You are on page 1of 15

Working Paper Series No.

10 Januari 2005, First Draft

Analisis Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Puskesmas di Kabupaten Aceh Besar

Lukman, Kristiani

Tidak untuk Disitasi

Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................ii Daftar Tabel...................................................................ii Abstract.......................................................................iii Latar Belakang................................................................1 Metode Penelitian............................................................2 Hasil dan Pembahasan.......................................................3
1. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Puskesmas..................................................................................3 2. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas..................................................................................4 3. Perencanaan Distribusi Tenaga Puskesmas oleh Dinas Kesehatan .............................................5 4. Kebutuhan Tenaga Puskesmas Dihitung Berdasarkan DSP Depkes RI Tahun 1999..................6 5. Kesenjangan Keadaan Tenaga Puskesmas dengan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan DSP Depkes 1999 dan Faktor Faktor Penyebab Kesenjangan................................................................6

Kesimpulan dan Saran........................................................8


A. Kesimpulan...........................................................................................................................................8 B. Saran.....................................................................................................................................................8

Daftar Pustaka................................................................9 Lampiran......................................................................11

Daftar Tabel
Tabel 1. Distribusi Tenaga yang Ada dan Perhitungan Tenaga Berdasarkan DSP Depkes Tahun 1999.....................................11

ii

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Abstract
Need Analysis and Distribution of Primary Health Care Officers in the District of Aceh Besar
Lukman1, Kristiani2 Background: During this time, the placement of primary health care officer in the District of Aceh Besar was not evenly distributed and not suitable with the work burden of the primary health care. The aim of this research was to obtain description of planning and distribution of primary health care officers in the District of Aceh Besar and suitability number of officers with the need. Method: This was a non-experimental research with case study design. The subject of this research was planning division of health office such as the head of health office, head of administration, head of personnel of health office, head of personnel of Regional Government of Aceh Besar, head of primary health care and head of administration/personnel of the primary health care which was selected as the sample, that was 3 primary health care from the total population of 17 primary health care, and the sample was taken by using purposive sampling method. This research also measured the need of primary health care officers with instrument of DSP Department of Health RI 1999 in order to obtain description about the number of officers that should be needed based on work burden. Data analysis was presented descriptively in the form of table and narration. Result: In the planning of primary health care officers in the District of Aceh Besar, the health office did not have appropriate personnel data information system, personnel evaluation never been evaluated and did not involved the primary health care, the availability of primary health care officers was not evenly distributed since there were 152 people in some areas and there were only 31 people in some areas, the distribution of health care personnel often being intervened by top management and other related parties which sometimes could be such a terror. After being calculated with DSP Department of Health 1999, from 3 primary health care sampling it showed that 2 primary health care had over personnel such as in Kuta Baro there was 152 people and yet only 47 needed, in Baitussalam there was 81 people and yet only 38 needed, while in primary health care in Jantho, there was a lack of personnel since there was only 31 people but 40 needed. The imbalance was caused by various factors such as security factor that is not conducive, memo from the top management, health office did not have professional health care personnel in the planning of human resources and did not using an instrument/calculation method, and yet only with estimation as well as compare one primary health care to another. Keywords: planning of primary health care personnel
1. District Health Office of Aceh Besar 2. Health Service Management and Policy, Public Health Department, Medical Faculty, Gadjah Mada University

