You are on page 1of 20

MAKALAH KELOMPOK

HAK ASASI MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT

KELOMPOK IV
RESTI AMELIA INDAH CHAERUNNISA USWAH HASANUDDIN C11111200 C11111204 C11111206

CITRA LADY ANGGA DEWI C11111209 NURLIANA RIFNA FEBRAINI C11111251 C11111288

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011

BAB I PENDAHULUAN

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Terdapat beberapa defenisi mengenai hak asasi manusia menurut beberapa ahli. Diantaranya adalah hak asasi manusia menurut Jan Materson, merupakan hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Sedangkan menurut Baharuddin Lopa, kalimat mustahil hidup sebagai manusia hendaklah diartikan mustahil dapat hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab. Alasan penambahan istilah bertanggung jawab ialah disamping manusia memiliki hak, manusia juga bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Hak asasi manusia dipandang dengan cara berbeda antara pandangan barat dan pandangan islam. Menurut konsep barat hak asasi manusia bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan. Sedangkan hak asasi manusia menurut pandangan islam, bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan. Perbedaan pandangan dan konsepsi hak asasi manusia menurut barat dan menurut konsep islam akan dibahas lebih dalam dan rinci pada bab selanjutnya.

BAB II PEMBAHASAN

II.1 HAM Menurut Konsep Barat A. Sejarah Hak Asasi Manusia dalam Konsep Barat Istilah hak asasi manusia baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum ini, muncullah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan tentang hak asasi manusia. Dilihat dari sejarahnya, umumnya pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris lah yang mencangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuatan absolut, menjadi dibatasi kekuasaanya dan mulai diminta pertanggung jawabannya di depah hokum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hokum dan mulai bertanggung jawab kepada hokum. Sejak saat itu mulai dipraktekkan ketentuan bahwa jika raja yang melanggar hukum harus diadili dan dipertanggungjawabkan kepada parlemen, karena ini menyebabkan lahirnya monakri konstitusional yang berintikan kekuasaan raja hanya sebagai simbol belaka. Lahirnya Magna Charta diikuti lahirnya Bill of Right di Inggris pada tahun 1689. Pada saat itu mulai ada adaigum yang berintikan manusia sama di muka hokum. Pada tahun 1216 sendiri terdapat pengumuman hak asasi manusia dari Raja John kepada rakyat Inggris tahun 1216. Di Amerika pengumuman dilakukan tahun 1773 yaitu The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquieu. Hak asasi ini lalu diadopsi oleh tokohtokoh Revolusi Perancis dalam bentuk yang lebih jelas dan luas yang di sebut The

French Declaration, dideklarasikan pada 26 Agustus 1789. Deklarasi yang lebih merincikan hak-hak tersebut kemudian melahirkan The Rule of Law. Dalam The French Declaration antara lain disebutkan bahwa tidak boleh ada penagkapan dan penahanan yan semena-mena, termasuk penagkapan tanpa alas an yang sah dan penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Disamping itu, ada pula penyataan presumption of innocence, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian dituduh dan ditahan, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hokum yang menyatakan ia bersalah. Semua yang ada dalam instrument HAM tersebut melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal, yang dikenal dengan istilah Declaration of Human Right yang disahkan oleh PBB pada tahun 1948. B. Hak Asasi Manusia dalam Konsep Barat Dalam istilah modern, yang dimaksud dengan hak adalah wewenang yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai tertentu. Dan dalam wacana modern ini, hak asasi dibagi menjadi dua: a. Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia, yaitu menurut kelahirannya, seperti: hak hidup, hak kebebasan pribadi dan hak bekerja. b. Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat sebagai anggota keluarga dan sebagai individu masyarakat, seperti: hak memiliki, hak berumah-tangga, hak mendapat keamanan, hak mendapat keadilan dan hak persamaan dalam hak. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi manusia menurut pemikiran barat, diantaranya : 1. Pembagian hak menurut hak materiil yang termasuk di dalamnya; hak keamanan, kehormatan dan pemilihan serta tempat tinggal, dan hak moril, yang termasuk di dalamnya: hak beragama, hak sosial dan berserikat.

