You are on page 1of 107

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut Winslow yang dikutip dalam Notoadmodjo (2002), Kesehatan Masyarakat merupakan suatu ilmu dan seni mencegah penyakit,

memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha untuk pengorganisasian masyarakat yang bertujuan untuk memperbaiki sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan dan pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharan kesehatan masyarakat. Batasan kesehatan masyarakat mencakup dua aspek, yaitu keilmuan (science) dan seni (art) atau aplikasinya. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat bukan hanya berbicara mengenai teori tentang gizi masyarakat, epidemiologi penyakit, kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan,

manajemen kesehatan dan biostatistika tetapi juga bagaimana penerapan teoriteori tersebut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu program pendidikan yang diharapkan dapat menghasilkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) yang berkompetensi sesuai dengan penerapan konsep teoritis dari kesehatan masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam aspek kesehatan. Untuk menghasilkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) yang berkompetensi dan berdaya guna bagi masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dituntut untuk memberikan suatu proses pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada pemahaman konsep teori kesehatan masyarakat, namun juga penerapan teori tersebut ke dalam struktur masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran calon ahli Kesehatan
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 1|Page

Masyarakat dituntut untuk mampu menerapkan konsep-konsep teori yang ada melalui kegiatan praktek lapangan. Adapun salah satu praktek yang diberikan bagi para calon ahli Kesehatan Masyarakat berupa Praktek Belajar Lapangan. Kegiatan Praktek Belajar Lapangan ini diorientasikan kepada mahasiswa semester V (lima) kesehatan masyarakat, dimana mahasiswa dalam prakteknya ditempatkan di beberapa Puskesmas yang berada di bawah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berada di lingkungan Kota Tangerang Selatan. Sehingga diharapkan, dengan adanya kegiatan PBL ini juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kota Tangerang Selatan. Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan salah suatu proses pembelajaran dan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmunya di bidang kesehatan, baik secara langsung kepada instansi pelayanan kesehatan maupun di tengah-tengah masyarakat yang bersifat menyeluruh dan multi disipliner. Sehingga dengan adanya Praktek Belajar Lapangan ini, diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami peran dan fungsi instansi kesehatan, struktur dan sistem sosial yang ada di masyarakat, mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dan dapat menetapkan prioritas

permasalahan serta memberikan alternatif pemecahan masalah yang tepat pada suatu spot area, sehingga dapat melakukan intervensi secara tepat dan terpadu terhadap permasalahan kesehatan di masyarakat. Dengan melaksanakan kegiatan PBL ini, diharapkan mahasiswa kesehatan masyarakat mampu terampil dalam pemahaman teori dan penerapannya sesuai dengan isu kesehatan yang ada dan mampu menganalisis prioritas masalah kesehatan masyarakat yang dapat dijadikan suatu pembelajaran dan pengalaman yang berarti untuk profesinya ke depan, yaitu sebagai Ahli Kesehatan Masyarakat.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 2|Page

1.2 Tujuan PBL 1.2.1 Tujuan Umum Diperolehnya gambaran mengenai masalah kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung dan dapat menentukan prioritas masalah kesehatan disertai spot area yang akan diintervensi untuk mengidentifikasi akar masalah kesehatan tersebut sebagai langkah perencanaan dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui struktur dan karakteristik masyarakat di wilayah kerja puskesmas pondok jagung 2. Mendapatkan gambaran masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas pondok jagung. 3. Menentukan prioritas masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. 4. Menentukan spot area utuk melakukan intervensi program dalam menanggulangi permasalahan kesehatan. 5. Mengidentifikasi penyebab (akar) masalah kesehatan yang

menyebabkan terjadinya permasalahan di spot area tersebut. 6. Menyusun gambaran program intervensi dengan analisis SWOT untuk menanggulangi masalah kesehatan yang menjadi prioritas. 1.3 Manfaat PBL Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Belajar Lapangan I (PBL I), yaitu: a. Mahasiswa Memperdalam keilmuan dan melatih skill mahasiwa dalam menganalisis masalah kesehatan masyarakat serta melatih kreativitas mahasiswa dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 3|Page

b. Perguruan Tinggi Memperoleh umpan balik sebagai pengintegrasian mahasiswa dengan proses pembangunan kesehatan di tengah-tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang dikelola perguruan tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan masyarakat di bidang kesehatan. c. Puskesmas Pondok Jagung Memperoleh masukan dan bantuan pemikiran pada salah satu program Puskesmas yang telah ada dengan mencoba mengoptimalkan dan menekan angka kesakitan dan mencegah risiko penyakit lainnya. d. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Memperoleh masukan dan bantuan pemikiran dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat yang berwawasan kesehatan.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

4|Page

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Situasi Masalah Kesehatan 2.1.1 Definisi Analisis Situasi merupakan proses pengamatan situasi kini (present condition the existing condition) dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dan mengumpulkan informasi atau data dari laporan-laporan atau publikasi melalui metode observasi dan wawancara. Analisa situasi merupakan langkah awal dalam Problem Solving Cycle (Siklus Pemecahan Masalah). Dalam proses pemecahan masalah selalu dimulai dari analisa situasi. Proses pemecahan masalah diharapkan benar-benar memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Semua itu memerlukan dukungan informasi yang tepat dari proses analisa situasi. Analisis situasi merupakan suatu kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang suatu situasi yang berguna untuk menetapkan masalah. Analisis situasi bertujuan untuk memperoleh gambaran dan dinamika permasalahan secara jelas serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut terutama masalah kesehatan. Analisa situasi juga dapat digunakan dalam rangka perencanaan program dan analisis hambatan. Dengan dilakukan analisis situasi kita dapat memotret kondisi kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah serta determinan-determinannya atau faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sehingga dapat

diperkirakan secara tidak langsung derajat kesehatan masyarakat atau masalah kesehatan yang dialami masyarakat.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 5|Page

Menurut Blum yang dikutip dalam Notoadmodjo (2002), masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat berdasarkan urutan besarnya atau pengaruh terhadap kesehatan yaitu sebagai berikut:lingkungan yang mencakup lingkungan (fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut di samping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, apabila keempat faktor tersebut bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Blum menjelaskan secara ringkas sebagai berikut : 1) Perilaku yaitu perilaku perorangan dan kebiasaan yang

mengabaikan higiene perorangan. 2) Lingkungan yaitu karakter fisik alamiah dari lingkungan seperti iklim, keadaan tanah, dan topografi berhubungan langsung dengan kesehatan sebagaimana halnya interaksi ekonomi, budaya, dan kekuatan-kekuatan lain yang mempunyai andil dalam keadaan sehat. 3) Keturunan atau pengaruh faktor genetik adalah sifat alami didalam diri seseorang yang dianggap mepunyai pengaruh primer dan juga sebagai penyebab penyakit.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 6|Page

4)

Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh unit pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan lingkungan.

2.1.2

Metode Menurut Modul Analisis Situasi Kesehatan Dati II dan sistem Informasi Kesehatan (1998), Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang ada. Analisis situasi kesehatan selanjutnya menggunakan metode-metode epidemiologi untuk

menganalisis lebih lanjut. Tujuannya untuk mengetahui epidemiologi penyakit pada kelompok masyarakat tertentu, dapat digunakan untuk penentuan prioritas masalah dan tujuan program yang akan dicapai. Beberapa analisis sederhana yang dapat dilakukan pada analisis situasi kesehatan yaitu : 1. Analisis pembandingan Data dari suatu indikator dibandingkan dengan standar yang berlaku umum atau dibandingkan dengan target yang harus dicapai seperti, standar lokal, nasional, internasional, nilai cakupan, target dari suatu program kesehatan. Dapat pula dibandingkan dengan data yang diperoleh dari daerah lain. 2. Metode kecenderungan (trend) Analisis kecenderungan sangat berguna untuk melihat

kecenderungan kejadian penyakit di suatu daerah, melihat apakah kejadian penyakit tertentu mempunyai kecenderungan siklus atau tidak serta dapat memperkirakan hubungan kejadian penyakit dengan terjadinya kasus-kasus tertentu 2.1.3 Penyampaian Data Penyajian data analisa situasi dapat berupa :
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 7|Page

a. Naratif atau deskriptif untuk data kualitatif b. Tabel secara sistematik dan detail, mudah dipahami c. Grafik, untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi data jenis histogram, grafik garis, grafik batang, pie chart, scatter plot. 2.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan untuk dapat mengumpulkan data secara sistematik mengenai objek studi yang sedang dipelajari (masyarakat, objek, fenomena) dan mengenai lokasi dari objek tersebut berada. Dalam pengumpulan data harus dilakukan secara sistematik. Beberapa teknik pengumpulan data menurut Suratman (2009) yang dikutip dari buku panduan PBL FKIK UNSOED, diantaranya yaitu: 1. Menggunakan informasi yang tersedia (Using available information) 2. Pengamatan (Observing) 3. Wawancara (face-to-face) 4. Pengisian kuesioner secara tertulis 5. Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussions) 2.2.1 Penggunaan information) Menggunakan informasi yang tersedia artinya biasanya terdapat berbagai data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain meskipun mungkin data tersebut belum dianalisa atau dipublikasikan, seperti analisis informasi yang secara rutin dikumpulkan oleh fasilitas kesehatan dapat menjadi sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah dan melaksanakan intervensi untuk menyelesaikan masalah penyakit. (Suratman, 2009) Penggunaan informasi yang tersedia dapat dengan menganalisis data sistem informasi kesehatan, data sensus, laporan-laporan yang
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 8|Page

Informasi

yang

Tersedia

(using

available

tidak dipublikasikan serta publikasi di perpustakaan atau kantorkantor pada berbagai tingkatan pelayanan kesehatan atau yang berhubungan dengan kesehatan dapat juga merupakan studi itu sendiri. Serta dapat juga menggunakan informan kunci yang berasal dari para stakholder seperti pemimpin masyarakat, staf kesehatan, dan lain-lain, untuk meningkatkan akses terhadap informasi yang tersedia. Keuntungan menggunakan metode ini adalah murah.

walaupun kadang-kadang sulit untuk meningkatkan akses pada hasil pencatatan dan pelaporan serta kemungkinan rendahnya

kelengkapan, ketepatan ataupun kurang terorganisasi dengan baik. 2.2.2 Pengamatan (Observing) Pengamatan adalah teknik yang secara sistematik melibatkan pemilihan, penglihatan, dan pencatatan perilaku dan karakteristik makhluk hidup, objek, atau fenomena. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, antara lain (Suratman, 2009): a. Observasi partisipasi (participant observation): pengamat

mengambil bagian dalam situasi yang sedang diamati (misalnya untuk mengetahui apakah petugas puskesmas mengikuti prosedur dalam mendiagnosa pasien yang diduga mengidap penyakit TB, maka peneliti berperan sebagai pasien yang akan mengamati setiap prosedur yang dilakukan tanpa diketahui oleh petugas puskesmas tersebut). b. Observasi bukan partisipasi (Non participant observation): pengamat melihat situasi secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tetapi tidak melibatkan diri dalam situasi yang sedang diamati, hanya melakukan pengamatan saja.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

9|Page

Observasi dapat memberikan informasi tambahan mengenai perilaku seseorang dan lebih akurat daripada wawancara atau kuesioner. Teknik observasi ini dapat mengecek kebenaran informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara khususnya mengenai hal yang bersifat sensitif seperti penggunaan obat-obatan terlarang atau stigmatisasi terhadap suatu penyakit. 2.2.3 Wawancara (Interviewing) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan pertanyaan secara lisan terhadap responden baik secara individu atau sebagai kelompok. Wawancara dapat dilaksanakan dengan berbagai derajat fleksibilitas yaitu (Suratman, 2009): a. Derajat fleksibilitas yang tinggi Peneliti menggunakan daftar topik daripada pertanyaanpertanyaan yang sudah pasti. Peneliti harus mempunyai daftar topik tambahan yang sudah disiapkan ketika responden diam saja tidak mau menjawab (ketika bertanya mengenai metodemetode aborsi yang digunakan,siapa yang membuat keputusan, siapa yang membayar). Metode yang tidak terstruktur ini dapat digunakan saat wawancara terhadap individu ataupun terhadap kelompok informan kunci. Alat mengumpulkan wawancara. b. Derajat fleksibilitas yang rendah Metode wawancara ini berguna saat peneliti secara relatif mengetahui jawaban-jawaban yang diharapkan atau ketika jumlah responden yang diwawancarai relatif besar. Kuesioner digunakan dengan daftar pertanyaan yang sudah terstruktur data pada teknik yang digunakan untuk ini disebut Panduan

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

10 | P a g e

menggunakan urutan sesuai standar yang membutuhkan jawaban yang sudah ditentukan serta berupa kategori. 2.2.4 Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) Focus Group Discussion (FGD) merupakan diskusi kelompok dengan diikuti oleh sekitar 6-12 orang yang dipandu oleh fasilitator dan selama diskusi setiap orang dapat berbicara secara bebas dan spontan mengenai topik tertentu. FGD adalah metode kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai konsep, persepsi, dan ide-ide dari kelompok diskusi. FGD lebih dari sekedar interaksi tanya-jawab. Teknik FGD dapat digunakan untuk (Suratman, 2009) : a. Memfokuskan penelitian dan mengembangkan hipotesis

penelitian yang relevan melalui eksplorasi masalah secara mendalam yang akan diteliti penyebab-penyebabnya. b. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai untuk survei dengan skala yang besar dan terstruktur. c. Membantu untuk memahami dan memecahkan masalahmasalah yang tidak diharapkan dalam intervensi. d. Mengembangkan pesan yang sesuai untuk program pendidikan kesehatan dan kemudian mengevaluasi pesan-pesan tersebut untuk kejelasan. 2.3 Teknik Penentuan Sampel 2.3.1 Definisi Populasi Menurut Sastroasmoro (1995) Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi juga diartikan keseluruhan individu yang menjadi

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

11 | P a g e

acuan hasil-hasil penelitian akan berlaku. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki atau diukur. 2.3.2 Kegunaan Sampel Dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan dan kedokteran meliputi bidang yang sangat luas, yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan penelitian tidak hanya dapat dilakukan terhadap unit atau sub bidang tertentu saja. Oleh karena itu agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang dan dengan biaya murah, peneliti dapat melakukan pengambilan sampel terhadap objek yang diteliti. Kegunaan sampling di dalam penelitian antara lain (Rahardjo, 2009): 1. Menghemat biaya,waktu, dan tenaga 2. Mempercepat pelaksanaan penelitian 3. Memperluas ruang lingkup penelitian 4. Memperoleh hasil yang lebih akurat 5. Memudahkan dalam pengolahan data, analisis data dan penyajiannya. 2.3.3 Teknik Sampling Pada dasarnya ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu (Rahardjo, 2009): 1. Random Sampling / Probability Sampling : Pengambilan sampel secara acak 2. Non Random Sampling : Pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

