You are on page 1of 13

Pengertian Motivasi. Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan.

Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yukl (dalam Asad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu. Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003). Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : a. Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan

sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak; 2. Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi; 3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

4. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya. 5. Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku. b. Faktor Eksternal; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas: 1. Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud; 2. Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial. 3. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya; 4. Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan. menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku. Lewin (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor personal dan faktor lingkungan dalam pengertian bahwa perilaku itu timbul karena adanya dorongan faktor internal dan kekuatan faktor eksternal. Sementara itu Watson (dalam Asad, 1982) menegaskan bahwa perilaku pada dasarnya bersifat mekanistis, yaitu timbulnya disebabkan karena adanya stimulus. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus. Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku. Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut konsep Woodworth (dalam Asad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a) intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus.

Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam Asad, 1982) yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional factor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya. Berdasarkan uraian di atas, konsep motivasi yang dikemukakan dalam kaitannya dengan perilaku dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri Definisi motivasi Orang-orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan melakukan sesuatu tetapi juga dalam motivasi mereka melakukan hal itu. " Motivasi orang bergantung pada kuat lemahnya motif yang ada. Motif berarti suatu keadaan di dalam diri seseorang (inner state) yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan, mengarahkan dan menyalurkan perilaku ke arah tujuan." (Koontz, 1990:115) Peranan manusia dalam mencapai tujuan tersebut sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisasi, maka haruslah dipahami motivasi manusia bekerja pada suatu organisasi, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja atau dengan kata lain perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi. Adapun beberapa pengertian motivasi adalah sebagai berikut: "Motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu." (Manullang, 1982:76) "Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan jiwa dan jasmani untuk berbuat mencapai tujuan, sehingga motivasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam pebuatannya itu mempunyai tujuan tertentu." (As'ad, 1995:45) Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien." (Sarwoto, 1983:135) Dari ketiga definisi tentang motivasi dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya. Dalam memotivasi karyawan, manager harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan. Model Umum Motivasi

Model umum motivasi mempunyai empat macam komponen, yaitu : 1. Pembangkit tekanan ( tension arousal ) 2. Tindakan ( action ) 3. Sebuah perangsang ( an incentive ) 4. Pengurangan tekanan ( tension reduction ) Keterangan : Seorang individu merasakan adanya tegangan yang timbul karena ada kebutuhan yang belum terpenuhi. Kemudian ia melakukan tindakan tertentu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tindakannya itu diarahkan kepada suatu sasaran atau perangsang yang dianggapnya mampu memenuhi kebutuhanya tersebut. Dan bila ia mendapatkan perangsang (insentif) itu maka akan terjadi pengurangan tegangan atau tekanan dalam dirinya. Dari model diatas, motivasi dapat dianggap sebagai suatu proses homeostatik. Motivasi merupakan suatu mekanisme kontrol seperti proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang mempertahankan keadaan yang seimbang dalam tubuh tersebut. Saat kadar glukosa dalam darah berkurang, hati akan dirangsang oleh insulin untuk mengubah glikogen menjadi glukosa agar dapat digunakan sebagai tenaga untuk kontraksi otot. Dengan proses yang sama, apabila seseorang yang mula-mula semua kebutuhannya terpenuhi dipindahkan pada keadaan di mana ada kebutuhan yang belum terpenuhi, ia akan melakukan tindakan untuk mengembalikan dirinya hingga situasi yang sebelumnya atau pada tingkat keseimbangan yang lebih diinginkan di mana terdapat imbangan yang memuaskan antara yang diperlukan dan yang dimilikinya. Teori tentang motivasi a. Teori Maslow Salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah teori "Hirarki Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pokok manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan Fisiologis (Basic Needs) Misalnya sandang, pangan, papan dan kesejahteraan individu. 2) Kebutuhan akan Rasa Aman (Securily Needs) Dikaitkan dengan kerja maka kebutuhan akan keamanan sewaktu bekerja, perasaan aman yang menyangkut masa depan karyawan. 3) Kebutuhan Afiliasi atau Akseptansi (Social Needs) a) Kebutuhan akan perasaan diterima di mana ia bekerja b) Kebutuhan akan perasaan dihormati c) Kebutuhan untuk bisa berprestasi d) Kebutuhan untuk bisa ikut serta 4) Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)