2. Pembagian hak menjadi tiga: hak kebebasan kehidupan pribadi, hak kebebasan kehidupan rohani, dan hak kebebasan membentuk perkumpulan dan perserikatan. 3. Pembagian hak menjadi dua: kebebasan negatif yang memebentuk ikatanikatan terhadap negara untuk kepentingan warga; kebebasan positif yang meliputi pelayanan negara kepada warganya. Dapat dimengerti bahwa pembagian-pembagian ini hanya melihat dari sisi larangan negara menyentuh hak-hak ini. Sebab hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan sendirinya mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau pendidikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi untuk membendung pengaruh Sosialisme dan Komunisme, partai-partai politik di Barat mendesak agar negara ikut campur-tangan dalam memberi jaminan hak-hak asasi seperti untuk bekerja dan jaminan sosial. Hak asasi menurut barat dapat dilihat semakin berkembang sampai saat ini, bahkan telah banyak pemikiran mereka tentang hak asasi manusia yang sudah di adopsi kaum Muslim. Sungguh sangat disayangkan jika hal ini terus berlanjut karena hal ini semakin hari semakin menjauhkan umat islam dengan hukumhukum yang telah disyariatkan Allah. Sebagai contoh, sekarang banyak yang menuntut masalah kesetaraan gender, kecaman terhadap poligami, pernikahan berbeda agama (muslim-nonmuslim), kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam berpendapat, dan sebagainya. II.2 HAM Menurut Konsep Islam A. Sejarah Hak Asasi Manusia dalam Konsep Islam Hak asasi manusia dalam islam telah dibicarakan sejak empat belas abad yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya Piagam Madinah (mitsaq AlMadinah) yang terjadi pada saat nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau Piagam Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat

nasrani, maupun umat islam sendiri, adalah merupakan suatu bangsa. Dari pengakuan terhadap semua pihak untuk bekerja sama sebagai suatu bangsa, di dalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai HAM bagi masing-masing pihak yang bersepakat dalam piagam itu. Secara langsung dapat dilihat bahwa dalam piagam Madinah itu HAM sudah mendapatkan pengakuan oleh islam. Pandangan islam yang khas tentang hak asasi manusia sebenarnya telah hadir sebelum deklarasi universal HAM PBB pada 18 Shafar 1369 Hijriyah atau bertepatan dengan 10 Desember 1948 Masehi. Secara internasional umat islam yang terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi tentang HAM dari perspektif islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai Deklarasi Kairo mengandung prinsip dan ketentuan tentang hak asasi manusia berdasarkan syariah (Azra). Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM yang universal; sama dengan adanya perspektif islam universal tentang HAM (huqud al-insan), yang dalam banyak hal komatibel dengan Deklarasi Universal HAM (DUHAM). Tetapi juga harus diakui, terdapat upaya-upaya dikalangan sarjana Muslim dan negara Islam di Timur Tengah untuk lebih mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi tertentu dalam islam dan bahkan dengan lingkungan sosial budaya masyarakat-masyarakat muslim tertentu pula. B. Hak Asasi Manusia dalam Konsep Islam Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah

bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.

Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Sebab pemerintah mempunyai tugas sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap memerintah. Allah berfirman: "Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah perbuatan munkar. Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan."(QS. 22: 4) Dalam islam, juga dikenal hak pribadi masing-masing. Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah dijelaskan Al-Quran: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya... dst." (QS. 24: 27-28) Dalam menjelaskan ayat tersebut, Ibnu Hanbal dalam Syarah Tsulatsiyah Musnad Imam Ahmad menjelaskan bahwa orang yang melihat melalui celah-celah pintu atau melalui lubang tembok atau sejenisnya selain membuka pintu, lalu tuan rumah melempar atau memukul hingga mencederai matanya, maka tidak ada hukuman apapun baginya, walaupun ia mampu membayar denda. Jika mencari aib orang dilarang kepada individu, maka itu dilarang pula kepada negara. Penguasa tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan rakyat atau individu masyarakat. Rasulullah saw bersabda: "Apabila pemimpin mencari keraguan di tengah manusia, maka ia telah merusak mereka." Imam Nawawi dalam Riyadus-Shalihin menceritakan ucapan Umar: "Orang-orang dihukumi

