You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HAMA TANAMAN ACARA II PRILAKU SERANGGA TERHADAP CAHAYA

Disusun Oleh : Nama Nim : Adik pipit aprilianto : 11589

Hari /Tanggal : Selasa / 25 Oktober 2011 Kelompok Asisten : 1 : 1. 2. 3.

LABORATORIUM ENTOMOLOGI TERAPAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

I.

TUJUAN

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah 1. Supaya diketahuinya tipe reaksi prilaku serangga terhadap cahaya 2. Supaya diketahuinya manfaat fototaksis dalam pengendalian hama

II.

TIJNJAUAN PUSTAKA

Hama merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan pada hasil

pertanian baik

dilapangan maupun ditempat penyimpanan. Kerugian akibat serangga hama dan penyakit di Indonesia diperkirakan rata-rata setiap tahun 15-20% dari potensi produksi pertanian total. Di Indonesia telah diidentifikasi sekitar 20 jenis serangga yang terdapat pada bahan pangan yang disimpan di gudang, namun hanya sebagian yang penting. Beberapa serangga seperti kupu-kupu gabah ( Sitotroga cerealella ), kumbang beras ( S. oryzae ), dan kumbang jagung ( S. zeamays ) sudah dapat menyerang padi atau jagung di lapang untuk kemudian berkembang biak di gudang (Untung, 1993). Proses pemilihan inang oleh serangga dewasa melalui suatu rangkaian kejadian, tiap kejadian terdahulu membuka jalan untuk kejadian berikutnya. Serangga dewasa sampai pada habitat inang melalui mekanisme yang berhubungan dengan fototaksis, anemotaksis dan geotaksis. Penglihatan atau penciuman merupakan mekanisme indera jarak jauh yang dapat membawa serangga yang sudah berada pada habitat inang ke tanaman inang. Dalam seleksi inang, bau yang dikeluarkan oleh senyawa volatile (mudah menguap) dari hasil metabolisme sekunder tanaman dapat mengarahkan serangga fitofag pada tanaman. Setelah terjadi kontak antara serangga dengan tanaman inang maka informasi yang diterima melalui indera peraba dan reseptor kimia akan menentukan apakah serangga akan diam atau meninggalkan tanaman tersebut (WIJAYA, 2007). Faktor fisik tanaman dapat berperan dalam penemuan dan pengenalan inang oleh serangga berdasarkan penglihatan. Salah satu faktor fisik yang dapat berperan positif dalam penemuan dan pengenalan inag adalah warna. Permukaan tanaman relatif hanya dapat memantulkan cahaya dengan kisaran gelombang antara 350 650 nm (Owen 1983). Hama hama tanaman banyakyang melakukan kegiatannya pada malam hari, kupu kupu banyak pula meletakkan telurnya pada malam haroi, gerakan larva demikian pula dan

selalu berlindung ditempat yang gelap atau banyak ditutupi daun- daunan. Ini menandakan bahwa hama tersebut pandai memenfaatkan waktu serta cahaya yang gelap agar aman bagi dirinya dalam melancarkan segala kegiatan pengerusakannya. Hama ham gudang terutama pada saat melakukan kopulasi atau perkawinan dan meletakkan telurnya banyak yang menyukai keadaan atau tempat yang gelap, demikian pula dalam kegiatan merusaknya (Kartasapoetra, 1991). Tingkah laku serangga dalam memilih makanan, meletakkan telur, berpindah tempat (migrasi) pada umumnya banyak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain kondisi kelembaban udara, warna, temperatur, jenis makanan, dan cahaya. Pada serangga Sitophilus sp., factor yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku serangga dalah kelembaban relative udara sekitar. Selain kelembaban udara dan warna, tingkah laku serangga juga dipengruhi oleh intensitas cahaya. Pada serangga Spodoptera exigua, intensitas cahaya berpengaruh dalam mencari makanan. Pada kondisi gelap, larva dari serangga ini cenderung mengumpul pada permukaan daun untuk makan, akan tetapi pada kondisi terang cahaya, larva dari serangga ini akan turun ke permukaan tanah untuk bersembunyi (Rugaya, 2010). Fotoreseptor adalah indera yang berfungsi untuk menerima cahaya. Komunikasi visual pada serangga terhadap tumbuhan terjadi karena adanya alat indera yang menerima cahaya seperti mata majemuk, mata tunggal dan stemata. Mata majemuk pada serangga dewasa umumnya terdiri dari dua buah yang letakkan sedemikian rupa dan menonjol, sehingga dapat memberikan lapangan pandangan yang luas. Setiap mata majemuk terdiri dari sejumlah ommatidia yang banyaknya bervariasi tergantung dari jenis serangganya. Mata majemuk lalat rumah terdiri dari 4000 ommatidia. Setiap ommatidium dilengkapi dengan lensa cembung tembus cahaya (cornea), bagian penerima cahaya dan bagian saraf yang berfungsi menangkap radiasi kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang selanjutnya diteruskan ke otak. Terangnya bayangan yang diterima oleh setiap ommatidium tergantung pada sudut datangnya cahaya dan gelombang cahaya (Sunjaya, 1970).

