You are on page 1of 4

PDAM Tirta Mayang

(26. Januari 2007 jam 14:27) - Contributed by admin - Last Updated (12. Mei 2008 jam 17:28)

..:: Pengelolaan Air Minum ::..Kebutuhan air minum di Kota Jambi dipenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mayang. PDAM Tirta Mayang saat ini memiliki total kapasitas terpasang mencapai 985 liter/detik dengan kapasitas produksi 645,87 liter/detik. Tahun 2005 jumlah air yang disalurkan sebesar 11.944.784 m kepada 47.424 pelanggan di seluruh wilayah Kota Jambi, dengan rincian :..:: Jumlah Pelanggan Air Minum & Air yang Disalurkan Tahun 2005 ::..Golongan PelangganJumlah PelangganJumlah Air yang Disalurkan (m)Rumah Tangga (Non Niaga II)39.7728.856.532Hotel/Obyek Wisata (Industri IV)24200.957Badan Sosial549460.606Toko6.7461.794.428Instansi Pemerintah334590.816Pelabuhan226.585Mobil Tangki614.860T O T A L47.42411.944.784..:: Sejarah Perusahaan Daerah Air Minum TIRTA MAYANG ::.Apabila ditelusuri sejarahnya, keberadaan Perusahaan Air Minum di Kota Jambi telah bermula sejak zaman penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah Netherland Indische (Hindia-Belanda) membentuk suatu sistem administrasi pemerintahan di setiap wilayah jajahannya termasuk di Kota Jambi.Lembaga pemerintahan tersebut dipimpin oleh sebuah dewan Staadfonds, yang diketuai oleh Asisten Residen (daerah yang saat ini kita kenal sebagai Provinsi Jambi, pada masa penjajahan Belanda dikenal sebagai Residiente Djambi), dan beranggotakan beberapa orang. Staadfonds ini memperoleh dana (fonds) dari pemerintah pusat Hindia-Belanda untuk membangun sarana-sarana penunjang bagi berjalannya pemerintahan di daerah jajahan. Sarana-sarana tersebut antara lain : Perusahaan Listrik, Perusahaan Pasar, Perusahaan Rumah Potong, Perusahaan Air Minum, Pembersihan Kota dan Pemadam Kebakaran.Pada tahun 1928, Staadfonds Jambi mendirikan Perusahaan Air Minum (Water Leiding Bedrijf), untuk penduduk kota dengan kapasitas produksi 7 liter/detik. Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang pertama dibangun pada tahun 1928 tersebut terletak di BENTENG, dan merupakan instalasi pengolahan lengkap, yang terdiri dari : - Intake (bangunan sadap) yang terletak di pinggir sungai Batanghari (Kampung Lereng), sekitar 1.200 m dari Benteng. - Bak Prasedimentasi. - Bak Koagulasi. - Bak Flokulasi. - Bak Filter. - Reservoir bawah tanah (underground reservoir) dan reservoir menara (elevated reservoir).Pada awalnya wilayah distribusi hanya mencakup wilayah : Pasar Angso Duo dan pusat pertokoan (wilayah Jl. Dr. Sutomo, RS. Bratanata/DKT, Simpang Bata Lama, dan area disekitarnya), serta area Kompleks Rumah Gubernur (Residen pada waktu itu) dan perkantoran Gubernur (lama). Sementara masyarakat di wilayah lainnya dalam Kota Jambi, hanya mengandalkan sumber air sungai Batanghari dan sumber air dangkal (sumur) dalam memenuhi seluruh kebutuhan airnya, baik sebagai air minum maupun MCK (mandi, cuci dan kakus). Menurut sejarahnya, pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan 1945-1949, area Benteng dan Menara Reservoir ini memang pernah digunakan sebagai kubu pertahanan (Benteng) Kota Jambi, mengingat area Mesjid Agung dan sekitarnya yang sangat dekat dengan area Benteng pernah dijadikan pusat pelatihan dan gudang senjata tentara pendudukan Jepang, Anti Aircraft Cannon (AAC) juga pernah ditempatkan di area ini.Setelah kemerdekaan, berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Jambi, No. 25/X/1974 tanggal 27 Maret 1974, ditetapkan Perusahaan Air Minum menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Jambi. Tanggal 31 Juli 1974 diterbitkan Peraturan Daerah Kotamadya Jambi (Perda) No. 7 tahun 1974, tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum. Perda ini merupakan implementasi dari Surat Keputusan di atas dan berdasarkan pada Undang-undang No. 5 tahun 1962, tentang Perusahaan Daerah.Sementara itu, fasilitas pipa distibusi PDAM yang telah ada belum mencapai wilayah Telanaipura pada tahun 1974, sedangkan pengembangan wilayah pemukiman dan perkantoran pemerintah provinsi yang memerlukan dukungan fasilitas air minum telah dilakukan di wilayah tersebut pada waktu itu. Mengingat pembangunan Instalasi Pengolahan Lengkap memerlukan biaya besar, dan banyaknya kendala teknis yang tidak memungkinkan dilaksanakan pembangunan dalam waktu dekat, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jambi berusaha mencari alternatif lain dengan melakukan pengeboran air tanah dalam (deep well). Satu sumur berhasil diperoleh dengan kapasitas 5 liter/detik di Jl. Kol. Sugiono, namun cadangan airnya sangat minim sehingga tidak layak untuk dioperasikan. Kenyataan ini membuat wilayah Telanaipura saat itu hanya bergantung pada sumber air dangkal (sumur).Pada saat yang bersamaan, tahun 1974, usaha Pemda Kotamadya Jambi yang terus berupaya untuk mengembangkan sarana air minum yang ada, akhirnya membuahkan hasil. Dengan dibiayai Pemerintah Pusat Jakarta cq. Direktorat Teknik Penyehatan, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, dilaksanakanlah Studi Kelayakan Penyediaan Air Minum oleh Nihon SuidoConsultant (NSC) dari Jepang. Studi Kelayakan yang diproyeksikan hingga tahun 1990 ini, menghasilkan usulan pembangunan IPA baru yang terletak di Broni.Untuk sementara waktu demi memenuhi pasokan air minum kota yang terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, IPA Benteng ditingkatkan kemampuan kapasitas produksinya pada tahun 1975, menjadi 26 liter/detik dan ditingkatkan lagi setahun kemudian (1976) menjadi 42 liter/detik, lengkap dengan perbaikan sebagian jaringan pipa distribusi. IPA Broni sendiri mulai dibangun tahun 1976 dan diresmikan pada bulan April 1982. IPA ini dibangun bersamaan dengan IPA di 4 kota lainnya, yaitu : Samarinda, Purwokerto, Malang dan Banyuwangi, yang termasuk dalam paket proyek 5 kota (Five Cities Water Supply Project). Proyek 5 kota ini dibiayai dari pinjaman dalam dan luar negeri. IPA Broni ini dibangun dengan kapasitas produksi 300 liter/detik, dan merupakan Instalasi Pengolahan Lengkap yang
http://www.kotajambi.go.id/id - :::: Jambi Kota Beradat :::::: Powered by Mambo Generated:16 August, 2010, 23:22