dengan wahyu pada masa rasulullah saw. Akan tetapi wahyu telah terhenti. Oleh karenanya kami hanya menghukumi apa yang kami lihat secara lahiriah dari amal perbuatan kalian." Muhammad Ad-Daghmi dalam At-Tajassus wa Ahkamuhu fi Syariah Islamiyah mengungkapkan bahwa para ulama berpendapat bahwa tindakan penguasa mencari-cari kesalahan untuk mengungkap kasus kejahatan dan kemunkaran, menggugurkan upayanya dalam mengungkap kemunkaran itu. Para ulama menetapkan bahwa pengungkapan kemunkaran bukan hasil dari upaya mencari-cari kesalahan yang dilarang agama. Perbuatan mencari-cari kesalahan sudah dilakukan

manakala muhtasib telah berupaya menyelidiki gejala-gejala kemunkaran pada diri seseorang, atau dia telah berupaya mencari-cari bukti yang mengarah kepada adanya perbuatan kemunkaran. Para ulama menyatakan bahwa setiap kemunkaran yang berlum tampak bukti-buktinya secara nyata, maka kemunkaran itu dianggap kemunkaran tertutup yang Jika tidak tidak, dibenarkan maka bagi pihak lain untuk ini

mengungkapkannya.

upaya

pengungkapan

termasuk tajassus yang dilarang agama. C. Rumusan HAM dalam Islam Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syariah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia. Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji wada. Dari Abu Umamah bin Tsalabah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu

sesuatu yang kecil, wahai rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim). Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267). 1. Hak-hak Alamiah Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195). a. Hak untuk Hidup Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari). b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99). Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap

kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) mereka serta tidak melarang upacara-upacaranya. Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256). Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang bisa kita lihat secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46 yang berbunyi: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 2;256) Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah: kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. (QS 29;46) c. Hak Bekerja Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

2. Hak Hidup Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyariatkan oleh Allah. Diantara hak-hak ini adalah : a. Hak Pemilikan Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat secara keseluruhan. b. Hak Berkeluarga Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Allah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fitrah yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu. Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan lakilaki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama."Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang

dengan kewajibannya menurut cara yang maruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228) c. Hak Keamanan Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4). Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari jizyah. d. Hak Keadilan Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi putusan hukum sesuai dengan syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148). Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup.

e.

Hak Saling Membela dan Mendukung Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak

kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari). f. Hak Keadilan dan Persamaan Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim). Pada masa Rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur dengan: "...Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..." II.3 Pelanggaran HAM dalam Dunia Kedokteran/Kesehatan A. Kasus Pemeriksaan HIV pada TKI Mandatory tes HIV pada TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri. Pembungkusan wajib tes HIV dengan bahasa general check up akhirnya membuat mereka yang terdiagnosa terinfeksi HIV akhirnya dipulangkan tanpa diberi penjelasan yang memadai tentang status mereka dan bagaimana cara mereka menghadapi penyakitnya. Kalau pun ada yang diberangkatkan, demi mengejar komisi dari setiap kepala TKI yang diberangkatkan (PJTKI), akhirnya setelah di