12 | P a g e

2.3.4

Acak Rancangan Klaster (Cluster Random Sampling) Menurut Nasution (http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmrozaini.pdf) Pengambilan sampel acak rancangan klaster adalah

metode pengambilan sampel yang menggunakan suatu rangka yang terdiri dari klaster-klaster. Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai : bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok. Contoh: Populasi masyarakat seringkali sudah terbagi menurut kelompok tertentu, seperti RT, RW, desa, dll. Adapun syarat teknik adalah sebagai berikut : a. Populasi heterogen dan menyebar b. Sampel dalam kluster harus seheterogen mungkin c. Antar kluster harus sehomogen mungkin Sedangkan langkah teknik cluster random sampling adalah sebagai berikut : a. Populasi dibagi berdasarkan kelompok (cluster), misal: cluster random sampling

kelurahan / desa. b. Kluster dipilih secara acak dan sampel dalam kluster diambil secara acak atau diambil seluruhnya. Keuntungan menggunakan teknik adalah sebagai berikut : a. Tidak diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh populasi, cukup untuk klaster yang terpilih saja sehingga biaya dan waktu yang diperlukan lebih sedikit.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 13 | P a g e

cluster random sampling

b. Metode ini lebih murah dan mudah dilakukan untuk survei pada manusia. Maka metode ini sangat sering digunakan dalam penelitian survei walaupun menghasilkan estimasi parameter dengan presisi yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel acak stratifikasi dan sampel acak sederhana. Adapun kelemahan teknik cluster random sampling adalah sangat sulit untuk menghitung standar error. 2.3.5 Penentuan Besar Sampel Perhitungan besar sampel pada rancangan acak sederhana secara umum adalah sebagai berikut (Rahardjo,2009) : Z2 1-/2 .P(1-P) n = ------------------------ x deff d2 n d z = besar sampel = presisi mutlak = z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan

P = proporsi penelitian sebelumnya (jika tidak diketahui gunakan 0,5) 2.4 Penetapan Prioritas Masalah Prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang ditetapkan untuk ditanggulangi benar-benar merupakan masalah dari masyarakat, Dan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif di dalamnya. Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 14 | P a g e

sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996). Dalam menentapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni (Satar, 2010): 1. Besarnya masalah yang terjadi 2. Pertimbangan politis 3. Persepsi masyarakat 4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan Cara pemilihan prioritas masalah ada 2 macam,yaitu (Satar, 2010) : a. Non scoring technique (kualifikasi) Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah : 1). Delphi Technique 2) Delbeque Technique b. Scoring technique (kuantifikasi) Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Misalnya: metode hanlon, metode bryant, metode USG . Parameter yg dimaksud adalah : 1) Besarnya masalah 2) Berat ringannya akibat yang ditimbulkan 3) Kenaikan prevalensi masalah 4) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

15 | P a g e

5) Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan. 6) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah 7) Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah. 1.4.1 Teknik Scoring (Kuantifikasi) 1. Teknik Bryant a. Definisi Suatu teknik yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah dengan cara 4 (empat) kriteria, yaitu (Satar,2010): 1) Community Concern, yakni Menunjukkan tingkat kepedulian maupun perhatian masyarakat terhadap suatu penyakit, Dengan interval 1-5,yaitu: 1= Tidak peduli 2= kurang peduli 3= sedang 2) Prevalensi, Menunjukkan seberapa besar tingkat 4=peduli 5=sangat peduli

kejadian suatu penyakit baik kasus baru maupun kasus lama yang terlaporkan. Dengan interval 1-5,yaitu: 1= Sangat rendah 2= Rendah 3= Sedang 3) Seriousness, yakni Merupakan tingkat keseriusan penyakit yang berkaitan dengan keparahan suatu penyakit terhadap penderita. Dengan interval 1-5,yaitu: 1= Tidak gawat 2= agak gawat
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

4= Tinggi 5= Sangat Tinggi

4= gawat 5= sangat gawat


16 | P a g e

3= Sedang 4) Manageability, Penanganan terhadap suatu penyakit dilihat dari bagaimana cara penyakit tersebut diatasi (sulit atau mudah penanganannya), sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dan sarana prasarana pelayanan kesehatan yang menunjang. Dengan interval 1-5,yaitu: 1=tidak mudah 2=agak mudah 3= sedang b. Langkah Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi pula. Jadi, masalah dengan skor tertinggi adalah masalah prioritas tertinggi. c. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Bryant Kelebihan dari metode Bryant yaitu relative lebih mudah dibanding dengan metode-metode lain. Sedangkan kekurangannya yaitu Pemberian skor terhadap masingmasing kriteria tergantung yang memahami masalah tersebut (Subjektif). 4=mudah 5= sangat mudah

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

17 | P a g e

1.4.2

Teknik Non Scoring (Kualifikasi) 1. Teknik Delphi (Wardhani, 2009) a. Definisi Menurut JAF Stoner, Teknik delphi merupakan teknik peramalan yang menggunakan curah pendapat/saran (brainstorming) kelompok utk mencapai konsensus dan pemahaman ttg masa depan . Normal C Dalkey juga mengatakan teknik delphi adalah suatu metode untuk mendapatkan pandangan dari kelompok ahli yangg melakukan barinstorming tentang satu topik tertentu dengan sasaran memperoleh

kemungkinan masa depan. b. Syarat 1. Memilih orang yang benar-benar ahli dalam bidang yang ditelaah. 2. Melakukan brainstorming 3. Membatasi kontak antar grup untuk menghindari pembentukan kesepakatan (konsensus) c. Langkah 1. Melakukan inventarisasi kriteria dalam penentuan prioritas masalah 2. Mengkaji kriteria 3. Melakukan pembobotan terhadap kriteria antara 1 s/d 5 disertai justifikasinya. 4. Melakukan perhitungan skor d. Keuntungan teknik delphi 1. Dapat digunakan bila data kuantitatif tidak tersedia dan pokok permasalahan sangat kompleks.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 18 | P a g e

2. Tidak memerlukan biaya besar 3. Suasana demokratis menghasilkan keputusan yang bebas dari bias akibat adanya dominasi kelompok ahli 4. Ramalan masa depan dapat dimonitor 5. Merangsang kreatifitas kelompok 6. Dapat dilakukan dengan surat dalam format tulisan/ computer e. Kerugian teknik delphi 1. Pemilihan peserta harus hati-hati untuk menghindari bias terhadap keputusan yang dihasilkan. 2. Keputusan yang diambil belum matang 3. Acara diskusi dapat ditutup/ diakhiri lebih awal karena peserta kelelahan 4. Merupakan taksiran yang subjektif dan alamiah, tidak ada validitas ataupun realibilitas. 2.5 Akar Masalah 2.5.1 Teori Fishbone Teori Fishbone ditemukan oleh ilmuwan Jepang yang bernama dr. Kaori Ishikawa yang pada mulanya disebut diagram Ishikawa. Dinamakan diagram tulang ikan karena bentuk dari diagram ini seperti tulang ikan, dengan permasalahan sebagai kepalanya, dan penyebabpenyebab yang ada sebagai duri-durinya. Adapun kelebihan dari teori fishbone ini adalah suatu metode sederhana yang dapat dipergunakan untuk menelusuri penyebab suatu permasalahan yang terjadi, melibatkan partisipasi semua orang, serta menjadi dasar suatu prinsip bahwa pemikiran yang bersumber dari orang banyak lebih baik daripada satu orang. Fungsi dari teori fishbone ini adalah adanya
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 19 | P a g e

setiap kemungkinan yang ditemukan sebagai penyebab terjadinya permasalahan akan dituliskan pada salah satu duri. Katergorisasi teori fishbone terdiri dari : a. Tergantung pada letak dimensi yang akan dipakai b. Tergantung pada permasalahan yang akan dikaji c. Mengacu pada teori d. Masing-masing penggolongan bisa dibreakdown lagi ke dalam diagram tulang ikan dimana yang menjadi permasalahan adalah kelompok-kelompok tersebut. Langkah penyusunan teori fishbone adalah : 1. Menggambar sebuah kotak pada ujung kanan tengah. Di dalam kotak ditulis masalah yang akan diatasi. 2. Menggambar sebuah panah horizontal yang menunjuk pada kotak tersebut. 3. Menulis nama kategori penyebab pada bagian atas dan pada bagian bawah garis horizontal. Dibayangkan sebagai duri utama dari tulang ikan permasalahan. 4. Menggambar rincian data penyebab dari setiap kategori.

Dibayangkan ini sebagai duri kecil dari tulang ikan masalah. 5. Cara lain yang cukup sering digunakan untuk memulai menyusun diagram tulangikan yaitu dengan bertanya berulang kali, mengapa ini terjadi.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

20 | P a g e

Gambar 2.1 Contoh Penerapan Teori Fishbone

2.6 Landasan Teori Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005). Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002). Menurut ilmu kedokteran, tekanan darah tinggi adalah kondisi medis tekanan darah seseorang yang meningkat secara kronis. disebut sebagai penderita hipertensi atau darah tinggi jika tekanan darah dalam arteri meningkat secara kronik. Hipertensi biasanya terjadi pada seseorang dengan tekanan darah 140/90 mmHg ke atas, di ukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. Secara umum, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik melebihi 140/90 mmHg. Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong). (Sutanto, 2010)

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

21 | P a g e

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga. 2.6.1 Tanda dan Gejala Hipertensi Penyakit hipertensi sering disebut sebagai penyakit

tersembunyi. sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah mengidap penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah. hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial ekonomi. Secara umum, hipertensi merupakan keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Walaupun penyakit ini dianggap tidak memiliki gejala awal, sebenarnya ada beberapa gejala yang tidak terlalu tampak sehingga sering tidak dihiraukan oleh penderita. Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Secara umum, gejala-gejala yang dirasakan penderita hipertensi antara lain sebagai berikut: pusing,
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 22 | P a g e

mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dilaporkan), muka pucat, dan suhu tubuh rendah. 2.6.2 Akibat Hipertensi Hipertensi terus-menerus adalah salah satu faktor penyebab berbagai penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. Akibat lain yang ditimbulkan tekanan darah yang selalu tinggi adalah pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. organ jantung, otak, dan ginjal sanggup menahan tekanan darah tinggi untuk waktu yang cukup lama. hal ini menyebabkan tidak disadari kemunculannya sehingga merasa dalam kondisi sehat. jika tekanan darah semakin tinggi maka semakin berat pula kerja jantung. jika tekanan darah tinggi tidak segera diobati, jantung akan menjadi lemah untuk melaksanakan beban tambahan. hal tersebut memungkinkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan gagal jantung dengan gejala-gejala seperti kelelahan, napas pendek atau terengah-engah, serta kemungkinan terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki. Tekanan darah tinggi mempercepat penyumbatan arteri yang mengarah pada serangan jantung atau stroke jika arteri yang mengalirkan darah ke jantung atau ke otak tersumbat. stroke juga dapat terjadi sebagai akibat dari melemahnya dinding pembuluh darah di otak karena tekanan darah tinggi. di samping merupakan faktor utama penyakit jantung dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi juga menimbulkan kelemahan pada arteri bagian lain tubuh seperti pada mata, ginjal, dan kaki. jika keadaan ini dibiarkan berkepanjangan
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 23 | P a g e

maka bagian tubuh akan mengalami kerusakan yang serius. jika tekanan darah terus-menerus tinggi maka akan menimbulakan komplikasi pada organ tubuh lainnya. bagian tubuh yang paling sering menjadi sasaran kerusakan antara lain (Sutanto. 2010) : a. Otak : Gangguan pada otak biasanya akibat rusaknya pembuluh darah sehingga menyebabkan stroke. b. Mata : Gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan selsel retina sehingga jika sangat parah dapat menimbulkan kebutaan. c. Jantung : Gangguan jantung sebagai organ pemompa darah menyebabkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung. d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal. Hipertensi bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan atau penggunaan obat jangka panjang. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. 2.6.3 Faktor Resiko Hipertensi Faktor resiko hipertensi menurut Sutanto (2010), yaitu: a. Genetika (Keturunan) Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua maka dugaan terjadinya hipertensi primer pada seseorang cukup besar. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen. Pengaruh genetika ini terjadi pula pada anak kembar yang lahir dari satu sel telur. jika salah satu dari anak kembar tersebut adalah penderita hipertensi maka akan dialami juga oleh anak kembar yang lain.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 24 | P a g e

Menurut sebagian ahli kesehatan, sebagian besar kasus hipertensi saat ini dipengaruhi oleh faktor ketururnan. b. Usia Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan

seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. c. Jenis Kelamin (Gender) Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Wanita seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada kaum pria, hipertensi lebih berkaitan dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. d. Stress Lingkungan Jika dalam keadaan stress maka terjadi respons sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan Natrium. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Secara umum trend stress muncul dari masyarakat perkotaan. Terjadi kecenderungan bahwa hipertensi lebih banyak dialami oleh masyarakat perkotaan dibanding masyarakat pedesaan. Hal
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 25 | P a g e

tersebut berkaitan dengan gaya hidup masyarakat kota yang rentan berinteraksi dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress dan pola hidup yang kurang sehat. e. Obesitas (Kegemukan) Obesitas atau kegemukan juga merupakan salah satu faktor resiko timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas. f. Asupan Garam Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. g. Adat Kebiasaan Kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut seperti Sutanto (2010): 1) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang

berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolahraga, dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi. 2) Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 26 | P a g e

sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain). 3) Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih. 4) Gaya Hidup Kurang Sehat Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi, namun kebiasaan buruk dan gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi sebab peningkatan tekanan darah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah turut berperan terhadap munculnya penyakit hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain merokok, asupan asam lemak jenuh, dan tingginya kolesterol dalam darah. Selain faktor-faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi antara lain alkohol, gangguan mekanisme natrium yang mengatur jumlah cairan tubuh, dan faktor hormon yang mempengaruhi tekanan darah. 2.6.4 Pencegahan Hipertensi Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