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

iii

Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen utama dalam suatu organisasi karena manusia yang mengendalikan perangkat-perangkat lain untuk menjalankan suatu organisasi. Perencanaan tenaga kesehatan harus tepat sesuai dengan beban kerja puskesmas karena merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan yang fungsinya sangat menunjang pencapaian visi Indonesia Sehat 2010. Di Aceh Besar, distribusi petugas tidak merata dan petugas ditempatkan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Selain itu, distribusi dan penempatan belum mengacu pada standar yang ditentukan Departemen Kesehatan (Depkes) RI yang dikenal dengan daftar susunan pegawai (DSP). Analisis perencanaan ketenagaan belum dilakukan di puskesmas sehingga membawa dampak pelayanan kesehatan masyarakat tidak optimal dan petugas terkonsentrasi di daerah perkotaan. Perhitungan tenaga dengan DSP dapat memberikan jumlah tenaga yang seimbang. Perencanaan SDM yang baik akan menghasilkan kebijakan yang menjamin suatu organisasi tetap tersedia tenaga atau pegawainya1. Distribusi petugas kesehatan dan penyebarannya pada suatu wialyah bertujuan untuk pemerataan pelayanan kesehatan2. Berbagai hasil penelitian membuktikan pendistribusian tenaga kesehatan merupakan masalah kesehatan sesudah pembiayaan kesehatan. Pendistribusian tenaga kesehatan merupakan kesulitan kedua yang dialami terutama dalam era desentralisasi3. Isu-isu yang paling relevan adalah berkaitan dengan sumber daya manusia dan suplai tenaga yang mengakibatkan distribusi tenaga tidak merata. Isu lain dalam manajemen sumberdaya manusia adalah tidak tersedianya sistim informasi yang memadai sehingga informasi yang bersifat mendasar (seperti jumlah pegawai, jenis tenaga, lokasi, pangkat dan gaji) tidak tersedia. Hal ini berakibat sering diambil keputusan yang tidak berlandaskan bukti sehingga distribusi petugas tidak merata3.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Peramalan kebutuhan karyawan merupakan bagian terpenting dan tersulit dilaksanakan4. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan perlu didukung oleh pengembangan sumber daya manusia kesehatan yang pada hakekatnya adalah proses pengembangan yang bersifat multidisiplin, baik lintas sektor maupun lintas program. Untuk meratakan dan meningkatkan mutu tenaga kesehatan melalui upaya pokok penyusunan kebijakan dan rencana pendayagunaan pendidikan serta pelatihan tenaga kesehatan5. Untuk mengatasi hal tersebut, telah dikembangkan penyusunan kebutuhan pegawai yang dikenal dengan istilah DSP Puskesmas. Pedoman DSP puskesmas dari Depkes Republik Indonesia dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 976/MenKes/VIII/1995. Berbagai metoda penentuan kebutuhan sumberdaya manusia kesehatan terus berkembang untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga jangka pendek atau kurang dari 5 tahun6. Berbagai penyempurnaan DSP terus dilaksanakan sampai pada tahun 2004. Depkes RI sedang mengembangkan DSP baru yang memperhitungkan hal yang lebih rinci, dituangkan dalam SK Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Perencanaan Sumberdaya Manusia Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. DSP baru ini masih dalam masa ujicoba di Jawa Tengah dan diharapkan hasilnya dapat digunakan oleh peneliti lanjutan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perencanaan tenaga puskesmas, pendistribusiannya, serta untuk mengidentifikasi keadaan tenaga yang selama ini tidak pernah dianalisis. Harapannya dapat ditata kembali kondisi tenaga yang telah ada.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan studi kasus7. Subjek penelitian adalah bagian perencanaan tenaga dinas kesehatan yaitu kepala dinas, kepala tata usaha, kepala kepegawaian dinas kesehatan, kepala kepegawaian Pemerintah

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Daerah (Pemda) Aceh Besar, kepala puskesmas dan kepala tata usaha/kepegawaian puskesmas yang menjadi sampel, yaitu 3 puskesmas dari total populasi 17 puskesmas. Pengambilan sampel mengunakan purposive sampling. Penelitian ini juga mengukur kebutuhan tenaga puskesmas dengan alat ukur DSP Depkes RI 1999 untuk memberikan gambaran jumlah tenaga yang seharusnya dibutuhkan berdasarkan beban kerja. Analisis data disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil dan Pembahasan


1. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Puskesmas Penentu kebijakan tenaga puskesmas di Kabupaten Aceh Besar adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Pemda Kabupaten Aceh Besar. Perencanaannya kurang baik karena tidak menggunakan indikator yang jelas. Sejak tahun 1984 sampai tahun 2004 telah ditetapkan berbagai macam alat ukur, diantaranya berdasarkan (a) sasaran upaya kesehatan, (b) metode Health Service Target, (c) standar kebutuhan minimal dengan menghitung rasio tenaga, (c) ISN (indicator of staff need), dan (d) DSP 1997 yang kemudian disempurnakan pada tahun 1999. Pada tahun 2004 dilakukan penyempurnaan kembali terhadap DSP dan sampai sekarang masih dalam masa uji coba di Jawa Tengah6. Dinas Kesehatan Aceh Besar dalam menentukan kebijakan jumlah tenaga puskesmas tidak menggunakan satu alat ukur tersebut, namun hanya dengan membanding-bandingkan dan kira-kira saja. Oleh karena itu, tidak ada kesamaan persepsi di antara pengambil kebijakan. Tidak adanya perencanaan tenaga di tingkat puskesmas juga menyebabkan petugas puskesmas tidak merata. Hasil penelitian membuktikan manajemen dinas kesehatan dan manajemen puskesmas kurang baik dan tidak terpadu. Dinas kesehatan tidak melibatkan puskesmas dalam menentukan jumlah tenaga puskesmas, tidak ada kesamaan persepsi antara kepala dinas dengan kepala tata usaha maupun kepala kepegawaian tentang cara