III.

METODOLOGI

Praktikum Ekologi hama tanaman acara Prilaku Serangga Terhadap Cahaya ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 Oktober 2011 di Laboratorium Entomologi Terapan, Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan 13 November 2011 di lahan padi sawah jalan Kaliurang KM. 14. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah hama belalang (Oxya sp.), vaselin. sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kotak berukuran 30 x 20 x 20 cm, kain hitam, bamboo, lampu, plastik tebal ukuran 15 x 10 cm dengan warna merah, hijau dan kuning, stopwatch. Praktikum ini dilakukan dengan dua percobaan pada waktu dan tempat yang berbeda yaitu percobaan fototaksis dan percobaan perangkap serangga. Pada percobaan fototaksis dilakukan dengan menutupi dengan rapat kotak berukuran 30 x 20 x 20 cm dengan kain hitam. Setelah itu kotak diberi lubang jendela dengan diameter 3 cm. 20 ekor belalang dimasukkan ke dalam kotak. Setelah itu lubang jendela diarahkan ke cahaya lampu atau sumber cahaya yang terang. Setelah itu diamati belalang yang keluar dari kotak dan dicatat waktunya. Untuk percobaan perangkap serangga dilakukan dengan mengoleskan vaselin pada kedua sisi plastik tebal. Setelah itu plastik tebal dipasang dengan jarak 10 m pada lahan pertanaman dengan rangkaian percobaan RCBD. Lahan yang digunakan adalah lahan sawah, lahan cabai dan lahan jagung. Perangkap tersebut dipasang di lahan pada pukul 07.00 WIB dan diambil pada pukul 17.00 WIB. Setelah itu setiap kelompok hama yang terperangkap dihitung jumlahnya.

IV.

HASIL PENGAMATAN

a. Berdasarkan percobaan fototaksis, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Kelompok 1 Jumlah belalang yang waktu (menit ke -) keluar 5.25 2 10.8 3 11 1 Kelompok 2 waktu (menit ke -) 1 Jumlah belalang yang keluar 1

Kelompok 3 waktu (menit ke -) 10.36 Jumlah belalang yang keluar 1

Kelompok 4 waktu (menit ke -) Jumlah belalang yang keluar 13 2 Table 01. hasil percobaan fototaksis

b. Berdasarkan percobaan perangkap warna di lahan, maka didapatkan hasil sebagai berikut: perlakuan warna blok 4 3 -

tanaman

ORDO orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera orthoptera

merah Padi kuning

1 2 -

2 1 -

3 -

5 2 -

6 -

7 3 -

8 -

Padi SR

hijau

merah

cabai

kuning

hijau

merah

coleoptera lepidoptera db hemiptera diptera orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera

JK 1 1 1 2 3 1 2 3 5 -

KT 3 3 3 1 2 3 -

- F hit 4 3 -

2 1 1 2 3 2 -

F-tab 1 1 3 3 2 2 -

KSMPLN 1 1 1 2 2 3 3 -

Jagung orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera 1 4 -

kuning

hijau

Table 02. table hasil percobaan perangkap hama dilapangan c. Hasil analisis percobaan perangkap warna dengan uji lanjut DMRT

perlakuan tanaman warna tanaman * warna hama tanaman * hama warna * hama tanaman * hama * warna blok sesatan total Table ANOVA