sarat dengan teknologi Jepang, mengingat rancang-bangunnya dikerjakan oleh konsultan Jepang (Nihon Suido Consultant). Paket pembangunan instalasi pengolahan tersebut terdiri dari : - Bangunan Sadap (Intake Facility) di tepi sungai Batanghari. - Pipa transmisi sepanjang 1.200 m, dari pipa ductile dengan diameter 50 cm. - Bak Koagulator 1 unit. - Bak Klariflokulator 2 unit. - Bak Filter 6 unit. - Rumah Pompa dan Reservoir 3.000 m (meter kubik). - Menara Reservoir (Balance Reservoir) dengan kapasitas 1.000 m terletak di Jl. Gajah Mada, Jelutung (sekarang Jl. Hayam Wuruk, di sebelah Sport Hall)Sistem jaringan distribusi terpasang pada saat itu meluas hingga berkisar 65.000 m, dan diproyeksikan untuk melayani 50% warga kota di 4 kecamatan, yaitu : Telanaipura, Pasar Jambi, Jambi Selatan dan Jambi Timur, sedangkan 2 kecamatan yang belum terlayani waktu itu, dikarenakan berada di seberang sungai Batanghari adalah Pelayangan dan Danau Teluk (pada waktu itu kota hanya terdiri dari 6 kecamatan). Namun sayangnya, pada tahun 1982 ini pulalah IPA Benteng dinonaktifkan tanpa pemeliharaan rutin.Tahun 1983 Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih (PPSAB) Dinas PU Provinsi Jambi, membangun sarana air minum di Kelurahan Pasir Panjang, berupa paket instalasi pengolahan dengan kapasitas 10 liter/detik, lengkap dengan bangunan kantor ditambah jaringan distribusi ke rumah-rumah pelanggan di Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan, Seberang Kota Jambi. Baru tahun 1985 pengelolaan IPA Pasir Panjang I ini diserahkan ke PDAM Tirta Mayang. Perkembangan Kota Jambi terus mengalami peningkatan, baik dari segi populasi penduduk, maupun kegiatan perekonomiannya (perdagangan dan industri). Seiring dengan hal tersebut, pengembangan kawasan perumahan, perdagangan dan industri menuntut ketersediaan sumber air minum yang higienis. Satu kawasan perumahan yang dibangun oleh Perumnas di wilayah Kota Baru sekitar tahun 1986, akan menjadi tidak layak huni apabila tidak didukung ketersediaan prasarana air minum, terlebih sebagian besar air tanah dangkal (sumur) yang ada, tidak memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi sebagai air minum.Untuk mengatasi permasalahan ini PDAM, mencoba untuk memperluas area pelayanan ke arah Perumnas dengan pertimbangan kebutuhan air di pusat kota (area pasar) belum terlalu tinggi. Akan tetapi, mengingat jauhnya jangkauan daerah Perumnas dari IPA Broni menyebabkan pelayanan air minum di Perumnas pada saat itu tidak 24 jam. Di tahun yang sama, 1986, PDAM membangun Booster Pump di Paal 5, untuk melayani wilayah Paal 10 (area Pesantren Al-Hidayah). Dalam beberapa tahun kemudian, perkembangan kota dan meningkatnya jumlah kebutuhan air minum (terutama di daerah pusat kota yang lebih dekat dengan IPA Broni) mengakibatkan semakin terganggunya pasokan air ke daerah pinggir kota, termasuk Perumnas. Hal ini dikarenakan IPA Broni letaknya tidak centroid terhadap seluruh wilayah kota, sehingga apabila daerah pusat kota membutuhkan pasokan air lebih banyak, maka daerah pinggiran akan terganggu pasokannya. Indikasi ini terlihat dari menara Balance Reservoir di Jelutung yang tidak terisi lagi sejak tahun 1987, dikarenakan meningkatnya kebutuhan air di pusat