Jenis kebutuhan ini menghasilkan kepuasan seperti kekuasaan, prestise, status dan keyakinan akan diri sendiri. 5) Kebutuhan Perwujudan Diri (Self-Actualization) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan paling tinggi, yakni kebutuhan untuk menjadi orang yang dicita-citakan dan dirasakan mampu mewujudkannya. (Koontz, 1990:121) b. Teori Dua Faktor Herzberg Herzberg mengklaim telah menemukan penjelasan dua faktor motivasi yaitu: 1) Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan. 2) Motivation Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan. (Koontz, 1990:123) c. Teori Kebutuhan ERG Alderfer Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan adanya 3 kebutuhan pokok manusia: 1) Existence Needs (Kebutuhan Keadaan) adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman serta hygienefactors dari Herzberg. 2) RelatednessNeeds(Kebutuhan Berhubungan), mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslowdanhygiene factors dari Herzberg. 3) Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow dan motivation factors dari Herzberg. (Koontz, 1990:121) d. Teori Motivasi Ekspektansi Teori motivasi ini diungkapkan oleh Vroom. Vroom mengemukakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. (Koontz, 1990:123) e. Teori Motivasi Klasik Teori motivasi ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang menyatakan bahwa pekerja hanya termotivasi semata-mata karena uang. Konsep ini menyatakan bahwa seseorang akan menurun semangat kerjanya bila upah yang diterima dirasa terlalu sedikit atau tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan. (Griffin, 1998:259) f. Teori X dan Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor. Ia membedakan 2 tipe pekerja yaitu X dan Y. 1) Teori X, menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya malas dan tidak mau bekerja sama. 2) Teori Y, menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya energik, berorientasi kepada perkembangan, memotivasi diri sendiri, dan tertarik untuk menjadi produktif,
KEBUTUHAN,KEINGINAN & ORIENTASI PADA TUJUAN

Menurut David Mc Clelland, manusia memiliki 3 kebutuhan yang memotivasi dirinya 1. Kebutuhan Berprestasi (N Ach), Penelitian McClelland membawanya untuk percaya bahwa kebutuhan untuk berprestasi adalah motif manusia yang berbeda yang dapat dibedakan dari kebutuhan lainnya. Yang lebih penting, motif prestasi dapat diisolasi dan dinilai dalam kelompok manapun. Karakteristik orang dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi Orang-orang dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi (nach) berusaha untuk unggul dan dengan demikian cenderung menghindari kedua situasi berisiko rendah dan beresiko tinggi. Prestasi menghindari situasi yang berisiko rendah karena mudah mencapai keberhasilan bukan prestasi asli. Dalam proyek-proyek berisiko tinggi, berprestasi melihat hasilnya sebagai salah satu kesempatan daripada usaha sendiri. nach individu tinggi lebih memilih pekerjaan yang memiliki kemungkinan keberhasilan yang moderat, idealnya kesempatan 50%. Achievers membutuhkan umpan balik secara berkala untuk memantau kemajuan prestasi mereka. Mereka lebih baik untuk bekerja sendiri atau dengan berprestasi tinggi lainnya Orang n-ach adalah prestasi termotivasi dan oleh karena itu mencari prestasi, pencapaian tujuan realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Ada kebutuhan yang kuat untuk umpan balik sebagai dengan prestasi dan kemajuan, dan kebutuhan untuk rasa keberhasilan Contoh kebutuhan berprestasi Materi di atas memberi implementasi kepada saya supaya lebih termotivasi untuk mencapai apa yang menjadi tujuan hidup , dan nilai keberhasilan yang akan saya peroleh tidak mempengaruhi akan motivasi yang saya miliki. 2 . Kebutuhan Bekerjasama (N Aff) Mereka yang memiliki kebutuhan tinggi untuk afiliasi (Naff) memerlukan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan perlu untuk merasa diterima oleh orang lain. Mereka cenderung sesuai dengan norma-norma kelompok kerja mereka. Naff individu tinggi lebih memilih pekerjaan yang menyediakan interaksi pribadi yang signifikan. Mereka tampil baik di layanan pelanggan dan situasi klien interaksi. Orang n-affil adalah afiliasi termotivasi, dan memiliki kebutuhan untuk hubungan yang ramah dan termotivasi terhadap interaksi dengan orang lain. Driver afiliasi menghasilkan motivasi dan perlu disukai dan dihargai populer. Orang-orang ini adalah pemain tim. Contoh di kehidupan saya pribadi Materi ini memberi saya ilmu pengetahuan tentang pentingnya berkomunikasi dengan orang lain supaya terbangun kerjasama yang baik, komunikasi terbangun apa bila orang lain merasa nyaman terhadap kita, untuk itu sikap kita yang tepat untuk orang- orang yang baru kita adalah sikap rendah hati. 3. Kebutuhan kekuatan ( n power) seseorang untuk daya (n -Pow) dapat menjadi salah satu dari dua jenis pribadi dan kelembagaan. Mereka yang membutuhkan kekuatan pribadi ingin mengarahkan orang lain, dan kebutuhan ini sering dianggap sebagai tidak diinginkan. Orang yang membutuhkan daya kelembagaan (juga dikenal sebagai kekuatan sosial) ingin mengatur usaha orang lain untuk memajukan tujuan organisasi. Manajer dengan kebutuhan tinggi untuk daya kelembagaan cenderung lebih efektif daripada dengan kebutuhan tinggi untuk kekuatan pribadi.

