You are on page 1of 18

PERINSIP-PERINSIP BELAJAR

Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan perinsip-perinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu; 1. Hal apapun yang dipelajari murid,maka ia harus mempelajarinya sendiri.Tidak seorangpun yang dapaat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatanya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcemen) 4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik. IMPLIKASI PERINSIP-PERINSIP BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN 1. Prinsip perhatian dan termotivasi Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi didalam peribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal.Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya ekstrensik.Motivasi internal dan motivasi ekstrinsik,adalah dorongan diri dalam individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu.Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan motivasi ekstrensik menjadi motivasi intrensik pada seseorang disebut transformasi motif (Dimyati dan Mudjiono,1994:41) Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sbb: a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek-aspek biologis, social dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki pada saat ini. b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. c. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian. d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cendrung meningkatkan motivasi belajar. e. Motivasi bertambah bila para pengajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari

kebutuhannya dapat dipenuhi. f. Kajian dan penguatan guru ,orangtua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan prilaku. g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar. h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi. i. Sikap ytang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan. j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi. Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha: Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik. Mengkondisikan proses belajar aktif. Mengunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa didalam belajar (misalnya kebutuhan untuk dihargai,tidak merasa tertekan dsb). Meyakinkan siswa bahwa meraka mampu mencapai suatu prestasi. Mengoreksi sesegera mungkin pelajaran siswa dan sesegera mungkin pula memberitahukan hasilnya kepada siswa. Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan menghubungkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

2. Prinsip transfer dan retensi Belajar dianggap bila seorang siswa dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar itu dalam situasi baru.Inilah yang disebut proses transfer. Sedangkan yang disebut proses retensi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajarnya. Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu: a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi. b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik. c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi. d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik. e. Penelahan bahan-bahan factual,ketrampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi. f. Proses belajar cendrung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hgasil yang memuaskan. g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari

dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa. i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila menghubunghubungkan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan. j. Tahap terakhir proses belajar seyogianya memasukan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer. 3. Prinsip Keaktifan Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pengertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterprestasikan dan dikonstruksi oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Bettencourt,1989). Dalam proses konstruksi itu menurut Glasesferld, diperlukan beberapa kemampuan; 1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (Justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan. 2. Kemampuan untuk lebih menyukai penglaman yang satu daripada pengalaman yang lain. 3. Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran adalah: a. Memberikan kesempatan,peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk beraktivitas dalam poses belajarnya. b. Memberi kesempatan melakukan pengamatan,penyidikan atau inkuiri dan eksperimen. c. Memberi tugas individual dan kelompok melalui control guru. d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang respons terhadap pertanyaanpertanyaan yang diajukan. e. Menggunakan multe metode damn multe media di dalam pembelajaran.

4 Prinsip Keterlibatan Langsung Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah: Menaktifkan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas. Mengunakan media secara langsung dan melibatkan siswa di dalam praktik penggunaan tersebut. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau ekperimen. Memberikan tugas-tugas praktik.

Bagi siswa implikasi keterlibatan langsung ini adalah: Siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Siswa di tuntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas. 5 Prinsip Pengulangan Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya.Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat mengamati, menghafal, menanggapi, dsb. Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga di dasari oleh teori psikologi Assisiasi atau connecsionisme yang di pelopori oleh Thorndike dengan salah satu hukum belajarnya Low of exercise,yang mengemukan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentinnya proses latihan.Psikologi berpandangan bahwa munculnya respons,tidak saja di sebabkan oleh adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak di sebabkan karena adanya stimulus yang dikondisikan.Dalam kontek ini dikondisikan dapat diartikan dengan dibiasakan.Belajar adalah merupakan salah satu bentuk upaya mengkondisikan atau membiasakan suatu prilaku. Stephen R.Covey, pengarang buku the 7 habits of Effective people, mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan.Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan mengapa ketrampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam hidup kita, kita harus mempunyai tiga hal berikut:

Pengetahuan (Apa yang harus dilakukan,mengapa)

Kebiasaan

Keinginan (mau melakukannya) Ketrampilan (bagaimana melakukan)

Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah: Memilih pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan; Merancang kegiatan pengulangan; Mengembangkan soal-soal latihan; Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.

