You are on page 1of 4

Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae.

Penyakit ini di Indonesia tersebar hampir diseluruh daerah pertanaman padi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dan selalu timbul baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik. Penyakit hawar daun bakteri menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup tinggi dan dalam keadaan tertentu dapat menurunkan produksi sampai 60 %. Penyakit ini mempunyai beberapa ras dari jenis bakteri dan masing-masing mempunyai perbedaan kemampuan untuk menginfeksi tanaman padi (Sudarmo 1991). Hawar daun bakteri dapat terjadi pada tingkat bibit, tanaman muda, dan tanaman tua. Penyakit hawar daun bakteri mulai menyebabkan kerusakan pada pertanaman padi di Indonesia pada musim hujan tahun 1948/1949. Pada waktu itu penyakit ini disebut sebagai kresek atau hama lodoh apabila tanaman sampai mati. Di daerah tropis, misalnya Indonesia kerusakan pertanaman padi lebih besar dibandingkan daerah subtropis (Khaeruni 2001). Pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Penyakit hawar daun bakteri menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur kurang dari 30 hari (pesemaian atau yang baru dipindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh). Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan (Suyamto 2007). Penyakit ini akan menimbulkan gejala yang timbul 1-2 minggu setelah padi dipindah dari persemaian. Daun-daun yang sakit akan berwarna hijau kelabu, mengering, helaian daunnya melengkung, diikuti oleh melipatnya helaian daun itu sepanjang ibu tulangnya. Pada umumnya gejala yang pertama tampak pada daun-daun yang dipotong ujungnya. Dekat bekas potongan terjadi bercak hijau kelabu, sering ibu tulang daun menjadi berwarna kuning. Warna daun yang

kering itu akan berubah menjadi kering jerami sampai coklat muda. Gejala dapat juga meluas sampai upih daun (Semangun 1991). Gejala busuk daun biasanya serangannya terjadi waktu padi masih dalam persemaian atau setelah tanam, namun terkadang menyerang saat tanaman padi berumur 60 hari ke atas. Padi yang masih dalam persemaian, atau setelah tanam serangannya ditandai oleh daun menguning dan selanjutnya daun tampak kering. Sedangkan busuk bakteri yang menyerang tanaman yang agak tua, daunnya berwarna keabu-abuan selanjutnya berwarna putih. Gejala lain adalah kresek, dimana gejala ini terjadi pada tanaman padi berumur 2-6 minggu (Suwanto 1994). Gejala penyakit ini mudah dibedakan dari gejala karena serangan penggerek, karena pada serangan penggerek gejala lebih dulu timbul pada daun yang lebih muda, sedang pada hawar daun bakteri serangan akan tampak pada daun yang lebih tua. Mungkin bakteri hanya menyerang beberapa daun, tetapi dapat juga berkembang terus sehingga tanaman mati. Tingkatan terakhir dari penyakit ini adalah membusuknya tanaman, yang dikenal dengan nama hama lodoh. Bakteri terutama terdapat dalam berkas-berkas pembuluh. Kalau daun yang sakit dipotong dan diletakkan pada ruangan yang lembab, dari berkas pembuluhnya akan keluar lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (ooze) (Semangun 2004). Garis-garis yang kebasah-basahan pada urat daun setelah dipotong dan diletakkan pada tempat yang lembab akan banyak lendir bakteri yang terdapat pada garisgaris tersebut yang disebut ooze, lendir itu kemudian mengering membentuk butiran-butiran kecil pada garis-garis luka (Harahap dan Cahyono 1998). Untuk membedakannya cukup dipotong bagian bawah tanaman (batang) selanjutnya ditekan, kalau timbul warna kekuning-kuningan maka terjadi serangan busuk bakteri (Sudarmo 1991). Daur penyakit ini awalnya bakteri terutama mengadakan infeksi melalui luka-luka pada daun, karena biasanya bibit padi dipotong ujungnya sebelum ditanam. Bakteri juga mengadakan infeksi melalui luka-luka pada akar sebagai akibat pencabutan. Infeksi terjadi saat pertanaman atau beberapa hari sesudahnya. Bahkan sudah diketahui bahwa luka-luka pada akar dapat menarik bakteri. Bakteri juga dapat mengadakan infeksi melalui pori air yang terdapat pada daun, melalui luka-luka karena daun-daun yang bergesekan, dan melalui luka-luka karena

serangan. Bakteri tidak dapat bertahan lama pada biji, sehingga umumnya penyakit ini tidak terbawa oleh biji (Semangun 2004). Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan penyakit di lapang, kelembaban tinggi, hujan angin, dan pemupukan N yang berlebihan dapat meningkatkan keparahan penyakit. Jenis padi mempunyai ketahanan yang berbeda-beda sejak dulu diketahui bahwa padi cere jenis Bengawan, Cina dan Mas rentan terhadap hawar daun bakteri. Padi gundil terbukti paling tahan, sedang jenis-jenis bulu adalah paling tahan dan penyakit tidak pernah menimbulkan kerugian yang berarti padajenis ini (Semangun 2004). Dalam keaadaan lembab (terutama di pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran berwarna kuning keemasan, dapat dengan mudah temukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekan antar daun, dan percikan air hujan, massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit hawar daun bakteri (Suyamto 2007). Penyakit lebih banyak pada padi yang dipindah pada umur yang lebih muda. Ada jenis padi tertentu yang tahan pada waktu muda dan ada pula yang tahan pada waktu dewasa. Misalnya bakteri kelompok III jenis Krueng Aceh tahan pada waktu muda, sedang Bah Butong, Semeru, Citanduy, dan Cisanggarung menjadi tahan setelah dewasa terhadap bakteri kelompok IV. Bah Butong tahan pada waktu masih muda dan juga setelah dewasa (Semangun 2004).

Harahap IS dan Cahyono B. 1998. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Bogor: Penebar Swadaya. Khaeruni A. 2001. Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi : Masalah dan Upaya Pemecahannya. Bogor: IPB. Sudarmo S. 1991. Pengendalian Serangan Hama Penyakit dan Gulma Padi. Yogyakarta: Kanisius. Semangun H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Semangun H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suwanto A. 1994. Mikroorganisme untuk biokontrol, strategi penelitian & penerapannya dalam bioteknologi pertanian. Agrotek 2:40-46. Suyamto. 2007. Masalah Lapang Padi. Bogor: Puslitbangtan.

Hak Cipta 2009 | Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9, Sukamandi, Subang 41256, Jawa Barat Telp (0260) 520157, Fax. (0260) 520158 email : bbpadi@litbang.deptan.go.id http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article& id=204%3A-penyakit-hawar-daun-bakteri-blb-&catid=72%3Apenyakit-padibakteri&Itemid=96&lang=in

You might also like