McClelland (1961), Power diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku manajemen, dua lainnya adalah Prestasi dan Afiliasi. Ironisnya, McClelland mengklaim telah mengidentifikasi orientasi kekuasaan yang kuat antara Psikolog! Kebutuhan Power merupakan dorongan untuk mengendalikan orang lain: untuk dapat mempengaruhi mereka dan membuat mereka melakukan hal-hal yang mungkin mereka tidak akan dilakukan jika dibiarkan sendiri. Seiring dengan ini mereka menumpuk simbol dan status kekuasaan dan prestise mereka menganggap untuk pergi bersama dengan itu. McClelland mengidentifikasi empat tahap dalam orientasi daya: 1. Menggambar kekuatan batin dari orang lain menjadi pengikut yang setia dan melayani kekuatan orang lain; 2. Penguatan diri awal untuk memainkan permainan kekuasaan, mengumpulkan simbol status, kepandaian mengambil keuntungan dr lawan, mencoba untuk mendominasi situasi; 3. Self-ketegasan menjadi lebih agresif dan mencoba untuk memanipulasi situasi sehingga dapat menggunakan orang lain untuk mencapai target sendiri; 4. Bertindak sebagai instrumen otoritas yang lebih tinggi mengidentifikasi dengan beberapa sistem organisasi atau wewenang dan menggunakan metode yang dipelajari di tahap 2 dan 3 tapi sekarang bisa klaim legitimasi formal.
HIERARKI KEBUTUHAN

Hirarki kebutuhan Maslow adalah teori dalam psikologi, diusulkan oleh Abraham Maslow pada tahun 1943 makalahnya Sebuah Teori Motivasi Manusia . Maslow diperpanjang ide untuk memasukkan pengamatannya bawaan rasa ingin tahu manusia. Teorinya paralel teori lain dari psikologi perkembangan manusia, yang semuanya berfokus pada menggambarkan tahap-tahap pertumbuhan pada manusia. Maslow menggunakan istilah Fisiologis, Keselamatan, rasa memiliki dan Cinta, Esteem, dan Aktualisasi diri perlu untuk menggambarkan pola yang motivasi manusia umumnya bergerak melalui. Maslow mempelajari apa yang disebutnya teladan orang-orang seperti Albert Einstein, Jane Addams, Eleanor Roosevelt, dan Frederick Douglass daripada orang sakit mental atau neurotik, menulis bahwa studi tentang cacat, kerdil, tidak dewasa, dan tidak sehat dapat menghasilkan spesimen hanya cacat psikologi dan filosofi melumpuhkan. Maslow mempelajari 1% manusia tersehat dari populasi mahasiswa. Teori Maslow sepenuhnya diungkapkan pada tahun 1954 bukunya Motivasi dan Kepribadian. Perhatikan bahwa Maslow pernah pribadi yang digunakan piramida untuk menggambarkan tingkat ini dalam salah satu tulisannya pada subjek. Hirarki Kebutuhan Maslow Hirarki kebutuhan Maslow sering digambarkan dalam bentuk piramida, dengan tingkat terbesar dan paling mendasar dari kebutuhan di bagian bawah, dan kebutuhan aktualisasi diri di atas. Empat yang paling mendasar dan dasar lapisan piramida Maslow mengandung apa yang disebut kekurangan kebutuhan atau d-kebutuhan: harga diri, persahabatan dan cinta, keamanan, dan kebutuhan fisik. Dengan pengecualian dari (fisiologis) kebutuhan paling mendasar, jika kebutuhan defisiensi tidak terpenuhi, tubuh tidak memberikan indikasi fisik tetapi individu merasa cemas dan tegang. Teori Maslow menunjukkan bahwa tingkat yang paling dasar kebutuhan harus dipenuhi sebelum individu akan sangat inginkan (atau fokus pada motivasi) kebutuhan tingkat menengah atau lebih tinggi. Maslow juga menciptakan istilah metamotivasi istilah untuk menggambarkan motivasi dari orang-orang yang melampaui lingkup kebutuhan dasar dan berusaha untuk kemajuan konstan. orang Metamotivated didorong oleh B-kebutuhan (Menjadi Kebutuhan), bukan kebutuhan kekurangan (D- Kebutuhan).