27 | P a g e

Pola hidup sehat memiliki peranan yang sangat penting baik sebagai pencegahan maupun sebagai terapi awal terhadap hipertensi. Tabel berikut menjelaskan bagaimana pengaturan pola hidup berefek terhadap penurunan tekanan darah sistolik. Modifikasi Rekomendasi Penurunan tekanan darah sistolik rata-rata Penurunan bobot Pertahankan berat badan ideal badan (IMT/ BMI 18,5 24,9) 5 20 mmHg/ 10 kg penurunan berat badan Mengadopsi pendekatan diet untuk menstop hipertensi Pembatasan asupan natrium (seperti yang terdapat dalam Konsumsi diet kaya dengan buahbuahan, sayuran, dan produk rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan lemak total yang rendah Penurunan asupan natrium sampai tidak lebih dari 100 mmol/ hari setara dengan 2,4 gram natrium murni atau 6 garam natrium klorida 2 8 mmHg 8 14 mmHg

ikan asin, garam (garam dapur) dapur) Aktifitas fisik (olahraga) Melakukan aktifitas fisik aerobic rutin seperti jalan cepat (paling kurang 30 menit/ hari, setiap hari dalam seminggu) Penurunan asupan Pembatasan asupan alkohol sampai alcohol tidak lebih dari 2 kali (30 ml etanol) per hari pada pria dan 15 ml pada 2 4 mmHg 4 9 mmHg

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

28 | P a g e

wanita atau orang dengan ukuran badan yang lebih ringan atau kecil. Hipertensi bukan saja penyakit mematikan, tapi juga pemicu terjadinya penyakit jantung dan stroke. Meski demikian, hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah, tentunya dengan upaya perbaikan gaya hidup dan mengatasi faktor resikonya. Upaya-upaya ini tidak hanya ditujukan untuk orang sehat, tapi juga kelompok risiko tinggi maupun pasien hipertensi itu sendiri. Caranya yakni : a. Pertahankan berat badan ideal. Atur pola makan, antara lain tidak mengonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak, serta perbanyak konsumsi buah dan sayur b. Olahraga teratur. Sedapat mungkin atasi stres dan emosi

c. Hentikan kebiasaan merokok d. Hindari minuman beralkohol e. Periksa tekanan darah secara berkala. Dan lakukan pengecekan ulang minimal setiap 2 tahun untuk kelompok nomotensi dan setiap tahun untuk kelompok pre hipertensi, yaitu tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-90mmHg dan bila diperlukan konsumsi obat-obatan penurunan tekanan darah serta makan secara teratur.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

29 | P a g e

BAB III ALUR KEGIATAN PBL 3.1 Bagan Alur Kegiatan PBL I
Pengenalan wilayah kerja dan program Puskesmas dari Profil Puskesmas dan Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010
Pengumpulan data sekunder

Data Kelurahan 1. Data geografi 2. Data demografi 3. Data profil kelurahan

Data Kecamatan 1. Data geografi 2. Data demografi

Data Puskesmas 1. Data profil & Laporan Tahunan Puskesmas tahun 2010 2. Data 10 penyakit teratas di wilayah kerja puskesmas 2010 3. Data laporan bulanan penyakit (LB1) tahun 2011

Pengolahan Data Sekunder: 1. 2. Melihat gambaran umum demografi dan permasalahan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Menganalisis 10 penyakit teratas, membuat trend penyakit dan menetapkan 5 prioritas penyakit

Penentuan 3 penyakit utama berdasarkan teknik Bryant

Pengumpulan data primer di 4 Kelurahan

Pengolahan data primer (analisis dan interpretasi data)

Penentuan Prioritas Masalah dengan menggunakan teknik Delphi

Penentuan Spot area dan Sasaran Intervensi Pelaksanaan FGD dan Indepth Interview Penentuan Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah dan peluang untuk dilakukannya intervensi Pembuatan Laporan PBL-1

Seminar Hasil PBL-1

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

30 | P a g e

3.2 Deskripsi Alur Kegiatan PBL 1 Kegiatan PBL-1 di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung tahun 2011 diawali dengan melakukan pengenalan dan pemahaman mahasiswa tentang ruang lingkup dan program puskesmas melalui Profil dan Laporan tahunan Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010. Kemudian mahasiswa mulai melakukan pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan untuk

mengidentifikasi permasalahan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara dan Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Setelah data sekunder diperoleh, dilakukan pengolahan dan analisis data sekunder. Berdasarkan laporan tahunan di Puskesmas Pondok Jagung tahun 2010, didapatkan bahwa 10 (sepuluh) penyakit teratas di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah ISPA, Dermatitis, Gastritis, Ganggguan gigi dan mulut, Influensa Karena Virus Ytt, Pulpa, Demam, Batuk, Hipertensi dan penyakit lainnya. Data 10 (sepuluh) penyakit teratas tersebut, kami manfaatkan untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Dari 10 (sepuluh) penyakit teratas tersebut, kami lakukan pengerucutan penyakit menjadi 5 (lima) penyakit. Pengerucutan dilakukan agar proses penentuan prioritas masalah kesehatan lebih terfokus. Pengerucutan penyakit menjadi 5 (lima) penyakit terpilih kami lakukan dengan melihat trend (kecenderungan) 10 penyakit tersebut dari bulan Januari hingga Oktober tahun 2011. Data terkait trend penyakit tersebut didapatkan dari Laporan Bulanan (LB1) Puskesmas Pondok Jagung tahun 2011. Dengan menggunakan trend penyakit, dapat diketahui perubahan kasus penyakit tersebut apakah mengalami peningkatan, penurunan atau stabil, sehingga 5 (lima) penyakit terpilih dapat ditentukan secara tepat.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

31 | P a g e

Setelah dilakukan pengerucutan 5 (lima) penyakit terpilih, tahap selanjutnya adalah melakukan pengerucutan penyakit dari 5 (lima) penyakit menjadi 3 (tiga) penyakit terpilih. Penentuan 3 (tiga) penyakit dilakukan dengan menggunakan teknik scoring, yaitu teknik Bryant dengan

mempergunakan data sekunder yang telah dikumpulkan. Berdasarkan hasil penentuan 3 (tiga) penyakit dengan teknik Bryant didapatkan bahwa ISPA, Hipertensi dan Dermatitis merupakan fokus permasalahan kesehatan yang akan dianalisis kembali untuk menetapkan satu prioritas utama masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung tahun 2011. Setelah mendapatkan 3 (tiga) penyakit terpilih, tahap selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data primer terkait 3 (tiga) penyakit tersebut. Instrumen data primer berupa kuesioner yang disebar kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung, yaitu Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Pondok Jagung Timur, Kelurahan Jelupang dan Kelurahan Lengkong Karya. Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk

mengumpulkan fakta di lapangan dan dapat digunakan untuk melengkapi atau menunjang data sekunder dalam tahap penentuan prioritas masalah selanjutnya. Hasil pengumpulan data primer dari kuesioner tersebut kami lakukan tindak lanjut berupa pengolahan dan analisis data. Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik non scoring, yaitu teknik Delphi. Setelah menentukan prioritas masalah, langkah selanjutnya adalah menetapkan spot area. Penentuan spot area didasarkan pada prevalensi data sekunder, prevalensi data primer, faktor resiko, aksesbilitas dan sistem sosial di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Setelah didapatkan spot area, tahap selanjutnya adalah penentuan sasaran intervensi. Penentuan sasaran dimaksudkan agar intervensi lebih terfokus dan mencapai target.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 32 | P a g e

Setelah spot area dan sasaran ditetapkan, langkah selanjutnya adalah melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan petugas puskesmas, kader posbindu, tokoh masyarakat dan penderita. Selain dilakukan FGD, kami juga melakukan Indepth Interview kepada narasumber yang dapat dipercaya keakuratan informasi yang diberikan. Tujuan dilakukan FGD dan Indepth interview adalah untuk mengidentifikasi penyebab masalah dari masalah yang akan diintervensi. Setelah mendapatkan masalah kesehatan dan penyebeb dari masalah kesehatan tersebut, tahap selanjutnya adalah membuat formulasi alternatif solusi masalah kesehatan tersebut. 3.3 Sumber informasi Informan yang terlibat dan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam PBL 1 ini terdiri dari : 1. Kepala puskesmas Pondok Jagung 2. Penanggungjawab program pra lansia dan lansia 3. Staff administrasi puskesmas pondok jagung 4. Bidan desa terutama kelurahan pondok jagung timur 5. Kader kelurahan terutama kelurahan pondok jagung timur 6. Tokoh masyarakat dan beberapa warga di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. 3.4 Lokasi dan Waktu Kegiatan Kegiatan PBL 1 ini dilaksanakan di Puskesmas Pondok Jagung dan wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung yaitu kelurahan Pondok Jagung, Pondok Jagung Timur, Jelupang dan legkong Karya Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang selatan, Propinsi Banten. Kegiatan PBL ini dilaksanakan pada tanggal 519 Desember 2011.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

33 | P a g e

3.4 Instrumen Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data primer berupa lembar kuesioner terstruktur dan berisi pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab oleh responden. Dalam kuesioner disediakan pertanyaan tertutup, dimana pertanyaan sudah disediakan alternatif

jawabannya, sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang dianggap sesuai. Selain itu, digunakan juga pedoman wawancara sebagai alat instrumen dalam indepth interview. 3.5 Penentuan dan Perhitungan Sampel Sampel adalah sebagian individu yang diteliti atau diselidiki (Alghifari, 2001). Perhitungan sampel dilakukan guna menentukan berapa besar jumlah sampel yang akan diambil untuk pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer dilakukan pada saat masalah kesehatan telah dikerucutkan menjadi 3 (tiga) penyakit terpilih di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung, yaitu : ISPA, Hipertensi dan Dermatitis. Adapun perhitungan sampel yang dilakukan sebagai berikut : nsample dimana : (Z1- /2) p d deff nispa = 2,53 = prevalensi 3 penyakit di wilayah Banten pada Riskesdas, 2007 = 10 % = 0.01 =2 = =
( ( ) )

(Z1- /2)2 p (1-p) x deff d2

x deff

= 28 x 2 = 94 sample

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

34 | P a g e

ndermatitis

(
=

) ( )

x deff

= x 2 = 318 sample

nhipertensi

= =

) ( )

x deff

= 28 x 2= 56 sample

Dari perhitungan di atas, didapat hasil n sample terbanyak yaitu sebanyak 318 sampel. Pada penelitian ini sampel yang kami ambil sebanyak 330 sampel. Justifikasi peneliti mengambil sampel sebanyak 330 adalah sampel minimal adalah 318 dan semakin banyak sampel yang diambil berarti semakin baik penelitian. Setelah perhitungan jumlah sampel dilakukan, tahap selanjutnya adalah menentukan pendistirbusian sampel berdasarkan teknik Cluster Random Sampling, dimana sampel diambil secara acak dengan proporsi tiap kelurahan dihitung berdasarkan presentase jumlah penduduk. Berikut ini adalah rincian distribusi sampel di masing-masing kelurahan: Pondok Jagung = = = 18,31 % x 318 = 58 Sample

Jelupang

= = = 38,28% x 318 = 120 sample

Pondok jagung Timur =

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

35 | P a g e

= Lengkong Karya = = 3.6 Pengumpulan Data

= 35,41% x 318 = 111 sample

= 7,99% x 318 = 26 sample

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan PBL ini adalah data sekunder dan data primer. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut: a. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Puskesmas, Posbindu, Kecamatan Serpong Utara dan Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Data sekunder yang kami dapatkan dari Puskesmas merupakan Profil dan Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan Profil dan Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung tahun 2011 belum dapat diakses. Selain itu, kami juga mendapatkan Laporan Bulanan (LB1) Puskesmas Pondok Jagung pada bulan Januari hingga Oktober tahun 2011. Pengumpulan data sekunder dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang valid guna mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. b. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Selain itu, pemgumpulan data primer juga kami lakukan melalui Foccus Group Discussion (FGD) dan indepth interview. FGD dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai penyebab masalah kesehatan. Anggota FGD adalah para kader, tokoh masyarakat, petugas puskesmas dan penderita. Pelaksanaan FGD dilakukan
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 36 | P a g e

secara dua sesi yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dari beberapa narasumber. 3.7 Cara Pengolahan Data Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh, dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data agar menghasilkan informasi yang selanjutnya akan dianalisis. Data primer dari hasil penyebaran kuesioner dikonversikan ke dalam bentuk program pengolah data yaitu Epidata dan SPSS, dan data sekunder dianalisis untuk mendukung data primer yang telah diolah. Sedangkan data primer yang bersifat kualitatif dideskripsikan dengan narasi dan lampiran dokumentasi kegiatan. 3.8 Teknik Analisis dan Interpretasi Data dari Puskesmas yang telah diolah, kemudian dianalisis untuk menentukan prioritas masalah. Tahap pertama yaitu dengan memperoleh data sekunder terkait 10 prioritas penyakit teratas di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010. Selanjutnya, dari 10 penyakit tersebut dipilih lima penyakit dengan melihat trend penyakit per bulan pada tahun 2011. Tahap kedua adalah menentukan tiga penyakit dari lima penyakit tersebut dengan menggunakan teknik Bryant. Hasilnya diperoleh tiga penyakit yaitu penyakit Hipertensi, ISPA, dan Dermatitis. Tahap selanjutnya adalah menentukan prioritas utama masalah kesehatan dengan mengumpulkan data primer di lapangan melalui instrumen kuesioner. Hasil kuesioner dianalisis dengan menggunakan program SPSS dan didapatkan satu prioritas penyakit. Data primer dan data sekunder ditulis secara lengkap di bab hasil dan pembahasan. Kemudian membandingkan hasil studi lapangan yang telah dilakukan dengan teori yang ada.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

37 | P a g e

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung 4.1.1 Data Geografi Puskesmas Pondok Jagung terletak di Kecamatan Serpong Utara, terletak di sebelah Timur Pusat Kota tangerang selatan dengan luas wilayah 22,245 km2. Termasuk dataran rendah dengan ketinggian kirakira 80 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1,710 mm / tahun. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah : a. Sebelah Barat b. Sebelah Timur c. Sebelah Utara d. Sebelah Selatan : Kecamatan Kelapa Dua dan Pagedangan : Kecamatan Pondok Aren : Kecamatan Cipondoh/Kota Tangerang. : Kecamatan Serpong

Ruang lingkup wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung terdiri dari 04 Kelurahan, yaitu Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Lengkong Karya, Kelurahan Jelupang, dan Kelurahan Pondok Jagung Timur. Geografis wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung secara spesifik, dapat dilihat di peta wilayah kerja di bawah ini :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