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

perencanaan tenaga, kurang kerja sama antara kepala puskesmas dan kepala tata usaha/kepegawaian puskesmas dalam melaporkan kebutuhan tenaga ke dinas kesehatan maupun dalam menentukan perencanaan penempatan petugas di puskesmas. Ini merupakan salah satu penyebab tenaga puskesmas tidak merata karena manajemen sumberdaya manusia dan perencanaan SDM adalah kegiatan yang harus dilaksanakan secara terintegrasi di lingkungan sebuah organisasi8. Petugas puskesmas pada umumnya sudah mencukupi/melebihi, namun penempatannya masih belum merata. Profesionalisme dan pemberdayan tenaga juga masih rendah, terutama kepala puskesmas yang baru dengan latar belakang sarjana kedokteran. Kepala puskesmas ini dalam pendidikan tidak dipersiapkan sebagai pemimpin sehingga kurang menguasai ilmu manajemen. 2. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Ketersediaan tenaga puskesmas di Kabupaten Aceh Besar sudah mencukupi tapi dalam penempatan tidak merata. Puskesmas Baitussalam memiliki tenaga analis 4 orang sedangkan di Puskesmas Jantho tenaga analis tidak ada. Di Puskesmas Jantho tidak ada petugas pekarya akan tetapi di Puskesmas Kuta Baro pekarya ada 6 orang. Di Puskesmas Jantho tenaga apotek tidak ada, tetapi di Puskesmas Kuta Baro ada 4 orang dan di Puskesmas Baitussalam ada 3 orang. Dinas Kesehatan Aceh Besar perlu melakukan penataan kembali ketenagaan puskesmas di wilayah kerjanya. Mutasi dapat dilakukan pada petugas yang ketesediaannya melebihi. Untuk tenaga yang ketersediaannya masih kurang seperti dokter gigi perlu diusulkan rekrutmen pegawai baru. Petugas lain yang ketersediaannya sudah mencukupi atau melebihi di Aceh Besar tidak perlu dilakukan rekrutmen pegawai baru, namun hanya perlu ditata kembali melalui mutasi dari tempat tempat yang sudah melebihi ketersediaannya. Perputaran karyawan atau mutasi akan menambah jumlah beban di suatu tempat, organisasi perlu menekan pada tingkat yang wajar,

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

perputaran perlu dilakukan untuk mengembangkan keahlian dan peningkatan tanggungjawab11. 3. Perencanaan Distribusi Tenaga Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Dinas kesehatan merupakan pengambil kebijakan dalam pendistribusian tenaga ke puskesmas, walau penentu akhir menjadi wewenang pemda. Kebijakan pendistribusian diambil sesuai dengan keadaan tenaga pada tiap puskesmas, pendistribusian tidak dianalisis terlebih dahulu dengan mempergunakan indikator yang jelas sebagai acuan tetap. Tidak terdapat dokumen perencanaan pendistribusian yang jelas. Perekrutan tenaga puskesmas yang baru berdasarkan usulan kebutuhan tenaga yang sudah dibuat oleh dinas kesehatan kepada Pemda. Calon pegawai yang lulus seleksi langsung dibuatkan SK penempatan oleh kepegawaian pemda sesuai alokasi yang telah di tentukan sebelumnya. Berdasarkan SK tersebut calon pegawai melapor kepada dinas kesehatan, kemudian dinas kesehatan yang mendistribusikan kembali ke puskesmas sesuai SK yang sudah dibuat oleh pemda. Kendala proses pendistribusian tenaga puskesmas bukan hanya terjadi di Aceh Besar. Pendistribusian tenaga kesehatan merupakan kesulitan yang kedua sesudah pembiayaan kesehatan yang dialami terutama dalam era desentralisasi. Pada pendistribusian sering diambil keputusan yang tidak berlandaskan bukti, sehingga distribusi petugas tidak merata3. Dalam pendistribusian tenaga, dinas kesehatan selalu memprioritaskan daerah terpencil yang kurang tenaga, namun terakhir pembuatan SK merupakan wewenang pemda. Dinas kesehatan terpaksa menerima petugas yang sudah ditetapkan dengan SK oleh pemda, walau pada kenyataannya ada SK yang dibuat oleh Pemda tidak sesuai lagi dengan usulan oleh dinas kesehatan sebelumnya. Ada intervensi dari pihak-pihak tertentu terutama dari pejabat pejabat daerah dalam bentuk memo bahkan teror yang menyebabkan pendistibusian tidak sesuai dengan perencanaan oleh