44 2 2 4 4 8 8 16 7 315 359

134.6 4.87 1.52 1.97 68.79 10.86 20.87 25.72 1.508 86.375 220.975

3.06 2.44 0.76 0.49 17.20 1.36 2.61 1.61 0.22 0.27 0.62

11.16 8.88 2.77 1.80 62.72 4.95 9.51 5.86 0.79

1.51 3.73 3.73 2.83 2.83 2.23 2.23 1.85 2.33

Bd Nyt Bd Nyt Tdk Bd Tdk Bd Bd Nyt Bd Nyt Bd Nyt Bd Nyt

Keterangan : * = interaksi (hubungan) Table 03. table hasil analisis varian Analisis lanjutan DMRT Perbandingan Antar Perlakuan P. merah - P. kuning P. merah - P. hijau P. kuning - P. hijau P. merah - C. merah P.merah - C. kuning P. merah - C. hijau P.kuning - C. merah P.kuning - C. kuning P.kuning - C. hijau P. hijau - C. merah P. hijau - C. kuning P. hijau - C. hijau SELISIH JRK Rerata Perlakuan perlakuan 1.17 3 0.5 2 1.67 8 0.1 0.1 0.93 1.07 1.07 0.24 0.6 0.6 1.43 2 3 6 6 5 2 3 4 7 NILAI DUNCAN 2.95 2.8 3.26 2.8 2.95 3.18 3.18 3.12 2.8 2.95 3.05 3.22 NILAI DMRT 0.55 0.52 0.60 0.52 0.55 0.59 0.59 0.58 0.52 0.55 0.56 0.60

KSMPLN * NS * NS NS * * * NS * * *

C. merah - J.merah C. merah - J.kuning C. merah - J.hijau

0.23 0.73 1.54

3 4 7

2.95 3.05 3.22

0.55 0.56 0.60

NS * *

C. kuning- J.merah C. kuning- J.kuning C. kuning- J.hijau C. hijau - J. merah C. hijau - J. kuning C. hijau - J. hijau

0.23 0.73 1.54 0.6 0.1 0.71

2 3 4 3 2 3

2.8 2.95 3.05 2.95 2.8 2.95

0.52 0.55 0.56 0.55 0.52 0.55

NS * * * NS *

P. merah - J. merah P. merah - J. kuning P. Merah - J. hijau P. kuning - J. merah P. kuning - J. kuning P. kuning - J. hijau P. hijau - J. merah P. hijau - J. kuning P. hijau - J. hijau C. merah - C. kuning C. merah - C. hijau C. kuning - C. hijau

0.33 0.83 1.64 0.84 0.34 0.47 0.83 1.33 2.14 0 0.83 0.83

4 5 8 4 3 2 5 6 9 2 5 4 2 5 4

3.05 3.12 3.26 3.05 2.95 2.8 3.12 3.18 3.29 2.8 3.12 3.05 2.8 3.12 3.05

0.56 0.58 0.60 0.56 0.55 0.52 0.58 0.59 0.61 0.52 0.58 0.56 0.52 0.58 0.56

NS * * * NS NS * * * NS * * NS * *

J. merah - J. kuning 0.5 J. merah - J. hijau 1.31 J. kuning - J. hijau 0.81 Keterangan : * : beda nyata

NS : tidak beda nyata

Table 04. table hasil uji lanjut dengan uji DMRT

V.

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan percobaan fototaksis menggunakan hama belalang (Oxya sp.) hal itu dikarenakan belalang mudah didapatkan dan juga merupakan organisme yang bersifat fototaksis negative, yaitu respon gerak mendekati arah datangnya cahaya yang tidak sekuat dengan fototaksis positif. Sedangkan untuk percobaan perangkap warna dilakukan dengan