38 | P a g e

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung, 2010

4.1.2

Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung merupakan bagian dari Kecamatan Serpong Utara, dimana memiliki keadaan penduduk yang dapat dikatakan berheterogen. Hal ini tercermin pada karakteristik kepadatan penduduk dan kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Informasi keheterogenan penduduk ini diperoleh berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan. a. Kepadatan Penduduk Secara demografis wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010 mempunyai penduduk sebanyak 84.151 jiwa, dimana mencakup 7 (tujuh) kelurahan. Namun pada tahun 2011, wilayah kerja puskesmas pondok jagung mengalami pemekaran dan hanya mencakup 4 (empat) kelurahan, yaitu Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Pondok Jagung Timur, Kelurahan Lengkong

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

39 | P a g e

Karya dan Kelurahan Jelupang, dimana jumlah penduduk di 4 (empat) kelurahan tersebut pada tahun 2010 adalah berjumlah 50.671 jiwa. Adapun kepadatan penduduk tertinggi di wilayah

Puskesmas Pondok Jagung adalah Kelurahan Jelupang yaitu 19.375 penduduk. Sedangkan kelurahan yang memiliki kepadatan

penduduk terendah adalah Kelurahan Lengkong Karya hanya berjumlah 4.049 penduduk. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada pada lampiran 4.1 tabel 4.1. Berdasarkan data Puskesmas, diketahui bahwa frekuensi penduduk tertinggi berdasarkan kelompok jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010 adalah perempuan, yaitu 26,845 jiwa. Sedangkan frekuensi penduduk tertinggi berdasarkan kelompok usia di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010 adalah kelompok umur 15-44 tahun, dimana frekuensi perempuan 11.822 jiwa dan laki-laki 9.888 jiwa. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 4.1 tabel 4.2. b. Sosial Ekonomi 1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan pengetahuan seseorang terkait permasalahan kesehatan. Berdasarkan data sekunder Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010, didapatkan bahwa laki-laki memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, yaitu 9.372 jiwa yang menempuh pendidikan hingga tingkat SLTA/SMA, Diploma, dan Universitas dari 21.525 jumlah penduduk laki-laki. Hal ini
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 40 | P a g e

berarti kualitas pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung sudah cukup baik. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 4.1 tabel 4.3. Sedangkan kemampuan membaca dan menulis dapat dilihat dari angka melek huruf sebagai salah satu indikator tingkat pendidikan, yang diukur dengan persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis. Presentase penduduk berusia diatas 10 tahun ke atas yang melek huruf dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini: Tabel 4.4 Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas Yang Melek Huruf di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, total persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf sebesar 84.5 %. Sedangkan jika dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan memiliki presentase melek huruf lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu sebesar 84.8 %. Sedangkan berdasarkan hasil pengumpulan data primer yang telah dilakukan, didapatkan bahwa tingkat pendidikan
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 41 | P a g e

masyarakat di wilayah kerja Pondok Jagung tergolong rendah dan sedang. Hal ini dapat dilihat dari presentase tingkat pendidikan pada tabel 4.5 dibawah ini : Tabel 4.5 Presentase Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011 Kelurahan Pondok Jagung % Pondok Jagung Timur % Jelupang Lengkong Karya %

Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi Total

48 14 62

77,4 22,6 100

41 45 9 89

46,1 50,6 3,4 100

48 91 9 148

32,4 61,5 6,1 100

15 15 1 31

48,4 48,4 3,2 100

Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner

2. Status Ekonomi Status ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang dalam akses pelayanan kesehatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan hasil pengolahan data primer

didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki status ekonomi rendah. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

42 | P a g e

Tabel 4.6 Presentase Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011 Kelurahan Pondok Jagung Ekonomi Rendah Sedang Tinggi 44 10 8 71 16.1 12.9 55 22 12 61.8 24.7 13.5 79 31 38 53.4 20.9 25.7 21 5 5 67.7 16.1 16.1 % Pondok Jagung Timur % Jelupang Lengkong Karya %

Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat diketahui bahwa Kelurahan Pondok Jagung merupakan kelurahan dengan presentase status ekonomi rendah tertinggi, yaitu 71 %. 4.1.3 Sumber Daya Kesehatan a. Sarana dan Prasarana 1. Sarana Prasarana Puskesmas Sarana dan Prasarana yang terdapat di Puskesmas Pondok Jagung untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat sudah cukup lengkap. Adapun sarana dan prasana yang tersedia di Puskesmas Pondok Jagung adalah sebagai berikut :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

43 | P a g e

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 SARANA Ruang Kepala Puskesmas Ruang Dokter Ruang Staf Puskesmas Ruang KIA & KB Ruang Mushola Ruang Gudang Ruang Loket Ruang Apotik Ruang BP Umum Ruang BP Anak dan Gizi Ruang BP Gigi Ruang Bersalin dan Nifas Ruang Klinik TB dan Kesling Ruang Laboratorium Ruang Gudang Obat Dapur WC JUMLAH (Ruang ) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung, 2010

2. Sarana Kesehatan Adapun sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah sebagai berikut :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

44 | P a g e

Tabel 4.8 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. FASILITAS KESEHATAN Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Rumah Sakit Swasta Rumah Bersalin Swasta Balai Pengobatan Swasta Praktek Dokter Umum Swasta Praktek Bidan Swasta Dokter Gigi Praktek Swasta Apotik Polindes Poskesdes JUMLAH 1 1 1 2 1 22 137 38 45 5 0 1

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diketahui bahwa praktek dokter umum swasta merupakan sarana kesehatan dengan jumlah tertinggi yaitu sebesar 137 dan pelayanan kesehatan swasta sangat mendominasi pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. b. Sarana Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan kesehatan yang baik. Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan Jenis Ketenagaan dan Status Kepegawaian di Puskesmas Pondok jagung Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

45 | P a g e

Tabel 4.9 Data Ketenagaan Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010 Status No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kategori Tenaga PNS Dokter Umum Dokter Gigi SKM Perawat Bidan Sanitarian TU Perawat Gigi Pranata Laboratorium Ass. Apoteker Pekarya Kebersihan 2 3 9 10 1 1 1 1 1 2 JUMLAH PTT 6 Honor 1 2 1 2 2 3 1 11 16 1 1 1 1 1 3 2 43 Jml

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, diketahui bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Pondok Jagung sebagian besar adalah profesi bidan dengan jumlah 16 orang. c. Pembiayaan Biaya Operasional Puskesmas Pondok Jagung bersumber dari dana operasional retribusi dan dana Jamkesmas. Adapun rincian penjelasannya dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

46 | P a g e

Tabel 4. 10 Anggaran Kesehatan Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010 No 1 2 3 4 Sumber Biaya Operasional Puskesmas Program Jamkesmas Sumber lain Total Anggaran Alokasi Anggaran Kesehatan Rp. 178.438.263,Rp. 46.292.000,Rp. 235.498.953,-

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung, 201

4.2 Gambaran Analisis Situasi Kesehatan 4.2.1 Gambaran Lingkungan Lingkungan merupakan salah

satu

variabel

yang

kerap

mendapatkan perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik/demografi, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat melalui empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, persentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM). 1. Distribusi Rumah Tangga yang Memiliki Sarana Air Bersih Menurut data Puskesmas Pondok Jagung tahun 2010, diketahui bahwa untuk tahun 2010 jumlah keluarga yang diperiksa yang memiliki akses air bersih 100%. Berdasarkan data puskesmas,
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 47 | P a g e

diketahui bahwa total akses air bersih di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah 7.657, dengan kelurahan pondok jagung merupakan kelurahan yang memiliki akses air bersih tertinggi, yaitu 2.991. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik tabel 4.11 dibawah ini : Tabel 4. 11 Persentase Keluarga memiliki Akses Air Bersih di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung tahun 2010

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, diperoleh data yang memiliki akses terhadap air bersih adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Presentase Akses Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011
Pondok Jagung 61 % 98.4 Pondok Jagung Timur 78 % 87.6 Jelupang 123 % 83.1 Lengkong Karya 27 % 87.3

Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

48 | P a g e

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, diketahui bahwa kelurahan yang memiliki akses air bersih tertinggi adalah Kelurahan Pondok Jagung, yaitu 98,4 %. 2. Distribusi Rumah Tangga yang bersanitasi sehat Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Berdasarkan data puskesmas tahun 2010, jumlah rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah 292 rumah dari 361 rumah yang diperiksa. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. 13 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

3. Distribusi Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih, kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Data
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 49 | P a g e

terkait keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini : Tabel 4. 14 Distribusi Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Persentase kepemilikan sarana sanitasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah sebagai berikut : dari 429 KK yang diperiksa, didapatkan bahwa keluarga dengan

kepemilikan jamban sehat sebesar 352 KK atau 82,05%. Sedangkan kepemilikan tempat sampah dari 158 KK yang diperiksa, didapatkan sebesar 123 KK atau 77,84 % dengan kategori sehat. Kondisi ini menunjukan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya sarana sanitasi dasar. 4. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian banyak bersumber dari makanan
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 50 | P a g e

yang berasal dari tempat umum dan pengolaan makanan (TUPM) khususnya jasa boga, rumah makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan. Berdasarkan data puskesmas, diketahui jumlah TUPM yang ada adalah 48 dan jumlah yang diperiksa 15 dengan kategori 100% sehat. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini : Tabel 4. 15 Persentase TPUM Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

5. Gambaran Lingkungan Sosial Masyarakat Selama dua pekan kami melaksanakan kegiatan Praktek Belajar Lapangan I di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung, kami berusaha mengidentifikasi struktur sosial di lingkungan masyarakat tersebut. Kami melakukan pendekatan dengan petugas puskesmas, kader, staf kelurahan, ketua RW, ketua RT, dan warga untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kesehatan di masyarakat. Dari hasil diskusi kami tersebut, kami mendapatkan

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

51 | P a g e

informasi tentang kondisi sosial masyarakat setempat dan hubungan/interaksi antar warga yaitu masyarakat. Masyarakat merupakan manusia yang heterogen. Begitu juga masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Keheterogenan tersebut sangat nampak terlihat dari lingkungan masyarakat, yang terdiri dari lingkungan perumahan dan

lingkungan perkampungan. Sehingga ada kesenjangan yang signifikan di antara keduanya. Berdasarkan hasil pengamatan, masyarakat di lingkungan perumahan kurang bersosialisasi dan melakukan kegiatan

kemasyarakatan. Kegiatan kemasyarakatan mayoritas ditemukan di lingkungan perkampungan seperti kegiatan majelis talim. Dalam hal kesehatan, kegiatan ini dapat berfungsi sebagai wadah para kader untuk melakukan promosi kesehatan, sharing informasi kesehatan dan diskusi untuk menemukan solusi masalah kesehatan yang sedang terjadi di masyarakat. Budaya di lingkungan perkampungan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung masih sangat kental. Umumnya masyarakat dilingkungan tersebut merupakan masyarakat dengan suku Betawi yang masih kental memegang adat kebudayaan, seperti dalam hal makanan dan perilaku kesehatan. 4.2.2 Gambaran Perilaku Untuk menggambarkan

keadaan

perilaku

masyarakat

yang

berpengaruh terhadap derajat kesehatan dapat dilihat dalam bentuk indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). 1. PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 52 | P a g e

tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Persentase rumah tangga ber-PHBS dapat dilihat pada tabel 4.16 dibawah ini : Tabel 4.16 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010 No. Kelurahan Rumah Tangga Jml dipantau 1 2 3 4 Pondok jagung Jelupang Pondok jagung timur Lengkong karya Jumlah 210 210 210 210 1470
Ber PHBS

118 207 131 119 1049

56,195 98,557 62,38 56,67 71,36

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Berdasarkan data puskesmas tahun 2010, jumlah rumah tangga ber-PHBS di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah 1049 rumah atau 71,36 % dari 1470 rumah yang dipantau. Salah satu indikator PHBS yang kami gunakan pada saat pengumpulan data primer adalah indikator perilaku merokok. Adapun hasil pengumpulan data primer yang telah kami lakukan dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

53 | P a g e

Tabel 4.17 Presentase Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011
Pondok Jagung 47 % 75.8 Pondok Jagung Timur 75 % 84.3 Jelupang 99 % 66.9 Lengkong Karya 22 % 71

Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner

Berdasarkan data primer, diketahui bahwa presentase perilaku merokok tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah Kelurahan Pondok Jagung Timur, yaitu 84,3 %. 4.2.3 Gambaran Pelayanan Kesehatan Gambaran mengenai pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung dapat dilihat dari cakupan pelayanan kesehatan dalam menangani permasalahan kesehatan di masyarakat. Dalam hal ini, kami menjabarkan beberapa pelayanan kesehatan terkait masalah kesehatan yang kami identifikasi. Adapun cakupan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Imunisasi

a. Pelaksanaan imunisasi Pelaksanaan imunisasi dilaksanakan secara rutin. Untuk penjelasannya dapat dilihat pada lampiran 4.2 tabel 4.18. b. Pelaksanaan TT Untuk Kecamatan Serpong Utara tidak melaksanakan TT WUS dengan sasaran Wanita Usia Subur tetapi dengan sasaran wanita hamil. Untuk penjelasannya dapat dilihat pada lampiran 4.2 tabel 4.19.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 54 | P a g e

c. Pelaksanaan BIAS BIAS adalah Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan sasaran murid SD dan MI, untuk imunisasi campak biasanya dilakukan sekalian penjaringan murid kelas satu SD dan mencapai lebih dari 90%.
2. Pelayanan Neonatal

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan yang berisiko kesehatan paling tinggi. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Pelayanan neonatal secara jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4.2 tabel 4.20 dan tabel 4.21.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Pelayanan

KIA

ditujukan

sebagai

upaya

dalam

penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak dan menitikberatkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Pelayanan neonatal secara jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4.2 tabel 4.22 dan tabel 4.23.
4. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Program Pelayanan kesehatan usia lanjut juga telah diupayakan melalui penjaringan usia lanjut di Posbindu. Pada tahun 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung telah terbentuk sebanyak 6 Posbindu. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut yang ditangani Puskesmas dapat dilihat pada lampiran 4.3 tabel 4.24 dan data pelayanan kesehatan tingkat posbindu hingga November tahun 2011 dapat dilihat pada tabel lampiran 4.2 tabel 4.25.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 55 | P a g e

5. Pelayanan Pengobatan

Jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas Pondok jagung dapat dilihat pada grafik 4.2 dibawah ini : Grafik 4.2 Jumlah Kunjungan Berdasarkan Jenis Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010
4% 2% 36% 1% 45% 12%

Umum Askes Astek Jamkesmas Kader/ Lansia Luar Ged.

Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Berdasarkan data Puskesmas, diketahui bahwa 45 % jumlah kunjungan yang memanfaatkan pelayanan puskesmas

Puskesmas Pondok Jagung berasal dari masyarakat umum. Sedangkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung yang dilayani kesehatannya adalah sebesar 5.026 orang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.26 Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010

s Sumber : Profil Puskesmas Pondok Jagung, 2010

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

56 | P a g e

4.3 Gambaran Epidemiologi Penyakit di Puskesmas Pondok Jagung 4.3.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dilakukan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung, dimana dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : a. Tahap pertama Pada tahap pertama, dilakukan penentuan 5 (lima) penyakit terpilih dari 10 (sepuluh) penyakit teratas di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Data 10 penyakit teratas tersebut diperoleh dari laporan kunjungan masyarakat (LB1) di Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010. Berikut ini adalah daftar penyakit teratas di wilayah kerja puskesmas pondok jagung pada tahun 2010: Tabel 4.27 Daftar 10 Besar Penyakit Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas 2010

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

57 | P a g e

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

58 | P a g e

Tabel 4.27 di atas menunjukkan bahwa penyakit terbesar di Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010 adalah ISPA dengan jumlah sebanyak 4.203 kasus. Hal yang menjadikan ISPA kasus terbanyak adalah karena penyakit ISPA terdiri dari beberapa penyakit selain pneumonia yang diklasifikasikan ke dalam kasus ISPA sehingga jumlahnya besar. Selain ISPA, penyakit yang jumlahnya cukup tinggi dan sudah umum di masyarakat yaitu Penyakit Pulpa dengan jumlah 2673 kasus, dan penyakit lainnya. Data tabel 4.27 di atas diolah berdasarkan data kunjungan pasien yang memeriksakan kesehatan di Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010. Penyakit tertinggi yang tercatat di Puskesmas Pondok Jagung adalah ISPA dan penyakit terendah adalah Hipertensi. Data 10 (sepuluh) besar penyakit teratas di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung pada tahun 2010 dimanfaatkan untuk menentukan penyakit terpilih yang kemudian akan dianalisis guna menentukan 5 penyakit terpilih. Analisis dilakukan dengan menggunakan laporan trend penyakit 10 (sepuluh) penyakit teratas tersebut pada bulan Januari hingga Oktober tahun 2011. Penentuan lima penyakit terpilih didasarkan atas grafik kecenderungan penyakit perbulan apakah mengalami peningkatan, penurunan atau kecenderungan stabil. Berdasarkan trend penyakit per bulan di tahun 2011 hingga bulan Oktober, terpilih lima penyakit yaitu ISPA, dermatitis, hipertensi, gastritis, dan penyakit pulpa. (lampiran 4.3).
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 59 | P a g e

Berdasarkan laporan trend penyakit tersebut, grafik trend kelima penyakit tersebut cenderung meningkat setiap bulannya. Meskipun grafik menunjukkan terjadinya penurunan prevalensi penyakit, tetapi penurunan tersebut tidak terlalu berarti bila diikuti dengan kenaikan prevalensi penyakit pada bulan berikutnya. Sehingga dianggap sebagai permasalahan kesehatan masyarakat yang serius. Selain itu, grafik trend yang cenderung terus meningkat tiap bulannya juga dapat menunjukkan kemungkinan program

pencegahan atau program pengobatan (penanggulangan) yang dilakukan oleh puskesmas belum optimal, Dinas Kesehatan setempat maupun instansi kesehatan lainnya terkait distribusi kelima penyakit tersebut di 4 (empat) kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Oleh karena itu, kelima penyakit tersebut dipilih menjadi 5 (lima) penyakit terpilih. b. Tahap kedua Setelah diperoleh 5 (lima) penyakit terpilih, tahap selanjutnya adalah melakukan pengerucutan menjadi 3 (tiga) penyakit utama yang dilakukan menggunakan teknik scoring, yaitu teknik Bryant. Teknik Bryant merupakan teknik scoring dimana indikator prioritas masalah telah ditetapkan, yaitu terkait

prevalence, seriousness, community concern dan manageability, dimana masing-masing indikator diberikan skor 1-5. Semakin besar skor maka semakin memungkinkan untuk menjadi prioritas, begitu pula sebaliknya. Masalah yang mendapat total skor terbesar akan menjadi masalah yang diprioritaskan. Justifikasi penggunaan teknik Bryant dikarenakan teknik Bryant merupakan teknik scoring
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

yang telah menetapkan


60 | P a g e

indikator/kriteria dalam penentuan prioritas masalah, sehingga memudahkan kami dalam penentuan prioritas masalah dikarenakan adanya keterbatasan kami dalam mengumpulkan dan memperoleh data sekunder. Adapun pembobotan scoring terhadap indikator teknik Bryant adalah sebagai berikut : Tabel 4.28 Penentuan 3 Prioritas Penyakit Berdasarkan Teknik Bryant di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011
Masalah Kesehatan B ISPA Dermatitis Hipertensi Gastritis Peny.Pulpa Prevalence (P) 5 2 1 3 4 Seriousness (S) 4 1 5 3 2 5 4 3 1 1 Community Concern (CC) Manageability (M) 5 3 4 1 2 500 24 60 9 16 PxSxCCxM

Berdasarkan teknik Bryant yang telah dilakukan, maka didapatkan ISPA, Hipertensi dan Dermatitis menjadi 3 (tiga) penyakit untuk dilakukan analisis kembali guna mendapatkan 1 (satu) prioritas utama masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung tahun 2011. Adapun penjelasan terhadap pemberian masing-masing scoring diatas adalah sebagai berikut : a. Prevalence Menunjukkan seberapa besar tingkat kejadian suatu penyakit baik kasus baru maupun kasus lama yang terlaporkan. Berdasarkan data sekunder di Puskesmas, frekuensi penyakit 5 (lima) terpilih adalah sebagai berikut :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

61 | P a g e

Tabel 4.29 Frekuensi Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010
Penyakit ISPA Dermatitis Penyakit Pulpa Gastritis Hipertensi Kasus 4203 1079 2673 1259 843

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pondok Jagung

Berdasarkan tabel 4.29 diatas, didapatkan bahwa ISPA memiliki prevalensi tertinggi dengan jumlah kasus sebesar 4203 kasus. Sedangkan kasus terendah adalah Hipertensi dengan 843 kasus. b. Seriousness Merupakan tingkat keparahan dan kegawatan yang ditimbulkan suatu penyakit. Adapun penjelasan seriousness pada masing-masing penyakit adalah sebagai berikut : 1. ISPA Seseorang yang mengalami ISPA akan mengalami kondisi seperti kehilangan nutrisi air, kekurangan absorbsi makann, anoreksia, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan dapat juga menyebabkan kematian. 2. Hipertensi Gejala akibat komplikasi hipertensi antara lain : gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak) kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan serta gangguan kesadaran hingga koma.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 62 | P a g e

3. Dermatitis Gejala dermatitis yang mengganggu secara fisik dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada diri dan penurunan percaya diri sehingga menjadi minder/aktifitas sosial mereka terganggu. Selain itu, dermatitis juga dapat menyebabkan infeksi dan iritaso pada kulit. 4. Gastritis Komplikasi gastritis menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin. Penderita gastritis biasanya menggangap enteng, masyarakat biasanya cukup dengan meminum obat sakit akan reda, padahal komplikasi dari penggunaan obat berlebih dapat

mengganggu fungsi hati secara jangka panjang. 5. Penyakit pulpa Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat dapat diragikan.

Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang diikuti timbulnya kerusakan komponen organiknya. Akibatnya terjadi infeksi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Ginting B, 1984). c. Community concern Menunjukkan tingkat kepedulian atau perhatian masyarakat terhadap suatu penyakit. Perhatian masyarakat ini dapat dilihat dari persentase perilaku pencegahan masalah kesehatan tersebut. Semakin tinggi

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

63 | P a g e

tingkat kepedulian masyarakat terhadap suatu penyakit, semakin tinggi skor yang diberikan. 1. ISPA Tanggapan masyarakat terhadap ISPA sudah sangat tinggi dilihat dari jumlah kunjungan penderita ispa rawat jalan yaitu mencapai 2848. Dari jumlah rumah sehat yang tertinggi dari 4 kelurahan yaitu 292 dari 361 yang diperiksa dan telah mencapai 80.89 %.. Jumlah rumah tangga yang menggunakan akses air bersih sebesar 7.657 rumah tangga dari 15.573 yang diperiksa. 2. Dermatitis Jumlah rumah sehat yang tertinggi dari 4 kelurahan yaitu 292 dari 361 yang diperiksa dan telah mencapai 80.89 %. Jumlah rumah tangga yang menggunakan akses air bersih sebesar 7.657 rumah tangga dari 15.573 yang diperiksa. 3. Hipertensi Keaktifan penderita untuk memeriksakan kesehatannya ke puskesmas rata-rata sebesar 129 orang dan rutin setiap bulan ke posbindu di 4 kelurahan sebanyak + 313 orang. 4. Gastritis Tanggapan masyarakat terhadap Gastritis dapat dilihat dari jumlah kunjungan penderita Gastritis sebanyak 1259 orang. 5. Penyakit pulpa Tanggapan masyarakat terhadap Penyakit Pulpa dapat dilihat dari jumlah kunjungan penderita Penyakit Pulpa sebanyak 2673 orang.

d. Manageability

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

64 | P a g e

Penanganan terhadap suatu penyakit dilihat dari bagaimana cara penyakit tersebut diatasi (sulit atau mudah penanganannya), sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dan sarana prasarana pelayanan kesehatan yang menunjang. Adapun penjabaran manageability masing-masing penyakit adalah sebagai berikut : 1. ISPA Upaya penanganan ISPA di wilayah kerja Puskesmas erat kaitannya dengan penanganan kasus gizi buruk dan BBLR serta promotif terkait NAPZA. Penanganan ISPA terkait dengan kasus gizi buruk dan BBLR yang telah ditangani sebesar 100%. Sedangkan penyuluhan NAPZA tertinggi masih sebesar 12,50 %. 2. Dermatitis Adanya penyuluhan PHBS ke Rumah Tangga dengan cakupan telah memenuhi target yaitu 1470. Selain itu, upaya penanganan juga dilakukan dengan penyuluhan PHBS ke masyarakat dan instansi-instansi. 3. Hipertensi Adanya sarana kesehatan berupa posbindu yang mendukung dalam upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit hipertensi. Saat ini, telah terdapat 6 Posbindu di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Selain itu, penyuuhan tentang NAPZA turut pula membantu dalam penanggulangan penyakit hipertensi ini. 4. Gastritis Diberikan point 1 karena belum adanya program-program Puskesmas untuk penanggulangan penyakit Gastritis.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

65 | P a g e

5. Penyakit Pulpa Adanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pondok Jagung bagi siswa SD/MI dengan presentase cakupan sebesar 71.65 %. 4.4 Penentuan Prioritas Masalah Pada tahap penentuan prioritas masalah, dilakukan pengerucutan masalah kesehatan menjadi 1 (satu) prioritas utama masalah kesehatan di wilayah kerja Pondok Jagung. Pada tahap ini, dilakukan penentuan prioritas masalah dengan menggunakan Teknik Delphi (Nominal Group Technique). Teknik Delphi merupakan suatu teknik prioritas masalah kualitatif dimana kriteria suatu masalah dikemukakan dan dirumuskan oleh kelompok yang memiliki keahlian yang sama. Dalam perumusan kriteria tersebut, kami berlandaskan pada indikator/kriteria penentuan prioritas masalah secara umum yang diintegrasikan dengan data sekunder dan data primer yang kami peroleh. Penggunaan teknik delphi berdasarkan pertimbangan kami dalam hal keterbatasan dalam memperoleh data sekunder dan data primer. Oleh karena itu, kami memilih teknik delphi sebagai metode kami dalam menentukan prioritas masalah kami. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas masalah adalah tingkat keparahan penyakit, trend penyakit, prevalensi, manageability, community concern dan sosial benefit. Hasil penilaian terhadap masingmasing kriteria dengan teknik Delphi adalah sebagai berikut :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

66 | P a g e

Tabel 4.30 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011
Kriteria Seriousness Trend Prevalensi Manageability Community Concern Social benefit Total Ranking Hipertensi 5 4 5 3 3 4 24 1 ISPA 3 3 3 3 4 2 18 2 Dermatitis 2 5 2 2 3 3 15 3

Dari hasil pembobotan nilai berdasarkan kriteria-kriteria diatas, didapatkan bahwa Hipertensi merupakan penyakit yang terpilih menjadi prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Adapun justifikasi terhadap pembobotan kriteria diatas adalah sebagai berikut : 1. Seriousness Seriousness pada masalah hipertensi mendapatkan angka tertinggi dikarenakan penyakit hipertensi bersifat kronis dan gejala yang diakibatkan dari komplikasi hipertensi yaitu gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak) kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan serta gangguan kesadaran hingga koma bahkan kematian. Selain itu, mayoritas hipertensi menyerang pada usia produktif, pra lansia

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

67 | P a g e

dan lansia sehingga keluarga juga ikut menjadi korban terutama bila penderita adalah kepala keluarga.

