You are on page 1of 2

JATI DIRI KOPERASI

Pengertian tentang jati diri koperasi merupakan pengertian syarat identitas yang "berlaku secara internasional. Hal itu berarti bahwa kriterianya harus mengacu pada ketentuan ICA (International Cooperative Alliance) yang terakhir. Pernyataan hasil sidang ICA memuat tiga komponen pokok, yang menggambarkan ciri-ciri identitas sebuah koperasi. Ketiga komponen itu adalah: (a) rumusan pengertian koperasi ; (b) rumusan tentang nilai-nilai koperasi yang dianut; (c) rumusan prinsip-prinsip koperasi yang terdiri atas 7 hal. Koperasi adalah perkumpulan otonomi dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Koperasi mendasarkan diri pada nilai-nilai yang menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokratis, persamaan kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain. Prinsip koperasi sebagai penjabaran nilai-nilai meliputi: 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka 2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis 3. Partisipasi ekonomi anggota 4. Otonomi dan kebebasan 5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi 6. Kerjasama di antara koperasi 7. Kepedulian terhadap komunitas Jati diri koperasi ini memiliki suatu koridor sebagai kontrol berjalannya fungsi koperasi. Konsep "Koridor Jatidiri" (yang bersumber dari tulisan Prof. Hans-H. Munkner) tersebut adalah sebagai berikut: Hanya koperasi yang secara sadar bertujuan untuk melayani kebutuhan anggotanya dan melakukan berbagai usaha untuk membuktikan/melaksanakan tujuan tersebut, adalah koperasi yang berada dalam koridor koperasi;

Hafidha Dwi Putri Aristien FTTM/16411014

Hubungan usaha/transaksi dengan pelanggan bukan anggota hanya bisa diterima, apabila transaksi tersebut merupakan usaha sampingan dari tujuan utama, yaitu melayani anggotanya, serta untuk menarik anggota baru. Dalam hubungan ini, sasaran koperasi adalah menjadikan pelanggan bukan anggota menjadi anggota;

Dalam kegiatan usaha, transaksi dengan bukan anggota tidak boleh melampaui transaksi dengan anggota;

Pemupukan modal sendiri harus seimbang antara yang tergantung dari anggota dan yang tidak tergantLing pada anggota. Hal ini dilakukan agar secara financial, koperasi tidak terlepas dari basis keaggotaannya;

Manajer koperasi harus memahami falsafah koperasi, sehingga perusahaan koperasi tidak hanya mewakili rasionalitas manajemen, tetapi juga tetap berorientasi pada pelayanan kepada anggota. Dalam hal manajer diangkat dari luar, mereka diwajibkan untuk memahami seluk beluk perkoperasian, sehingga memahami falsafah koperasi tersebut;

Antar tingkat organisasi koperasi harus diadakan pembagian tugas yang jelas, dan kegiatannya diintegrasikan berdasarkan prinsip subsidiaritas: apa yang belum mampu dilakukan oleh koperasi tingkat bawah harus' dapat dilakukan oleh organisasi koperasi tingkat atasnya. Kebutuhan anggota tingkat terbawah (primer) harus menentukan program kegiatan pada semua tingkat organisasi koperasi.

Sebagai badan usaha yang berorientasi pada pelayanan kepada anggota, maka usaha koperasi lebih tepat disebut sebagai social business, ketimbang commercial business, yang berorientasi untuk mengejar keuntungan semata (Peter Davis, 2008). Sebagai social business, maka usaha koperasi sarat dengan nilai-nlai sosial dan etika, yang diwujudkan dalam bentuk produk yang dihasilkan, pelayanan dan sebagainya. Hal ini selain sejalan dengan nilai-nilai: menolong diri sendiri, persamaan, keadilan, solidaritas, tanggung jawab sosial dan peduli pad a orang lain, juga mengacu pada prinsip ke 7 Peduli pada masyarakat (concern for the community). Prinsip-prinsip dan struktur kepemilikan koperasi inilah yang menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) dari koperasi.

Hafidha Dwi Putri Aristien FTTM/16411014

You might also like