You are on page 1of 24

BAB II Pembahasan

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Kaufman (Harjanto, 2010:2), menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencakup elemen-elemen : a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan d. Indentifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan f. Identifikasi strategi alternatil yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai Maka dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang harus dilakukan. Perencanaan merupakan tahapan awal sebelum pelaksanaan, yang mana dalam proses ini berpersan dalam menentukan ke mana tujuan dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Berpangkal dari hal tersebut, maka perencanaan mengandung 6 pokok pikiran, yakni : a. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan b. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya c. Untuk menutupi kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha d. Usaha yang dilakukan untuk menutupi kesenjangan itu dapat beragam dan merupakan alternatif yang mungkin ditempuh e. Pemilihan alternatif yang paling baik, dalam arti mempunyai efektifitas dan efisiensi yang paling tinggi perlu dilakukan f. Alternatif yang dipilih harus diperinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan apabila akan dilaksanakan

Sementara itu beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang pengertian perencanaan, antara lain : Herbert Simon (1996), perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan. Gordon Rowland (1993), perencanan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi tapi juga membantu untuk lebihmemahami permasalahan itu sendiri, jadi sebuah usulan lebih diutamakan dibanding informasi awal. Proses perencaan menggiring kitauntuk berfikir kembali atau merangkai masalah kembali. See Sabon (1987), perencanaan membantu kita melihat masalah dalam pemikiran yang baru, pandangan yang berbedadari yang lain, dan lebih baik dalam memahami masalah yang kompleksmenjadi lebih sederhana. Cristoper Clark(1995), baginya guru adalah perencana, jadi guru yang profesional, aktif, siap untuk memberikan pembelajaran dan dengan cara penyampaian yang unik adalah guru yang punya perencanaan baik. (dalam Definisi Perencanaan Pembelajaran, http://www.scribd.com/doc/28131127/Definisi-Perencanaan-Pembelajaran)

Perencanaan tak lain merupakan bagian dari hakikat pembelajaran berupa desain dalam upaya membelajarkan siswa. Menurut Degeng (dalam Pengertian Perencanaan Pembelajaran, http://www. atau

sekolahdasar.net/2010/10/pengertian-perencanaan-pembelajaran.html), pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.

pembelajaran

Beberapa ahli kemudian merangkum berbagai definisi tentang perencanaan pembelajaran, di antaranya : a. Branch (2002) Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliabel. b. Ritchy Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok. c. Smith & Ragan (1993) Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran. (1999) Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran

kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi. d. Zook (2000) Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar) (dalam Defenisi Perencanaan Pembelajaran Menurut Para Ahli, http://id.shvoong.com /writing-and speaking/presenting/2035422-defenisi-perencanaan-pembelajaran-menurut-

para/#ixzz107u4jw3G) e. Ibrahim Kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta alat atau media apa yang diperlukan. f. Banghart dan Trull Proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. g. Toeti Sukamto Pengembangan pembelajaran yang merupakan sistem yang akan terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur yang salin berinteraksi. h. Nana Sudjana Kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis. (dalam Pengertian Perencanaan Pembelajaran, http :// www.sekolahdasar.net/2010/ 10/ pengertian-perencanaan-pembelajaran.html). i. Philip Commbs Perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu

lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya. (Harjanto, 2010:6)

Berangkat dari berbagai definisi oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya melakukan proyeksi dan analisis rasional terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, kemudian dijabarkan melalui prosedur sistematis yang mengintegrasikan komponen-kompenon pembelajaran (materi, metode, teknik, media), sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Perencanaan pengajaran, memiliki beberapa karakteristik (Banghart dan Albert Trull dalam Harjanto, 2010: 3), yakni : a. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan sosial dan konsepkonsepnya dirancang oleh banyak orang b. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian c. Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas yang beragam, namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan d. Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi salah penggunaan dan kesalahan manajemen. Melengkapi itu, perencanaan pembelajaran juga mempunyai dimensi yang berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifaf dari karakteristik yang terdapat di dalamnya. Dengan memperhatikan dimensi-dimensi tersebut, memungkinkan dilakukannya perencanaan