2. Trend Penyakit Trend penyakit menunjukkan kecenderungan pergerakan kasus penyakit apakah mengalami peningkatan, penurunan atau stabil. Adapun trend ketiga penyakit tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini : a. Hipertensi Grafik 4.3 Trend Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung pada Bulan Januari Oktober 2011

Hipertensi
150 100 50 0 Hipertensi

Sumber : Laporan Bulanan Penyakit Tahun 201

Berdasarkan Trend penyakit, masalah hipertensi diberikan angka 4 (empat) dikarenakan kecenderungan terjadi peningkatan yang signifikan meskipun pada bulan Oktber terjadi penurunan. Namun, kami mendapatkan informasi Laporan Bulanan Penyakit pada bulan November tahun 2011, penyakit hipertensi mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 138 orang mengalami hipertensi.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

68 | P a g e

b. ISPA Grafik 4.4 Trend Penyakit ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung pada Bulan Januari Oktober 2011

ISPA
500 400 300 200 100 0

ISPA

Sumber : Laporan Bulanan Penyakit Tahun 2011

Meskipun prevalensi data sekunder ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus tertinggi, namun jika dilihat dari trend penyakit kecenderungan ISPA stabil dan mengalami penurunan sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, kami memberikan pembobotan nilai 3 (tiga) pada trend penyakit ISPA. c. Dermatitis Grafik 4.5 Trend Penyakit Dermatitis di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung pada Bulan Januari Oktober 2011

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

69 | P a g e

Dermatitis
150 100 50 0 Dermatitis

Sumber : Laporan Bulanan Penyakit Tahun 2011

Berdasarkan Trend penyakit, masalah dermatitis diberikan angka 4 (empat) dikarenakan kecenderungan penyakit terjadi peningkatan yang signifikan tiap bulannya. 3. Prevalence Berdasarkan pengumpulan data primer yang telah dilakukan, didapatkan hasil prevalensi ketiga penyakit di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah sebagai berikut : Tabel 4.31 Frekuensi 3 Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011
Hipertensi Ya Tidak Total 153 177 330 % 46.4 % 53.6 % 100% 129 201 330 ISPA % 39.1 % 60.9 % 100 % Dermatitis 89 241 330 % 27 % 73 % 100 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Berdasarkan tabel 4.31 diatas, diperoleh bahwa Hipertensi merupakan penyakit dengan jumlah tertinggi dengan presentase 46.4 % dan terendah adalah dermatitis dengan presentase 27 %. Sedangkan prevalensi penyakit di masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 70 | P a g e

Tabel 4. 32 Frekuensi 3 Penyakit di Kelurahan Pondok Jagung Tahun 2011


Keterangan Hipertensi Ya Tidak Total ISPA Ya Tidak Total Dermatitis Ya Tidak Total Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Frekuensi 33 29 62 24 38 62 14 48 62 Presentase 53 % 47 % 100 % 38.7 % 61.3 % 100 % 22.6 % 77.4 % 100 %

Tabel 4.33 Frekuensi 3 Penyakit di Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011
Keterangan Hipertensi Ya Tidak Total Frekuensi 48 41 89 Presentase 54 % 46 % 100 %

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

71 | P a g e

ISPA

Ya Tidak Total

60 29 89 29 60 89

67.4 % 32.6 % 100 % 32.6 % 67.4 % 100 %

Dermatitis

Ya Tidak Total

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Tabel 4.34 Frekuensi Penyakit di Kelurahan Jelupang Tahun 2011


Keterangan Hipertensi Ya Tidak Total ISPA Ya Tidak Total Dermatitis Ya Tidak Total Frekuensi 52 96 148 38 110 148 40 108 148 Presentase 35 % 65 % 100 % 25.7 % 74.3 % 100 % 27 % 73 % 100 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Tabel 4.35 Frekuensi Penyakit di Kelurahan Lengkong Karya Tahun 2011


Keterangan Hipertensi Ya Tidak Total ISPA Ya Frekuensi 20 11 31 7 Presentase 64 % 36 % 100 % 22.6 %

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

72 | P a g e

Tidak Total Dermatitis Ya Tidak Total Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

24 31 6 25 31

77.4 % 100 % 19.3 % 80.7 % 100 %

Berdasarkan data primer, didapatkan bahwa Hipertensi merupakan penyakit dengan presentase tertinggi di 3 (tiga) kelurahan yaitu Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Lengkong Karya dan Kelurahan Jelupang. Oleh karena itu, kami memberikan pembobotan nilai tertinggi untuk penyakit hipertensi. 4. Manageability Hipertensi diberikan angka 3 karena Penyuluhan NAPZA sebagai faktor pemicu hipertensi tertinggi masih mencapai 12,5%. Selain itu telah adanya upaya kesehatan yang telah dilakukan dengan adanya posbindu sebulan 1x yang dilakukan oleh bidan dan dibantu para kader sebagai alat kontrol para lansia dalam upaya kesehatan termasuk hipertensi. 5. Community Concern a. ISPA Tanggapan masyarakat terhadap ISPA sudah cukup tinggi dilihat dari jumlah kunjungan penderita ISPA rawat jalan yaitu mencapai 2848. dari jumlah rumah sehat dari 4 kelurahan mencapai 80.89%. Jumlah rumah tangga yang menggunakan akses air bersih sebesar 7.657 rumah tangga dari 15.573 yang diperiksa. b. Dermatitis

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

73 | P a g e

Jumlah rumah sehat tertinggi sebesar 80.89%. Jumlah rumah tangga yang menggunakan akses air bersih sebesar 7.657 rumah tangga dari 15.573 yang diperiksa. c. Hipertensi Keaktifan penderita untuk memeriksakan kesehatannya ke puskesmas rata-rata sebesar 129 orang dan rutin setiap bulan ke posbindu di 4 kelurahan sebanyak + 313 orang. Penentuan angka 3 dikarenakan masih terdapat masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk memeriksakan tensinya sebelum gejala hipertensi menghampirirnya baik yang memiliki riwayat hipertensi ataupun tidak. 6. Social benefit Hipertensi diberikan nilai tertinggi karena apabila penyakit ini ditanggulangi maka secara otomatis akan memotong mata rantai penyakit degeneratif lainnya karena hipertensi merupakan awal dari munculnya beberapa penyakit lainnya, selain itu, pola hidup penderita akan lebih baik dan sehat sehingga meminimalisisr timbulnya penyakit-penyakit lainnya. Serta membantu masyarakat untuk hidup lebih produktif. 4.5 Penentuan Lokasi Spot Area Penentuan spot area untuk intervensi penyakit hipertensi dilakukan dengan menyeleksi kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung berdasarkan prevalensi data primer dan data sekunder penyakit hipertensi di wilayah tersebut, dan sistem sosial yang mendukung untuk dilakukannya intervensi di wilayah tersebut. Penjelasan terhadap masing-masing kriteria diatas adalah sebagai berikut: a. Prevalensi data primer

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

74 | P a g e

Tabel 4.36 Persentase Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Timur Tahun 2011 Pondok Jagung Hipertensi Tidak Total 33 29 62 53 % 47 % 100 % Pondok Jagung Timur 48 41 89 54 % 46 % 100 % Jelupang 52 96 148 35 % 65 % 100 % Lengkong Karya 20 11 31 64 % 37 % 100 %

Sumber : hasil analisis statistik kuesioner

Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa kelurahan Lengkong karya merupakan kelurahan dengan persentase hipertensi tertinggi sebesar 64 % dan posisi kedua ditempati oleh kelurahan Pondok Jagung Timur dengan 54 %. b. Prevalensi data sekunder Tabel 4.37 Penderita Hipertensi Berdasarkan Data Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011 Pondok Jagung Hipertensi 129 orang Jumlah Penduduk 9270 penduduk 17923 penduduk 19275 penduduk 4049 penduduk PondokJagung Timur 97 orang 50 orang Jelupang Lengkong Karya 16 orang

Sumber : laporan kader Posbindu tiap Keelurahan

Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Pondok Jagung merupakan kelurahan yang menempati urutan tertinggi dengan 129 orang. Namun, data tersebut didapatkan dari dua posbindu, sedangkan kelurahan lainnya hanya memiliki satu posbindu.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 75 | P a g e

c. Faktor Risiko 1) Perilaku Merokok Rokok merupakan salah satu factor risiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Sitepoe, M (1997) menyatakan bahwa rokok yang dihisap akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah, dimana zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan, didapatkan bahwa Kelurahan Pondok Jagung Timur merupakan Kelurahan dengan presentase tertinggi mengenai perilaku merokok di masyarakat, yaitu 84.3 %. Penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.38 dibawah ini : Tabel 4.38 Presentase Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2011
Pondok Jagung Merokok Tidak Total 47 15 62 % 75.8 24.2 100 Pondok Jagung Timur 75 14 89 % 84.3 15.7 100 Jelupang 99 49 148 % 66.9 33.1 100 Lengkong Karya 22 9 31 % 71 29 100

Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner

d. Aksestabilitas Aksestabilitas terhadap pelayanan kesehatan menjadi pertimbangan kami dalam menentukan spot area intervensi di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang memiliki
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 76 | P a g e

aksestabilitas

yang

jauh

akan

pelayanan

kesehatan

mempunyai

hambatan/kendala dalam upaya peningkatan kesehatan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa Kelurahan Pondok Jagung Timur merupakan kelurahan yang memiliki aksestabilitas yang jauh ke Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan di wilayah tersebut masih dapat dikategorikan minim jika dibandingkan dengan kelurahan lainnya. Sehingga diperlukan upaya intervensi guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan memperbaiki perilaku dan pola hidup masyarakat di Kelurahan Pondok Jagung Timur agar terhindar dari penyakit khususnya Hipertensi.

e. Sistem Sosial Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa Kelurahan Pondok Jagung Timur merupakan wilayah yang dapat diakses untuk dilaksanakannya program intervensi. Hal itu dapat dilihat dari sistem sosial di wilayah Kelurahan Pondok Jagung Timur, seperti kemudahan dalam pengumpulan masyarakat, keterbukaan dan respon positif masyarakat dalam menerima peneliti dan dukungan dari Kader, fasilitas kesehatan dan sumber daya yang menunjang di Kelurahan Pondok Jagung Timur.Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, maka ditetapkan bahwa spot area untuk intervensi akan dilaksanakan di Kelurahan Pondok Jagung Timur. Setelah didapatkan bahwa penyakit Hipertensi menjadi prioritas utama di kelurahan Pondok Jagung Timur, tahap selanjutnya adalah mengidentfifikasi dan melakukan kategorisasi kedalam ruang lingkup yang lebih kecil yaitu RW. Kelurahan Pondok Jagung Timur terdiri dari 15 RW, yaitu 4 RW (RW 1, RW 2, RW 4, RW 5) adalah lingkungan perkampungan dan 11 RW sisanya adalah lingkungan perumahan.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 77 | P a g e

Sehingga

program

intervensi

akan

dilakukan

berdasarkan

pengkategorisasian tersebut, lingkungan perumahan.

yaitu lingkungan perkampungan dan

4.6 Gambaran Umum Kelurahan Pondok Jagung Timur Pondok Jagung Timur adalah sebuah desa persiapan yang berada dalam pemerintahan Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan, hasil dari Pamekaran Desa Pondok Jagung Kecamatan Serpong. Desa Pondok Jagung Timur ini menjadi desa definitif berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.9 Tahun 2000 pada tanggal 26 Februari 2000 yang pada saat itu diresmikan oleh Bupati Tangerang. Batas Wilayah Pondok Jagung Timur: Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Utara Sebelah Selatan 4.6.1 : Pakujaya/Pakualam : Pondok Kacang Barat : Pondok Jagung/Jelupang : Pakulonan

Data Demografi a. Jumlah Penduduk 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar penduduk Kelurahan Pondok Jagung Timur merupakan laki-laki dengan presentase sebesar 55 %. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.6 dibawah ini : Grafik 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

78 | P a g e

Jumlah Penduduk Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011


Laki-Laki Perempuan

45% 55%

Sumber : data kelurahan Pondok Jagung Timur

Distribusi penduduk di kelurahan Pondok Jagung Timur adalah laki-laki 8.980 jiwa atau 55% dari jumlah penduduk dan perempuan 7.430 jiwa atau 45% dari 16.410 jumlah penduduk yang ada. 2. Berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk tertinggi terletak pada kelompok umur 17-56 tahun 10.043 jiwa dan terendah pada kelompok umur 57-97 tahun sebesar 1.430 jiwa. Berikut ini adalah grafik mengenai jumlah penduduk berdasakan kelompok umur Grafik 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

79 | P a g e

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur


12 bulan-11 tahun 12-16 tahun 8% 17-56 tahun 11% 22% 59% 57-97 tahun

Sumber : data kelurahan

b. Sosial Ekonomi 1. Tingkat Pendidikan Dari distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh jumlah terbanyak adalah tingkat pendidikan lulusan SMA/sederajat dengan jumlah 4.760 atau 28% dari 16.410 jumlah penduduk. Untuk penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.8 dibawah ini :

Grafik 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

80 | P a g e

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


5% 0% 5% 10% 5% 3% Tidak/blm Sekolah Blm Tamat SD Tamat SD/sdj 21% 23% SMP/sdj SMA/Sdj Diploma 28% S1 S2

Sumber : data kelurahan

2. Jenis Pekerjaan Berdasarkan jenis pekerjaan, karyawan BUMN menjadi jenis pekerjaan yang paling banyak di wilayah kerja Pondok Jagung Timur dengan jumlah 3.204 jiwa atau 33% dari 16.410 jumlah penduduk. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :

Grafik 4.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 81 | P a g e

Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Blm/Tdk Bekerja PNS Petani Guru Bidan 0% 0% 0% 12% 0% 0% 11% IRT TNI Peternak Dosen Pelajar/Mhsswa POLRI Karyawan BUMN Dokter Pensiun Pedagang Buruh Perawat

23% 33%

16% 4% 0% 0% 0% 0% 0% 1%

Sumber : data kelurahan

4.6.2

Sarana Umum 1. Sarana Kesehatan Adapun sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Pondok Jagung Timur adalah sebagai berikut :

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

82 | P a g e

Tabel 4.39 Sarana dan Prasarana Kesehatan Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sarana Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Klinik Umum/Gigi/Bersalin Rumah Bersalin Dokter Praktek Bidan Praktek Posyandu Posbindu Jumlah 1 1 1 1 1 1 1

Sumber : data kelurahan

2. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan kesehatan. Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan Jenis Ketenagaan dan Status Kepegawaian di Kelurahan Pondok Jagung Timur dapat dilihat pada tabel 4.39 dibawah ini :

Tabel 4.40 Tenaga Kesehatan Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2011
No Tenaga Medis Jumlah

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

83 | P a g e

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Dokter Umum Dokter Anak Dokter Kandungan Dokter Gigi Dokter Spesialis Bidan Perawat Dukun Bayi/Beranak

5 1 1 2 1 3

Sumber : data kelurahan

4.7 Penentuan Sasaran Intervensi Pada umumnya, penyakit hipertensi menyerang pada kelompok umur pra lansia, lansia dan ibu hamil. Namun, sasaran intervensi yang kami lakukan adalah kelompok umur pra lansia (4560 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas). Hal tersebut didasarkan atas : a. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan data sekunder dari posbindu di kelurahan pondok jagung timur, penyakit hipertensi banyak menyerang pada usia pra lansia (4560 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas), yaitu sebanyak 97 orang dari 127 penduduk pra lansia dan lansia mengalami hipertensi. Oleh karena itu, diperlukan penanganan dan upaya preventif untuk mengatasi masalah ini.

b. Sustainability Pertimbangan penentuan sasaran intervensi dilihat juga dari tingkat keberlangsungan suatu penyakit tersebut dapat menyerang kelompok umur.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 84 | P a g e