6 Prinsip Tantangan Deporter (2000:23) mengemukan bahwa studi-studi menunjukan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Mihaly Csikszientmihalyi, psikolog dari Universitas Chicago dikenal karena penelitiannya dalam mengkomentasikan suatu keadaan flow , yang didifenisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tak berarti lagi. Goleman menjelaskan tentang keadaan flow ini.Jika tuntunan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan Jika tuntunan terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas.Flow terjadi didaerah genting yaitu antara kecemasan dan kebosanan. Kurt lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya Teori Medan (Field Teory), mengemukan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.Dalam situasi belajar, siswa berhadapan dengan cita-cita yang ingin dicapainya,akan tetapi ia selalu dihadapkan pada hambatan yaitu mempelajari bahan belajar. Bila hambatan-hambatan belajar dapat diatasi dan tujuan belajarnya dapat tercapai, maka ia masuk di dalam medan baru,. Dalam pandangan konstruktivisme semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konsruksi kita sendiri.karena itu mereka menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada orang lain. Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acaun bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar.yaitu; Merancang dan mengelola kegiatan inquiri dan ekperimen; Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa; Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran; Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik; Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi;

Merancng dan mengelola kegiatan diskusi. 7. Prinsip Balikan dan Penguatan Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui teori Operant Conditioning dan salah satu hokum belajar dari Thorndike yaitu law of effect. Menurut hokum belajar ini siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Namun dporongan belajar menurut Skiner tidak hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong opleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain kedua-duanya sama dapat mendorong proses belajar. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif, demikian juga apabila siswa tidak mendapatkan nilai yang baik akan mendorong mereka belajar yang lebih giat lagi. Memberikan penguatan dan balikan merupakan hal yang kedengaranya sederhana dan mudah, akan tetapi sering kali tidak terlalu mudah untuk dilakukan oleh setiap guru. Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan,yaitu sbb: Membangkitkan motivasi belajar peserta didik Merangsang peserta didik berpikir lebih baik Menimbulkan perhatian peserta didik Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi Mengendalikan dan mengubah sikap negative peserta didik dalam belajar kearah prilaku yang nendukung belajar. Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan oleh guru: o Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang diucapkan,seperti: bagus, baik, smart, tepat, dan sebagainya. o Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimic muka yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa: tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dsb. o Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, berdiskusi atau sedang melakukan aktivitas-aktivitas yang lainnya. o Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak, berjabat tangan, mengusap kepala peserta didik, dll. o Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan, memberikan penghargaan kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu, seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vocal pada teman-temannya. o Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada peserta didik berupa symbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana dan sebagainya. Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus menjadi perhaian guru.Berikut adalah

beberapa di antara situasi yang cocok untuk memberi penguatan; a) Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan, atau merespon stimulus guru atau peserta didik yang lain. b) Pada saat peserta didik menyelesaikan PR c) Pada saat peserta didik mengerjakan soal-soal latihan d) Pada waktu perbaikan dan penyempurnaan tugas e) Pada saat penyelesaian tugas kelompok dan mandiri f) Pada saat membahas dan membagikan hasil-hasil latihan dan ulangan g) Pada situasi tertentu takala peserta didik mengikuti kegiatan secara sungguh-sungguh.

Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain: 1. Memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik, waktu maupun bentuknya. 2. Memberikan kepada siswa jawaban yang benar 3. Mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa 4. Memberikan catatan pada hasil belajar siswa baik berupa angka maupun komentar-komentar tertentu 5. Memberikan lembar jawaban atau kerja siswa 6. Mengumumkan atau mengimformasikan peringkat secara terbuka 7. Memberikan penghargaan.

8. Prinsip Perbedaan Individual Dalam pandangan DePorter & Hernacke (2001:177) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu; a. Orang-orang yang visual, yang sering ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara ditelpon, berbicxara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasan. b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara daripada menulis. c. Orang-orang yang kenistetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau beerjalan, sulit untuk dududk dan diam.

Michael Grinder, pengarang Rigthting the Education Conveyor Belt (DePorter Hernacke, 2000:112), telah mengajar gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Ia mencatat bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar du puluh dua orang yang mampu belajar secara cukup efektif dengan cara-cara visual, auditorian dan kenistetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang memilih modalitas belajar dan sangat

menonjol melebihi dua modalitas lainnya.Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahi perintah. Peserta didik adalah individu yang memilik keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak seorangpun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kemar.Perbedaan individual ini merupakan koadrat manusia yang bersifat alami. Secara lebih spesipik berkenaan dengan implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru yaitu sbb: 1) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahmi kekuatan dan kelemahan dirinya untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka butuhklan 2) Para siswa harus terus didorong untuk mampu memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan melakssanakan kegiatan 3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat, tujuan dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para peserta didik cendrung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya. 4) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dari siswa-siswa yang lain. 5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki keleluasaan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar. 6) Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cendrung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh. 9. Prinsip Belajar Kognitif Beberapa hal berikut ini sangat penting untuk diperhatiukan dalam proses pembelajaran kognitif; a) Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi. b) Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada. c) Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif. d) Pengalaman belajar harus diorganisasikan kedalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai. e) Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting. Prilaku mencari, penerapan, pendifinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna. f) Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendifinisikan dan membatasi lingkup massalah, menemukan informasi yang saesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir yang multi dimensional (divergen thinking).