kota. Karena tidak terisinya Balance Reservoir ini ditambah dengan kurangnya perawatan, diperkirakan memperburuk kondisi struktur bangunan (water proofing) Balance Reservoir itu sendiri dan mempengaruhi sistem distribusi air minum secara keseluruhan. Akhirnya pada tahun 1989 wilayah Perumnas sama sekali tidak dapat dilayani dari IPA Broni, dan pada tahun 1991 seluruh pelanggan disana dan daerah yang mengalami kasus yang sama, terpaksa harus diputus distribusi airnya untuk sementara.Musim kemarau panjang pada triwulan IV tahun 1991 yang melanda seluruh wilayah Indonesia, semakin memperburuk keadaan. Kondisi kritis air minum pun terjadi di Kota Jambi, sebagian besar sumur penduduk mengering dan permukaan air sungai Batanghari mencapai record terendahnya. Permukaan sungai Batanghari pada saat itu hanya 40 cm di atas ambang/pintu masuk ke sumur Intake PDAM, sehingga sangat mengganggu operasional pompa Intake. Kondisi buruknya distribusi air yang hanya sedikit tersisa ini, semakin diperparah dengan tingkah laku oknum masyarakat yang dengan sengaja merusak pipa distribusi PDAM di beberapa tempat, untuk memperoleh air dengan cepat dan mudah. Satu-satunya alternatif pelayanan yang ditempuh PDAM untuk melayani kebutuhan air minum masyarakat Kota Jambi pada waktu itu adalah dengan menggunakan Mobil Tangki, yang mengisi Terminal Air maupun turun langsung ke masyarakat yang memesan, dengan menyediakan bak air berukuran 4 m. Pada waktu itu pelayanan Mobil Tangki ini mencapai puncaknya hingga 120 tangki per hari selama kurang lebih 8 bulan dengan dukungan armada 10 mobil tangki air.Pemerintah Kotamadya Jambi dan PDAM Tirta Mayang sebenarnya tidak pernah berhenti berusaha untuk mengantisipasi meningkatnya tuntutan kebutuhan penyediaan air minum ini, misalnya pada tahun 1989, telah dilakukan akad kredit/perjanjian pinjaman kepada Pemerintah Pusat dalam rangka Proyek Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PPSAM) Tahap 1 sebesar Rp 3,9 milyar. Proyek ini dimulai dengan studi kelayakan yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan renovasi terhadap IPA Benteng dan meningkatkan kapasitas produksi airnya dari 42 liter/detik menjadi 220 liter/detik. Sedangkan untuk jaringan distribusi dilakukan penyempurnaan jaringan distribusi induk, normalisasi, rehabilitasi serta perluasan jaringan untuk melayani daerah pemukiman baru. IPA Benteng yang telah direnovasi mulai dioperasikan lagi tanggal 25 Januari 1993, dan berangsur-angsur wilayah kritis air mulai membaik pelayanan distribusinya. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air minum di wilayah Perumnas Kota Baru yang tidak dapat lagi dilayani melalui IPA Broni, terus dilakukan pencarian terhadap alternatif sumber air lain yang paling memungkinkan untuk dieksploitasi.Akhirnya melalui Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih (PPSAB) Dinas PU Provinsi Jambi yang bekerja sama dengan PDAM Tirta Mayang melakukan pengeboran air tanah dalam (deep well), yang didahului dengan survey geolistrik untuk menentukan letak potensi cadangan air. Pekerjaan fisik pengeboran dimulai pada bulan Mei 1991,
http://www.kotajambi.go.id/id - :::: Jambi Kota Beradat :::::: Powered by Mambo Generated:16 August, 2010, 23:22