Pikiran manusia dan otak yang kompleks dan memiliki proses paralel berjalan pada saat yang sama, motivasi yang berbeda begitu banyak dari berbagai tingkat piramida Maslow biasanya terjadi pada saat yang sama. Maslow jelas berbicara tentang tingkat-tingkat dan kepuasan mereka dalam hal seperti relatif dan umum dan terutama, dan mengatakan bahwa organisme manusia adalah didominasi oleh kebutuhan tertentu , daripada mengatakan bahwa individu adalah hanya terfokus pada kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Jadi Maslow mengakui bahwa berbagai tingkatan motivasi kemungkinan besar akan terjadi di manusia sekaligus. Fokus dalam membahas hirarki adalah untuk mengidentifikasi jenis dasar motivasi, dan agar mereka umumnya berkembang sebagai kebutuhan yang lebih rendah yang cukup baik terpenuhi. Kebutuhan Fisiologis Untuk sebagian besar, kebutuhan fisiologis jelas mereka adalah persyaratan literal untuk kelangsungan hidup manusia. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, tubuh manusia tidak bisa terus berfungsi. Udara, air, dan makanan adalah kebutuhan metabolik untuk kelangsungan hidup pada semua hewan, termasuk manusia. Pakaian dan tempat tinggal memberikan perlindungan yang diperlukan dari elemen. Intensitas naluri seksual manusia dibentuk oleh persaingan lebih seksual daripada mempertahankan tingkat kelahiran cukup untuk kelangsungan hidup spesies. Kebutuhan Akan Keselamatan Dengan kebutuhan fisik mereka relatif puas, keselamatan individu perlu diutamakan dan mendominasi perilaku. Dengan tidak adanya keamanan fisik karena peperangan, bencana alam, atau, dalam kasus kekerasan keluarga, pelecehan anak, dll orang (re-) pengalaman stres pascatrauma gangguan dan trans-generasi mentransfer trauma. Dengan tidak adanya pengaman ekonomi karena krisis ekonomi dan kurangnya kesempatan kerja kebutuhan keamanan mewujudkan diri dalam hal-hal seperti preferensi untuk prosedur keamanan kerja, pengaduan untuk melindungi individu dari otoritas sepihak, rekening tabungan, polis asuransi, cacat yang wajar akomodasi, dan sejenisnya. Keselamatan dan Keamanan kebutuhan meliputi: Keamanan pribadi Jaminan keuangan Kesehatan dan kesejahteraan Pengaman terhadap kecelakaan / penyakit dan dampak negatif mereka Cinta dan memiliki Setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi, lapisan ketiga kebutuhan manusia bersifat sosial dan melibatkan perasaan belongingness. Kebutuhan ini terutama kuat di masa kecil dan dapat lebih-naik kebutuhan untuk keamanan seperti yang disaksikan pada anak-anak yang berpegang teguh kepada orang tua yang kasar. Kekurangan sehubungan dengan aspek hierarki Maslow karena hospitalism, kelalaian, menghindari, pengucilan dll dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk membentuk dan mempertahankan hubungan emosional yang signifikan pada umumnya, seperti: Persahabatan Keintiman Keluarga Manusia perlu merasakan rasa memiliki dan penerimaan, apakah berasal dari kelompok sosial besar, seperti klub, kantor budaya, kelompok agama, organisasi profesi, tim olahraga, geng, atau koneksi sosial kecil (anggota keluarga, mitra intim, mentor , dekat kolega, orang kepercayaan). Mereka perlu mencintai dan dicintai (seksual dan non-seksual) oleh orang lain. Dengan tidak