10. Prinsip Belajar Afektif Pembelajaran efektif dapat dilakssanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang diharapkan bguru memperhatikan beberapa hal berikut; Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi sering diperoleh memlalui proses identifikasi dari orang lain. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar prilaku kelompok. Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar efektif. Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat. Proses belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Model interaksi guru dan siswa yang posotif dalam proses pembelajaran dikelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif dikalangan siswa. Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap, perana serta emosi. 11. Prinsip Belajar Psikomotorik Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik; 1) Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlansung secara beraturan, dan sebagian diantaranya tidak beraturan 2) Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukan variasi kemampuan dasar psikomotorik 3) Struktur ragawi dan system saraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotorik 4) Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik 5) Seirama derngan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat 6) Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu 7) Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi belajar psikomotorik 8) Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar psikomotorik 9) Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat meniumbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat. RANGKUMAN Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan di anggap penting yang

dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip belajar dapat merupakan akumulasi pengalaman panjang guru tentang hal-hal posotif yang mendukung terjadinya proses belajar dan pencapaian hasil belajar yang diharapkan, atau bersumber dari temuan-temuan penelitian yang sengaja dirancang untuk menguji validitas prinsip-prinsip belajar tertentu yang diyakini efektivitasnya. Prinsip-prinsip belajar bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip belajar akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Beberapa prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan di yakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah; 1) Prinsip perhatian dan motivasi 2) Prinsip transfer dan retensi 3) Prinsip keaktifan 4) Keterlibatan langsung 5) Prinsip pengulangan 6) Prinsip tantangan 7) Prinsip balikan dan penguatan 8) Prinsip perbedaan individual. Di samping prinsip belajar yang berlaku umum tersebut, beberapa ahli juga memberikan penekanan tentang perlunya kekhususan prinsip belajar pada masing-masing ranah pembelajaran, yang dijabarkan dalam tiga prinsip, yaitu; Prinsip-prinsip belajar kognitif Prinsip-prinsip belajar afektif Prinsip-prinsip belajar psikomotorik. Penerapan prinsip-prinsip belajar diatas terimplementasi di dalam model dan metode pembelajaran yang dikembangkan guru. Oleh sebab itu ketika menyususn perencanaan pembelajaran, di ssamping memilih dan menentukan metode pembelajaran, guru juga sebaiknya mengkaji prinsip-prinsip belajar secara cermat agar seluruh aktivitas pembelajaran benar-benar dapat mendorong terjadinya proses belajar siswa secara aktif. _______________________________________________________________________ Sumber:Belajar dan Pembelajaran.Karangan Dr.Aunurrahman,M.Pd

JENIS PRINSIP BELAJAR YANG LAIN:

1. Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk tugas khusus. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa.Yang dikaksud dengan kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi, dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seorang dapat belajar. Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: a. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya. b. Kesiapan belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan. c. Bila seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa. d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya. e. Bahan-bahan kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.

2. Prinsip motivasi (motivation) Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar yang memprakarsasi kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Berdasarkan motivasi itu ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan: a. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, social dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberikan dorongan untuk mencapai suatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini. b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat menambah kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar. c. Dorongan yang mengatur prilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contonya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai sesuatu. d. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang termasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah. e. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cendrung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada pada perinsip dan pandangan seseorang itu sendiri. Oleh karena itu tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang ssama untuk melakukan sesuatu. f. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat terpenuhi. g. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku. h. Insenif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas. i. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tetapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan. j. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan. k. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan pada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi. 3. Prinsip persepsi Seseorang cendrung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interprestasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seorang melihat situasi tertentu.

Berdasarkan dengan persepsi ini ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan: Setiap pelajar melihat dunia berbeda diantara satu dengan yang lainnya. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap alasan, pengalaman, kesehatan, perasaaan dan kemampuannya. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situasi seorang pelajar cendrung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberikan kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik tergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Persepsi dapat berlanjut dengan memberikan para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mengklasifikasikan persepsi mereka. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya. 4. Prinsip Tujuan Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya. Tujuan guru dan murid seyogianya harus sesuai. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar.Karena itu guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima oleh pelajar.