negara tujuan mereka kemudian dideportasi kembali kesini. Lagi-lagi tanpa penjelasan yang memadai. Pengemasan masalah HIV dan AIDS sehingga bisa dipahami oleh masyarakat luas dan kemudian mendorong mereka untuk melakukan tes akan berbeda hasilnya dibandingkan jika mereka dipaksa harus tes hanya untuk memenuhi syarat administratif. Pemerintah harusnya sudah menghilangkan hambatan sehingga semua warga negaranya sudah mendapatkan akses informasi yang akurat terkait HIV dan AIDS dan perbaikan layanan kesehatan bagi mereka yang terinfeksi HIV. Seharusnya, juga merupakan kewajiban pemerintah untuk mengomunikasikan kepada para TKI mengenai hasil tes HIV, apabila terdapat TKI yang terjangkit, maka sudah seharusnya ia tidak dikirim ke negara lain. Sebab, mereka bisa menjadi sumber virus bagi orang lain dan membahayakan kesehatan negara yang akan didatanginya. Tindakan pemerintah yang tetap mengirim orang tanpa mengumumkan hasil tes sangta berbahaya dan tidak bijak, karena pada akhirnya para TKI pun di deportasi dari Negara tujuan karenamasalah tersebut. Kewajiban pemerintah untuk mencerdaskan setiap warga negaranya yang diamanatkan dalam UUD, termasuk memberikan pengetahuan tentang HIV dan AIDS sehingga membangkitkan kemauan dan kesadaran untuk VCT, sangat tidak adil jika diturunkan dalam bentuk kebijakan yang memaksa orang untuk tes HIV yang pada akhirnya akan membuat stigma dan diskriminasi pada orang terinfeksi HIV tumbuh lebih subur. B. Kasus Prita dan RS OMNI Artikel:
Komnas HAM berencana memanggil manajemen RS OMNI Alam Sutra Tangerang, terkait kasus Prita Mulyasari (32), seorang ibu rumah tangga yang ditahan gara-gara menulis keluhan soal pelayanan rumah sakit itu melalui surat elektronik. "Kita akan berusaha memanggil pihak RS OMNI Alam Sutra Tangerang untuk dimintai keterangannya. Mengenai waktun sedang kita pertimbangkan," ungkap anggota

Sub Komisi Pemantauan dan Pengendalian Komnas HAM Nurkholis kepada okezone, Rabu (3/6/2009). Menurut dia, pihaknya juga akan menyelidiki mengenai kinerja polisi dan kejaksaan yang diduga belebihan dan cenderung memihak pada perusahaan, sehingga terjadi penahanan terhadap ibu dua anak itu. "Kita terus dalami kemungkinan pelanggaran HAM terhadap Prita," ujar dia. Nurkholis menjelaskan, langkah Komnas HAM dalam kasus Prita terkait dengan kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan pikiran yang dilindungi negara dan dijamin undang-undang. Dia menambahkan, kejadian yang menimpa Prita mendapat simpati luar biasa dari berbagai elemen masyarakat. Prita yang hanya seorang ibu rumah tangga dan bekerja di sebuah perusahaan swasta dalam batas wajar menyampaikan keluhan yang dialaminya, namun mendapat respons yang demikian. "Saya pikir tidak ada niat untuk menjatuhkan rumah sakit, tapi menyampaikan keluhan yang dialaminya," pungkas Nurkholis. Kasus Prita berawal saat berobat ke RS Omni Alam Sutra pada 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Dia pun didiagnosa menderita demam berdarah. Namun lantaran Prita merasa dikecewakan, dia pun menuliskan ceritanya di berbagai surat pembaca di media, termasuk media online. Cerita ini pun menyebar di mailing list hingga membuat pihak RS OMNI Alam Sutra Tangerang merasa dicemarkan nama baiknya. Prita dianggap melakukan tindak pidana setelah menulis email di milis internet yang berisi keluhan pelayanan rumah sakit itu yang dinilai buruk. Prita Mulyasari kini ditahan di LP Wanita Tangerang karena dituduh telah melakukan pencemaran nama baik terhadap rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutra, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Prita menjadi tahanan LP Wanita sejak 13 Mei hingga 1 Juni 2009. Namun diperpanjang hingga 23 Juni untuk menunggu proses hukumnya. Kasus Prita diatas sangat tidak adil, karena RS OMNI telah menuntut Prita karena tuduhan yang tidak beralasan. Prita hanya menyampaikan pendapatnya mengenai RS OMNI di mailing list dan dia dituduh mencemarkan nama baik rumah sakit. Padahal Prita memiliki hak kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan pikiran yang dilindungi negara dan dijamin undang-undang.

