You are on page 1of 7

BENTUK USAHA TETAP

Diajukan untuk memenuhi tugas presentasi Mata Kuliah Pajak Internasional Dosen pembimbing : Dr. Richard Eddy T, SE, Ak, MBA, MM

KELAS 3I PAJAK

ANGGOTA KELOMPOK: CAHYO BRAMASTA GAMMA RAFSANJANI HANIF WIDIARTO HELNANDO PRAYOGA (08) (15) (17) (18)

MONA YULIA EKAWIDYA (25) RULY DWIYANTO (31)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA Jalan Bintaro Utama Raya Sektor V, Tangerang, Jakarta Selatan 15222 Telepon: (021) 7361654 / 7361657

A. BENTUK USAHA TETAP Bentuk Usaha Tetap adalah salah satu Wajib Pajak yang menempati kedudukan khusus dalam sistem perpajakan di Indonesia. BUT adalah termasuk Wajib Pajak Luar Negeri. Oleh karenanya pengertian BUT akan bersinggungan dengan sistem perpajakan dari negara lain sehingga BUT juga merupakan salah satu hal yang menjadi bahasan dalam perjanjian perpajakan dengan negara lain.

1. Pengertian But Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan, yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa tempat kedudukan manjemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, dan lain-lain. Dengan kata lain BUT adalah bentuk kegiatan usaha di Indonesia yang dimiliki oleh orang atau badan luar negeri. Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri. Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi di Indonesia atau menanggung risiko di Indonesia

melalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempat tinggal, berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Menurut Undang-Undang Perpajakan Indonesia, bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak Luar Negeri untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, dapat dikatakan sebagai BUT yang dapat berupa: 1. tempat kedudukan manajemen; 2. cabang perusahaan; 3. kantor perwakilan; 4. gedung kantor; 5. pabrik; 6. bengkel; 7. pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan; 8. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; 9. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; 10. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan; 11. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; 12. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

2. Kewajiban Pajak But Walaupun BUT termasuk Wajib Pajak Luar Negeri, namun kewajiban perpajakan BUT hampir sama dengan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri. Suatu BUT berkewajiban untuk ber NPWP. Apabila memenuhi ketentuan di Undang-undang PPN, BUT juga wajib untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Setelah ber-NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP, BUT berkewajiban menjalankan hak dan kewajiban perpajakan yang sama dengan Wajib Pajak Dalam Negeri. BUT Wajib menyampaikan SPT PPh Badan, SPT PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 23/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 4 ayat (2) dan/atau PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perbedaan mendasar dalam perlakuian PPh antara Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan BUT terletak pada : 1. Sumber penghasilan BUT yang dikenakan PPh adalah penghasilan dari Indonesia saja karena BUT termasuk Wajib Pajak Luar Negeri. 2. Adanya perlakuan khusus tentang penghasilan yang menjadi objek pajak BUT dan biaya yang boleh dikurangkan bagi BUT yang diatur dalam Pasal 5 UU PPh. 3. Adanya kewajiban khusus pemotongan PPh Pasal 26 atas Penghasilan Kena Pajak setelah dikurang pajak di Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (4) UU PPh.

B. KEBERADAAN SUATU BUT Berdasarkan pasal 2 UU PPh, BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

1. Pengelompokan BUT Menurut Prof. DR. Gunadi , BUT dikelompokkan menjadi sebagai berikut : 1. BUT Fasilitas (Assets) a. Tempat kedudukan manajemen b. Cabang perusahaan c. Kantor perwakilan d. Gedung kantor e. Pabrik f. Bengkel g. Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan h. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan 2. BUT Aktivitas Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan

3. BUT Keagenan Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas 4. BUT Perusahan Asuransi Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menaggung risiko di Indonesia BUT dalam P3B dikenal dengan istilah permanent establishment, yang menyatakan bahwa Laba perusahaan dari Negara Pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya pada persetujuan, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan di situ. Apabila perusahaan tersebut menjalankan usahanya sebagaimana dimaksud di atas, maka laba perusahaan itu dapat dikenakan pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba yang berasal dari bentuk usaha tetap tersebut.