komperhensif yang menalar dan efisien (Harjanto, 2010: 4-6), yakni : a. Signifikansi. Tingkat signifikansi ini tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Dalam upaya mencapainya, pengambil keputusan perlu mempunyai garis pembimbing yang jelas dan mengajukan kriteria evaluasi. b. Feasibilitas. Salah satu faktor penentu dalam hal ini adalah otoritas politikal yang memadai, sebab dengan demikian feasibilitas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistik

c. Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan oengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat, agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal. d. Kepastian atau definitiveness. Dalam hal ini diupayakan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak terduga, sebab tidak semua hal yang sifatnya kebetulan dapat dimasukkan dalam perencanaan pembelajaran. e. Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan benar kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen. f. Adaptabilitas. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya bersifat dinamik, sehingga senantiasa perlu mencari informasi sebagai umpan balik atau masukan tambahan. g. Waktu. Faktor-faktor yang ebrkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas analisis yang dipakai, serta kapan dilakukan penilaian atas kebutuhan pendidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang. h. Monitoring atau pemantauan. Termasuk dalam konsep ini adalah mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. i. Isi perencanaan. Perencanaan pengajaran yang baik, memuat : 1) Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan 2) Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya 3) Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi,

spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka 4) Bangunan fisik, mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan bangunan fisikk lain 5) Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan 6) Sturktur organisasi, yakni bagaimana cara mengorganisasi dan menanajemen operasi dan pengawasan program serta aktivitas pendidikan yang direncanakan 7) Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran

2. Masalah-masalah Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan perencanaan pembelajaran perlu memperhatikan faktor-ffaktor penghambat yang umumnya bersifat eksternal guna mencapai manfaat optimal dari perencanaan tersebut. Selain harus melihat hambatan-hambatan yang lebih bersifat eksternal, beberapa hal yang secara klasifikatif masuk dalam masalah internal juga harus mendapatkan porsi perhatian lebih. Hal-hal tersebut antara lain: a. Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan dalam pengajaran PAI. (bahwa penekanan tujuan pada tingkat sekolah; SD, SMP, SMA; atau dalam tingkatan kelas: I, II, III; atau bahkan lembaga yang satu dengan yang lain akan berbeda) b. Alternatif apa yang terbaik yang mungkin dilaksanakan dalam mencapai tujuan-tujuan dan fungsi pendidikan PAI tersebut. (Hal ini menyangkut juga, masalah teknologi pendidikan, waktu, dana, efektifitas pendidikan (metode), kemampuan praktis dan sebagainya). c. Seberapa jauh sumber daya (potensi pengetahuan tentang agama Islam) yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat yang akan diikutsertakan dalam pendidikan. (profesinalitas dan seleksi pengajar). d. Siapa yang akan membiayai. Ini menyangkut masalah dari mana dana pendidikan diperoleh. (Beberapa pihak yang mungkin mendukung dalam hal ini: wali murid, donator-donator baik bersama-sama maupun individu). e. Bagaimana kemudian membagi rata dana tersebut. (di tingkat nasional: antara satu sekolah dengan sekolah lain, antara jenjang (SD-SM) dan antara jenis (SMA & SMK) di tingkat institusi: antara gaji guru dengan pemenuhan kebutuhan sekolah dan lainlain) Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut boleh jadi berbeda, tergantung sudut pandang yang dianut (Harjanto, 2010:8). Apabila ditimbang dari sudut pandang pengelola pendidikan yang cenderung idealis, pragmatis dan ahli politik, walaupun dapat menerima adanya kebutuhan masyarakat yang penting lainnya, namun bagi mereka pendidikan adalah yang paling utama, sehingga perlu mendapat prioritas. Mereka akan mengusulkan agar setiap anak usia sekolah dapat tertampung, serta meminta suatu anggaran yang dapat membiayai semua hal yanh diperkirakan ditambah dengan kelebihan jumlah tertentu, sebab sadar bahwa mereka