Tuduhan dan penahanan terhadap Prita bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM, karena sudah jelas ia memiliki hak kebebasan berpendapat. Disini juga terjadi kecurigaan terhadapi kinerja polisi dan kejaksaan yang diduga belebihan dan cenderung memihak pada perusahaan (RS OMNI), sehingga terjadi penahanan terhadap ibu dua anak itu.

C. Kasus Malpraktik Artikel: Akhir Januari setahun lalu, seorang wartawan lepas bernama Eko Warijadi meninggal dunia karena penyakit malaria. Tak ada yang salah dengan penanganan dokter yang dilakukan terhadapnya. Sayangnya, tim dokter dari Rumah Sakit Islam Cempaka Putih yang menanganinya mengakui penanganan medis yang dilakukan mereka tidak optimal lantaran si pasien terlambat dibawa ke RS tersebut. Ihwal keterlambatan itu sendiri disebabkan, sebelumnya almarhum dibawa ke RS Haji Pondok Gede yang salah mendiagnosa penyakit si wartawan. Penyakit malaria yang dideritanya didiagnosa sebagai penyakit tifus yang otomatis ditangani dengan standar medis untuk penderita penyakit tifus. Malang tak dapat dihindari akibat salah penanganan itu. Namun, sang istri yang juga seorang wartawati di situs berita detik.com merelakan kepergian si suami. Meski, diyakininya apa yang dialami oleh pasangan hidupnya itu adalah malpraktek dalam dunia kedokteran. Tak demikian halnya dengan apa yang dilakukan oleh Indra Syafri Yacub yang kehilangan istri Ny Adya Vitry Harisusanti alias Ny Santi pada 19 Desember 2003 di RSCM. Syafri, yang warga Jalan Rajawali Selatan Jakarta Pusat mempersoalkan perlakuan medis yang didapatkan dari tim dokter terhadap istrinya dari sejumlah RS yang berbeda dalam kurun waktu dua bulan. Diantara diagnosa yang berbeda itu, menurut kuasa hukum Syafri dari LBH Jakarta, Taufik Basari adalah luka usus, kista, tumor kandungan dan miyoma. Berihwal dari muntah darah yang dialami oleh Ny. Santi, berbagai dokter dari RS yang berbeda pun mendiagnosanya dengan hasil yang berbeda-beda. Tragis, ia menghembuskan nafas terakhir karena pemasangan alat suntik infus di bagian leher kanannyaPemasangan infus itu sendiri dilakukan oleh tenaga medis yang

tidak berhasil menemukan pembuluh darah nadi di tangan yang bersangkutan. Kasus ini pun saat ini tengah berproses di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) melalui gugatan perdata yang diajukan Syafri kepada RSCM, RS Pelni Petamburan dan RS PMI Bogor serta delapan orang dokternya. Setelah digelar persidangan pertama pada 18 Maret 2004, PN Jakpus memberikan tenggat waktu 22 hari bagi kedua pihak untuk mediasi. Dalam tahap pertama mediasi ini sendiri, kedua pihak belum juga menemukan kata sepakat.