Hipertensi pada pra lansia dan lansia umumnya bersifat jangka panjang dan dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif lain yang membahayakan. Sedangkan hipertensi pada ibu hamil lebih bersifat sementara. c. Manageability (Penanganan Hipertensi) Cakupan penanganan hipertensi pada ibu hamil telah dimanage oleh program Jampersal dan ibu hamil pada umumnya melakukan control kesehatan kehamilan kepada pelayanan kesehatan, sehingga tekanan darah dapat diketahui dan dikontrol. Sedangkan pada kelompok pra lansia dan lansia kurang mendapatkan mengenai penanganan hipertensi. Oleh karena itu, intervensi yang akan dilakukan difokuskan pada kelompok umur pra lansia dan lansia. 4.8 Penentuan Akar Masalah Masalah merupakan manifestasi dari penyebab, dimana penyebab atau akar masalah dapat bermacam-macam. Intervensi pada masalah saja hanya akan menyelesaikan masalah untuk sementara dan biasanya masalah akan muncul lagi. Intervensi yang tepat yaitu pada penyebab atau akar masalah. Dalam menentukan penyebab suatu masalah dapat menggunakan beberapa teknik atau metode penentuan akar atau penyebab masalah. Teknik yang digunakan dalam menentukan akar masalah dari penyakit Hipertensi di Kelurahan Pondok Jagung Timur adalah dengan menggunakan teknik fish bone (diagram tulang ikan). Teknik ini menggunakan diagram tulang ikan untuk merepresentasikan penyebab masalah. Masalah diletakkan pada kepala dan tulang belakang ikan. Tulang-tulang yang menuju tulang belakang merupakan penyebab masalah yang merupakan keterkaitan antara fakta di lapangan dengan teori. Berikut ini adalah bagan akar masalah penyakit Hipertensi di Kelurahan Pondok Jagung Timur yang telah diintegrasikan antara teori dengan fakta, yaitu :
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 85 | P a g e

Bagan 4.1 Akar Masalah Penyakit Hipertensi


UMUR
(Kumar, et al 2005)

KETURUNAN
(Rohaendi, 2008)

> 35 tahun berpotensi terkena hipertensi

Riwayat keluarga yang mengidap hipertensi

- Tingkat ekonomi rendah

- Pola makan salah/ asupan garam berlebih - Kurang olah raga

HIPERTENSI

- Merokok, Minum
kopi.

STRES
(Sutanto, 2010)

ADAT KEBIASAAN (Sutanto, 2010)

Berdasarkan bagan 4.1 dapat diuraikan bahwa faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah karena faktor keturunan, umur, stress, dan adat kebiasaan. Hasil tersebut telah diintegrasikan antara teori terkait Hipertensi dan fakta temuan di lapangan. Sehingga dengan adanya fakta dan teori yang berkesinambungan akan diperoleh suatu spesifikasi akar masalah yang tepat dari masalah hipertensi di wilayah Kelurahan Pondok Jagung Timur. Temuan fakta diperoleh berdasarkan pengumpulan data primer, yaitu FGD dan Indepht Interview. FGD (Forum Group Discussion) merupakan suatu diskusi kelompok dengan diikuti oleh sekitar 6-12 orang yang dipandu oleh fasilitator dan selama diskusi setiap orang dapat berbicara secara bebas dan spontan mengenai topik tertentu, dimana merupakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai konsep, persepsi, dan ideLaporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 86 | P a g e

ide dari kelompok diskusi. FGD kami lakukan pada hari Kamis, 15 Desember 2011 yang bertempat di Aula Kelurahan Pondok Jagung Timur dengan anggota FGD adalah petugas puskesmas para kader, tokoh masyarakat, dan penderita Hipertensi. Sedangkan Indepth interview adalah wawancara mendalam yang

merupakan suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Adapun penjelasan mengenai penyebab masalah yang didapatkan berdasarkan teori dan fakta dilapangan melalui hasil FGD dan Indeph interview adalah sebagai berikut : 1. Umur Umur merupakan faktor risiko dari hipertensi yang tidak dapat dikontrol atau dimodifikasi. Berdasarkan fakta di lapangan yang didapatkan dari hasil FGD dan indepth interview dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin rentan untuk terkena hipertensi. Berikut ini adalah salah satu kutipan FGD : Sebagian besar penderita hipertensi di daerah kami diderita oleh kelompok umur pada golongan pra lansia sekitar 50 tahun, dan lansia sekitar umur 70 tahun. Hal ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya, menurut Gunawan (2001) yang dikutip oleh Aris Sugiharto, semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit hipertensi. Hal ini dikarenakan arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring bertambahnya umur. Tekanan darah yang sedikit meningkat karena bertambahnya usia ini disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah dan
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 87 | P a g e

hormon tetapi bila perubahan tersebut disertai dengan faktor-faktor lain yang memicu terjadinya hipertensi. Menurut Kumar, et al., (2005) yang dikutip oleh Syukraini Irza menyatakan setelah usia 45 tahun terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik (TDS) meningkat karena kelenturan pembuluh darah yang berkurang pada penambahan usia sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik (TDD) meningkat sampai dekade kelima dan kemudian menetap atau cenderung menurun (Kumar, et al., 2005). 2. Keturunan Riwayat keluarga atau keturunan juga merupakan faktor risiko dari hipertensi yang tidak dapat dikontrol atau dimodifikasi. Dari hasil FGD diperoleh fakta di lapangan terkait faktor keturunan sebagai pemicu hipertensi, seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu peserta FGD, yang menyatakan Hipertensi itu salah satu penyebabnya karena faktor keturunan, saya pun mengidap hipertensi karena orangtua juga menderita penyakit tersebut. Hal ini didukung dengan hasil indepth interview dengan salah seorang penderita hipertensi yang menyatakan bahwa katanya karena faktor keturunan, karena orang tua saya kena, saya juga kena. Fakta tersebut didukung dengan teori dari beberapa ahli, seperti menurut Rohaendi (2008) dalam Syukraini Irza, keturunan atau riwayat keluarga dengan hipertensi terbukti sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Penelitian Julia Hippisley-Cox dkk yang dikutip oleh Aris Sugiharto juga menyatakan bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko 3,38 kali
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 88 | P a g e

terhadap kejadian hipertensi. Chunfang Qiu, dkk mengatakan keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 25 kali lipat. Menurut Sheps dalam Aris Sugiharto, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita mempunyai 25%

kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena penyakit tersebut 60%. 3. Stres Stres adalah suatu kondisi yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Dari hasil FGD dan indepth interview diperoleh fakta dilapangan terkait stress yang dapat memicu timbulnya hipertensi. Faktor yang menurut masyarakat Kelurahan Pondok Jagung Timur yang menyebabkan stress adalah karena tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini berdasarkan pernyataan dari beberapa peserta FGD, yang menyatakan bahwa pendapatan yang rendah menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, hal inilah yang dianggap sebagai penyebab stress yang kemudian berlanjut pada kejadian hipertensi. Fakta di atas diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Sutanto. Stress diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Di samping itu juga dapat merangsang anak kelenjar ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah alan meningkat (Sutanto, 2010). Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

89 | P a g e

sementara waktu dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. 4. Adat Kebiasaan Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Sutanto 2010 terkait faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah karena adat kebiasaan, selain adanya faktor umur, keturunan dan stress. Kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman bagi kesehatan orang tersebut. Adat kebiasaan yang tergolong dalam penyebab timbulnya hipertensi adalah sebagai berikut : a. Pola Makan yang Salah Menurut Husaini (1989) yang dikutip oleh Ahmad Fitri Hariyanto yang dimaksud pola makan adalah ide tentang makanan, sikap terhadap makanan dan praktek makan yang memberikan gambaran makanan mengenai macam dan jumlah makanan yang dikonsumsi tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat. Pola makan yang salah seperti makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi misalnya monosodium glutamate (MSG) dapat meningkatkan tekanan darah karena

mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih (Sutanto, 2010). Dari hasil FGD diperoleh fakta dilapangan terkait pola makan yang salah/asupan garam berlebih yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Masyarakat Kelurahan Pondok Jagung Timur yang sebagian besar suku Betawi gemar mengonsumsi makanan yang mengandung kadar garam (ikan asin). Frekuensi makan ikan asin masyarakat Kelurahan Pondok Jagung Timur sering atau hampir setiap hari. Hal itu diperjelas dengan hasil FGD yang menyatakan sebagaian besar masyarakat kami Betawi yang notabene mereka senang mengkonsumsi ikan asin. Bahkan menurut mereka apabila dalam lauknya belum terdapat ikan asin maka
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 90 | P a g e

dianggap belum makan. Fakta tersebut didukung berdasarkan hasil indepth interview yang dilakukan ke beberapa penderita hipertensi. Mereka menyatakan bahwa mereka suka mengonsumsi makanan yang mengandung kadar garam tinggi seperti ikan asin. Berikut salah satu kutipannya saya paling hobi sama garem, jujur aja ni saya makan gak ada apa-apa, ada garem sama sambel juga udah jadi. Saya paling hobi sama garem, makanya kalo makan apa-apa harus asin kalo gak asin saya gak suka dan saya suka banget makan ikan asin, kalau tanpa ikan asin rasanya gimana gitu kaya ada yang kurang. Fakta di atas diperkuat dengan adanya teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya penelitian Radecki Thomas E. J.D. yang dikutip oleh Aris Sugiharto menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan konsumsi asin akan berisiko terserang hipertensi sebesar 4,35 kali lipat dibandingkan yang tidak biasa mengkonsumsi asin. Menurut Lany Gunawan dalam Aris Sugiharto, jika asupan garam 515 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 % Garam menyebabkan cairan dalam tubuh menumpuk, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Mengkonsumsi garam 3 gram ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 78 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Nurkhalida, 2003). Konsumsi ikan asin yang merupakan makanan sehari-hari dan sangat digemari oleh masyarakat pondok jagung timur mengandung kadar garam yang tinggi. Menurut Tri Margono, dkk (1993) yang dikutip oleh Agus Sediadi kandungan garam yang terdapat dalam ikan asin sekitar 10-20%. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya penyakit
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 91 | P a g e

hipertensi ditambah konsumsi ikan asin pada masyarakat Pondok Jagung Timur yang hampir setiap hari mengonsumsi ikan asin yang mengandung kadar garam yang tinggi dan ditambah lauk pauk lain yang mengandung garam juga. b. Gaya Hidup Kurang Sehat Gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang aktivitas fisik atau berolah raga dapat memicu terjadinya hipertensi. Fakta dilapangan yang diperoleh dari hasil diskusi dengan peserta dalam forum FGD didapatkan bahwa salah satu yang memicu terjadinya hipertensi adalah karena kurangnya olahraga atau aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan masih minimnya kesedaran masyarakat untuk melakukan olahraga secara rutin dan khusus karena anggapan mereka dengan berjalan kaki ke tempat kerja sudah termasuk olahraga harian. Adapun dari hasil indepth interview didapatkan bahwa rata-rata masyarakat memang kurang untuk berolah raga atau aktivitas fisik. Fakta di atas diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Hernelahti M, et.al, yang dikutip oleh Aris Sugiharto menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olah raga akan meningkatkan risiko hipertensi 2,33 kali dibanding yang biasa berolah raga. Gaya hidup lainnya yang kurang sehat seperti konsumsi kafein yang terdapat dalam minuman kopi, teh dan cola akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada seseorang. Dari hasil wawancara mendalam dengan penderita didapatkan bahwa penderita memang suka minum kopi. Berikut kutipannya saya memang pengopi berat, sehari saya 4x ngopi, kalo gak minum kopi malah pusing saya. Fakta di atas didukung dengan teori dari Sianturi (2004) yang dikutip oleh Made Wirnata bahwa kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian kafein 2-3 cangkir kopi
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 92 | P a g e

akan meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg dalam waktu 15 menit. Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam, diduga kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole. Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi atau peminum kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya. Gaya hidup kurang sehat lainnya yang dapat memicu terjadinya hipertensi adalah karena kebiasaan merokok. Dari hasil indepth interview dengan beberapa penderita khususnya para bapak-bapak didapatkan bahwa mereka sering sekali merokok setiap harinya. Hal ini dapat diketahui dari kutipannya sebagai berikut ya, saya memang perokok aktif sehari bisa 2 bungkus. Dari fakta di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan seringnya merokok dapat meningkatkan terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini diperkuat dengan teori yang diungkapkan oleh Sitepoe, M (1997) yang menyatakan rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,

mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan menambah detak jantung 520 kali per menit. Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan pasokan jaringan berkurang.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 93 | P a g e

Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Berdasarkan pada fakta dan teori yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik suatu spesifikasi akar masalah Hipertensi berupa adat kebiasaan yang menjadi penyebab masalah utama yang dapat memicu faktor resiko terjadinya hipertensi di Kelurahan Pondok Jagung Timur. Adapun adat kebiasaan masyarakat berdasarkan hasil FGD dan Indepth interview didapatkan bahwa mayoritas masyarakat Pondok Jagung Timur gemar mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi dan ikan asin serta kebiasaan merokok dan minum kopi ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga. Dengan menetapkan adat kebiasaan sebagai akar masalah Hipertensi di Kelurahan Pondok Jagung Timur, diharapkan rantai akar pokok masalah akan bisa mengeliminasi atau memperkecil frekuensi terjadinya hipertensi untuk selanjutnya terutama di Wilayah Kelurahan Pondok Jagung Timur karena mengingat faktor umur dan keturunan merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. 4.9 Rancangan Program Intervensi 4.9.1 Deskripsi Kegiatan 1. Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga masyarakat dapat mengetahui dan turut berpartisipasi dalam kegiatan intervensi laksanakan. 2. Penyuluhan Kesehatan Tentang Hipertensi a. Deskripsi
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 94 | P a g e

yang akan kami

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan yang memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit dan upaya peningkatan kesehatan. Kegiatan penyuluhan hipertensi ini bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya, penyebab, gejala, faktor risiko serta upaya pencegahan dan pengendalian untuk mengurangi penyakit hipertensi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masayarakat dan produktivitas pondok jagung timur. Adapun kegiatan penyuluhan ini dikategorikan menjadi 2, yaitu: 1) Penyuluhan penatalaksanaan, pola makan dan aktivitas fisik bagi Hiperensi pada Lansia dan Pra-lansia Penyuluhan ini dilakukan dari majelis talim ke majelis talim. Dimana majelis talim ini sebagai penguatan kegiatan masyarakat dibidang spiritual juga sebagai pusat kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) setiap bulannya pada lansia dan pra-lansia, di Posbindu ini lah bagi penderita hipertensi juga dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan pencatatan yang kemudian dilaporkan ke Puskesmas Pondok Jagung. 2) Penyuluhan Pencegahan Hipertensi secara sederhana sekaligus Demo perancangan menu untuk penderita Hipertensi Penyuluhan ini dilakukan kepada seluruh warga sekitar mengenai bahaya, factor risiko, gejala, dampak dan upaya pencegahan hipertensi sekaligus pemaparan menumenu makanan yang dapat mencegah hipertensi.
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 95 | P a g e