memperoleh kurang dari yang diminta. Pengelola pendidikan dengan demikian cenderung memiliki pola pikir teoritis dan tidak praktis. Yang diperhatikan hanyalah betapa pentingnya anak usia sekolah dapat memperoleh pendidikan, sementara sumber pembiayaan untuk itu bukan menjadi pemikiran mereka. Di sisi lain, para ekonom memiliki sudut pandang yang lain. Ekonom-ekonom dalam pola pikir umumnya berpusat pada dua masalah pokok (Harjanto, 2010:9), yaitu : a. Masalah alokasi, yakni bagaimana membagi dengan sebaik-baiknnya dana yang terbatas kepadaaa berbagai macam sektor yang saling bersaing tanpa dana, sehingga diperoleh totalitas hasil yang terbaik dan optimal b. Masalah efisiensi, yakni bagaimana menggunakan dana yang telah dialokasikan agar memperoleh hasil maksimal Dari dua hal ini, pendidikan wajar memperoleh prioritas utama, namun diikuti oleh anggapan bahwa tidak ada suatu sektor dalam negara termasuk pendidikan, yang boleh menghabiskan dana yang tersedia dan mengabaikan sektor-sektor yang lain. Bagi ekonom, kebijakan utamanya adalah menjaga keseimbangan antara keseluruhan sektor yang biasanya saling mengutamakan dirinya dalam memperoleh dana yang terbatas. Dalam rangka alokasi yang rasional, ekonom biasanya memakai pendekatan untung rugi dari masing-masing alternatif alokasi dan mengupayakan agar biaya yang terendah namun secara keseluruhan tertinggi hasil ekonominya. Namun pendekatan ini sebenarnya mempunyai kelemahan pokok, yaitu : a. Kesulitan praktis dalam mengukur kerugian dan keuntungan khususnya keuntungan yang hanya dapat dicapai dalam jangka waktu lama b. Kelemahan dalam kriteria dan sempitnya arti keuntungan. Biasanya yang menjadi kriteria utama adalah dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, selain tujuan-tujuan yang lainnya. Kendati cukup baik, namun pendekatan ini terlampau sempit dan dapat menyesatkan pembuata kebijakan dan pada akhirnya menempatkan alokas yang keliru. Pengungkapan atas kelemahan ini bukan dalam rangka menganjurkan agar pendekatan ini tak lagi dipakai. Melainkan bertujuan melahirkan kesadaran bahwa pendekatan ini mempunyai kekurangan, sama seperti pendekatan yang lainnya. Sadar akan kelemahan setiap pendekatan dapat mencegah pola pikir sempit yang menganggap bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran yang baik dapat

menggunakan pendekatan tunggal, dan pada gilirannya bersedia mengkaji dari sudut pandang pendeketan yang lain. Hingga saat ini ada 3 macam pendekatan dalam perencanaan pembelajaran (Harjanto, 2010:10-14), yakni : a. Pendekatan tuntutan sosial. Merupakan pendekatan yang paling wajar bagi pendidikan atau pengelola pendidikan. Tuntutan sosial diartikan sebagai kumpulan tuntutan umum untuk memperoleh pendidikan yaitu sejumlah tuntutan individu akan pendidikan pada suatu tempat, waktu serta dalam lingkungan budaya politik dan ekonomi tertentu. Manakala jumlah runag kelas dan peralatan lebih kecil dari yang diperlukan orangorang yang ingin bersekolah, maka dikatakan tuntutan sosial melebihi apa yang tersedia. Dalam realitanya memang tuntutan masyarakat untukmemperole pendidikan senantiasa melampaui kemampuan pelayanan pemerintah. Terhadap pendekatan ini muncul beberapa kritik yang dikemukan oleh ekonom-ekonom, antara lain : 1) Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi sumber nasional dan mengganggap bahwa tidak menjada persoalan berapa banyak sumber itu dialokasikan ke sektor pendidikan 2) Mengabaikan sifat dan mecam tenaga kerja yang dihasilkan dan diperlukan oleh sektor ekonomi, sehingga tidak mempermasalahkan atau mempedulikan apakah tenaga kerja tertentu terlalu banyak atau terlalu sedikit 3) Cenderung terlalu mendorong terjadinya tuntutan masyarakat memperoleh pendidikan, meremahkan masalah biaya, serta mengingat keinginan untuk memberi kesempatan yang luas untuk memperoleh pendidikan, sering mengabaikan kualitas dan efektivitas, dengan akibat, pendidikan menjadi suatu bentuk investasi modal yang kurang produktif. 4) Pengaruh lain yang dapat terjadi dan justru lebih besar akibatnnya adalah menurunnya kualitas guru dan wibawa mereka secara drastis, sebab pemekaran jumlah sekolah secara pasif dalamw aktu relatif tidak terlalu lama dapt membawa akibat penyediaan korps guru yang berkualitas rendah. b. Pendekatan tenaga kerja. Bagi para ekonom aliran neo-klasik, pembangunan ekonomi tidak hanya memerlukan sumber fisik dan fasilitas lainnya, akan tetapi sumber daya manusia untuk menggali dan mengelola sumber nasional tersebut. Untuk maksud itu,