2. Tempat kedudukan BUT Subjek pajak luar negeri dapat menjalankan kegiatan atau usaha melalui suatu bentuk usaha tetap di indonesia dalam hal mempunyai tempat kedudukan manajemen yang berada di indonesia. Tempat kedudukan manajemen adalah tempat kedudukan manajemen yang menjalankan kegiatan/operasi perusahaan sehari-hari atau secara rutin yang tidak melakukan pengendalian atas seluruh perusahaan dan tidak membuat keputusan yang bersifat strategis. Dalam hal tempat kedudukan manajemen melalkukan pengandalian atas seluruh perusahaan atau tempat membuat keputusan yang bersifat strategis, subjek pajak luar negeri tersebut diperlalukan sebagai subjek pajak dalam negeri. Tempat kedudukan manajemen efektif yang terdapat dalam persetujuan penghindaran pajak berganda dapat diartikan sebagai tempat : a. Keputusan manajemen dan komersial yang signifikan dibuat, atau b. Pengurus membuat keputusan untuk kepentingan badan Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesinmesin, peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis (automated

equipment) yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri. Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempat tinggal, berada, atau bertempat kedudukan di Indonesia. C. DIKECUALIKAN DARU BUT Kegiatan yang tidak dianggap Bentuk Usaha Tetap adalah : a) Penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untuk menyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan; Contoh : PT So Far ltd. merupakan perusahaan dari Australia menyewa tempat sebagai show room untuk barang dagangan. b) Pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan semata-mata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan; Contoh : PT Li Xio dari China akan melakukan pameran produknya di Indonesia, dalam rangka kegiatan tersebut PT Li Xio menyewa tempat dan menggunakan jasa event organizer dari Indonesia untuk mengurusi pameran tersebut.

c) Pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan semata-mata dengan maksud untuk diolah oleh perusahaan lain; Contoh : PT ABC merupakan perusahaan milik Singapura yang menyewa gudang di Indonesia , PT ABC mengimpor sejumlah bahan baku dari perusahaan induk yang ada di Singapura dan disimpan digudang yang ada di Indonesia , bahan baku tersebut akan diserahkan kepada PT DEF yang berkedudukan di Jakarta untuk diolah kembali. d) Pengurusan suatu tempat tertentu semata-mata dengan maksud untuk pembelian barang-barang atau barang dagangan atau untuk mengumpulkan keterangan bagi keperluan perusahaan; Contoh : PT Andalucia dari Spanyol mempunyai sebuah gudang penyimpanan di Jakarta untuk menyimpan barang dagangan berupa barang kerajinan dari bambu yang dibeli dari pengrajin Sukabumi. Barang barang tersebut akan dikirimkan ke Spanyol untuk diperdagangkan. e) Pengurusan suatu tempat tertentu semata-mata dengan maksud untuk kegiatankegiatan yang bersifat persiapan atau penunjang bagi perusahaan. f) Pengurusan suatu tempat usaha tertentu semata-mata dengan maksud untuk setiap kegiatan kegiatan gabungan dari yang disebut dalam sub-ayat (a) sampai (e), asal saja keseluruhan kegiatan di tempat usaha tertentu itu bersifat persiapan atau penunjang. g) Sebuah perusahaan dari satu Negara pihak pada persetujuan tidak akan dianggap mempunyai suatu BUT di Negara Pihak pada persetujuan lainnya semata-mata karena perusahaan itu menjalankan usaha di negara lain tersebut melalui makelar, komisioner umum atau agen lainnya yang berdiri sendiri, sepanjang mereka bertindak dalam rangka usahanya yang lazim. Walaupun demikian, bilamana kegiatan agen seluruhnya atau hampir seluruhnya dilakukan atas nama perusahaan itu, ia tidak akan dianggap sebagai agen yang berdiri sendiri dalam pengertian ayat ini.

You might also like