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

dinas kesehatan sebelumnya. Sebagai contoh ada memo dari penguasa darurat militer dalam berkas permohonan penempatan pegawai baru yang sebelumnya sudah dibuatkan SK penempatan ke daerah terpencil. Memo tersebut berisi agar ditempatkan kembali ke daerah yang sudah cukup dengan alasan keamanan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam masalah SDM adalah kondisi menekan yang mengharuskan pengambil keputusan membuat kebijaksanaan yang berbeda dari keputusan yang semula ditetapkan10. 4. Kebutuhan Tenaga Puskesmas Dihitung Berdasarkan DSP Depkes RI Tahun 1999 Jumlah kebutuhan tenaga setelah dihitung dengan DSP Depkes 1999 adalah seperti dalam Tabel 1. Hasil penelitian membuktikan tidak ada kesesuaian antara tenaga yang ada dengan kebutuhan tenaga puskesmas di Kabupaten Aceh Besar, yakni di Puskesmas Kuta Baro tenaga yang ada 152, padahal yang dibutuhkan hanya 47. Di Puskesmas Baitussalam tenaga yang ada 81, padahal yang dibutuhkan hanya 38. Di Puskesmas Jantho terjadi kekurangan tenaga yaitu yang tersedia 31 dari kebutuhan 40 orang. 5. Kesenjangan Keadaan Tenaga Puskesmas dengan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan DSP Depkes 1999 dan Faktor Faktor Penyebab Kesenjangan Perhitungan tenaga dengan DSP masih terdapat kelemahan, diantaranya DSP Depkes 1999 kurang/tidak memperhitungkan kondisi wilayah dan kebijakan penempatan bidan desa yang tiap desa satu bidan. Perencanaan tenaga puskesmas di Aceh Besar tidak menggunakan suatu alat ukur/pola yang jelas. Bila menggunakan alat ukur/pola rumus yang jelas saja perhitungannya masih belum sesuai5. Selama ini perhitungan tenaga lebih dicurahkan pada pola atau rumus yang telah ditetapkan oleh pusat, namun kurang realistis diterapkan di daerah. Selain itu belum ada pola yang dianggap tepat diterapkan di suatu daerah. Daerah dapat menerapkan perencanaan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan daerah masing masing

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

sesuai perkembangan di masyarakat kemudian dibuat sistem perencanaan tenaga5. Dalam perencanaan pendistribusian dan penempatan tenaga tidak ada data yang akurat. Manajemen SDM sangat membutuhkan data atau sistem informasi sebagai landasan bagi manajer lini dalam menetapkan keputusan tentang SDM9. Kondisi kinerja tidak sematamata disebabkan oleh perencanaan SDM karena ia juga dipengaruhi oleh pendayagunaan dan hasil kegiatan manajemen sebelumnya, berupa kegiatan analisis pekerjaan sebagai salah satu acuan yang digunakan dalam menetapkan jumlah dan kualitas SDM, kemudian termasuk juga rekrutmen yang didalamnya terjadi penempatan, promosi, pemindahan dan demosi. Hal ini berarti suatu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan8. Penempatan dan perencanaan pendistribusian tenaga dinas kesehatan tidak melibatkan puskesmas. Permintaan tenaga dari puskesmas tidak pernah ada feedback dari dinas. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga bukan hanya manajemen, rekrutmen dan penempatan, tetapi juga dipengaruhi oleh sejauh mana adanya masukan dari atasan yang dapat memperbaiki kinerja seseorang11. Dinas kesehatan maupun puskesmas di Aceh Besar tidak pernah melakukan evaluasi tenaga secara berkala maupun melakukan audit SDM. Ini salah satu penyebab terjadinya kesenjangan tenaga yang kemudian diperburuk lagi dengan keamanan di Aceh yang tidak kondusif sehingga menyebabkan tenaga tidak aman bertugas di daerah yang rawan.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan 1. Perencanaan tenaga di Puskesmas Aceh Besar tidak mempunyai sistem informasi data ketenagaan. Data di dinas tidak sama dengan data sebenarnya di puskesmas, tidak pernah dilakukan evaluasi ketenagaan dan tidak ada pelibatan puskesmas dalam perencanaan dan penempatan tenaga. 2. Ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas tidak merata. 3. Perencanaan distribusi oleh dinas kesehatan sering tidak sesuai rencana karena adanya intervensi pejabat penguasa dan pihak berkepentingan lain dalam bentuk memo atau teror. 4. Kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan DSP Depkes RI tahun 1999, yang memberikan hasil berupa 2 puskesmas kelebihan tenaga yaitu Puskemas Kuta Baro dan Puskesmas Baitussalam, serta 1 puskesmas kekurangan tenaga yaitu Puskesmas Jantho. 5. Terjadi kesenjangan antara kebutuhan dengan keadaan tenaga di puskesmas akibat tidak adanya tenaga profesional dalam perencanaan SDM, tidak menggunakan suatu metode perhitungan tenaga, tidak ada perencanaan yang tepat, dan dalam penditribusian dan penempatan tenaga puskesmas hanya dengan kira-kira dan membandingkan. B. Saran 1. Dalam perencanaan yang akan datang Dinas Kesehatan Aceh Besar agar menggunakan data yang lengkap dan valid serta menggunakan metode yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia atau suatu alat ukur yang sesuai dengan daerah Aceh besar, serta sudah disepakati bersama.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