adanya unsur-unsur ini, banyak orang menjadi rentan terhadap kesepian, kecemasan sosial, dan depresi klinis. Hal ini perlu untuk milik sering dapat mengatasi kebutuhan fisiologis dan keamanan, tergantung pada kekuatan tekanan peer, anoreksia, misalnya, dapat mengabaikan kebutuhan untuk makan dan keamanan kesehatan bagi perasaan kontrol dan milik. Kebutuhan Akan Penghargaan Semua manusia memiliki kebutuhan untuk dihormati dan memiliki harga diri dan harga diri. Esteem menyajikan keinginan manusia normal untuk diterima dan dihargai oleh orang lain. Orang perlu melibatkan diri untuk mendapatkan pengakuan dan memiliki kegiatan atau kegiatan yang memberi orang rasa kontribusi, merasa diri berharga, baik dalam profesi atau hobi. Ketidakseimbangan pada tingkat ini dapat mengakibatkan harga diri rendah atau rasa rendah diri. Orang dengan harga diri yang rendah membutuhkan rasa hormat dari orang lain. Mereka mungkin mencari ketenaran atau kemuliaan, yang sekali lagi tergantung pada orang lain. Namun, perlu diketahui bahwa banyak orang dengan harga diri yang rendah tidak akan dapat memperbaiki pandangan mereka tentang diri mereka sendiri hanya dengan menerima ketenaran, rasa hormat, dan kemuliaan secara eksternal, tetapi harus terlebih dahulu menerima diri internal. Ketidakseimbangan psikologis seperti depresi juga dapat mencegah satu dari memperoleh harga diri pada kedua tingkat. Kebanyakan orang memiliki kebutuhan untuk stabil harga diri dan harga diri. Maslow mencatat dua versi kebutuhan penghargaan, yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Semakin rendah satu adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, pengakuan, ketenaran, prestise, dan perhatian. Semakin tinggi satu adalah kebutuhan untuk harga diri, kebutuhan untuk kekuatan, kompetensi, penguasaan, kepercayaan diri, kemandirian dan kebebasan. Yang terakhir peringkat lebih tinggi karena terletak lebih pada kompetensi dalam memenangkan melalui pengalaman. Perampasan kebutuhan ini dapat menyebabkan kelemahan inferioritas kompleks, dan ketidakberdayaan. Maslow juga menyatakan bahwa meskipun ini adalah contoh bagaimana pencarian pengetahuan terpisah dari kebutuhan dasar ia memperingatkan bahwa dua hirarki yang saling terkait daripada tajam dipisahkan (Maslow 97). Ini berarti bahwa tingkat kebutuhan, serta tingkat berikutnya dan tertinggi, tidak ketat, tingkat yang terpisah tapi erat kaitannya dengan orang lain, dan ini mungkin alasan bahwa kedua tingkat kebutuhan yang tersisa dari sebagian besar buku pelajaran. Aktualisasi diri Apa yang seorang pria dapat, ia harus. ini membentuk dasar kebutuhan yang dirasakan untuk aktualisasi diri. Tingkat perlu berkaitan dengan apa potensi penuh seseorang adalah dan mewujudkan potensi itu. Maslow menggambarkan keinginan ini sebagai keinginan untuk menjadi lebih dan lebih apa yang kita, untuk menjadi segala sesuatu yang satu mampu menjadi . Ini adalah definisi yang luas dari kebutuhan untuk aktualisasi diri, tetapi ketika diterapkan kepada individu kebutuhan adalah tertentu. Misalnya satu orang mungkin memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi orangtua yang ideal, di lain mungkin diungkapkan atletis, dan di lain mungkin diungkapkan dalam lukisan, gambar, atau penemuan Seperti disebutkan sebelumnya,. Untuk mencapai jelas pemahaman dari tingkat kebutuhan pertama harus tidak hanya mencapai kebutuhan sebelumnya, fisiologis, keselamatan, cinta, dan penghargaan, tetapi menguasai kebutuhan ini. Transendensi-diri Viktor Frankl kemudian menambahkan Transendensi-diri untuk membuat versi sendiri Hirarki Maslow. Penelitian Tentang Kebutuhan