3. Menghidupkan kembali program Senam Jantung Sehat Senam jantung sehat adalah kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik dimana kegiatan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengurangi risiko dari berbagai penyakit khusunya hipertensi dan menjadi fasilitas bagi masyarakat untuk menerapkan perilaku dan budaya hidup sehat di lingkungannya. Upaya yang akan dilakukan adalah menggerakkan senam jantung sehat kembali yang belakangan ini vacuum. 4. Pelatihan Kader Posbindu Pelatihan ini dilaksanakan pada 5 (lima) anggota kader Posbindu Kelurahan Pondok Jagung Timur. Meskipun Posbindu ini bukan suatu program utama dari Puskesmas melainkan dari Kelurahan setempat, peran Posbindu juga cukup membantu bagi masyarakat dalam memriksakan kesehatan dasarnya. Oleh karena itu kami berinisiatif untuk memberikan pelatihan pelayanan posbindu secara baik, pemberdayaan dan pemberian motivasi kerja pada kader agar jangkauan masyarakatnya semakin meluas. 5. Demo masak dan Menu Sehat Dengan diadakan demo masak ini diharapkan masyarakat dapat menambah pengetahuan mengenai cara mengolah, memasak, dan mengemas makanan tanpa menghilangkan kandungan zat gizi dalam makanan tersebut, dan membuat makanan sederhana menjadi lebih menarik untuk disantap, sekaligus menerapkan menu-menu masakan yang sehat ditinjau dari kuantitas dan kualitasnya. 4.9.2 Tujuan Kegiatan

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

96 | P a g e

Tujuan dari pelaksanaan program intervensi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan agar menerapkan perilaku hidup sehat dalam rangka untuk mengurangi dan mencegah penyakit khususnya penyakit hipertensi. 4.9.3 Sasaran Kegiatan Sasaran yang menjadi fokus dari pelaksanaan kegiatan intervensi dari PBL 2 ini adalah masyarakat di tingkat RW Kelurahan Pondok Jagung Timur. Adapun kelompok sasaran organisasi meliputi : a) Kelompok kader dan anggota Kader Posbindu Labuh. b) Bapak/Ibu pengajian setempat di RW01-05 Pondok Jagung Timur. c) Seluruh Masyarakat Kelurahan Pondok Jagung Timur. 4.9.4 Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari kegiatan intervensi PBL 2 ini adalah : a) Menjadikan kegiatan intervensi tersebut sebagai meningkatkan kesadaran dalam berperilaku hidup sehat di masyarakat. b) Terbangunnya pranata-pranata sosial pada masyarakat melalui pemberdayaan, pengelolaan pada pelaksanaan penyuluhan dan senam jantung sehat. c) Bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat dan dapat menerapkan dalam kegiatan sehari-hari

4.9.5

Ringkasan Kegiatan Intervensi


97 | P a g e

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

NO 1.

KEGIATAN Sosialisasi Kegiatan Menyampaikan kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Penyuluha Majelis Talim Penyuluhan penatalaksanaan, pola makan dan aktivitas fisik bagi Hipertensi pada Lansia dan Pra-lansia

TUJUAN

SASARAN

OUTPUT

TEMPAT

Diperoleh informasi yang komprehens if tentang rencana pelaksaan program Masyarakat penderita hipertensi yang ada dilingkunga n majelis talim lebih mengetahui pemeliharaa n diri pada penderita. Meningkatk an motivasi masyarakat dalam penalataksa naan Hipertensi pada penderita Meningkatk an pengetahuan masyarakat sekitar mengenai penyebab, gejala, bahaya,

Seluruh Masyarakat Kelurahan Pondok Jagung Timur

Masyarak at dapat turut serta berpartisip asi dalam kegiatan

Aula Kelurahan Pondok Jagung Timur

2.

Ibu-ibu pengajian RW 01,02, 04, 05,11 dan 12 Kelurahan Pondok Jagung Timur

Masyarak at termotivas i untuk lebih mawas diri terhadap Hipertensi .

Majelis Talim masingmasing RW

3.

Penyuluhan Kelurahan Penyuluhan Pencegahan Hipertensi secara sederhana sekaligus Demo perancangan menu untuk penderita Hipertensi..

1. Tokoh masyara kat 2. Tokoh agama 3. Kader kesehata n 4. Penguru

Masyarak at mengetah ui hal-hal dasar mengenai pencegaha n Hipertensi

Kantor Kelurahan Pondok Jagung Timur

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

98 | P a g e

pencegahan penanggulan gannya dari Hipertensi. Meningkatk an pengetahuan masyarakat pada pola konsumsi makanan yang sehat sebagai pencegahan Hipertensi 3. Pelatihan Kader Posbindu Menyampaikan peran dan pentingnya Posbindu dalam penatalaksanaan Hipertensi sekaligus penambahan alat sbg skrining kasus. Meningkatk an motivasi kader dalam pelaksanaan programnya. Menambah alat tensi meter sebagai alat skringing kasus.

s RT/RW 5. Karang Taruna 6. Dan seluruh masyara kat RW 01,02,04 ,05 di Kelurah an Pondok Jagung

dan pola dan menu makan sehat sebagai pencegaha n dan penatalaks anaan Hipertensi

Kader Posbindu Kel.Pondok Jagung Timur

Kader dapat termotiv asi dalam pelaksa naan Posbind u di Rwnya dan dapat mening katkan kinerja Posbind u.

Posbindu Kel.Ponjati

4.

Senam Jantung Sehat

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

99 | P a g e

Membangun kembali kebiasaan senam mingguan yang sempat fakum sebelumnya Meningkatk an kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik sebagai pencegahan penyakit Membangun perilaku hidup sehat. 5. Evaluasi Program Membandin gkan tujuan program dengan capaian pada pertengahan dan akhir program

1. Tokoh masyarak at 2. Kader kesehatan 3. Kader PKK 4. Pengurus RT/RW 5. Karang Taruna 6. Dan seluruh masyarak at RW 01,02,04, 05 di Keluraha n

Masyarak at termotivas i untuk melakuka n aktivitas fisik sebagai pencegaha n penyakit.

Lapang Sepak Bola RW. 04 Kel. Pondok Jagung Timur

Kelompok Kerja PBL

Diketahui nya tingkat pencapaia n dan kesesuaiaa n antara tujusn dan pelaksana an program

Kelurahan Pondok Jagung Timur.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

100 | P a g e

4.9.6
No
1

Rancangan Jadwal Program Intervensi PBL-2


Kegiatan
Sosialisai dan Persiapan Kegiatan Penyuluhan Majelis Ta'lim RW01 Penyuluhan Majelis Ta'lim RW01,02,04,05, 11 Senam Jantung Sehat Pelatihan Kader

Mon Tue

Minggu Ke-1 Wen Th Fr

Sat Sun Mon

Minggu Ke-2 Tue Wen Th Fr Sat

Sun

3 4 5

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

101 | P a g e

4.9.7

Analisa SWOT Kegiatan Intervensi Strength Weakness Kurangnya fasilitas dalam mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi. Sulit memanage waktu dan biaya dengan kegiatan yang berbeda-beda Opportunities Adanya dukungan dari pihak kelurahan, kader, tokoh masyarakat, dan penderita hipertensi untuk melakukan kegiatan intervensi Sudah terjalinnya hubungan dan kerja sama yang baik dengan pihak kelurahan, puskesmas, kader, dan warga Kesesuaian program intervensi yang dipilih dengan program yang dimiliki puskesmas Adanya wadah seperti pengajian posbindu memudahkan dalam pengumpulan masyarakat untuk kegiatan program intervensi. Threat Karakteristik (budaya) masyarakat yang mempengaruhi antusiasme setiap kegiatan intervensi

Adanya SDM yang mencukupi untuk mengorganisir kegiatan intervensi.

Tersedianya waktu yang terjadwalkan dalam pelaksanaan kegiatan intervensi (PBL 2)

Adanya motivasi dan kerjasama antar tim yang kuat untuk menjalankan intervensi.

Kesenjangan yang signifikan antara lingkungan perkampungan dan perumahan menjadi ancaman dalam intervensi. Sulit menyesuaikan waktu kegiatan dengan kondisi dilapangan.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

102 | P a g e

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis situasi masalah yang dilakukan pada PBL 1 di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung pada tanggal 05 November-19 Desember 2011 adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa karakteristik masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung merupakan masyarakat yang heterogen. Hal ini tampak terlihat dari adanya lingkungan perumahan dan perkampungan yang memiliki kesenjangan yang signifikan diantara keduanya, seperti dalam hal tingkat pendidikan, status ekonomi dan pola hidup masyarakat. 2. Hasil identifikasi masalah dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder dari Puskesmas Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara dan Kelurahan Pondok Jagung Timur didapatkan bahwa 5 (lima) masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung adalah ISPA, Dermatitis, Hipertensi, Penyakit Pulpa dan Hipertensi. 3. Berdasarkan penentuan prioritas masalah dengan metode Delphi, diperoleh hasil adalah Hipertensi sebagai prioritas masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung. 4. Berdasarkan pertimbangan prevalensi data sekunder dan data primer, serta sistem sosial masyarakat didapatkan bahwa wilayah Pondok Jagung Timur merupakan spot area untuk dilaksanakannya intervensi dengan sasaran intervensi kelompok umur pra lansia dan lansia. 5. Penyebab masalah utama dari masalah Hipertensi di Kelurahan Pondok Jagung Timur adalah adat kebiasaan masyarakat, yaitu pola makan yang salah seperti banyak masyarakat Pondok Jagung Timur yang gemar
Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 103 | P a g e

mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi dan ikan asin,dan gaya hiduo yang kurang sehat seperti kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas fisik dan olahraga. 6. Formulasi solusi masalah Hipertensi di Kelurahan Pondok Jagung Timur dalam bentuk kegiatan intervensi yang akan dilaksanakan pada PBL II, yaitu: a. Penyuluhan penatalaksanaan, pola makan dan aktivitas fisik bagi Hipertensi pada Lansia dan Pra-lansia b. Penyuluhan Pencegahan Hipertensi secara sederhana sekaligus Demo perancangan menu untuk penderita Hipertensi c. Pelatihan, penguatan motivasi dan Pengadaan alat pada Kader Posbindu Kelurahan Pondok Jagung Timur. d. Menghidupkan kembali Senam Jantung Sehat di Kelurahan Pondok Jagung Timur. 5.2 Saran 1. Saran untuk Dinkes (Dinas Kesehatan) a. Diharapkan adanya koordinasi yang baik dari pemerintah sebagai stakeholders kepada bawahannya terutama dalam menangani masalah Hipertensi. b. Diharapkan memberikan perhatian terhadap keadaan dan masalah kesehatan di lingkungan masyarakat wilayah Tangerang Selatan. 2. Saran untuk Puskesmas a. Meningkatkan pelatihan bagi kader-kader posbindu secara

menyeluruh agar semua kader mempunyai keahlian dan kemampuan yang sama. b. Perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat guna

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan hipertensi.


Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung 104 | P a g e

c. Puskesmas sebaiknya lebih dekat dan lebih berinteraksi dengan masyarakat serta menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk menanggulangi permasalahan hipertensi ini. 3. Saran untuk Fakultas a. Diharapkan Fakultas dengan Puskesmas membina hubungan lebih baik melalui kunjungan dosen pembimbing akademik ke Puskesmas dan melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan, sehingga target dan tujuan PBL dapat tercapai. 4. Saran untuk masyarakat a. Masyarakat diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka. b. Masyarakat hendaknya senantiasa pola hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai penyakit terutama Hipertensi. c. Kader dan pemegang kebijakan setempat lebih berkoordinasi aktif dalam menanggapi masalah kesehatan yang terjadi di

lingkungannya. 5. Saran untuk Mahasiswa a. Diharapkan kepada semua mahasiswa kesehatan masyarakat mampu mengapliksikan semua ilmu keprofesiannya agar mampu

menanggulangi masalah kesehatan. b. Diharapkan kepada semua mahasiswa agar dapat bekerja sama dengan baik antar kelompok dan antar anggota kelompok agar tujuan kegiatan PBL ini dapat tercapai dan diadakan evaluasi kembali pada saat melakukan kegiatan program intervens.

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

105 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Azwar.A. 1996.Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara Hariyanto, A. Fitri, Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Halmahera Semarang http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-ahmadfitri-53012-bab1.pdf Irza, Syukraini, Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, diakses tanggal 04 Januari 2012 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14464/1/09E02696.pdf Laporan Tahunan Puskesmas Pondok jagung Tahun 2010 Nasution,Prof.Rozaini SKM, Teknik Sampling, diakses pada tanggal 15 Desember 2011 dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf Nawawi, Hadari H, HM Martini Hadani. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press Nurkhalida, Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes R, 2003 Profil Puskesmas Pondok Jagung Tahun 2010 Profil Kecamatan Serpong Utara Tahun 2010 Profil Kelurahan Pondok Jagung Timur Tahun 2010 Rahardjo,Setiyowati , SKM., MKM.2009.Teknik Sampling. Purwokerto: buku panduan PBL UNSOED Sastroasmoro, Sudigdo. Sofyan Ismael. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara Sediadi, Agus, Ikan Asin Cara Kombinasi Penggaraman dan Peragian (Ikan Peda)http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/ik an_asin_kombinasi.pdf

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

106 | P a g e

Sitepoe, M, 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Cetakan I. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Sugiharto, Aris. Hadisaputro, Suharyo, dkk. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar), diakses tanggal 04 Januari 2012 dari

http://eprints.undip.ac.id/16523/1/Aris_Sugiharto.pdf Suratman. 2009. Teknik Pengumpulan Data. Purwokerto: Buku Panduan PBL UNSOED Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern (Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan Diabetes). Yagyakarta : ANDI Yogyakarta

Laporan PBL I Puskesmas Pondok Jagung

107 | P a g e

You might also like