pembangunan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan merupakan syarat penting untuk pembangunan nasional dan emnjadi investasi strategis terhadap sumber daya yang langka. Diakui pendekatan ini sangat berguna dalam rangka penentuan alokasi sumber dana nasional, namun dalam pelaksanaan praktis mempunyai beberapa kelemmahan, yaitu : 1) Hanya mampu memberi bimbingan yang terbatas kepada para perencana 2) Klasifikasi pekerjaan dan perbandingan antara tenaga kerja profesi kurang sesuai dengan kebutuhan nyata sebab tuntutan adan pola pikir didasarkan pada kondisi negara maju 3) Mengingat cepatnya perubahan teknologi yang sekaligus menuntut kualifikasi tenaga yang berbeda-beda, maka tidak mungkin mengadakan estimasi yang akurat tentang kualifikasi tenaga kerja di masa mendatang 4) Sebagai pendekatan yang bersifat deterministis, pendekatan tenaga kerja terjerat pada pola pikir yang sempit, sebab didasarkan pada asumsi bahwa ekonomi menciptakan kebutuhan akan tenaga kerja, sedangkan pendidikan hanya bersifat pasif mengikutinya. c. Pendekatan imbalan. Merupakan pendekatan yang dianjurkan oelh seorang ekonom yang kurang setuju atau meninggalan tradisi ekenomi klasik. Bagi mereka, kelemahan pendekatan tuntutan sosial dan tenaga kerja adalah sama-sama mengabaikan masalah alokasi sumber dana nasonal. Melalui pendekatan nilai imbalan, masalah alokasi diatasi dengan mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian dari alternatif yang dipilih. Gagasan ini sepintas nampak jelas, namun bila dikaji lebih mendalam terdapat beberapa kelemahan : 1) Data dasar yang akurat untuk menghitung untung rugi dalam dunia pendidikan sangat sulit, terutama yang menyangkut teksiran biaya peserta didik 2) Sangat menghitung keuntungan yang akan diperoleh akibat pendidikan di masa mendatang. Kelemahan ini dapat dihindarkan apabila tersedia data yang lengkap. Metode yang umum dipakai adalah menghitung beberapa tambahan pendapatan yang diperoleh seseorang akibat memperoleh pendidikan tertentu. Makin tinggi tambahan pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan selama mengikuti pendidikan, maka alokasi sumber dana dikategorikan semakin

baik. Namun sebenarnya, membandingkan pendapatan yang akan diperoleh di masa mendatang akibat adanya perbedaan tingkat dan jenis pendidikan di masa lalu, adalah suatu perkiraan yang kabur, sebab : a) Terjerumus pada anggapan bahwa setiap orang yang memperole tingkat dan jenis pendidikan yang sama akan memperoleh kesempatan kerja dengan imbalan yang sama b) Kemungkinan mereka yang tertarik pada analisis statistik akan mengatakan bahwa tambahan pendapatan yang diperoleh di luar faktor pendidikan dapat dipisahkan melalui penelitian itu dilakukan secara benar. c) Pendekatan ini hanya memberi sebagian jawaban dari apa yang ingin diketahui para perencana d) Pendekatan ini masih dalam tahap perkembangan eksperimental

3.