Penelitian terbaru muncul untuk memvalidasi adanya kebutuhan manusia yang universal, meskipun hirarki diusulkan oleh Maslow disebut dipertanyakan. Penelitian lain menunjukkan bahwa penjelasan Maslow dari hirarki dari motivasi manusia mencerminkan pola biner pertumbuhan seperti yang terlihat di matematika. Kesadaran individu dari perspektif orang pertama, kedua, dan ketiga, dan kebutuhan masing-masing masukan dan kebutuhan output, bergerak melalui pola umum yang pada dasarnya sama dengan pola Maslow dijelaskan. Kritik Atas Teori Maslom Dalam tinjauan yang luas dari penelitian berdasarkan teori Maslow, Wahba dan Brudwell menemukan sedikit bukti untuk peringkat kebutuhan Maslow digambarkan, atau bahkan untuk keberadaan hirarki yang jelas sama sekali. ekonom Chili dan filsuf Manfred Max-Neef juga telah berpendapat kebutuhan manusia yang mendasar adalah non-hierarkis, dan ontologis universal dan invarian di alam-bagian dari kondisi menjadi manusia;. kemiskinan, menurutnya, mungkin hasil dari salah satu dari kebutuhan ini frustrasi, membantah atau tidak puas. Urutan hirarki diatur (dengan aktualisasi diri sebagai kebutuhan urutan tertinggi) telah dikritik sebagai etnosentris oleh Geert Hofstede. kritik Hofstede piramida Maslow sebagai etnosentris mungkin berasal dari kenyataan bahwa Maslow hierarki lalai kebutuhan untuk mengilustrasikan dan memperluas perbedaan antara kebutuhan sosial dan intelektual mereka yang dibesarkan dalam masyarakat individualistis dan mereka yang dibesarkan dalam masyarakat kolektivis. Maslow dibuat hierarki kebutuhan dari perspektif individualistik, adalah bahwa ia berasal dari Amerika Serikat, sebuah negara yang sangat individualistik. Kebutuhan dan drive dari mereka dalam masyarakat individualistis cenderung lebih egois daripada mereka dalam masyarakat kolektivis, dengan fokus pada peningkatan diri, dengan aktualisasi diri sebagai puncak dari pengembangan diri. Karena hirarki ditulis dari perspektif seorang individualis, urutan kebutuhan dalam hirarki dengan aktualisasi diri di atas tidak mewakili kebutuhan mereka dalam budaya kolektivis. Dalam masyarakat kolektivis, kebutuhan penerimaan dan masyarakat akan lebih besar daripada kebutuhan akan kebebasan dan individualitas . Beberapa kritik mungkin benar-benar tentang pilihan Maslow terminologi, terutama dengan aktualisasi diri panjang. Aktualisasi diri mungkin tidak efektif menyampaikan pengamatannya bahwa tingkat motivasi yang lebih tinggi benar-benar tentang berfokus pada menjadi orang terbaik yang mungkin dapat menjadi, dalam pelayanan baik diri dan orang lain: Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, seorang penyair harus menulis, jika ia menjadi akhirnya berdamai dengan dirinya sendiri. Apa yang seorang pria dapat, dia pasti Dia pasti benar dengan alam sendiri.. ini perlu kita sebut aktualisasi diri [19. ] Pada tingkat ini lebih tinggi dari motivasi, apa yang kita lakukan secara umum setiap orang manfaat, tetapi istilah Maslow mungkin tidak pandai menjelaskan bahwa karena bisa saja. Hirarki Maslow juga telah dikritik sebagai individualistis karena posisi dan nilai seks di piramida. Piramida Maslow menempatkan seks pada anak tangga bawah kebutuhan fisiologis, bersama dengan pernapasan dan makanan. Ini memandang seks dari sudut pandang individualistik dan tidak kolektivis: yaitu, sebagai kebutuhan fisiologis individualistik yang harus dipenuhi sebelum seseorang bergerak ke kegiatan yang lebih tinggi. Pandangan tentang seks mengabaikan, implikasi emosional kekeluargaan dan evolusi seks dalam masyarakat . Pemasaran Bisnis Program dalam pemasaran mengajarkan hirarki Maslow sebagai salah satu teori pertama sebagai dasar untuk motif pemahaman konsumen untuk bertindak. Pemasar secara historis memandang ke arah kebutuhan konsumen untuk menentukan tindakan mereka di pasar. Jika produsen produk