dilokasi dekat Perumnas Kota Baru. Kapasitas air yang diperoleh melalui uji lapangan sebesar 5 liter/detik, namun tidak dapat didistribusikan langsung ke pelanggan, mengingat kualitasnya yang tidak memenuhi baku mutu air minum, yaitu terdapat kandungan besi (ferrit) yang cukup tinggi sekitar 5 ppm, sedangkan ambang batas yang diizinkan adalah 0,1 ppm.Mengingat kondisi ini ditambah dengan tuntutan yang sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan air minum untuk wilayah Perumnas dan sekitarnya, maka Pemerintah Pusat melalui PPSAB membantu penyediaan alat Iron Removal, untuk menurunkan kadar besi, dengan kapasitas 5 liter/detik, beserta bangunan dan pompa, sedangkan PDAM menyediakan tanah dan membangun Reservoir. Hingga pada bulan Mei 1992, secara resmi IPA Perumnas difungsikan dan sambungan pelanggan yang sempat diputus tahun 1991 dipasang kembali, termasuk rehabilitasi jaringan tertier yang mengalami kerusakan akibat ulah pelanggan pada saat tidak memperoleh air. Penyambungan kembali layanan distribusi kepada lebih kurang 850 pelanggan ini tuntas dalam 5 bulan. Dalam upaya meningkatkan pelayanan di Seberang Kota Jambi, pada tahun 1990 dibangun pula IPA Pasir Panjang 2 dengan kapasitas 20 liter/detik, lengkap dengan sarana kantor, dan IPA Tanjung Johor dengan kapasitas 1 liter/detik. Keduanya lengkap dengan jaringan distribusi yang melayani 5 unit Hidran Umum, dan diresmikan tanggal 8 Mei 1992. Berbeda dengan wilayah Kota Jambi, wilayah Seberang Kota Jambi ini tidak pernah mengalami krisis air, bahkan produksi air yang ada, tidak sepenuhnya dimanfaatkan warga. Namun perlahan-lahan kesadaran akan pentingnya penggunaan air higienis semakin meningkat. Demikian pula dengan partisipasi pembayaran rekening air minum, kesadaran pelanggan membayar rekening di wilayah Seberang pada waktu itu, jauh lebih baik dibanding di Kota Jambi sendiri...:: Perbaikan Sistem Layanan Pelanggan dan Komputerisasi ::.. Sejak tahun 1987 PDAM telah menerapkan sistem komputerisasi untuk pengelolaan Rekening Pembayaran Air Minum, yang sebelumnya menggunakan cara manual, namun sistem yang dimiliki masih sangat terbatas. Tahun 1990 sistem ini dirubah dengan sistem berbasis data base, yang kegiatannya masih berpusat di PDAM Broni. Baru tahun 1993, sistem berkembang hingga mampu melakukan pencetakan rekening hingga ke loket-loket yang terdapat di tingkat kecamatan. Pengembangan sistem komputerisasi untuk pelayanan pada loket-loket pembayaran ini diresmikan oleh Walikotamadya Daerah Tk. II Jambi pada tanggal 3 Juni 1993...:: Tujuan, Tugas Pokok dan Fungsi ::..Berdasarkan Perda Kotamadya Jambi No. 7 tahun 1974, Tujuan Perusahaan ialah turut serta melaksanakan : - Pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya. - Peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.Berdasarkan Perda Kotamadya Jambi No. 11 tahun 1985,Tugas Pokok PDAM Tirta Mayang adalah :"Menyelenggarakan pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum." Fungsi PDAM Tirta Mayang adalah : - Mengusahakan pengadaan/penyediaan air minum sesuai dengan Program Pembangunan Pemerintah Daerah. - Membangun, mengelola dan memelihara Instalasi Pengelolaan Air dan Sumber Mata Air serta tempat penyimpanan air. - Membantu membangun, memelihara dan mengawasi sistem pengadaan air minum melalui sumur bor, sumur dalam (deep well), kincir angin yang dipergunakan untuk keperluan penduduk. - Memasang dan memelihara pipa induk, pipa distribusi, pipa dinas serta fasilitas lainnya. - Mengatur serta mengawasi distribusi dan pemakaian air. - Mengadakan penelitian laboratoris terhadap sumber dan produk air minum sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. - Mengadakan survey dan pengumpulan data untuk bahan penyusunan tarif air minum. - Melayani permintaan langganan air minum dari masyarakat untuk perumahan, perusahaan, hotel, keperluan sosial, dll., dengan pemasangan instalasi dan meter air. - Memungut uang langganan air dan penghasilan non-air lainnya. - Mengambil tindakan terhadap adanya pemakaian air yang tidak sah, mentera (kerjasama dengan metrologi), menyegel dan membongkar instalasi serta meter air. - Menyediakan air dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan fasilitas kota seperti untuk penanggulangan bahaya kebakaran, pemeliharaan taman, dsb. - Membantu Walikotamadya Kepala Daerah dalam rangka mengatur, memberikan izin dan mengawasi usahausaha instalasi air minum (instalatur) di wilayah Kotamadya Dati II Jambi. - Meningkatkan mutu keterampilan dan kesejahteraan karyawan dalam pembentukan karier untuk meningkatkan pelayanan umum. ..:: Peraturan dalam Pengelolaan Air Minum ::.. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 40 - Pemenuhan Kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga sebagaimana dimaksud Pasal 34 ayat (1) dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum - Pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah - BUMN/ atau BUMD merupakan penyelenggara pengembangan SPAM - Koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan
http://www.kotajambi.go.id/id - :::: Jambi Kota Beradat :::::: Powered by Mambo Generated:16 August, 2010, 23:22