menggunakan plastic tebal yang diletakkan dengan rangkaian percobaan RCBD pada tiga lahan yang berbeda. Hal itu dilakukan untuk mengetahui respon serangga terhadap warna. Vaselin digunakan sebagai perekat, supaya serangga yang hinggap di permukan plastik. Peletakkan plastik ini di lahan dilakukan pada pukul 07.00 17.00 dikarenakan serangga yang berpotensi sebagai hama lebih aktif bergerak pada waktu tersebut. Pada dasarnya serangga yang bersifat diurnal lebih aktif pada pukul 07.00 hingga 09.00 yaitu sewaktu masih terdapat air embun dan intensitas cahaya matahari belum terlalu tinggi. dan juga pada waktu 16.00-17.00, dimana intensitas cahaya matahari telah berkurang. Pada percobaan fototaksis didapatkan hasil pada waktu tertentu belalang keluar dari lubang jendela. Pada kelompok 1 belalalng yang keluar dari lubang jendela sebanyak 2 ekor pada menit ke 5.25, sedangkan pada menit ke 10.8 belalang yang keluar sebanyak 3 ekor dan pada menit ke 11 hanya satu ekor belalang yang keluar. Untuk kelompok ke 2, 1 ekor belalang keluar pada waktu 1 menit. Sedangkan pada kelompok ke tiga, 1 ekor belalang keluar pada waktu 10.36 menit. Untuk kelompok ke 4, 2 ekor belalang keluar pada waktu 13 menit. Berdasarkan hasil tersebut, maka menyatakan bahwa terdapat respon serangga terhadap cahaya berupa fototaksis. Pada dasarnya fototaksis adalah reaksi secara langsung oleh serangga, baik itu menjauhi atau mendekati sumber cahaya. Hal ini dikarenakan serangga dapat melihat cahaya pada panjang gelombang 0.36 0.69 m. Sedikitnya belalang yang keluar dari kotak gelap melalui lubang jendela dikarenakan beberapa hal, yaitu: kondisi belalang yang masih dalam keadaan stress akibat dari proses penangkapan dan juga selang waktu antara penangkapan dengan penggunaan belalang tersebut sebagai obyek pengamatan sangat sedikit selangnya, sehingga belalang belum melakukan adaptasi dengan keadaan lingkungan yang baru. selain itu juga dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya matahari yang fluktuatif dan tergantung cuaca, sehingga respon belalang terhadap cahaya kurang. Untuk percobaan perangkap serangga dengan menggunakan plastik tebal dengan tiga warna yang berbeda pada komoditas yang berbeda menyatakan bahwa serangga memiliki respon

terhadap warna. Berdasarkan hasil percobaan pada table 02, maka diketahui bahwa Ordo Hemiptera yang memiliki jumlah terbesar dibandingkan keempat ordo serangga lainnya. Setelah itu Ordo Diptera merupakan Ordo serangga yang terperangkap terbanyak setelah Hemiptera. Serangga yang tertangkap dari kedua Ordo tersebut memiliki ukuran tubuh yang kecil. Hal itu dikarenakan kurangnya daya rekat dari vaselin, sehingga serangga yang hinggap pada plastik tebal berwarna yang memiliki ukuran besar tidak menempel. Hasil tersebut menyatakan bahwa adanya respon serangga terhadap jenis warna cahaya. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa serangga lebih banyak terperangkap pada warna kuning di tanaman padi sawah, lalu warna hijau pada tanaman cabai dan warna hijau pada tanaman jagung. Hal itu dikarenakan serangga pada dasarnya dapat melihat warna dengan panjang gelombang 360 nm sampai 690 nm. Cahaya warna merah memiliki panjang gelombang sebesar 625 740 nm dan cahaya warna kuning memiliki panjang gelombang sebesar 560 590 nm sedangkan pada cahaya warna hijau memiliki panjang gelombang sebesar 490 560 nm. Oleh karena itu serangga lebih tertarik pada plastik tebal yang berwarna kuning-hijau dan itu dibuktikan dengan besarnya jumlah serangga yang terperangkap pada warna tersebut. Berdasarkan analisis data hasil pengamatan yang didapatkan di lapangan sewaktu pelaksanaan percobaan analisis varian perangkap warna pada table 03, maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang beda nyata pada interaksi antara perlakuan warna dengan jenis hama yang terperangkap pada perangkap. Selain itu juga dapat diketahui juga bahwa terdapat pengaruh yang beda nyata diberikannya perlakuan warna pada percobaan yang dilakukan. Pada interaksi antara jenis tanaman dengan jenis warna dan hama atau serangga yang terperangkap terdapat pengaruh beda nyata. Untuk mengetahui pengaruh setiap warna pada lahan tanaaman yang dilakukan percobaan, maka dilakukan perbandingan antara perlakuan setiap jenis warna pada setiap lahan tanaman yang dilakukan percobaan, terlihat pada table 04. Hasil dari praktikum ini pada dasarnya sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang aktif pada malam hari. Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya tertentu justru menghambat keaktifannya. Pada umumnya radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.Walaupun demikian panas tubuh suatu organisme tidak hanya