desain memenuhi kebutuhan konsumen, konsumen akan lebih sering memilih produk-produk dibandingkan dengan para pesaing. Apapun produk yang lebih baik mengisi kekosongan yang diciptakan oleh kebutuhan akan dipilih lebih sering, sehingga meningkatkan penjualan. Hal ini membuat model yang relevan dengan bisnis transpersonal studi. Bisnis internasional Memahami kekuatan dan kelemahan hirarki kebutuhan Maslow adalah penting dalam bidang bisnis internasional. Mengevaluasi kebutuhan yang berbeda, nilai, drive dan prioritas orang dari berbagai negara individualis atau kolektivis adalah sangat berharga dalam komunikasi lintas budaya, dan terutama di tempat kerja. Ini juga menggambarkan bagaimana perbedaan dalam nilainilai sangat mempengaruhi suasana kerja dan etos kerja antar budaya: Sebagai contoh, budaya masyarakat di negara-negara individualistis, seperti Amerika Serikat, dapat menyebabkan keuntungan dalam penelitian dan pengembangan teknologi Banyak budaya masyarakat kolektif. , seperti yang di Jepang, dapat mengakibatkan keuntungan dalam organisasi tenaga kerja, kontrol kualitas produk dan layanan, dan pembentukan hubungan yang baik antara contractees, pemasok dan pelanggan .
ASPEK-ASPEK OPERASIONAL HIERARKI KEBUTUHAN

Pengakuan di tingkat tertinggi yang penting bagi organisasi kesehatan dan keselamatan pekerja mereka * Identifikasi dan akses terhadap persyaratan hukum dan lainnya untuk keselamatan dan kesehatan organisasi, dan verifikasi kepatuhan * Menetapkan sistem organisasi berdasarkan pencegahan dan perbaikan terus-menerus * Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, baik manusia dan material, untuk pelaksanaan yang tepat dari sistem melanjutkan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendalian yang dibutuhkan Keselamatan dan Kesehatan * Untuk membentuk pengendalian risiko berdasarkan hirarki: penghapusan bahaya, substitusi elemen / prosedur, pengendalian rekayasa, penggunaan tanda dan peringatan dan / atau kontrol administratif dan akhirnya, penggunaan peralatan pelindung diri * Definisi tanggung jawab organisasi dan manajemen harus secara jelas dan melibatkan seluruh lapisan organisasi * Kompetisi dan pelatihan personil yang terlibat harus konsisten dengan tugas dan tanggung jawab mereka. Harus juga didefinisikan persyaratan kompetensi * Kertas harus mempertimbangkan semua stakeholder cek Menetapkan implementasi pengendalian dan pemantauan pelaksanaan melalui indikator manajemen keselamatan dan kesehatan pekerja.
TINGKAT ASPIRASI MANUSIA

Ada perbedaan mencolok mengenai perihal menyampaikan pendapat di muka umum semenjak runtuhnya orba dari 1998 lalu, para aktivis yang dulu dibatasi kini bisa dengan leluasa menyalurkan aspirasinya. Kerap kita melihat di televisi maupun media massa lainya berita-berita yang bersangkutan dengan demonstrasi dan berbagai hiruk pikuknya. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah demonstrasi mempunyai sikap yang emansipatif? Karena sering juga kita mendengar demonstrasi yang disertai dengan kekerasan dan perbuatan anarki. Untuk mencoba menjawab pertanyaan diatas mungkin pada awalnya kita berangkat terlebih dahulu dari pertanyaan lain : apa yang membuat sekumpulan individu secara kolektif melakukan demonstrasi? Menurut pendapat saya, mengapa sekumpulan individu melakukan demonstrasi tidak dapat dipisahkan sebagai suatu upaya politik untuk mencapai tujuan tertentu. Politik dalam artian ini, tentu saja bukan berarti semata-mata usaha untuk merebut, meraih, mempertahankan kekuasaan dan sebisa mungkin membuat lawan bungkam. Politik yang saya maksud adalah suatu tempat