Jenis-Jenis Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa segi (Harjanto, 2010:19-22), antara lain : a. Menurut Besaran atau Magnitude 1) Perencanaan makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan makro berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : a) Apakah tujuan pendidikan nasional b) Pendekatan apakah yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut c) Lembaga pendidikan apakah yang digunakan untuk mencapai tersebut d) Bagaimanakah seharusnya organisasi pendidikan diatur sehingga tujuan

menunjang tercapainya tujuan tersebut e) Program-program apakah yang perlu diadakan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut

f) Sumber-sumber apakh yang dapat dipakai untuk menunjang programprogram tersebut g) Apakah kriteria keberhasilan usaha pendidikan itu 2) Perencanaan meso. Kebijakan dalam perencanaan makro dijabarkan dalam

program-program dengan dimensi yang lebih kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional, disesuaikan dengan keadaan daerah, departemen atau unit-unit lainnya. 3) Perencanaan mikro. Diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional dan merupakan jabaran lebih spesifik dari perencanaan meso. Dalam tahapan ini, karakteristik-karakteristik lembaga diperhatikan, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang ditetapkan oleh perencanaan makro maupun meso. b. Menurut Telaahnya 1) Perencanaan strategis, yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan, pengalokasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan dan kebijkan yang digunakan sebagai pedoman. Perencanaan ini cenderung dipusatkan pada masalah-masalah yang tidak terstruktur, melibatkan banyak variabel, namun memiliki parameter yang pasti. Sering pula disebut sebagai perencanaan tingkat normatif, sebqab keputusan yang dibuat tidak didasarkan pada data-data statistik, melainkan pertimbangan perencana, dalam hal ini pimpinan puncak suatu organisas. 2) Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien 3) Perencanaan operasional, memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari rencana manajerial. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi memberi petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu proyek atau program, baik tentang aturan, prosedur dan ketentuan lain yang telah ditetapkan. c. Menurut Jangka Waktunya 1) Perencanaan jangka panjang, yaitu mencakup kurun waktu 10 sampai 25 tahun. Mempunyai parameter yang lebih kabur dan kian panjang jangka waktunya, variabelnya pun makin tak pasti ketentuan-

2) Perencanaan jangka menengah, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 4 sampai 10 tahun. Merupakan penjabaran operasional dari rancana jangka panjang 3) Rancana jangka pendek, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1 samapi 3 tahun, serta merupakan jabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang. Jenis-jenis perencanaan pembelajaran tersebut terangkum pula dalam Perencanaan Pembelajaran(http://teknologipembelejaran.blogspot.com/2010/02/perencanaanpembelajaran.html), dengan memberi tambahan beberapa jenis perencanaan lain, yakni : 1) Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning) Perencanaan ini berupa serangkaian upaya yang dilakukan oleh guru yang baru memulai tugasnya di suatu sekolah, seperti penyesuaian diri terhadap situasi-situasi baru,

membantu murid dalam belajar, dan memberi kesan menyenangkan bagi murid. 2) Perencanaan Tahunan Perencanaan ini berfungsi sebagai berikut : a) Menentukan tujuan pembelajaran b) Menyusun skor pelajaran sesuai degan tujuan yang ingin dicapai c) Mengorganisasikan isi pelajaran dalam bentuk masalah-masalah, unit-unit atau minat siswa d) Menentukan metode mengajar 3) Perencanaan Hari Pertama Dalam rencana ini memuat pelaksanaan hal-hal yang bersifat rutin, prosedur dan bahan pengajaranm, pengaturan tempat duduk murid, cara pendekatan guru dengan murid dan lain-lain 4) Perencanaan Terus Menerus Maksudnya ialah untuk merevisi rencana yang telah dibuat sebelumnya, serta merupakan kelanjutan dari perencanaan sebelumnya 5) Perencanaan Bersama (Resource Unit) Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana merupakan tanggungjawab bersama semua guru, kepala sekolah, pemilik dan pengawas sebagai rencana jangka panjang dengan langkah-langkah

6) Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan Sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru terlebih dahulu menyusun preplanning dan telah mengadakan penjajagan sebelumnya tentang kebutuhan dan minat murid, sehingga proses itu dapat sejalan dengan keinginan merekka dan menghindari perubahan-perubahan yang tidak perlu 7) Perencanaan Jangka Panjang Meliputi aspek-aspek a. Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran b. Memilih isi dan kegiatan belajar c. Mengorganisasi isi menjadi unit-unit d. Menyusun unit- unit belajar e. Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar f. Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan g. Perencanaan pengajaran unit h. Perencanaan harian dan mingguan Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata pelajaran, dan untuk rencana ,mingguan dibuat secara garis besarnya saja. 8) Rencana Kerja Harian Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan directed study, yang mana kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat dengan unit dan tujuan pembelajaran.

4. Proses Perencanaan Pembelajaran

Guna memperoleh perencanaan yang komperhensif, maka seyogianya dilaksanakan 6 tahapan proses (Harjanto, 2010:17-19), yaitu: a. Tahap pra perencanaan. Tahapan ini meliputi, (1) menciptakan atau mengadapakn badan maupun bagian yang bertugas dalam melaksanakan fungsi perencanaan, (2) menetapkan prosedur perencanaan, (3) mengadakan reorganisasi struktural internal administrasi agar dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan serta proses

implementasinya

dan

(4)

menetapkan

mekanisme

serta

prosedur

untuk

mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam perencanaa b. Tahap perencanaan awal, terdiri dari aktivitas-aktivitas : (1) tahap diagnosis,

merupakan kegiatan membandingkan luaran atau output yang diharapkan dengan apa yang telah dicapai sekarang. Tahap ini bertujuan mengetahui apakah rencana yang dilaksanakan itu memadai dan relevan, serta apakah cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan itu efektif dan efisien, (2) tahap formulasi rencana, merupakan kebijakan yang memberikan arah kepada upaya memperbaiki kelemahan dan kekurangan suatu rencana, (3) penilaian kebutuhan, merupakan tindak lanjut sesudah kebijakan ditetapkan yang meliputi : a) Jumlah orang yang perlu mendapat layanan dalam rencana serta syarat-syarat kualitatifnya b) Jumlah dan besarnya lembaga atau program yang diperlukan c) Jumlah, kompetensi dan syarat pekerjaan dari orang yang akan

mengorganisasikan dan melaksanakan rancana tersebut d) Jumalah dan kualitas bahan, sarana dan alat-alat yang diperlukan e) Jumlah dan kualitas mobiler dan alat-alat lainnya f) Jumlah dana yang diperlukan untuk gaji, upah dan beasiswa g) Jumlah dan kualitas layanan pendukung dan sebagainya (4) perhitungan biaya, (5) penentuan target. c. Tahap formulasi rencana. Perencanaan mempunyai dua maksud mendasar yakni (1) menyiapkan seperangkat keputusan yang diambil oleh pemegang otoritas dan (2) meneydiakan pola dasar pelaksanaan yang menjadi pegangan berbagai unti organisasi yang bertanggungjawab dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut. d. Tahap eloborasi rencana. Sebelum rencana diimplementasikan, perlu ditempuh beberapa langkah elaborasi yakni (1) membuat program, yaitu membagi rencana ke dalam area-area pelaksanaan, yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik, (2) identifikasi dan formulasi proyek. Tiap program terdiri dari kelompok aktivitas

sejenis dan tiap kelompok itu dinamakan proyek. Formulas proyek merupakan tugas merinci siapa pelaksana, berapa biaya, jangka waktu dan hal-hal lain yang dianggap perlu

e. Tahap implementasi rencana. Pada tahap ini perencanaan bergabung dengan proses pelaksanaan atau manajemennnya. f. Tahap evaluasi dan perencanaan ulang. Evaluasi mempunyai dua makna, yakni (1) memberi gambaran tentang kelemahan rencana dan (2) sebagai bahan diagnosis serta dalam membuat perencanaan ulang.

Dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-perencanaan-proses-

pembelajaran/, Standar Perencanaan Pembelajaran oleh Akhmad Sudrajat, proses perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. a. Silabus Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk Ml, MTs, MA, dan MAK. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah : 1. Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,

program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3. Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 5. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8. Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI. 9. Kegiatan pembelajaran a. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 10. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 11. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

5. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar sering kali kita menyusun perencanaan pembelajaran, namun seberapa pentingkah pelaksanaan pembelajaran tersebut? Sekilas hal tersebut terlihat tidak terlalu penting untuk di persiapkan namun sesungguhnya itu merupakan sesuatu yang paling penting dan tidak boleh terlewatkan karena untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka dibutuhkan perencanaan pembelajaran seperti dalam M. Sobry Sutikno yang bukunya berjudul Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan bahwa perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satu diantaranya adalah proses pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik, di pengaruhi oleh perencanaan yang baik pula oleh sebab itulah salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar yakni perencanaan pembelajaran Dalam http://www.kosmaext2010.com/makalah-pentingnya-perencanaan-dan-desain-

pembelajaran-pai disebutkan mengenai pentingnya perencanaan pembelajarannya yakni: a. Diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan. b. Dapat dilakukan suatu perkiraan ( fore casting ) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui, mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, juga tentang hambatan-hambatan dan risiko-risiko yang mungkin dihadapi. c. Memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik ( the best alternatif ) atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik ( the best combination). d. Dilakukan penyusunan skala prioritas, memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya. e. Ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan. f. Dapat lebih bisa meningkatkan kemampuan pembelajaran baik guru maupun kemampuan murid.

g. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan. h. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa, dan mendorong motivasi belajar. i. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur yang dipergunakan. Selain itu dalam http://komarudintasdik.wordpress.com, salah satu lembaran kertas mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul majid mengemukakan beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. 2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan. 3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid. 4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. 5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. 6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya. Peran penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh seorang guru atau sebaliknya. Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya: a. Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, b. Guru akan menguasai materi, c. Guru akan mempunyai metode, d. Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat, e. Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa.

Melihat manfaat di atas, maka perencanaan pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh para guru, sesuai tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.

BAB III Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan a. Perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya melakukan proyeksi dan analisis rasional terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, kemudian dijabarkan melalui prosedur sistematis yang mengintegrasikan komponen-kompenon

pembelajaran (materi, metode, teknik, media), sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. b. Masalah-masalah pokok dalam perencanaan pembelajaran antara lain : 1) Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan dalam pengajaran PAI. (bahwa penekanan tujuan pada tingkat sekolah; SD, SMP, SMA; atau dalam tingkatan kelas: I, II, III; atau bahkan lembaga yang satu dengan yang lain akan berbeda) 2) Alternatif apa yang terbaik yang mungkin dilaksanakan dalam mencapai tujuan-tujuan dan fungsi pendidikan PAI tersebut. (Hal ini menyangkut juga, masalah teknologi pendidikan, waktu, dana, efektifitas pendidikan (metode), kemampuan praktis dan sebagainya). 3) Seberapa jauh sumber daya (potensi pengetahuan tentang agama Islam) yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat yang akan diikutsertakan dalam pendidikan. (profesinalitas dan seleksi pengajar). 4) Siapa yang akan membiayai. Ini menyangkut masalah dari mana dana pendidikan diperoleh. (Beberapa pihak yang mungkin mendukung dalam hal ini: wali murid, donator-donator baik bersama-sama maupun individu). 5) Bagaimana kemudian membagi rata dana tersebut. (di tingkat nasional: antara satu sekolah dengan sekolah lain, antara jenjang (SD-SM) dan antara jenis (SMA & SMK) di tingkat institusi: antara gaji guru dengan pemenuhan kebutuhan sekolah dan lain-lain) c. Jenis-jenis perencanaan pembelajaran : 1) Menurut Besaran atau Magnitude a) Perencanaan makro

