil observasi atas kemampuan guru pengampu mata pelajaran faroidh dalam menerapkan pendekatan SAVI di kelas VIII MTs. Nurul Amanah yang memperoleh hasil dengan prosentase 93,06. jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan kriteria maka tergolong sangat baik. 2. Dari hasil analisis data pada bab IV, diketahui terdapat kenaikan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Hal ini dibuktikan melalui uji-t yang memperoleh nilai 10,69 dengan db 32 dan taraf signitif 5% sehingga diperoleh t tabel 2,04. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan hasil posttest. Ini menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa telah mengalami peningkatan setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam pembelajaran faroid. Dengan demikian maka hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini dinyatakan dapat diterima. Dari pembelajaran di atas diketahui bahwa penerapan pendekatan SAVI ini efektif digunakan dalam proses pembelajaran faroidh kelas VIII tingkat Tsanawiyah atau sederajad karena dapat mempermudah siswa menyerap bahan pelajaran, serta menerapkan pengetahuan danketerampilan yang dipelajarinya. 5.2 Saran 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa setelah diterapkannya pendekatan SAVI dalam kegiatan pembelajaran faroid, maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Oleh karenanya, maka hendaknya pendekatan SAVI ini dapat diterapkan pada materi pelajaran dengan pokok bahasan yang lain, yang mempunyai karakteristik sama dengan pokok bahasan Maw?ri?. 2. Guru hendaknya memaksimalkan pendekatan SAVI sesuai dengan karakteristik materi dalam kegiatan belajar mengajar untuk memberikan kebermaknaan dalam pembelajaran. 3. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi merupakan fasilitator dan motivator yang berpengaruh pada siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran tidak membosankan, maka guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendorong siswa lebih termotivasi dan aktif, salah satunya dengan memanfaatkan pendekatan SAVI di dalam pembelajaran. 4. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SAVI dapat memberikan pengetahuan yang kongkrit dan jelas, sehingga dengan pengetahuan tersebut siswa lebih aktif dalam mengeksplorasikan hasil temuan belajarnya ke dalam kelompoknya supaya pengetahuan yang diperoleh tersebut menjadi pengetahuan baru yang memacu siswa untuk dapat berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran faroidh ataupun mata pelajaran yang lainnya. 5. Untuk menerapkan pendekatan SAVI, sebaiknya disediakan sebuah media pembelajaran sehingga konsep SAVI sebagai pembelajaran yang menyenangkan dan menarik dapat tercapai. 6. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas siswa, oleh karenanya, guru sebaiknya lebih mengarahkan dan mengontrol aktivitas siswa supaya aktivitas siswa yang tidak sesuai dalam pembelajaran dapat diminimalkan. DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Husni. Pengertian Belajar dari Berbagai Sumber. (Online), (http://husniabdillah.multiply.com/jounal/item/9, diakses 9 Juli 2010). AECT, 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Al-Ghozy, Muhammad bin Qasim. 2005. Fath al-Qariib al-Majiid. Surabaya: Alhidayah. Al-Hadromy, Said bin Said Nabhan. 2005 Nadzmu Iddatul Faaridh fii Ilmil Faraaidh, Surabaya: Alhidayah. Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. _______, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. As-Syarbiny. 1958. Mughnil Mukhtaj. Juz 3. Cairo: Mushthafa al-Babil Halaby.

Aunurrohman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Azmi, Shofiyatul. 2008. Accelerated Learning dan Implementasinya di Indonesia. (Online), (http://fkip.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=26, diakses pada 27 Oktober 2010). Az-Za`balawi, Muhammad Sayyid Muhammad. Tanpa Tahun. Pendidikan Remaja: Antara Islam dan Ilmu jiwa. Terjemahan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani. Jakarta: Gema Islam. Az-Zuhaili, Wahbah, 2005. Al-Fiqhul Islam wa Adillatuh. Juz 10 Damaskus: Darul Fikr. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. DePorter, Bobbi and Hernacki, Mike. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan oleh Alawiyah Abdurrahman. 2009. Bandung: Kaifa. _______, Bobbi. dkk. 1999. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan oleh Ary Nilandari. 2010. Bandung: Kaifa. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful B. dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hariyadi, Moh. 2009. Statistik Pendidikan: Panduan Lengkap dari Design sampai Analisis Statistik Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Harun, Badriyah. 2009. Panduan Praktis Pembagian Waris. Yogyakarta: Pustaka Yustita. Joyce, Bruce. dkk. 2009. Models of Teaching. Edisi 8. Terjemahan oleh Ahmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Juliantara, Ketut. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional. (Online), (http://kompasiana.com/post/4cd6acec8ead0eb112ed0200, diakses pada 12 Oktober 2010) Jumaely, Achmad. 2007. S.A.V.I Membaca ala Dave Meier (Online), (http://anakrinjani.blogspot.com/2007/01/savi-membaca-ala-dave-meier.html, diakses 13 juli 2010). Meier, Dave. 1999. The Accelerated Learning Handbook. Terjemahan oleh Rahmani Astuti. 2002. Bandung: Kaifa. Monks, F.J., dkk. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nasution, S. 2000. Disdaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Olivia, Femi. 2002. Teknik Mencatat: Menciptakan Kebiasaan Mencatat yang Efektif dengan Metode STPU (Simak, Tulis, Paham, Ulang). Jakarta: Elex Media Komputindo. Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran: Intructional Design Principles. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Bandung: Remaja Rosdakarya. , 1991. Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya. Rosadi, Yadi. 2009. Macam-Macam Metode Pembelajaran. (Online), (http//:yadirosadi.co.cc/macam-macam-metode-pembelajaran, diakses 22 Maret 2009). Rose, Colin dan Nicholl, J. Malcolm. 1997. Accelerated Learning: for The 21st Century. Terjemahan oleh Dedy Ahimsa. 2006. Bandung: Nuansa.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman, A. M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada. Sarimanah, Eri. 2009. Kasus Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. (Online), (http://eri-s-unpak.blogspot.com, diakses pada 12 April 2009). Seels, Barbara. B. dan Richey, Rita C. Tanpa Tahun. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Terjemahan oleh Dewi S. Prawiradilaga, dkk. 1994. Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta. Shalahuddin, Mahfudz. 1991. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu. Sidjabat, B. S., 2008. Teori Pembelajaran Aktif dalam PAK. (Online), (http://tiranus.net/, diakses pada 8 Maret 2009). Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terjemahan oleh Adzfar Ammar, dkk. 2002. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, Anas. 2005a. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. _______, Anas. 2005b. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. _______, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. _______, Nana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. _______, Nana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sufyan. 2005. Panduan dan Referensi Belajar Ilmu Faroid Berdasarkan Syariat Islam. Faroid Web. (Online), (http://opi.110mb.com/, diakses pada 22 Maret 2009). Suhermawan, Erman. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya (Online), Vol. 5, No. 2 (http//:educare.e-fkipunla.net/index2.php, diakses 9 Juli 2010). Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suyatno. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. (Online), (http//:garduguru.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-inovatif-untuk html,diakses 9 Juli 2010) Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada. Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Redaksin KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka. Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Widjaja, Rahman. 1992. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel. 1991. Psikologi pengajaran. Jakarta:Grafindo Persada.

You might also like