dimana semua orang, siapapun secara sukarela boleh menyampaikan pendapatnya tanpa halangan apapun. Menurut Budi Hardiman dalam teori Ruang Publik Habermas, ketidakpatuhan warga atau civil disobedience muncul apabila terdapat proses diskursus yang tidak fair dalam hubungan politik tidak jarang hubungan-hubungan kekuasaan memblokade akses untuk masukan tertentu sehingga sistem politik tidak lagi mampu menyambungkan diri dengan ruang publik[1]. Maka pihak yang dirugikan atau yang hak diskursusnya dihalangi tersebut dapat memprotes, mempertanyakan aturan-aturan yang diskriminatif untuk dibicarakan kembali. Namun, patut digaris bawahi pula bahwa ketidakpatuhan warganegara tersebut hanya dapat dilakukan dalam kondisi mendesak dan tidak dilakukan diluar konstitusi negara hukum yang berlaku. Hal ini karena ketidakpatuhan warga adalah gerakan moral, yaitu perihal keadilan sekaligus sebagai peringatan agar tidak terputusnya aspirasi dari ruang publik sebagai sumber legitimasi kekuasaan. Sedangkan menurut Ludwig von Mises, perlawanan terhadap mayoritas atau penguasa bahkan dengan jalan kekerasan- adalah jalan terakhir bagi yang lain atau minoritas disamping sebaiknya mendahulukan jalan intelektual. Penggunaan kekerasan dalam kekuatan negara merupakan upaya terakhir kelompok minoritas dalam usahanya membebaskan diri dari penindasan kelompok mayoritas. Kelompol minoritas yang ingin melihat gagasanya berhasil harus menempuh perjuangan intelektual untuk menjadi kelompok mayoritas.Negara harus dibangun sedemikian rupa sehingga lingkup hukumya menyisakan ruang gerak bagi setiap orang sehingga bergerak leluasa[2]. Menarik untuk dicermati bahwa kedua tokoh yang memiliki perbedaan latar belakang pemikiran sama-sama berusaha untuk memasukkan ketidakpatuhan warganegara, dengan batasan-batasan tertentu kedalam teori mereka. Dari kedua tokoh diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa gerakan perlawanan tersebut adalah suatu upaya politis untuk mempertanyakan kebijakan penguasa yang tidak adil, dan upaya tersebut merupakan bagian dari pembelajaran politik dari negara demokrasi. Kemudian, dimana unsur emansipatif dari aksi tersebut? Sebetulnya jawaban dari pertanyaan ini juga terdapat dari tulisan diatas, yaitu untuk memperjuangkan hak yang diabaikan. Namun demikian mengapa kerapkali aksi demonstrasi justru diwarnai dengan kekerasan? Kerusuhan 1998 lalu misalnya memunculkan perkosaan terhadap Etnis Cina. Massa dalam artian pelaku kekerasan ini tentu bukanlah massa sebagaimana dibicarakan sebelumya. Sekumpulan manusia menjadi massa dalam arti ini, jika mereka bertindak dengan mengabaikan norma-norma sosial yang berlaku dalam situasi sehari-hari[3]. Massa itu berubah menjadi teror yang kemudian merepresentasi musuhnya atau lawanya dengan melakukan kekerasan terhadap yang lain. Bila sudah demikian, maka hilanglah sudah sikap emansipasi sebagaimana yang kita bicarakan sebelumnya. Mengapa? Jawabanya sederhana, karena kekerasan yang dilakukan oleh kelompok manusia tersebut telah mengkhianati tujuan awal mereka sendiri. Mereka tidak lagi memperjuangkan aspirasi melawan penguasa yang dianggapnya otoriter melainkan justru menerapkan sikap otoriter itu sendiri. Di Indonesia, kebebasan berpendapat tertuang dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 dan perihal menyampaikan pendapat diatur dalam UU nomor 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Hal ini tentu berkaitan dengan pemenuhan hak-hak Sipil dan Politik yang dicantumkan dalam UU nomor 12 tahun 2005 tentang Hak Sipil yang

berbeda dengan Hak Ekosob. Dalam pemenuhan Hak Ekosob negara wajib berperan aktif, sedangkan dalam Hak Sipol, campur tangan negara adalah hal yang tidak diinginkan

You might also like