b) Perencanaan meso. c) Perencanaan mikro. 2) Menurut Telaahnya a) Perencanaan strategis b) Perencanaan manajerial c) Perencanaan operasional 4) Menurut Jangka Waktunya a) Perencanaan jangka panjang b) Perencanaan jangka menengah c) Rancana jangka pendek 5) Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning) 6) Perencanaan Tahunan 7) Perencanaan Hari Pertama 8) Perencanaan Terus Menerus 9) Perencanaan Bersama (Resource Unit) 10) Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan 11) Rencana Kerja Harian

d. Proses perencanaan pembelajaran meliputi tahapan : 1) Tahap pra perencanaan 2) Tahap perencanaan awal 3) Tahap formulasi rencana 4) Tahap eloborasi rencana 5) Tahap implementasi rencana 6) Tahap evaluasi dan perencanaan ulang Khusus dalam perencanaan persiapan pembelajaran, meliputi tahapan perencanaan silabus dan Rpp. e. Perencanaan pembelajaran penting adanya yakni agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Saran Guna pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan hasil optimal, guru perlu melakukan perencanaan yang baik, matang dan sistematis dengan mempertimbangkan faktorfaktor penghambat yang ada

Daftar Pustaka Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta. 2010. Akhmad Sudrajat, Standar Perencanaan Pembelajaran, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-perencanaan-proses-pembelajaran/, diakses tanggal 4 Maret 2012 -----, Definisi Perencanaan Pembelajaran, http://www.scribd.com/doc/28131127/DefinisiPerencanaan-Pembelajaran, diakses tanggal 4 Maret 2012 -----, Defenisi Perencanaan Pembelajaran Menurut Para Ahli, http://id.shvoong.com /writingand speaking/presenting/2035422-defenisi-perencanaan-pembelajaran-menurutpara/#ixzz107u4jw3G, diakses tanggal 4 Maret 2012 -----, Pengertian Perencanaan Pembelajaran, http :// www.sekolahdasar.net/2010/ 10/ pengertian-perencanaan-pembelajaran.html, diakses tanggal 4 Maret 2012
----,

Perencanaan Pembelajaran,

(http://teknologipembelejaran.blogspot.com/2010/02/perencanaan-pembelajaran.html), diakses tanggal 4 Maret 2012 http://www.kosmaext2010.com/makalah-pentingnya-perencanaan-dan-desain-pembelajaran-pai, diakses tanggal 5 Maret 2012. http://www.shvoong.com/favicon.ico, diakses tanggal 5 Maret 2012 http://ndutnita.wordpress.com/xmlrpc.php, diakses tanggal 5 Maret 2012 http://komarudintasdik.wordpress.com/xmlrpc.php, diakses tanggal 5 Maret 2012

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pendidikan secara luas, mencakup pula di dalamnya keberlangsungan pembelajaran, kerap kali terjadi berbagai kendala maupun kekurangan yang mengakibatkan kurang optimalnya capaian hasil dari proses tersebut.

2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan mendasar yakni : 2.1 Apakah yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran? 2.2 Apakah masalah-masalah pokok dalam perencanaan pembelajaran? 2.3 Apa sajakah jenis-jenis perencanaan pembelajaran? 2.4 Bagaimanakah proses dalam perencanaan pembelajaran? 2.5 Seberapa pentingkah perencanaan pembelajaran? 3. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu : 3.1 Untuk mengetahui pengertian perencanaan pembelajaran 3.2 Untuk mengetahui masalah-masalah dalam perencanaan pembelajaran 3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis perencanaan pembelajaran 3.4 Untuk mengetahui proses perencanaan pembelajaran 3.5 Untuk mengetahui pentingnya perencanaan pembelajaran

You might also like