2. Dinas kesehatan dalam perencanaan dan pendistribusian tenaga kesehatan di puskesmas agar melibatkan puskesmas yang bersangkutan dan membentuk tim perencanaan yang solid. 3. Dinas kesehatan diharapkan dapat menata kembali tenaga puskesmas yang sudah ada dengan mutasi/restrukturisasi kembali agar lebih merata. Tidak perlu merekrut pegawai baru karena tenaga sudah mencukupi kecuali dokter gigi. 4. Dinas kesehatan melakukan evaluasi tenaga puskesmas secara berkala. Meningkatkan optimalisasi pendayagunaannya karena walaupun petugas sudah melebihi kebutuhan, akan tetapi target program belum tercapai. 5. Pemda atau pihak terkait tidak mencampuri/mengintervensi perencanaan penempatan dan pendistribusian tenaga puskesmas oleh Dinas Kesehatan Aceh Besar. 6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan DSP yang baru disempurnakan tahun 2004 dan menambah variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap pendistribusian penempatan petugas puskesmas.

Daftar Pustaka
1.

Sheppeck, M. A. & Militello, J. (2000). Strategic HR Configuration and Organizational Performance, Human Resource Management Journal, Vol 39, pp 8-9. Ilyas, Y. (2003). Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Indonesia. Jakarta. Meliala, A. (2004). Desentralisasi Manajemen Sumberdaya Manusia Kesehatan. Seminar Perjalanan Tiga Tahun Desentralisasi Kesehatan di Indonesia. Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM, Yogyakarta. Handoko, T. H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Ed II. BPFE. Yogyakarta.

2.

3.

4.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

5.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2000 sampai 2010, Tim Penyusun Rancangan Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan. Sub Tim Pelaksana. DepKes RI. Jakarta. _______________________. (2004). SK Menteri Kesehatan No.81/MENKES/SK/I/2004 tentang Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi. Kabupaten/Kota serta Rumahsakit. DepKes RI. Jakarta. Yin, K. R. (2002). Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nawawi, H. H. (2003). Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang Kompetitif. Gajah Mada Univesity Press. Yogyakarta. Simamora , H . (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Aditya Media. Yogyakarta.

6.

7. 8.

9.

10. Siagian, S. P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed. I. Bumi Aksara. Jakarta.
11.

Hariandja, M.T.E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

10

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Lampiran Tabel 1. Distribusi Tenaga yang Ada dan Perhitungan Tenaga Berdasarkan DSP Depkes Tahun 1999
Jenis Tenaga Dokter kepala Dokter Dokter Gigi Bidan/Bides Perawat/Akper Perawat Gigi SPPH/AKL SPAG/AG AA/Farmasi Analis/Laborat SKM Pekarya/SMA Pekarya/SMP Pekarya/SD Pekarya pustu Bidan Pustu Bakti Cleanig servis Tugas belajar Titipan Perawat Pustu Pengemudi Jumlah Kuta Baro A 1 1 78 8 3 5 4 4 2 6 2 1 2 9 17 1 3 1 4 152 B 1 4 1 9 8 2 2 2 6 1 1 1 1 1 1 5 1 47 Baitussalam A 1 2 1 40 5 4 3 3 3 4 1 2 1 1 6 1 2 1 81 B 1 3 2 6 6 2 3 1 4 1 1 2 1 1 1 2 1 38 Kota Jantho A 1 rangkap 15 6 3 1 1 1 1 2 1 31 B 1 3 1 8 4 1 3 5 4 1 1 2 1 1 1 2 1 40

Keterangan: (A) Ketersediaan; (B) Kebutuhan

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

11

You might also like