Sumber: Rothwell, A.B. Learning Principles, dLm Carlk L.H Strategeis and tactics and secondary School Teaching a Book of Readings, Toronto: the mac Millan, Co.,(1968

Prinsip-prinsip Belajar dan Aplikasinya dalam Pembelajaran


OPINI | 23 November 2010 | 21:15 Pengertian Prinsip Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein, 2001:1089) Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993) Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996) Pengertian Belajar Suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri (Wingkel, 1987) Suatu perilaku yang ditimbulkan dari respon belajar (Skinner) Suatu aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen (Walra, rochmat, 1999:24) Prinsip Belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar PBM dapat berjalan dengan baik antara pendidik denganb peserta didik Prinsip Belajar Menurut Slameto 1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar 2. Sesuai dengn materi yang dipelajari Prinsip Belajar Menurut Gestalt Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehinnga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya. Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies Dibaca: 2271 Komentar: 0 Nihil

Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa. Prinsip Belajar Menurut Rochman Natawidjaja dkk Prinsip efek kepuasan (law of effect) Prinsip Pengulangan (law of exercise) Prinsip kesiapan (law of readiness) Prinsip kesan pertama (law of primacy) Prinsip makna yang dalam (law of intensty) Prinsip bahan baru (law of recentcy) Prinsip gabungan (perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan) Prinsip Belajar Secara Umum Perhatian dan Motivasi Keaktifan Keterlibatan langsung atau pengalaman Pengulangan Tantangan Balikan dan penguatan (law of effect) Perbedaan individual Implikasi Prinsip Belajar Bagi Siswa dan Bagi Guru Perhatian dan Motivasi Siswa : Dituntut memberikan perha-tian terhadap semua rang-sangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar. Guru : Mengunakan metode yang bervariasi. Mmemilih bahan ajar yang diminati siswa.. Keaktifan

Siswa : Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional. Guru : Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri Keterlibatan langsung/Pengalaman Siswa : Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka. Guru : Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi. Pengulangan Siswa : Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang Guru : Merancang hal-hal yang perlu di ulang. Tantangan Siswa : Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan eksperimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan. Guru : Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan. Balikan dan penguatan Siswa : Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru Guru :Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas. Perbedaan Individual Siswa : Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa Guru : Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa

Prinsip-prinsip Belajar
Posted on April 26, 2011 | 2 Comments Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2003:36). Sedangkan menurut Morgan (Sagala, 2006:13). Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Berdasarkan Hamalik dan Morgan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku pada diri siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam proses belajar ada prinsip belajar yang harus dipegang agar kegiatan belajar tersebut terarah dan baik. Menurut Sagala (2006:53), Prinsip-prinsip belajar sebagaimana berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Law of Effect Spread of Effect Law of Exercise Law of Readiness Law of Primacy Law of Intencity Law of Recency Fenomena Kejenuhan Belonging ness

Adapun pengertian prinsip belajar di atas adalah sebagai berikut: a. Law of effect Yaitu berupa hubungan timbal balik antara rangsang yang diberikan guru kemudian siswa memberikan reaksi, sebaiknya suasana belajar dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan, supaya siswa lebih semangat dan mendapatkan hasil yang memuaskan. b. Spread of Effect

Yaitu suatu respon yang diberikan siswa terhadap hasil pembelajaran c. Law of Exercise

Yaitu hubungan timbal balik antara rangsang dan respon, harus sering dilatih maka hasil belajar akan lebih optimal. d. Law of Readiness

Yaitu suatu keadaan dimana siswa dalam keadaan siap untuk belajar sehingga proses pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. e. Law of Primacy

Yaitu keadaan dimana siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, sehingga siswa merasa puas atau senang f. Law of Intencity

Memberikan penjelasan yang lebih terperinci apabila diupayakan melalui upaya yang dinamis. g. Law of Recency

Yaitu sesuatu pelajaran yang baru dipelajari dan mengesankan akan lebih mudah h. Fenomena Kejen

Yaitu suatu pelajaran bosan pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran i. Belonging ness

Keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku. Menurut Wittig (Muhibbin, 2005:114) proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: a. b. c. Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi) Stoge ( tahap penyimpanan informasi) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

Maksud dari tiga tahapan proses di atas adalah sebagai berikut: 1. Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi)

Tahapan ini adalah mulainya siswa menerima pengetahuan atau informasi yang kemudian merespon informasi atau pengetahuan tersebut, sehingga dapat menimbulkan pemahaman dan perubahan prilaku pada diri siswa. 2. Stoge ( tahap penyimpanan informasi)

Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan Acquisition, yaitu setelah siswa mendapatkan informasi atau pengetahuan maka secara otomatis siswa tersebut akan menyampaikan pemahaman dan perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri siswa tersebut. 3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

Proses retrieval adalah proses dimana siswa tersebut merespon masalah yang dihadapi dengan mengungkapkan dan memproduksi kembali atau dengan kata lain mengingat kembali apa yang tersimpan dalam memori baik berupa informasi, simbol pemahaman ataupun perilaku tertentu

You might also like