Gugatan ganti rugi senilai materiil Rp 47,3 juta dan imateriil Rp 3 miliar atas tuduhan malpraktek yang dilakukan pihak tergugat di persidangan perdana yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (18/3). Gugatan itu dirincikan; Rp 17,8 juta kepada RS PMI Bogor, Rp 25,5 juta terhadap RS Pelni, dan sisanya ditanggung RSCM. Dasar gugatan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para tergugat adalah tindakan-tindakan para tergugat melanggar Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Para tergugat juga dinilai melanggar Kode Etik Dokter dan Kode Etik Rumah Sakit dengan tindakan yang dilakukan terhadap istri Syafri. Dua kasus di atas adalah cukilan dari sejumlah kasus serupa yang terjadi di berbagai wilayah di Tanah Air. Dan, sayangnya tingkat kesuksesan membawa masalah ini ke meja hijau juga masih rendah sekali. Padahal, seperti di AS yang sudah sangat maju dunia medisnya, kesalahan medis di dunia kedokteran berdasarkan laporan Institute of Medicine Amerika Serikat pada tahun 2001 saja telah membunuh hampir 100 ribu penduduk Amerika per tahun. Sedang di Tanah Air, menurut sejarah praktek kedokteran di Indonesia, baru satu dokter yang izinnya dicabut karena terbukti melakukan malpraktek. Dan, jika tidak salah, belum ada tenaga medis yang dipidanakan oleh pengadilan lantaran kasus malpraktek. Ini membuktikan bagaimana sulitnya membawa kasus tersebut ke muka hukum.

Persoalan dasar hukum untuk mengugat memang masih menjadi polemik. Singkatnya, beberapa kasus malpraktek yang dibawa ke pengadilan justru tidak dimenangkan oleh penggugat. Bahkan, definisi malpraktek sendiri masih menjadi perdebatan. Kalangan medis menilai perbuatan malpraktek bukanlah tindakan kriminal biasa. Hakim, jaksa dan aparat penyidik di bidang ini menurut mereka seharusnya adalah orang yang benar- benar mengerti soal istilah medis, penerapan dan konsekuensi dari penanganan medis terhadap pasien dan penyakitnya. Karenanya, wacana pengadilan khusus untuk hal ini pun sempat mengemuka dan ada dalam draft Rancangan Undang- undang Praktek Kedokteran yang hingga kini belum disahkan. Salah satu jalan meretas proses hukum atas kasus ini, menurut Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta bisa dengan berdasarkan UU Perlindungan Konsumen dan UU Kesehatan No. 23/1992.

BAB III PENUTUP Hak asasi manusia menurut pandangan Barat hak adalah wewenang yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai tertentu. Sedangkan menurut Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Menurut konsep barat hak asasi manusia segala sesuatunya berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan. Sedangkan hak asasi manusia menurut pandangan islam, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan. Hak asasi manusia hendaknya di jalani dan tidak dilanggar baik itu dari segi sosial, ekonomi, maupun dalam dunia kedokteran. Beberapa kasus mengenai pelanggaran hak-hak asasi dalam dunia kesehatan yang telah dipaparkan di bab sebelumnya seharusnya telah menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti itu ketika menjadi dokter kelak.

LAMPIRAN : LAPORAN BACA 1. AULIA NISA AHDIN 2. AZNUL HATIMA 3. SITTI RAHMAWATI 4. DESY RISKAYANTI AMRI 5. NETY NUR RAHMIAH PS 6. RITA AMIR 7. DEVI HARDIANTI 8. IRMA RUSNU 9. ASRIANI INDAH Y. 10. ELSAHARTINA FEBRIANTI 11. SRI REZKI YUNIARTI 12. AYU HUTAMI SYARIF 13. MARYAM BURHANUDDIN 14. NURUL FAJRINA RAHIM 15. NURFADILAH ASAD 16. INDRAWATI THALILA 17. DEWI KURNIA 18. HESTI 19. BONITA SESHARIKA 20. GEBY FONDA 21. SITI AMALIA PRATIWI 22. FAKHRANA NASARUDDIN 23. REZA AMMARIE 24. REZA FAUZI MANDALA P 25. FARISAH DEWI BATARI 26. SINTA 27. REZA KURNIAWAN ARTA 28. AFLAH DHE BARIZ YASTA 29. ZULYUDIAWAN MUIN C11111187 C11111256 C11111207 C11111266 C11111270 C11111265 C11111287 C11111283 C11111185 C11111254 C11111289

You might also like