ditentukan oleh jumlah radiasi jenis ini karena secara fisik setiap foton yang menimpa tubuh serangga akan memperbesar energi kinetis molekul tubuh tersebut. Pada umumnya radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.Walaupun demikian panas tubuh suatu organisme tidak hanya ditentukan oleh jumlah radiasi jenis ini karena secara fisik setiap foton yang menimpa tubuh serangga akan memperbesar energi kinetis molekul tubuh tersebut. Suhu serangga yang terkena radiasi dengan cepat berubah dari 27,6C menjadi 42,7C, sedangkan pada serangga yang tetap dalam naungan Suhu tubuhnya tidak berubah banyak. Serangga akan mencoba mengatasi panas tubuhnya dengan berlindung ke tempat yang teduh. Sebenarnya serangga yang berlindung dalam naungan juga tidak luput dari radiasi karena radioaktif benda dengan suhu lebih dari 00C organisme sendiri memancarkan energy maka bisa terjadi keseimbangan antara organisme dengan lingkungannya. Keseimbangan ini bersifat dinamis dan bisa mengambil tanda positif atau negatif sesuai dengan selisih panas antara organisme dengan lingkungannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa energi dari panas radiasi disekitar organisme ikut mengatur suhu tubuh serangga melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. perubahan intensitas cahaya disekitar pertanaman mungkin akan mempengaruhi keaktifan pengambilan makanan dari perkembangan kutu daun. Adanya respon serangga terhadap cahaya dan jenis warna ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu metode pengendalian hama pada tanaman budidaya. Hal itu supaya menekan potensi kehilangan hasil akibat serangan hama dan mengakibatkan adanya kerugian. Pada dasarnya perinsip respon serangga terhadap warna tersebut telah diaplikasi pada alat perangkap yellow trapping yaitu perangkap yang berwarna kuning yang dapat menarik serangga dan menjeratnya karena telah diolesi dengan lem. Hama yang dapat diperangkap dengan hama ini antara lain Kutu loncat, trips, kutu daun, dan semua golongan serangga yang tertarik dengan gelombang yang dipancarkan benda yang berwarna kuning. Sedangkan metode pengendalian hama yang memanfaatkan respon serangga terhadap cahaya dan warna adalah light trapping, yaitu memiliki prinsip kerja mengumpulkan serangga yang merupakan hama pada komoditas tertentu dengan warna cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Setelah hama berkumpul, maka teknik pengendalian dilakukan ke hama tersebut.

VI.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dan studi pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipe reaksi serangga terhadap cahaya adalah gerak fototaksis dan atau fotokinesis. 2. Tipe reaksi belalang (Oxya sp.) adalah fototaksis 3. Reaksi serangga terhadap cahaya dan warna dapat dimanfaatkan sebagai metode pengendalian hama tanaman, seperti light trapping dan yellow trapping.

DAFTAR PUSTAKA Chen, c.n. 1998. Ecology of the insect vector of virus systemic diseases and their control in taiwan. Citrus greening control project in okinawa.

Kartasapoetra, a.g. 1991. Hama dan penyakit tanaman. Rineka cipta. Jakarta.

Rugaya. 2010. pengaruh

Daya tarik sitophilus sp. Mencari makan oleh efek cahaya, jenis kelamin, bahan nabati dan intensitas serangannya. < http://www.peipfi-

komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/06/168-171-daya-tarik-sitophilus-sp.-mencarirugaya.pdf> diakses pada tanggal 21 november 2011.

Sunjaya, p.i. 1970. Dasar-dasar ekologi serangga. Bagian ilmu hama tanaman ipb bogor.

Untung, k. 1993. Pengantar pengelolaan hama terpadu. Gajah mada press. Yogyakarta.

Wijaya, I. nyoman. 2007. Preferensi diaphorina citri kuwayama (homoptera: psyllidae) pada beberapa jenis tanaman jeruk. Universitas udayana. J. Agritrop. 26 l(3) :110-116.

LAMPIRAN DATA MENTAH a. Data perangkap warna


Kelompok 1 Warna Blok 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Individu ordo orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera 1 2 2 3 3 1 1 -

Kuning

Hijau

Kelompok 2 Warna Blok 1 2 3 4 5 6 Jumlah Individu ordo orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera 1 1 3 2 1 -

Merah

Kuning

Hijau

7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

2 3 1 1 1 3 3 4 1 3 1 2

Kelompok 3 Warna Merah

Blok 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3

Kuning

Hijau

Jumlah Individu ordo orthoptera coleoptera lepidoptera hemiptera diptera 1 2 1 2 3 2 1 3 2 3 2 3 4 5 3 -

4 5 6 7 8

3 2 2 3 -

b. Data respon fototaksis

Kelompok 1 waktu (menit ke ) 5.25 10.8 11 Kelompok 2 waktu (menit ke ) 1 Kelompok 3 waktu (menit ke ) 10.36 Kelompok 4 waktu (menit ke ) 13

Jumlah belalang yang keluar 2 3 1

Jumlah belalang yang keluar 1

Jumlah belalang yang keluar 1

Jumlah belalang yang keluar 2

You might also like