pengembangan SPAM PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM : - Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan perundang-undanganan - Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan Pasal 8 untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyesuaikan dengan

Pasal 78 Penyelenggara SPAM yang telah ada sebelum berlakunya PP ini wajib ketentuan PP ini paling lambat 1 Jan 2008.

Permendagri No. 23 Tahun 2006tentang Pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada PDAM Pasal 20 - Mekanisme penetapan tarif didasarkan asas proporsionalitas kepentingan - Masyarakat pelanggan; - PDAM selaku badan usaha dan penyelenggara; - Pemerintah daerah selaku pemilik PDAM - Pertimbangan Kepentingan masyarakat pelanggan harus menjamin kepentingan konsumen - Pertimbangan kepentingan PDAM harus menjamin kepentingan PDAM sbg Badan usaha dan penyelenggara dlm mencapai target pemulihan biaya penuh (FCR), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang (Copla) PDAM ybs - Pertimbangan kepentingan pemilik harus menjamin kepentingan Pemda, pemilik modal atau pemegang saham PDAM dalam memperoleh hasil atas pengelolaan PDAM berupa pelayanan air minum yang berkualitas dan/ atau keuntungan untuk pengembangan pelayanan.Regulasi Pengelolaan Air Minum - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) - Peraturan Pressiden RI. Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur - Infrastruktur transportasi (al. Pelabuhan) - Infrastruktur Jalan (Jalan Tol & Jembatan) - Infrastruktur Pengairan (Sal. Pembawa Air Baku) - Infrastruktur Air Minum (Intake, Trandis, IPA) - Infrastruktur Air Limbah (IPAL, Pipa Pengumpul, Kolekting & Transport Sampah) - Infrastruktur Telekomunikasi, Listrik, Migas ..:: Peluang & Tantangan ::..Tahun 2008:Pemerintah Mencanangkan Air Siap Minum (2 Tahun menjelang AFTA 2010)Tahun 2010:AFTA (Pasar Bebas ASEAN)Tahun 2015:Millenium Development Goals (MDG's) 80 % penduduk perkotaan dan 60 % penduduk pedesaan harus memperoleh akses air minum (siap minum)Ditulis oleh : (erw) Sumber : '65 tahun PDAM', Jambi dalam Angka & berbagai sumber presentasi

http://www.kotajambi.go.id/id - :::: Jambi Kota Beradat ::::::

Powered by Mambo

Generated:16 August, 2010, 23:22

You might also like